Author: Bokep Mobile

  • Cerita Sex Hot Kegilaan dan Obsesi Pada Penis Muda

    Cerita Sex Hot Kegilaan dan Obsesi Pada Penis Muda


    1587 views

    Cerita Sex – Semenjak persetubuhan liarku dengan Indun di acara keberangkatan Ibunya, aktivitas seksual kami semakin intens dan menjadi. Dengan dalih mengantarkan makanan ke rumah Indun yang saat itu tinggal seorang diri di rumahnya, berkali-kali kami melakukannya. Seluruh penjuru rumahnya telah menjadi saksi biksu aksi terlarang kami, ruang tamu, dapur, kamar tidur orang tuanya dan bahkan kamar mandi. Hanya balkon dan halaman saja yang tidak menjadi medan pertempuran kami berdua. Ya, aku belum cukup gila dengan melakukannya di tempat terbuka.

    Kegilaan itu berujung pahit, aku seakan terobsesi dengan penis muda milik Indun, hal itu membuatku melupakan kewaspadaanku terhadap janin yang kukandung. Benar saja, dua bulan kemudian aku mengalami pendarahan hebat yang mengakibatkan keguguran.

    Suamiku, Prasojo tampak kecewa dengan keguguranku, namun ia menunjukkan kesabarannya dengan terus berada di sampingku selama masa pemulihannku. Ia benar-benar suami yang baik dan itu menimbulkan rasa bersalah di dalam benakku. Ya, aku telah mengkhianati suamiku, sebuah perselingkuhan dengan anak yang umurnya terpaut cukup jauh, bahkan belum bisa dikatakan dewasa. Kadang penyesalan dan rasa bersalah itu terasa begitu besar, hingga membuatku menangis sendiri. Suamiku benar-benar sosok yang bertanggung jawab, mungkin keguguranku adalah jawaban dari Tuhan, mungkin inilah caraNYA mengingatkan atas kelalaianku.

    Dan sekali lagi dalam hidupku, aku bersumpah setia kepada suamiku.

    Indun sendiri seolah mengerti dengan keadaan yang terjadi, ia sering datang mengunjungiku, suamiku telah menganggapnya seperti anak sendiri. Beberapa kali terlihat suamiku mengobrol bersama Indun, memberinya beberapa nasihat tanpa mengetahui bahwa Indun lah Ayah dari janin dalam kandunganku, sekaligus penyebab utama keguguranku.

    “Bu Lani…” lamunanku buyar kala Indun meraih tanganku lembut. Aku menoleh dan tersenyum ke arahnya.

    “Kita harus menghentikan ini, Ndun…,” ujarku lirih, tak ingin terdengar oleh suami dan anak-anakku yang mungkin ada di rumah. “Ini semua salah.”

    “Maafkan Indun, Bu…” Indun menundukkan pandangannya.

    “Bukan salahmu, Ibu yang lebih bersalah dalam hal ini, Ndun,” kubelai rambut Indun dengan lembut. “Lupakan apa yang sudah terjadi dan belajarlah dari pengalaman,” entah dari mana aku bisa mendapatkan kalimat bijak seperti itu, mungkin kalimat itu sejatinya untuk diriku sendiri.

    Indun mengangguk lemah, “Baik Bu,” ujarnya seraya tetap menunduk. Tidak lama kemudian aku melihat sosok suamiku memasuki ruangan.

    “Kamu nggak dicari Ibumu, Ndun? Sudah hampir maghrib lho,” Suamiku berkata pada Indun seraya tersenyum lembut.

    “Eh… iya Om, ini Indun mau pamit,” jawab Indun tanpa berani menatap mata suamiku.

    “Inget pesen Om tadi, belajar yang pinter, masa depanmu masih panjang,” suamiku memberi nasihat kepada Indun.

    “Siap, Om,” Indun beranjak berdiri dan menoleh ke arahku. “Bu, Indun pulang dulu, mari Om,” ujarnya sopan.

    “Hati-hati di jalan Ndun,” jawabku.

    Sejak hari itu Indun secara intens datang ke rumah untuk melihat keadaanku, kulihat ia sudah dapat berbaur dengan Rika dan Sangga, anak-anakku. Suamiku pun menyambutnya dengan baik. Seiring membaiknya keadaanku, suamiku meminta ijin padaku untuk kembali ke tempat dinasnya. Anak keduaku Sangga juga meminta ijin untuk kost di tempat yang tidak jauh dari sekolahnya sedang Rika memilih untuk menemaniku di rumah, kebetulan saat itu Rika sedang liburan.

    “Mi, hari ini sop ayam ya?” Rika menanyakan menu untuk makan siang yang hendak dipersiapkannya. Anak gadisku ini benar-benar telah tumbuh menjadi gadis yang mandiri, tidak hanya kepiawaiannya dalam mengurus rumah, namun kecantikan dan postur tubuhnya juga telah terbentuk indah. Rupanya ia mengikuti kebiasaanku yang rajin berolahraga untuk menjaga bentuk tubuh.

    “Biar mami bantu masak ya?” jawabku seraya berusaha bangkit dari tidurku.

    “Lhoo nggak usah,” Rika bergegas mendekat dan dengan lembut membaringkanku. “Dokter bilang, Mami harus istirahat total selama satu bulan penuh. Tidak boleh beraktivitas APAPUN,” Rika mengingatkan dengan gayanya yang sok tua, membuatku tertawa geli melihatnya.

    “Perasaan yang dilarang oleh dokter itu aktifitas berat deh, bukan apapun.”

    “Ambil amannya aja Mi, aktifitas APAPUN,” Rika menggoyang-goyangkan jari telunjuknya di hadapanku. “Lagipula, Rika dibantu sama Indun kok, dia cukup cekatan juga dalam masalah dapur.”

    “Oh, ya sudah kalo Rika sudah ada yang membantu,” ujarku sambil tersenyum. “Adikmu nggak pulang ke rumah? Ini kan hari minggu?”

    “Tadi telepon sih pulang Mi, Oh itu dia!” Rika berujar saat mendengar suara mesin sepeda motor memasuki pekarangan rumah. “Ya udah, Rika masak dulu ya Mi?”

    Aku tersenyum mengangguk, Rika lantas melangkah keluar dan menutup pintu kamar. Ia benar-benar telah menjadi gadis dewasa yang bisa diandalkan, pikirku.

    Jarum jam dinding kamarku menunjukkan pukul dua belas siang saat aku terbangun, rupanya aku sempat tertidur beberapa jam setelah meminum obat pemberian dokter. Obat yang diberikan padaku memang mengandung zat penenang, biasanya aku meminumnya di pagi hari dan terbangun saat sore menjelang. Namun sepertinya kondisi badanku sudah cukup kuat sehingga tidak perlu tertidur selama itu lagi.

    Kurasakan kering di tenggorokanku, rupanya itu yang membuatku terbangun, aku duduk dan meraih gelas yang terletak di atas meja kamarku, kosong… sepertinya Rika lupa mengisi gelas itu, dispenser air mineral di kamarku juga sudah habis.

    “Rika… Sangga…,” aku memanggil nama kedua anakku, namun hanya suara kering yang lemah keluar dari bibirku. Tenggorokanku terasa sangat kering hingga aku tak mampu bersuara lantang. Tidak ada pilihan lain, aku beranjak dari tempat tidurku dan melangkah pelan menuju dapur.

    Lantunan musik reggae kesukaan Sangga terdengar melantun dari ruang tengah rumahku, sepertinya di sanalah mereka berkumpul. Aku berjalan melewati ruang tengah namun aku tidak menemukan siapa-siapa di sana. Mungkin mereka masih sibuk memasak, tanpa banyak berpikir kulanjutkan langkahku menuju dapur.

    Tidak ada siapa-siapa di dapur. Aku mengambil gelas dan mengisinya dengan segelas air mineral. Air itu terasa sangat segar mengalir di tenggorokanku yang kering. Saat hendak kembali, aku melewati panci tertutup yang masih ada di atas kompor, kutengok isinya, sepanci sop ayam tersedia di dalamnya. Rupanya aktifitas masak mereka telah selesai. Sayup-sayup kudengar suara seseorang dari halaman belakang, akupun melongok ke jendela namun tak ada siapapun di sana. Benakku mulai berpikir tentang hal-hal mistis, membuatku jadi merasa ketakutan sendiri. Akupun melangkah kembali ke kamarku.

