- Tweet
Aku seorang pengusaha muda dan mahasiswa jurusan ekonomi. Aku tinggal di sebuah kompleks bank pemerintah yang kini bank tersebut sudah dimergerti. Aku sudah mempunyai pacar yang kebetulan tetanggaku di kompleks tersebut. Orangtuaku termasuk orang terpandang, sehingga aku di kalangan anak muda di kompleks tersebut cukup disegani.
Dua tahun yang lalu aku merupakan ketua organisasi remaja, sehingga aku semakin dikenal oleh berbagai kalangan di lingkunganku. Kebetulan di lingkunganku banyak gadis remaja yang cantik-cantik. Termasuk pacarku yang sekarang merupakan salah satu gadis yang menjadi incaran anak-anak muda di lingkungan tersebut.
Entah kenapa dia mau menjadi pacarku. Sejujurnya aku menyukai beberapa gadis cantik selain pacarku tersebut, tetapi aku berpikir dua kali jika aku berbuat macam-macam pasti akan menjadi bahan omongan di lingkunganku. Singkat cerita, aku tergoda oleh salah satu anak tetangga orangtuaku, sebut saja Gita (nama samaran).
Padahal aku sudah menjalin asmara dengan gadis yang juga tetanggaku. Kami bahkan sudah bertunangan. Gita adalah seorang mahasiswi. Ia mempunyai body yang sangat menggoda, walaupun agak sedikit gemuk, tetapi ia mempunyai bibir yang sexy dan mempunyai payudara berukuran 36B.
Sebagai gambaran, body-nya mirip dengan artis Feby Febiola, dan bibirnya seperti Cornelia Agatha. Tingkah lakunya selalu menggodaku. Sebagai laki-laki normal, kadang aku berpikiran agak kotor. Hingga pada suatu kesempatan, ia meminta bantuanku untuk dicarikan HP dengan harga miring.
Tentu saja kesempatan itu tidak kusia-siakan (dalam hatiku aku akan membelikannya HP tersebut dengan cuma-cuma). Aku menyanggupinya, tetapi aku memberikan syarat agar ia mau kuajak pergi makan dan nonton berdua tanpa sepengetahuan pacarku dan teman-temanku. Dasar Gita memang centil, persyaratanku ia setujui karena ia pikir sangat mudah sekali untuk menjalaninya.
Akhirnya aku membelikannya HP yang ia inginkan, dan aku pun menagih janjinya. Kemudian pada hari minggu siang, aku dan Gita pergi berdua untuk makan siang dan nonton. Ketika kami sedang nonton, kesempatan tersebut tidak kusia-siakan untuk sekadar mencium dan meraba-raba tubuhnya.
Tidak kusangka ia malah bilang kepadaku sebenarnya ia juga menyukaiku. Ketika aku dengan hot-hotnya menciumi dan menggerayangi tubuhnya, ia berbisik kepadaku bahwa ia sudah horny, dan mengajakku keluar dari bioskop untuk pergi ke pantai. Ketika di tengah perjalanan, aku memberanikan diri untuk mengajaknya ‘chek in’ di hotel yang terdekat, ternyata ia menyetujuinya.
Aku tiba di hotel yang dituju sekitar puku 3 sore. Setelah aku membayar kamar hotel tersebut, aku dan Gita dengan langkah yang terburu-buru menuju ke kamar hotel. Sesampainya di kamar hotel dan mengunci pintu, aku langsung melancarkan ciumanku, dan Gita membalasnya dengan sangat antusias. Kemudian masih dalam keadaan berdiri kubuka pakain serta celana panjangnya hingga ia hanya memakai BH dan CD yang berwarna hitam. Kemudian ia juga memintaku untuk membuka baju dan celana panjangku.
Kini kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian ia kubimbing ke atas ranjang yang berukuran double size. Aku mulai melumat bibirnya yang sexy dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhnya. Kemudian ketika aku mencium CD-nya, di bagian kemaluannya yang sudah basah, ia menggelinjang dan sesekali merintih-rintih keenakan. Setelah aku puas menciumi seluruh tubuhnya, kemudian kubuka BH dan CD-nya. Aku pun membuka CD-ku, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.
Aku sampai menahan nafas ketika kulihat payudaranya yang besar dan montok. Dengan sangat bernafsu kulumat puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Karena sebenarnya Gita masih berusia 20 tahun, sehingga terlihat body-nya yang serba kencang. Aku juga meraba dan mengusap bulu-bulu di kemaluannya yang sangat lebat. Aku semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhnya yang mulus.
Kemudian aku memasukkan dua jari tanganku ke dalam vaginanya yang sudah basah, sedangkan lidahku sibuk menjilati puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Gita semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasnya mulai berat. Kemudian kubuka kedua pahanya lebar-lebar agar aku dapat dengan leluasa memainkan lidahku ke dalam vaginanya.