    Dak…dak…

    Suara benda keras beradu terdengar samar saat aku melewati kamar Rika yang tertutup. Kuhentikan langkahku dan memasang indera pendengaranku tajam-tajam, mencoba menangkap sumber suara diantara lantunan lagu reggae yang diputar cukup nyaring.

    Dak…dak… emhh…

    Suara benturan itu terdengar lagi, kali ini diikuti lenguhan seseorang, aku tidak bisa memastikan apakah itu lenguhan pria atau wanita. Yang jelas, suara itu berasal dari dalam kamar Rika. Aku menggengam gagang pintu kamar untuk membukanya.

    “Pelan… Dik… Ahh…”

    Sebuah suara yang kini jelas terdengar mengurungkan niatku membuka pintu. Kali ini jelas, itu suara Rika. Suaranya terdengar berbaur dengan nafas yang memburu, ya… ada nafas yang terdengar memburu, apa yang Rika lakukan di dalam sana?

    “Ohh Mbak… gini enak??”

    Kudengar suara pria dari dalam kamar. Aku mengenal suara itu, Sangga, anak keduaku. Apa yang tengah dilakukan kakak-beradik itu? Suara mereka seperti… apakah mereka tengah bersenggama?!. Kulayangkan pandanganku ke sekitar dan menemukan sebuah kursi plastik kecil, kuletakkan kursi itu di depan pintu dan beranjak naik ke atasnya, mencoba mengintip dari ventilasi di atas pintu. Aku tak mengerti apa yang kini sedang kulakukan, ini rumahku dan mengapa aku malah mengintip? Entah, toh tetap saja aku naik dan mengintip.

    Apa yang aku lihat dari ventilasi di atas pintu kamar itu sangat mengejutkanku. Rika, anak gadisku tampak menghadap ke arah dinding kamarnya, tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Punggungnya merunduk sedang kakinya masih berdiri terbuka, payudara kencangnya tampak terayun-ayun ke depan, mata indahnya terpejam, bibir mudanya setengah terbuka dan sesekali mengeluarkan erangan-erangan erotis, bercampur baur dengan nafasnya yang memburu. Ekspresi wajahnya… menggambarkan kenikmatan yang tengah menderanya.

    “Dik.. Ahh…,” Rika menengadahkan wajahnya, tubuh indahnya terdorong-dorong seiring kencangnya sodokan yang diterimanya dari belakang. Ah! Aku hampir saja melewatkan sosok pemuda yang kini asyik menyetubuhi putriku, badan pemuda itu tampak cukup berisi, ia sama telanjangnya dengan Rika, tangan kanan pemuda itu menarik pundak kanan Rika, membuat punggung anak gadisku sedikit menekuk ke atas sedang tangan kiri pemuda itu mencengkeram lekuk pinggul Rika. Rambut pemuda itu… Oh Tuhan! Dia anakku Sangga!. Rika tengah disetubuhi dari belakang oleh adik kandungnya sendiri!.

    Persetubuhan sedarah itu membuatku berdesir, harusnya aku menghentikan kegilaan yang terjadi di rumahku ini tapi entah mengapa aku seolah tertahan tak berdaya. Kurasakan gejolak dalam diriku, apakah aku menikmati apa yang kulihat? Oh… seluruh tubuhku terasa merinding geli melihat bagaimana batang kejantanan Sangga keluar masuk liang kewanitaan kakaknya dengan cepat dan pasti, ukuran penisnya cukup besar, tidak berbeda jauh dengan milik Prasojo suamiku, Ayah kandungnya.

    “Ahh… Mbak… enak banget…,” Sangga melenguh sembari menusuk-nusukkan penisnya ke dalam tubuh Rika. “Ahh… empot terus Mbak….,” ia memejamkan matanya sambil terus meningkatkan ayunan pinggulnya.

    “Iya… Shhh… Dik… Mbak mau…,” Rika mengepalkan tangannya dan memukul-mukul dinding. “Teruss Dik… Mbak.. mau… OOuuhhh!”

    Tubuh Rika terdorong oleh hentakan keras adiknya hingga menempel rapat ke dinding, dapat kulihat anak gadisku itu mengejan beberapa saat matanya terpejam, ia menggigit bibir bawahnya saat tubuhnya terus saja mengejan dihimpit oleh dinding dan tubuh telanjang adik kandungnya. Ya, aku tahu apa yang Rika alami, wajahnya terlihat memerah, ia tengah orgasme.

    “Keluar Mbak?” tanya sanggah tanpa melepaskan penisnya. Rika hanya mengangguk lemah dengan nafas tersengal-sengal. Sangga lantas menarik penisnya lepas dan membalik tubuh Rika. Aku dapat melihat bulir-bulir keringat di sekujur tubuh mulus dan kencang Rika. Membuat tubuh molek anak gadisku itu tampak berkilau dan menggairahkan.

    “Ahh..,” lenguhan kembali terdengar dari bibir muda Rika kala penis Sangga kembali memasuki tubuhnya, kali ini mereka melakukannya dengan posisi berhadap-hadapan. Sangga melumat bibir Rika dengan ganas, merapatkan tubuhnya hingga buah dada Rika menempel di dada telanjangnya. Kulihat Sangga kembali menggerakkan pinggulnya, kembali menyetubuhi kakak kandungnya yang kini terhimpit antara dinding dan tubuh adik kandungnya.

    Kupikir posisi itu cukup sulit untuk melakukan persetubuhan dengan tempo kencang, namun sekali lagi perkiraanku salah. Sangga dengan piawai memompa tubuh Rika kencang-kencang, membuat Rika terlonjak-lonjak akibat sodokan penisnya.

    “Ah… aku keluar mbak…,” ujar Sangga di sela-sela pompaan penisnya.

    Disini seharusnya aku menghentikan mereka! Namun sekali lagi aku hanya terdiam, lutut dan lidahku seolah kelu dan tak mau menerima perintah dari akal sehatku. Aku hanya berharap Sangga tidak mengeluarkan benihnya di dalam tubuh Rika, aku berharap Rika masih punya cukup akal sehat untuk tidak membiarkan adik kandungnya menghamilinya.

    Harapanku sirna saat kulihat Sangga melesakkan dalam-dalam penisnya dan menggeram, tubuhnya mengejan beberapa saat, pertanda ia mencapai ejakulasinya. Oh tidak! Apa yang akan terjadi dengan keluarga ini jika Rika mengandung anak dari adik kandungnya sendiri. Oh Tuhan! Aku merutuk dan meratap dalam hati.

    Kulihat mereka terdiam untuk sejenak, sebelum Sangga mencabut penisnya. Untunglah! Aku bersyukur dalam hati saat melihat Sangga melepaskan sesuatu dari penisnya, rupanya ia menggunakan kondom. Untunglah masih ada akal sehat dalam diri anak-anakku.

    Tubuh telanjang Rika merosot lemas hingga ia berjongkok di atas lantai, kulihat ia masih mengatur nafasnya. Tubuhku masih saja terasa merinding dan kewanitaanku kini terasa lembab. Apa yang salah dengan diriku? Mengapa tubuhku menandakan bahwa aku menikmati mmengintip persetubuhan sedarah yang dilakukan kedua anak kandungku. Ini salah! Ini benar-benar salah!.

    “Ayo mbak.”

    Suara seorang pria membuyarkan lamunanku, bukan… itu bukan suara Sangga, aku mengenal suara itu… itu suara Indun! Dan benar saja, kulihat Indun sedang membantu Rika berdiri dan membaringkan tubuh telanjang anak gadisku ke atas kasur. Kulihat Indun yang juga telah telanjang menarik kedua kaki Rika hingga terjuntai di tepi ranjang, kulihat Indun menggesek-gesekkan penisnya yang telah ereksi ke sepanjang bibir kewanitaan anak gadisku.

    Dan sekali lagi Rika melenguh saat penis Indun, bocah SMP kelas tiga itu memasuki tubuh sintalnya. Rika hanya terbaring pasrah saat Indun menggoyang, meremas dan menghisap buah dadanya, Sesekali Rika tampak ikut bergoyang. Berarti sedari tadi Sangga dan Rika melakukan persetubuhan di hadapan Indun dan kini Indunlah yang menikmati tubuh anak gadisku.

    Seketika itu pening menyerang kepalaku, terlebih lagi saat aku melihat Sangga naik ke atas ranjang, masih dalam keadaan tanpa busana dan penis yang belum tegang. Kulihat Sangga, putraku mengarahkan penisnya ke bibir Rika, kakak kandungnya.

    Aku bergegas turun dan berjalan tertatih menuju kamarku, berbaring dan bersembunyi di balik selimutku. Kepalaku terasa pening, tubuhku gemetar, lututku terasa lemas dan kewanitaanku telah basah. Kupejamkan mataku dan berusaha mengusir bayangan terakhir dari apa yang kulihat, bayangan tubuh indah anak gadisku, Rika yang tengah mengulum penis Sangga, adik kandungnya, saat vaginanya disodok oleh penis Indun. Ah! Seharusnya aku tidak mengawali semua ini…. Seharusnya persetubuhanku dengan Indun tak pernah terjadi.

    Sore itu aku baru saja selesai menurunkan pakaian dari jemuran di belakang rumah, sudah enam bulan berlalu sejak aku melihat hal terlarang yang seharusnya bisa aku hentikan. Kadang aku masih merasa miris mengingat apa yang kulihat, namun aku tetap berusaha tampil tegar, seolah aku tidak pernah melihat kejadian itu. Rika kini telah kembali ke kesibukan kuliahnya, begitu pula dengan Sangga yang tak lagi tinggal di rumah. Indun? Bocah tetanggaku itu sudah jarang sekali terlihat, sepertinya ia menyadari kursi yang aku tinggalkan begitu saja di depan pintu kamar Rika.

    Kudengar suara mesin sepeda motor memasuki pekarangan rumah. Kulihat Rika datang, mengenakan kemeja berwarna coklat khaki dan celana jeans ketat, dengan rambut panjang hitam yang tergerai indah membuatnnya tampak sangat anggun.

    “Lho, tumben nih pulang? Kan belum hari minggu?” sapaku saat ia mencium tanganku. “Mbak mau dimasakin apa buat makan malam?” tawarku
    padanya.

    “Mi…,” Rika memanggilku lirih, pandangan wajahnya merunduk, seolah telah melakukan sebuah kesalahan. Seketika itu firasat buruk menyergapku. “Aku hamil…,” ucapnya lemah.

    Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Kabar yang dibawa anak gadisku bagai petir yang menyambar di siang bolong.

    “Siapa Ayahnya? Pacarmu?” tanyaku menyelidik.

    “Bukan,” Rika menggeleng lemah. “Ayahnya… Indun.”

    Dan seketika itu aku kehilangan kesadaranku.

  • Cerita Seks Maaf Bro! Akhirnya Kusetubuhi Istrimu

    Cerita Seks Maaf Bro! Akhirnya Kusetubuhi Istrimu


    1788 views

    Cerita Sex – Salam guys nama gua Dino. Sekarang umur gua 30. Tinggi badan gua 175cm dengan BB 70. Jadi klo kata pacar gua badan gua itu gempal2 gimanaa gitu. Gua udah bekerja selama 7 tahun di sebuah perusahaan swasta terkenal di jakarta dan kehidupan gua sebenernya yaaaa bisa dibilang mapan lah dengan hasil kerja keras gua sendiri.

     

    Btw gua masih singgle (belum married) tapi tunangan gua ada dan kuliah S2 di jogja, jadi gua masih bisa berkreasi di jakarta wkwkwk. Selama ini di jakarta gua tinggal di kosan yang ga terlalu jauh dari kantor gua, Sekitar 30 menitan sampai lah kalo traffic lagi langgeng.

    Di kantor gua punya sahabat dekat. Namanya Andi, dia udah married dan juga udah punya 2 anak. Kebetulan dia asli jakarta dan dia punya rumah lumayan deket dari kantor. Andi tinggal sekeluarga plus baby sitternya 1 orang. Gua udah berteman dengan Andi sejak gua pertama kali masuk kerja, karena kebetulan kita sama2 masih baru waktu itu dan kita emang saling bantu klo urusannya kerjaan. Saking dekatnya kadang2 klo pacar gua ke jakarta ya nginepnya dirumah dia. Bahkan kita udah sering liburan bareng.

    Jadi otomatis pacar gua kenal deket ama bininya dia. Oke ini fun fact bro, jangan pernah ngenalin pacar (apalagi bini) lu sama bini temen kerja lu, lu bakal nyesel bro sumpah, karna semue yg lu kerjain dikantor mereka bakal tau dan itu sungguh annoying, trust me on this bro. Para wanita itu klo udah ketemu bisa fusion kayak dragon ball buat ngajatuhin lu. Pokoknya jangan. Ingat ya JANGAN!

    Oke, back to the story. Bininya si Andi ini asli Solo dan namanya Ayu, umurnya setaun lebih tua dari gua (TO nya kita ini guys). Ya lu tau lah orang solo klo udah ngomong. Selain lembut, pelan, Medok pula. Meskipun ga semua Solo-ers begitu but in this case dia emang tepat seperti yang lu bayangin tentang wanita solo.

    Gua juga ga ngerti tapi memang ada sesuatu yang buat gua tertarik dengan doi sejak gua pertama kali dikenalin ama si Andi. Ya klo dibandingin ama tunangan gua ya cantikan tunangan gua lah (buat jaga2 bro, kali aja dia baca threat ini, jadi klo dia baca setidaknya dia tau klo menurut gua dia memang paling cantik wkwkwkw).

    Tingginya SNI lah 160. Kulitnya ga putih2 amat. Bodynya juga standar emak2 anak 2. Langsing dengan lengkungan gitar spanyol. Toketnya juga ga gede2 amat kok kira2 segenggam tangan gua muat lah. Tapi gua ga ngerti kenapa menurut gua dia itu sexy. She’s sexy with her own way bro. Mungkin karna dirumahnya dia buka kayak salon kencantikan gitu buat facial2. Jadi perawatan kulitnya kelas atas lah.

    Dengan rambut panjang sedikit bergelombang dan dicat warna hijau kuning dan merah kayak anak muda jaman now. Ditambah lagi dia pake kacamat bulet ala harry potter ngebuat dia itu always up to date about style. Dan dia itu very very well dressed, selalu bisa nempatin diri dalam berpakaian. Apalagi klo dirumah sama lakinya udah pasti dia berpakaian sexy dengan hotpants dan baju kaos tipis agak longgar sampe kadang2 keliatan bra nya yg bisa ngebuat lu ngebayangin apa yang ada dibalik pakaian itu. Bisa dikatakan gua bener2 obsessed dengan dia.

    Gua tau itu salah karna dia bini temen gua, tapi bodo amat namanya juga cerita bokep wkwkwkw (btw maaf bro, I Finally fucked your wife).

    Fantasi gua juga ga sampai disitu aja, kadang2 saking obsessed nya gua am doi, gua suka liat fotonya di ig trus coli deh (maklum, kan gua singgle, ya terserah gua lah mau ngapain wkwkwk) tapi itu dulu sebelum gua berhasil ngehajar doi. Setelah gua dapetin yaudah deh lupa (dasar lelaki dimana2 sama aja, makanya gua ga mau nikah am laki2 karna laki2 itu kalo ga brengsek ya homo). Oke2 enough dengan joke2 ga jelas.

    Now its the fun part.

    Kejadian ini terjadi sekitar 2 tahun lalu. Waktu itu hari selasa sekitar jam 6 pagi gua udah ready berangkat kerja. Dengan kemeja panjang dan blazer dark blue andalan gue, langsung aja gua panasin mobil andalan gue, trus udah mobil panas gua capcus dengan mobil andalan gue (sorry kebawa ajudan pribadi). Pagi itu memang biasa2 aja sih, taudeh jakarta klo pagi bawaanya emosi aja klo lagi dijalan.

    Kira2 setengah perjalanan menuju kantor, perut gua tiba2 mules. Mungkin lu juga pasti pernah ngalamin hal yang sama. Pas jalan lagi macet2nya pas juga lu kebelet boker, lu bayangin sendiri deh nikmstnya nahan boker. Kebetulan posisi gua waktu itu deket sama rumahnya si Andi, langsung aja gua telfon dia.