Aku menjilati dan memainkan klitorisnya dengan penuh gairah. Setelah kupuas, giliran Gita memainkan rudalku yang sudah tegang dengan lidahnya. Ia jilati kemaluanku yang berukuran lumayan panjang dan besar (kira-kira 15 cm dengan diameter 3,5 inchi).
Ia menjilat dan mengulum rudalku dengan penuh kenikmatan. Aku tidak menyangka kalau kemaluanku akan dibersihkan oleh gadis impianku. Setelah ia puas, kemudian Gita mengambil posisi telentang dengan kedua paha dibuka lebar-lebar, ia memintaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam vaginanya.
Aku mengambil ancang-ancang untuk memasukkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya yang sudah basah. Kupikir pasti aku tidak akan kesulitan untuk memasukannya, ternyata beberapa kali aku mencoba selalu saja meleset, dengan tidak sabar Gita menarik rudalku dan mengarahkan ke arah lubang kewanitaannya.
Ternyata Gita masih perawan, tetapi dengan kegigihanku akhirnya aku berhasil memasukkan ujung rudalku ke dalam vaginanya. Ketika kutekan dengan sedikit paksaan, Gita menjerit kesakitan, kemudian aku menghentikan sejenak seranganku sampai kulihat ia sudah siap kembali, dan perlahan-lahan kumasukkan batang rudalku. Gita kembali merintih menahan sakit.
Aku bertanya,
“Git, kamu mau diterusin atau nggak..?”
Ia menjawab,
“Terusin dong sayang, tapi pelan-pelan ya..!”
Akhirnya dengan perjuangan yang cukup melelahkan, aku berhasil memasukkan setengah batang kemaluanku, dan aku mendiamkan sejenak aktifitasku. Aku merasakan dari vagina Gita keluar darah segar pertanda keperawanannya sudah hilang.
Dinding vaginanya yang lembut dan hangat memijat-mijat batang kemaluanku. Aku tidak terlalu memaksa untuk membenamkan seluruh rudalku ke dalam vaginanya. Mungkin ukuran rudalku yang lumayan panjang, sehingga membuat sakit vagina Gita yang baru pertama kali melakukan seks.
Kemudian aku mulai menaik-turunkan pantatku secara perlahan dan beraturan. Dan secara perlahan-lahan aku membenamkan rudalku sedalam-dalamnya, hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Gita. Gita sudah mulai terbiasa dengan rudalku, malah ia mulai memutar pinggulnya, sehingga semakin menambah kenikmatan pergumulan kami saja.
Aku semakin bersemangat untuk memainkan rudalku dengan cepat. Permainanku diimbangi Gita dengan menjepit pantatku dengan kedua kakinya. Aku merasakan rudalku semakin mentok saja mengenai ujung rahimnya. Kami berganti posisi dengan cara sambil duduk. Gita semakin terlena, karena posisi tersebut membuat rudalku semakin bergesekan dengan klitorisnya, sehingga hal itu membuat Gita semakin terbakar birahinya.
Kami sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga kami. Sambil istirahat aku meremas-remas dan menjilati serta menghisap puting susuya secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan kembali dengan lebih menggebu-gebu.
Setelah kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan spermaku akan keluar, begitupun dengan Gita, ia mulai mendekati orgasmenya. Aku merasakan dinding vaginanya yang berdenyut kencang dan semakin banjir. Aku berkata setengah berbisik,
“Git, aku sudah mau keluar nih, kita keluarinnya sama-sama ya..?”
Gita menjawab dengan terputus-putus,
“Ia.. sa.. yaaa.. ngg.. sshhh.. cepetan dong keluarinnya aku.. sebentar lagi selesai nih..!”
Dengan nafas yang tidak beraturan, aku menjawab,
“Tahan sebentar ya sayang.., aku juga sudah mau keluar..”
Tidak lama kemudian aku memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya, dan aku pun merasakan cairan hangat dari dalam vagina yang mengenai rudalku.
“Ooohhh.. shhh…” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalan yang melelahkan dan penuh kenikmatan.
“Sayang.., vaginaku hangat banget sama spermamu..” Gita memberikan komentar puas dengan keperkasaanku.Kemudian kami beristirahat sejenak sambil memberikan pujian kepuasan masing-masing. Tetapi tanganku dan Gita masih meraba-raba dan mengusap kemaluan kami satu sama lain, sehingga birahi kami kembali timbul. Kali ini Gita yang mendahului dengan menjilat dan melumat hampir seluruh rudalku ke dalam mulutnya. Bukan hanya itu saja, ia juga dengan sangat agresif menciumi seluruh tubuhku.
Aku mendorong tubuhnya ke samping hingga ia telentang. Kini giliranku untuk menciumi seluruh tubuhnya. Payudara Gita yang sudah mengeras dan puting susu menjulang tinggi, membuatku semakin bernafsu untuk meremas, menjilati serta menghisap-hisap puting susunya hingga puting susu Gita semakin terlihat basah dan mengkilap. Jari-jari tanganku dengan nakal memainkan klitoris dan menyodok-nyodok ke dalam vaginanya yang sudah banjir.