    “Bro! lu dimana? Udah berangkat belum? Klo belum sekalian bareng gua aja deh soalnya gua juga mau numpang boker ni udah kebelet banget.
    “Enak aje lu ngomong, Lu kata rumah gua toilet umum?
    “Yaelah bro numpang doang kok, lagian kan jadinya kita bisa barengan berangkatnya.
    “Kan gua udah bilang ama lu kemarin klo gua mesti survey ke padang, lu gmana sih.
    “Oh iya gua lupa, kapan lu berangkat?
    “Kemaren no’ makanya gua pulang duluan kemaren.
    “Ahh ga penting ah, yang penting gua mau boker ini gimana bro!
    “Lha lu langsung kerumah gua aja bego, ga usah pake telfon2 segala, kayak rumah orang lain aja lu
    “Kan gua ga tau klo lu lagi keluar kota, niatnya kan mau barengan kerja. Ah udah deh lu telfonin bini lu deh bilang gua mau singgah.
    “Iye ah bentar.

    Tanpa basa basi, langsung aja gua geber mobil sambil nyelip2 dipadatnya traffic jakarta. Ga lama kemudian sampe lah gua dirumahnya si Andi. Begitu sampe langsung gua gedor aja rumahnya, tapi baru gedor sebentar pintunya langsung kebuka. Ternyata gua udah ditungguun sama si Ayu.

    “Eh Bun, sory bun aku mau numpang ke toilet nih bun, udah kebelet banget hehehhe. (Gua emang manggil doi bunda, karena buat ngebiasain didepan anak2 mereka)
    “Iya om silahkan, tadi Andi juga udah nelfon kok, langsung aja om.

    Langsung aja gua nyelonong ke toiletnya tanpa mikir panjang lagi. Posisi toiletnya emang agak belakang, dan memang juga karna udah kebiasaan gua klo ke toilet mesti handukan, gua pinjam aja handuk salon.

    “Bun aku pinjem handuknya ya bun.
    “Iya om ambil aja dilemari

    Begitu masuk toiletnya gua buka perlahan celana gua, gua duduk di klosetnya, sambil merem melek gua keluarin aj (wkwkwk jadi cerita boker ni jadinya bukan cerita bokep, sory absurd). Tapi serius, sambil boker gua mikir dan menghayal (ngaku aja lu juga suka begini kan? Wkwkw).

    Sambil mereview yang sudah terjadi (maksudnya sambil boker, trus mikir).

    Sekarang si Andi lagi keluar kota, berarti Ayu sendirian dong dirumah. Eh nggak juga ding, kan masih ada anaknya sama baby sitternya. Trus juga tadi ga sempet merhatiin si doi.

    Tapi kayaknya doi pake celana pendek baju kaos deh. (Kalo bener kesempatan ni). Eh jangan deh bininya temen, ah bodo amat ah namanya juga cerita bokep wkwwk.

    Skip skip skip selesai lah pertapaan nya. Langsung keluar toilet sambil handukan. Maksudnya mau pake celananya numpang di ruang facial karena klo pakenya di toilet takut basah. Lagian tadi sebelum ke toilet kan buka celananya disitu, jadi celana panjang sama kancutnya gua taruh di atas kasur buat facial.

    Sambil keluar, langsung aja gua masuk ke kamar facial, pas buka pintu gua agak terkejut karena ternyata si doi lagi diruangan itu dengan posisi berdiri tapi lagi nunduk kearah gua. Sungguh pemandangan yang luar biasa, mengingat gua udah beberapa kali coli sambil ngebayangin momen ini.

    Dan setelah gua perhatiin ternyata benar klo si doi pake hotpants dan baju kendor andalannya, karena posisinya menunduk jadi keliatan disela-sela bajunya gundukan indah yang ditutupi bra warna ungu dan pahanya itu lho bikin gemes. Saat sedang asik2nya doi ngeberesin meja receptionisnya nyeplos aja gua negur doi.

    “Eh ada bunda, sori bun kirain ga ada orang, aku mau ngambil celana bun td aku simpen dikasur.
    “Eh om udah slesai?

    Sambil doi menegakan posisinya, dalam sepersekian detik kejadian yg tidak diinginkan terjadi (jelas bohong, karena ini yang ditungu2). Pas dia berdiri, gua terus aja masuk ke kamar sambil ngedorong pintu biar kebuka lebar. Giliran gua masuk sambil mau ngejawab pertanyaan doi, handuknya nyangkut di handle pintu.

    Daaaan taraaaa…. Telanjanglah gua setengah kebawah. And that was the most awkward moment in my life ever. Gila aja lu tiba2 kebuka gitu didepan bini temen lu. Dan dalam sepersekian detik itu juga gua terdiam, gua liat si bunda juga merhatiin senjata gua sambil tertegun melongo.

    Karena gua panik langsung gua tutup aja pake tangan trus berusaha narik handuk yang nyangkut. Sambil berusaha nutupin senjata gua pake handuk, trus gua bilang ke doi,

    “Aduh maaf bun ga sengaja, aaah pake acara nyangkut segala lagi (sambil ngedumel sendiri)
    “Hahaaha aduh kok bisa gitu sih om? Jangan2 sengaja ni ya? (Tertawa smbil nutupin mulutnya pake tangan)
    “Sumpah aku ga sengaja bun, beneran nyangkut sendiri ini.
    “Yaudah om ga ap2, kan ga sengaja juga, lagian udah sama2 dewasa juga kan, udah biasa lah liat begituan hihihi…
    “Iya sih bun, tapi kan akunya ga enak, ntar dikira kenapa2 lagi.
    “Emangnya klo kenapa2 kenapa? (Wahh kode ni)
    “Yaaa klo kenapa2 yaaaa kenapa2 dong.
    “Hahaha absurd ah om Dino.
    “Oh iya bun, tadi celana disini mana bun? Tadi aku taruh diatas kasur sini lho.
    ” Ya ampuuun yang diatas kasur? Aku kira celana kerjanya Andi om, jadi tadi langsung aku masukin ke mesin cuci, tu lagi dicuci dibelakang.
    “Waduuuuuh kacau ini bun, jadi gmana dong bun? Masak handukan gini ke kantor bun hahahah lagian kan ada underwearnya bun, masak underwearnya Andi Bunda ga kenal?
    “Tadi ga ada kok om beneran. Makanya langsung aku ambil aja, karna emang si Andi kadang2 suka sembarangan naruh pakaian.
    “Iya sih bun salah aku juga, emang tadi underwearnya aku selipin ke dalam celana, maksudnya biar ga keliatan, eh malah jadi begini.
    “Haahhaha maaf deh om ga sengaja.
    “Iya deh bun ga apa2, udah terlanjur basah juga, mending mandi aja sekalian. (Maksudnya kode, tapi ntah doi ngeh ato ga gua ga ngerti)
    “Hihihi iya deh om, om tunggu aja dulu ya om, kan ada pengeringnya juga, 1 jaman kering kok om. Yaudah om duduk dulu deh disini, sekali2 telat ngantor kan ga apa2 om. Btw om mau minum apa? Kopi ato teh om? Ntar aku bikinin.
    “Susu aja deh.
    “Ihh om ngaco deh, ini serius om mau minum apa?
    “Kopi deh kopi hahahaha.
    “Kopi ya om, lagian mintanya susu, dirumah yang ada susunya anak2 om, si Andi kan ga minum susu.
    “Lho bukannya susu anak2 sama Andi sama ya bun?
    “Hahahahaa itu mah susunya diperas om.
    “Lha ya itu maksudnya bun hahahah
    “Ih om genit deh, ntar tak bilangin pacarnya lho ya. (Sambil nunjuk2 gemes)
    “Hahahhaa ampun bun, cukup disini aja.

    Dan doi pun cuss kedapur bikinin kopi.


    Sambil nungguin doi bikin kopi, gua pun mulai berpikiran jahat, whats my next move. Dan sebagai permulaan gua cari posisi duduk di kursi tunggu yang berhadap2an, jadi klo nnti doi duduk didepan gua, gua bisa godain dia dengan sedikit ngeliatin senjata gua.

    (Trus terang gua bangga ama senjata gua, krna ukuran cukup gede, klo lu pernah nonton tarzan x, nah kurang lebih kayak gitu deh senjata gua, kayak punya nya si rocco sifredi, keras kayak kayu jati wkwkwk). Dan sekitaran 5 menit, doi pun kembali dengan secangkir kopi. Dengan sedikit membungkuk doi taruh kopinya ke atas meja, kembali pemandangan indah itu gua nikmati, dan terus terang, dengan situasi kayak gitu gua jadi rada horny. Abis doi ngasi kopi, doi duduk tepat didepan gua.

    “Silahkan om diminum kopinya. Mumpung masih anget.
    “Iya makasih bunda. (Sambil ngambil kopi, gua buka sedikit kangkangan gua, dan ternyata senjata gua agak ngeras karna emang gua udah mulai horny, sambil neguk gua curi pandang ke doi dan ternyata doi termakan umpan, doi melototin senjata gua, hahahah).
    “Oh iya bun kok hari ini bunda keliatan beda, bunda abis dandan ya? Emang mau kemana bun?
    “Eh mmm iya om, (dengan nada sedikit terkejut dan salting) tadinya mau ke mini market depan situ beli deterjen, soalnya mau habis, eh kebetulan om dateng, jadi ntar aja deh.
    “Tapi klo cuma kedepan situ kan ga mesti dandan cantik bun.
    “Lho emang aku cantik om? Hahaha makasiiiih (dengan nada genit). Lagian kan aku memang selalu cantik (doi masih keliatan salting karna ngelihat senjata gua).
    “Hahaha iya deh, bunda emang cantik kok. Btw anak2 kemana? Kok sepi bun dirumah?
    “Itu si dedek masih molor diatas, dia mah bangunnya jam 11 om. Biasaa anak jaman now.
    “Buseet siang bener bun? Si kakak mana sama si mbok? Kok ga keliatan juga?
    “Kakak lagi sekolah om dianterin ama si mbok, ada kegiatan apa gitu harus ditemenin sama ortu, makanya aku minta tolong si mbok aja. (Dhuuuuuaaaarrr jantung gua langsung berdetak kencang cookk, pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya ini timing yang benar2 pas. Tinggal strategi aja ni dimatengin, soalnya sikon udah mendukung banget. Dan tanpa gua sadari karna sikon udah ngedukung ternyata gua juga jadi horny banget, alhasil senjata gua negang maksimal, nongol deh tu batang nyembul di balik handuk. Dan ternyata si doi sadar)
    “Idiih om, itu kenapa om, kok tiba2 nyembul gitu? (Sambil ngeliatin handuk)
    “Hahahha ga tau ni bun, tiba2 aja begini aku juga ga ngerti.
    “Ahhhh om bo’ong ni, pasti pikirannya ngeres kemana2kan?
    “Hahahaha yaaa gimana bun, mau dibohongin juga ga bisa udah kayak gini. Emang rada horny sih bun, abis bunda sih pake acara nyuci celana segala, tambah sikonnya begini lagi cuma berduaan, jadi kemana2 deeh pikirannya.
    “Idih si om hornyan, baru begitu juga udah horny, ga diapa2in juga kok, apalagi diapa2in. Pantesan pacarnya kewalahan hahahahah (WTF! Pacsr gua cerita kehidupan sex gua? Harusnya gua langsung marah ni sama dia, but for this particular time, im with her, makasih sayang, thank you wkwkkwkwk)
    “Yaaaa ketahuan deh, jadi gimana dong bun? (Dengan keyakinan yang teguh, ntah apapun yang terjadi terjadilah, sikon juga udah mendukung banget, langsung aja gua angkat handuk gua, sambil nunjukin kontol gua, gua bilang aja). Ni jadi tegang gini gara2 bunda ini, bunda mesti tanggung jawab.

    Lagi2 doi tertegun, melongo liat kontol gua yang udah keras maksimal kayak batang kayu jati. Ntah apa yang ada dipikiran doi waktu itu, ntah shock, ato terkesima (ciaelah) ato justru marah, gua juga bingung, pokoknya gua berjudi aja dengan sikon yang ada.

    Dan ternyata tak disangka tak diduga doi langsung berdiri dan narik tangan gua buat ikut berdiri, langsung aja doi narik kepala gua dan cuppsssss gua dicium sambil berdiri. Tanpa perlu dipandu lagi, gua juga langsung merespon. Ntah setan apa yang ngerasukin kita berdua waktu itu, yang jelas gua menang ahahahha. Ciuman ala french kiss itupun berlanjut.

    Dengan cekatan doi langsung ngegenggam kontol gua dengan tangan kanannya. Sambil berciuman mesra doi remas2 dan ngocokin kontol gua sambil sesekali bijinya gua di belai lembut. Mmmmmssss nikmat banget deh pokoknya. Gua juga ga mau kalah, tangan gua juga mula remas2 pantat sekelnya doi, sesekali tangan gua masuk menyeruak ke toketnya doi dan gua angkat branya ke atas supaya tangan gua bebas remesin toketnya yang kenyal. Dengan posisi itu perlahan gua didorong doi ke kasur.

    Semakin lama gua semakin ngerasa klo doi juga udah horny berat, kedengaran banget dari nafasnya yang memburu, toketnya juga mulai mengeras, tubuhnya juga mulai menggeliat, kocokannya ke kontol gua juga makin lama makin ganas. Setelah gua nempel ke kasur yang posisinya pas banget buat gua nyender, dia lepasin ciumannya dan genggamannya. Kedua tangannya diletakan ke dada gua, dengan wajah yang horny berat dia bilang.

    “Om Dino tenang aja ya om, Bunda tanggung jawab kok. (Sambil senyum nakal dan gigit bibir)
    Sumpah sexy banget. Darah gua rasanya udah numpuk dikepala kontol gua, udah mau meledak aja rasanya. Bener2 beruntung si Andi dapetin bini kayak gini. Dengan perlahan dia buka kancing baju gua satu persatu, sambil doi cium dada gua, semakin lama semakin turun ke kontol gua. Pas dia udah jongkok, gua cuma bisa pasrah. Seperti kerasukan setan, doi nyepongin kontol gua. Ugghhhh asli nikmat banget.

    “Om, bunda suka banget kontolnya om, ternyata kontolnya om lebih gede dari punya si Andi, (Guaaaa gitu lho ekwkwk)

    Dengan mulut yang penuh, keliatannya doi kesusahan masukin kontol gua ke mulutnya, tapi doi berusaha, sesekali dia kocokin kontol gua, sesekali juga doi angkat kontolnya supaya dengan mudah doi bisa jilatin bijinya. Ugghhhh nikmat banget, bener2 nikmat. Gua cuma bisa merem melek, nikmatin sepongan doi sambil megangin kepalanya doi supaya truss nyepongin gua.

    “Sluurrpp slurrp sluurpp msssshh om, enak banget kontolnya om, msssshh mmssshhh…

    Terus terang gua ga kuat, berasa udah diawang2, dan memang udah sampai puncaknya, gua bilang ke doi.

    “Ahhhsss bun, enak banget bun, aku ga tahan, ssshhh, aku keluarin dimulut bunda yaaa… Ssshhhh.
    “Trus aku dapet apa om kalo om keluarin sekarang? (Dengan wajah agak memelas dan kecewa)
    “Tenang aja bun, aku ga akan kecewain bunda kok, aku bakal puasin bunda hari ini.
    Tanpa pikir panjang lagi, gua pandu kepalanya doi untuk mempercepat sepongannya, dengan segala kenikmatan yang ada gua keluarin aja dimulutnya.
    “Aaaagghhrrrgg (crot crot croottt)

    Mulutnya doi penuh oleh pejunya gua. Dan tanpa dipandu doi telan semua peju yang keluar.

    Dengan segera, gua angkat doi, gua masukin tangan gua buat bukain branya, sengaja baju kaos longgarnya ga gua lepas, biar doi makin sexy. Sambil ciumin leher doi, gua gendong trus gua dudukin doi di kasur.

    “Sekarang giliran aku ya bun. Aku juga udah janji barusan.

    Doi hanya mengangguk. Dengan cekatan gua angkat baju doi hingga ke atas toketnya, langsung aja gua kenyot toketnya. Dengan perlahan gua remes toket sebelahnya dan sebelahnya lagi gua remes2 lembut, pentilnya gua pilin2…

    “Toket bunda enak banget bun.. mmsss slurp..
    “Omm truss ommm…

    Sambil gua jilatin toketnya, tangan gua berusaha bukain hotpantsnya, dan keliatan kalo doi juga udah ga sabar, doi ngebantu ngebuka dengan sedikit mengangkat pinggulnya supaya mudah dibuka, setelah susah payah ngelepasin hotpantsnya, akhirnya terlihat celana dalem doi yang berwarna sama dengan branya, dengan bentuk yang agak ketat dan sedikit berenda di tepinya, dengan jaring2 transparan menutupi memeknya, tanpa mengalihkan pemandangan sempurna itu, gua lanjutin ciumin toktenya, perlahan gua trun ke perutnya, mmmssssss, semakin lama semakin trun ke pusatnya, kelihatan banget wajah doi yang pasrah gua jilatin, tangan gua masih tetep remesin toketnya, tetapi lidah gua udah selangkah lagi menuju memeknya.