Gita semakin kelojotan dan mulai memohon-mohon kepadaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku merubah posisi dengan tidur telentang, sementara Gita berjongkok sambil mengangkang untuk mengambil posisi memasukkan zakarku ke vaginanya.
Dengan tidak sabar Gita meraih batang kemaluanku dan dituntun ke arah vaginanya. Ketika rudalku mulai memasuki vagina Gita yang pinggirannya ditumbuhi bulu-bulu lebat, aku merasakan dinding vaginanya yang sudah banjir menghangatkan dan memijat-mijat batang zakarku.
Gita mulai menggerakkan pinggulnya yang montok ke atas ke bawah, dan memutarnya ke kiri dan ke kanan. Sedangkan tanganku mulai meremas-remas sepasang payudara yang besar dan kencang. Gita dengan sangat bernafsu menekan pantatnya kuat-kuat, sehingga rudalku seluruhnya amblas ditelan vaginanya.
Kali ini Gita yang memegang peranan, aku menurutinya saja, karena kulihat dengan posisinya yang di atas ia sangat bergairah sekali. Aku mengangkat badanku untuk melumat puting susunya. Perbuatanku semakin membuat Gita mabuk kepayang. Ia memeluk kepalaku ke arah payudaranya. Pantatnya semakin cepat ditarik dan diputar-putar. Hingga akhirnya ia mencapai orgasme yang kedua kalinya.
Aku yang belum mencapai klimaks membuat keputusan berganti posisi dengan dogie style. Gita mengambil posisi menungging, kemudian kuarahkan rudalku ke vaginanya lewat belakang. Aku sangat bernafsu sekali melihat pantatnya yang lebar dan sexy.
Tangan kananku memegang dan menepuk-nepuk pantatnya, sedangkan tangan kiriku meremas-remas payudaranya. Gerakan tersebut kulakukan secara bergantian. Ternyata posisi tersebut membuat Gita bangkit kembali gairahnya, karena klitorisnya terkena gesekan rudalku.
Kali ini Gita mulai memberikan perlawanan. Ia menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatku. Ketika Aku mendorong pantatku ia menyodorkan pantatnya ke belakang, dan ketika Aku menarik pantatku ke belakang ia menarik pantatnya kedepan.
Irama nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap kali kucabut dan menyodok vaginya dengan rudalku timbul bunyi akibat vagina Gita yang banjir oleh lendir birahi. Aku mulai merasakan spermaku akan segera keluar. Ternyata Gita juga sudah merasakan ia akan mengalami orgasme yang ketiga kalinya.
Tidak lama kemudian rudalku memuntahkan sperma secara berturut-turut di dalam vaginanya. Aku pun merasakan gerakan Gita yang bergoyang-goyang pelan dan tegang, sedangkan punggungnya telihat melengkung seperti udang karena ia juga telah orgasme.
Aku mencabut batang kemaluanku dari vaginanya setelah Aku tidak merasakan muncratan spermaku. Aku telentang lelah, sedangkan Gita menjilati sisa-sisa spermaku yang masih keluar dari zakarku. Ia menghentikan aktifitasnya setelah spermaku tidak keluar lagi.
Kami berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan. Kami melakukan bukan hanya sekali saja, tetapi entah sampai berapa kali. Permainan kami semakin lama bertambah hot saja, karena ternyata Gita mulai terbiasa dan ketagihan dengan keperkasaan rudalku. Kami memutuskan pulang setelah merasa sudah sama-sama lemas dan puas. Andai saja kami melakukannya pada malam minggu, mungkin kami akan terus melakukannya sampai pagi.
Setelah kejadian pada malam itu, hingga kini kami jadi sering melakukannya sampai pagi. Aku melakukan hubungan seks dengan Gita dengan system kalender, hal itu kami lakukan untuk menghindari kehamilan. Aku semakin ketagihan, karena tunanganku adalah tipe gadis pendiam dan alim, dan aku tidak pernah mendapatkan pelayanan sex darinya.
Kemanapun aku pergi, termasuk chek-in, aku selalu membawa laptop. Komputer tersebut kupergunakan untuk memantau perkembangan usahaku, selain itu juga digunakan untuk mengetik ceritaku dan memutar film blue sebagai pembakar hasrat birahi kami.
Tentu saja perbuatanku yang sedang menceritakan seks kami tidak diketahui oleh Gita, karena ia masih tertidur untuk istirahat sejenak.
Category: Cerita Seks
- SHARE!
Related video
- Cerita Seks Sensasi Gaira...by Bokep Mobile5158 views5 years ago
- Cerita Seks Kekasihku dip...by Bokep Mobile5634 views5 years ago
- Cerita Seks Pemerkosaan Y...by Bokep Mobile5506 views5 years ago
- Cerita Seks Pemerkosaan T...by Bokep Mobile5048 views5 years ago