    Gua buka lebar kaki doi, dengan sedikit menggoda, gua cium memek doi, gua jilatin dulu perlahan dari lutut, jilatan gua turunin sedikit demi sedikit ke selangkangan, perlahan gua buka underwear doi kesamping, gua jilatin dulu selangkangannya, trus perlahan gua jilatin lagi bibir terluarnya, dan seketika gua lihat kewajahnya doi, gua ngeliat kalo wajah doi udah bener2 horny dan keliatan bener2 berharap gua jilatin itilnya, dengan sedikit senyuman nakal, tiba2 aja gua isep itilnya dengan ganas.

    “Sluuurrrpppsss mmmmssss

    Lidah gua masukin ke dalem lubang memeknya, sambil keluar masuk, sesekali gua isep juga itilnya, tangan gua juga tetao remesin taloketnya, tanpa disadari. Kepala gua udah dijepit kakinya doi, tubuhnya melengkung, matanya keatas dan hanya terlihat putihnya aja,

    “Ahhhhhsss ommm Dinoooo….. Aahhhh ooommmm truuusssss, jangan berhenti om (kepala gua diremes2, kakinya ngejepit kepala gua, semakin doi teriak gua semakin cepet isepinya)

    “Mmmsssss sluurrpp bun, memek kmu enak bun… Ssslluuurrpp
    “OMMM trusssss ahhhhh, aku keluar ooomm, ahhrrgg

    Dengan desahan yang begitu menggoda, cairan lendir kenikmatan doi mengalir deras, dan gua ga menyia2kan itu, gua isep sampe habis, dan tubuh doi pun menggelinjang hebat…

    “Om Dino pinter ya mainin lidahnya, tapi kontolnya gimana? (Dengan nada rada sinis)
    “Tenang Bun… (Sambil gua tarik tanganya ke kontol gua yang udah tegang lagi karna desahan doi)
    Dengan remasan yang kasar ke kontol gua, dengan garangya doi bilang,
    “MASUKIN SEKARANG! (Sambil ngebuka sendiri underwearnya)
    “Buseeet serem banget bun hahahha.

    Tanpa perlu dibantu lagi, langsung gua buka selangkangannya, gua arahin kepala kontol gua yang udah kembali maksimal. Dengan gerakan naik turun, gua mencari sisa sisa lendir yang masih ada supaya kontol gua lebih mudah masuk ke memek doi, keliatan banget klo doi udah ga tahan, tanpa aba2 langsung aja gua tusuk mendadak memek bunda, dengan wajah sedikit kesakitan dan mulut ternganga menahan teriakan kenikmatan, tangan gua yang menahan badan gua yang jadi sasaran, doi remes tangan gua sejadi2nya. Dan setelah beberapa detik gua biarin kontol gua yang udah berhasil masuk ke memeknya, akhirnya lepas teriakan itu,

    “Aaaaaarrggggghhh Om Dino nakaaal ah,, kok ga ngasi tau sih, Uhhhhsssss Penuh banget tau ga (dengan nada kesal dan rada ngambek) belum selesai doi ngedumel udah gua tarik dan gua tekan lagi.
    “Aaarrgghh Oom enaaaak ssssshhhh, ayo dong om ah jgan dianggurin, Geeeeenjooooot (kali ini dengan nada yang memelas dan manja)
    “Uhhhgg iya bun, tenag aja bun. (Dengan sigap gua genjot sejadi2nya)

    Doi teriak kenikmatan ngerasain kontol gua yang keras, tapi gua tahan teriakannya pake tangan gua.

    “Pelan2 bun, ntar dedek bangun, malah jadi ruwet nanti,…
    “Udah om cepetan agghhh,, uuhhh ssshh aaahhh…

    Doi udah ga ada pikiran lain, yang ada dikepalanya hanya kenikmatan akan kontol yang ngegenjot memeknya. Hampir 10 menit kita ngentot diposisi gua yg diatas, merasa bosan gua putusin buat ganti gaya. Tanpa mencabut kontol gua, gua puter badan doi jadi nungging, kakinya doi tepat berada dipinggir kasur, dengan ganasnya gua tarik badannya sedikit supaya posisinya benar2 pas ketika sambil berdiri gua genjot dengan doggy style.

    “Uhhh om pelan2 doong…
    “Diem ah bun…

    Seperti sapi yang ditusuk hidungnya, doi cuma diem dan nurut, dan dengan blingsatan gua genjot lagi dari belakang.

    “Uuhggghh aaahgh aaarggghhh Omm Ampuunn…. Enaaak banget om,,, trusssss aaaarrgghhh…..
    “Mmmmsss Bundaaaa…. Ahhhrrgghh sama bun memek bunda juga enaak….
    “Aaaagghhhhrrr Oooomm trusss om trusss…

    Sambil genjot doi, gua tampar pantat sexynya, sesekali gua remes toketnya dari belakang…. Beberapa kali gua merasa si doi menggelinjang hebat diposisi ini, tapi gua ga berpuas diri, gua genjot trus sampai peluh keringat membasahi kami berdua, akhirnya bunda tumbang juga kesamping..

    “Ampun oooomm ampun, aku ga kuat omm…. Mmmsssshh (dengan lemes dan hampir ga mampu berbicara)
    “Enak aja, kan bunda tadi yang minta dimasukin..
    “Sumpah om aku udah lemess… Udah ya omm cukuupp…
    “ENGGAK! (Tanpa memperdulikan doi, gua angkat aja badannya)

    Gua paksa doi duduk disamping, trus giliran gua yang naik ke kasur, gua baring dibawah, dan gua paksa doi naikin gua.

    “Anggap aja aku kuda ya bun, hahah….
    “Isssshhh nakal….

    Dengan pura2 kesal, akhirnya naik juga doi, dan tanpa disuruh doi pun mulai goyanganya, dan saat itu gua bener2 kebawa suasananya, goyanyannya sungguh sexy dengan rambut terurai kesamping, doi berusaha ngiket rambutnya supaya ga ngeganggu, smbil genjotin gua, sambil iketin rambut dengan peluh diseluruh tubuh, dengan toket yang bergelayutan naik dan trun, gua berusaha ngimbangin dari bawah, sungguh pemandangan yang luar biasa sexy,

    “Ugghhhh ahhh ahh ssshhh mmmsssss, kita selesaiin ya om… (Setelah selesai ngiket rambut tangan doi sekrang di dada gua dan doi ngegiggit bibir bawahnya)

    Doi mulai mempercepat laju genjotannya, tangan gua nahan body doi, sesekali doi menegakkan badan sambil ngeremes toketnya yang naik turun dengan indah, gua juga ngelakuin hal yang sama, sesekali gua remes toketnya. Setelah hampir 5 menit kelihatan doi mulai kewalahan

    “Oommmm ga tahaaan ommm, truussss enaaak ommm arrrghhhh trusss mmmmsss
    “Iya bun trusss bun ahhhrrgghh, mmmssss, arrrghhh lagi bun lagi, aku juga mau sampe….
    “Aaarggg ahhh ahhhh sshhhh iya ooomm aku juga mau sampai oomm,, kali ini barengan yaaaa omm,, arrrggggghhh…. (kita sama2 mempercepat genjotan masing2 dan tanpa peringatan)
    “Ooooommmm aaarrggghhhh aku keeeelluaaaaarrr arrrghhhh (dengan teriakan yang sejadi2nya, doi pun tumbang ke pelukan gua, memeknya sungguh menjepit kontol gua dengan keras kali ini, lendirnya terasa sungguh banyak mengalir di kontol gua, badannya menggelinjang hebat, gua yang ga menyia2kan kesempatan nikmat ini, gua lanjut genjot habis2an dari bawah smbil memeluk doi)
    “Ahhhrrggg Buuun, aku keluarin didalem yaaa… Uuurrrgghh…sssshh plok plok plok plok plok….
    “Iyaaa Oooomm ahh ahhh ahh arrghh “Aaaaaarrrggghhhh… (Croooottt crooott croooottt) kontol gua pun memuntahkan peju didalam lubang kenikmatan doi.

    Sungguh benar2 nikmat persetubuhan ini, semua dilema, rasa bersalah, nafsu bertolak belakang dengan akal sehat… Sambil memeluk dan kontol gua belum lepas dari memek doi.

    “Bun, ga apa2 ni dikeluarin didalem?
    “Iya nggak apa2 om, aku kan pake spiral
    “Syukur deh bun kalo ga ap2…
    “Iya Om Dino, Tapi…. (Tiba2 aja air matanya mulai menitih)
    “Eehh jgn nangis Bun, tenaang kita memang berbuat salah, tetapi kita juga ga bisa bohong kalo ini memang kemauan kita. Kita hanya ditempat dan waktu yang salah, aku rasa klo pasangan kita diposisi yang sama mungkin mereka juga melakukan hal yang sama, iya kan? (biasaaa… Lagu lama, sok nenangin).
    “Iya deh om, tapi inget, jangan sampe Andi tau ya.. (sambil ngelepasin pelukan dan nunjuk muka gua pake telunjuknya)
    “Iyaaa tenang aja Bunda cantik, aku bakal diem kok asal dikasi jatah bulanan. (PLAK, tanpa diberi aba2 gua ditampar, ga keras sih, tapi lumayan mengejutkan)
    “Issshhh Maunya….. Yaudah ah beres2.

    Akhirnya doi kembali mungutin pakaiannya yg berserakan trus kembalin nyelesaiin celana gua yang kecuci. Gua bersih2 trus duduk dikursi sambil minum kopi dingin dan merokok sambil senyum2 klo keinget apa yang barusan terjadi.

    – END-

  • Foto Ngentot Majikan Dengan Pembantu Yang Hot & Seksi

    Foto Ngentot Majikan Dengan Pembantu Yang Hot & Seksi


    1698 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Foto Ngentot Dengan Asistenku Aiko Hirose Yang Hot

    Foto Ngentot Dengan Asistenku Aiko Hirose Yang Hot


    1788 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Video Bokep Ngentot Tante Maki Kyouko Yang Kangen Belain Laki-laki

    Video Bokep Ngentot Tante Maki Kyouko Yang Kangen Belain Laki-laki


    1660 views

  • Cerita Sex Aku Dihamili Anak Tetangga

    Cerita Sex Aku Dihamili Anak Tetangga


    2021 views

    Cerita Sex – Pas bulan puasa, tiba-tiba suamiku melakukan sesuatu yang mengherankanku. Dia mengajak Indun untuk membantu bersih-bersih rumah kami. Tentu saja aku senang, karena suamiku sudah bisa menerima kejadian waktu itu. Aku senang melihat mereka berdua bergotong-royong membersihkan halaman dan rumah.

    Indun dan Mas Prasojo nampak sudah bersikap biasa sebagaimana sebelum kejadian malam itu. Bahkan sesekali Indun kembali menginap di gazebo kami, karena kami merasa sepi juga tanpa kehadiran anak-anak.

    Si Rika semakin sibuk dengan urusan kampusnya, sementara si Sangga hanya pada malam hari saja menunjukkan mukanya di rumah. Semenjak itu, suasana di rumah kami menjadi kembali seperti sediakala.

    Tetap saja gazebo depan rumah sering ramai dikunjungi orang. Cuma sekarang Indun tidak pernah lagi menginap di sana. Mungkin karena hampir ujian, jadi dia harus banyak belajar di rumah. Beberapa bulan kemudian, tubuhku mulai berubah. Perutku mulai terlihat membuncit. Kedua payudara membesar. Memang kalau hamil, aku selalu mengalami pembengkakan pada kedua payudaraku.

    Hormonku membuatku selalu bernafsu. Mas Prasojo pun seolah-olah ikut mengalami perubahan hormon. Nafsu seksnya semakin menggebu melihat perubahan di tubuhku. Kalau pas di rumah, setiap malam kami bertempur habis-habisan.

    Gawatnya, payudaraku yang memang sebelumnya sudah besar menjadi bertambah besar. Semua bra yang kucoba sudah tidak muat lagi, padahal bra yang kupakai adalah ukuran terbesar yang ada di toko. Kata yang jual, aku harus pesan dulu untuk membeli bra yang pas di ukuran dadaku sekarang. Akhirnya aku nekat kalau di rumah jarang memakai bra. Kecuali kalau keluar, itupun aku menjadi tersiksa karena pembengkakan payudaraku.

    Aku menjadi seperti mesin seks. Dadaku besar, dan pantatku membusung. Seolah tak pernah puas dengan bercinta setiap malam. Suamiku mengimbangiku dengan nafsunya yang juga bertambah besar. Indun akhirnya tahu juga kehamilanku. Dia sering curi-curi pandang melihat perutku yang mulai membuncit.

    Aku tidak tahu, apakah dia sadar, kalau anak dalam kandunganku adalah hasil dari perbuatannya. Yang jelas, Indun menjadi sangat perhatian padaku. Setiap sore dia ke rumah untuk membantu apa saja. Bahkan di malam hari pun dia masih di rumah sambil sekali-kali meneruskan program mengaji anak-anakku.

    Pada suatu malam, Mas Prasojo harus pergi dinas ke luar kota. Malam itu kami membiarkan Indun sampai malam di rumah kami, sambil menjaga menjaga rumah. Aku harus ikut pengajian dengan ibu-ibu kampung. Jam setengah 10 malam aku baru pulang. Sampai di rumah, aku lihat Indun masih mengerjakan tugas sekolahnya di ruang tamu.
    “Ndun, Sangga sudah pulang?” tanyaku sambil menaruh payung, karena malam itu hujan cukup deras.
    “Belum, Bu”
    Aku lalu menelpon anak itu. Ternyata dia sedang mengerjakan tugas di rumah temannya. Aku percaya dengan Sangga, karena anak itu tidak seperti anak-anak yang suka hura-hura. Dia tipe anak yang sangat serius dalam belajar. Apalagi sekolahnya adalah sekolah teladan di kota kami. Jadi kubiarkan saja dia menginap di rumah temannya itu.
    Aku lalu berkata ke Indun, “Kamu nginap sini aja ya, aku takut nih, hujan deres banget dan Mas Prasojo gak pulang malam ini”.
    Memang aku selalu gak enak hati kalau cuaca buruk tanpa mas Prasojo. Takutnya kalau ada angin besar dan lampu mati. Apalagi kami sudah tidak ada lagi masalah dengan kejadian waktu itu.
    “Iya bu, sekalian aku ngerjain tugas di sini”, jawab Indun.
    Aku melepas kerudungku dan duduk di depan tivi di ruang keluarga. Agak malas juga aku ganti daster, dan juga ada si Indun, gak enak kalau dia nanti keingat kejadian dulu. Sambil masih tetap pakai baju muslim panjang aku menyelonjorkan kakiku di sofa, sementara si Indun masih sibuk mengerjakan kalukulus di ruang tamu.

    Bajuku baju panjang terusan. Agak gerah juga karena baju panjang itu, akhirnya aku masuk kamar dan melepas bra yang menyiksa payudara bengkakku. Aku juga melepas cd ku karena lembab yang luar biasa di celah vaginaku. Maklum ibu hamil.

    Kalau kalian lihat aku malam itu mungkin kalian juga bakalan nafsu deh, soalnya walaupun pakai baju panjang, tapi seluruh lekuk tubuhku pada keliatan, karena pantat dan payudaraku membesar. Acara tivi gak ada yang menarik. Akhirnya aku ingat untuk membuatkan Indun minuman. Sambil membawa kopi ke ruang tamu aku duduk menemani anak itu.

    “Wah, makasih , Bu. Kok repot-repot” katanya sungkan.
    “Gak papa, kok”
    Aku duduk di depannya sambil tak sengaja mengelus perutku.
    Indun malu-malu melihat perutku.
    “Bu, udah berapa bulan ya?” tanyanya kemudian, sambil meletakkan penanya.
    “Menurutmu berapa bulan? Masak nggak tahu?” tanyaku iseng menggodanya.
    Tiba-tiba mukanya memerah. Indun lalu menunduk malu.
    “Ya nggak tahu bu… Kok saya bisa tahu darimana?” jawabnya tersipu.
    Tiba-tiba aku sangat ingin memberi tahunya, kabar gembira yang sewajarnya juga dirasakan oleh bapak kandung dari anak dalam kandunganku.

    Dengan santai aku menjawab, “Lha bapaknya masak gak tahu umur anaknya?”
    Indun kaget, gak menyangka aku akan menjawab sejelas itu. Dia jelas gelagapan. Hehehe. Apa yang kau harap dari seorang anak ingusan yang tiba-tiba akan menjadi bapak.
    Wajahnya melongo melihatku takut-takut. Dia tidak tahu akan menjawab apa. Aku jadi tambah ingin menggodanya.

    “Kamu sih, bapak yang gak bertanggung jawab. Sudah menghamili pura-pura tidak tahu lagi”, kataku sambil melirik menggodanya.
    Aku mengelus-elus perutku. Geli juga lihat wajah Indun saat itu. Antara kaget dan bingung serta perasaan-perasaan yang tidak dimengertinya.
    “Aku… eeeee… maaf Bu… aku tidak tahu…” Indun menyeka keringat dingin di dahinya.
    “Memangnya kamu tidak suka anak dalam perutku ini anakmu?” tanyaku.
    “Eh… aku suka banget Bu.. Aku seneng…” Indun benar-benar kalut.
    “Ya udah, kalau benar-benar seneng, sini kamu rasakan gerakannya” kataku manja sambil mengelus perutku.
    “Boleh Bu? Aku pegang..?” tanyanya kawatir.
    “Ya, sini, kamu rasakan aja. Biar kalian dekat” perutku terlihat sangat membuncit karena baju muslim yang kupakai hampir tidak muat menyembunyikan bengkaknya. Indun bergeser dan duduk di sebelahku. Matanya menunduk melihat ke perutku. Takut-takut tangannya menuju ke perutku.

    Dengan tenang kupegang tangan itu dan kudaratkan ke bukit di perutku. Sebenarnya aku berbohong, karena umur begitu gerakan bayi belum terasa, tapi Indun mana tahu.

    Dengan hati-hati dia meletakkan telapaknya di perutku.


    “Maaf ya bu”, ijinnya. Aku membiarkan telapaknya menempel ketat di perutku. Dia diam seolah-olah mencoba mendengar apa yang ada di dalam rahimku. Aku merasa senang sekali karena biar bagaimanapun anak ingusan ini adalah bapak dari anak dalam kandunganku.
    “Kamu suka punya anak?” tanyaku.
    “Aku suka sekali, Bu, punya anak dari Ibu. Ohh.. Bu. Maafkan saya ya Bu” jawab Indun hampir tak kedengaran. Tangannya gemetar di atas perutku.

    Indun terlihat sangat kebingungan, tak tahu harus berbuat apa. Aku juga ikut bingung, dengan perasaan campur aduk. Antara bahagia, bingung, geli, dan macam-macam rasa gak jelas. Tiba-tiba dadaku berdebar-debar menatap anak muda itu. Anak itu sendiri masih takut-takut melihat mukaku. Kami berdua tiba-tiba terdiam tanpa tahu harus melakukan apa. Tangan Indun terdiam di atas perutku.

    “Ndun, kamu gimana perasaanmu lihat ibu-ibu yang lagi bengkak-bengkak kayak aku?” tanyaku memecah kesunyian.
    “Saya suka sekali sama Ibu……” jawabnya.
    “Kenapa?”
    “Ibu cantik..” jawabnya dengan muka memerah.
    “Ihh.. cantik dari mana? Aku khan udah tua dan lagian sekarang badanku kayak gini..” jawabku.
    Indun mengangkat wajahnya pelan menatapku, malu-malu.
    “Gak kok, Ibu tetep cantik banget…” jawabnya pelan. Tangannya mulai mengelus-elus perutku. Aku merasa geli, yang tiba-tiba jadi sedikit horny. Apalagi tadi malam Mas Prasojo belum sempat menyetubuhiku.
    “Kok waktu itu kamu tegang ngintip aku sama Mas Prasojo?” tanyaku manja. Mukaku memerah. Aku benar-benar bernafsu. Aneh juga, anak kecil ini pun sekarang membuatku pengen disetubuhi. Apa yang salah dengan tubuhku?
    “Aku nafsu lihat badan Ibu…” kali ini Indun menatap wajahku.

    Mukanya merah. Jelas dia bernafsu. Aku tahu banget muka laki-laki yang nafsu lihat aku.
    “Kalau sekarang? Masa masih nafsu juga, aku khan sudah membukit kayak gini..”
    Indun belingsatan.
    “Sekarang iya..” jawabnya sambil membetulkan celananya.
    “Idiiih…. Mana coba lihat?” godaku.
    Indun makin berani. Tangannya gemetar membuka celananya. Dari dalam celananya tersembul keluar sebatang penis jauh lebih kecil dari punya suamiku. Yang jelas, penis itu sudah sangat tegang.
    “Wah, kok sudah tegang banget. Pengen nengok anakmu ya?” godaku.
    Indun sudah menurunkan semua celananya. Tapi dia tidak tahu harus melakukan apa. Lucu lihat batang kecil itu tegak menantang. Aku sudah sangat horny. Vaginaku sudah mulai basah. Tak tahu kenapa bisa senafsu itu dekat dengan anak SMP ini. Dengan gemes, aku pegang penis Indun.
    “Mau dimasukin lagi?” tanyaku gemetar.
    “Iya bu.. Mau banget”
    Tanpa menunggu lagi aku menaikkan baju panjangku dan mengangkangkan kakiku. Segera vaginaku terpampang jelas di depan Indun. Rambut hitam vaginaku serasa sangat kontras dengan kulit putihku.
    Segera kubimbing penis anak itu ke dalam lobang vaginaku. Indun mengerang pelan, matanya terbeliak melihat penisnya pelan-pelan masuk ditelan vaginaku.

    “Ohhhh…… Buuu…..” desisnya.

    Bless, segera penis itu masuk seluruhnya dalam lobang vaginaku. Aku sendiri merasakan kenikmatan yang aneh. Entah kenapa, aku sangat ingin mengisi lobangku dengan batang itu.
    “Diemin dulu di dalam sebentar, biar kamu gak cepat keluar”, perintahku.
    “Iiiiiyaaa, Bu..” erangnya. Indun mendongakkan kepalanya menahan kenikmatan yang luar biasa baginya. Sengaja pelan-pelan kuremas penis itu dengan vaginaku, sambil kulihat reaksinya.
    “Ohhh…” Indun mengerang sambil mendongak ke atas.
    Kubiarkan dia merasakan sensasi itu. Pelan-pelan tanganku meremas pantatnya. Indun menunduk menatap wajahku di bawahnya. Pelan-pelan dia mulai bisa mengendalikan dirinya. Tampak nafasnya mulai agak teratur. Kupegang leher anak itu, dan kuturunkan mukanya. Muka kami semakin berdekatan. Bibirku lalu mencium bibirnya. Kamu berdua melenguh, lalu saling mengulum dan bermain lidah. Tangannya meremas dadaku. Aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Segera kuangkat sedikit pantatku untuk merasakan seluruh batang itu semakin ambles ke dalam vaginaku.
    “Ndun, ayo gerakin maju mundur pelan-pelan..” perintahku.
    Indun mulai memaju mundurkan pantatnya. Penisnya walaupun kecil, kalau sudah keras begitu nikmat sekali dalam vaginaku. Aku mengerang-erang sekarang. Vaginaku sudah basah sekali. Banjir mengalir sampai ke pantatku, bahkan mengenai sofa ruang tamu.

    Aku mengarahkan tangan Indun untuk meremas-remas payudaraku lagi. Dengan hati-hati dia berusaha tidak mengenai perutku, karena takut kandunganku. Ohhh… aku sudah sangat nafsuu… sekitar 15 menit Indun memaju mundurkan pantatnya. Tidak mengira dia sekarang sekuat itu. Mungkin dulu dia panik dan belum terbiasa. Aku tiba-tiba merasakan orgasme yang luar biasa.
    “Ohhhh…” teriakku. Tubuhku melengkung ke atas. Indun terdiam dengan tetap menancapkan penisnya dalam lobangku. “Aku sampai, Ndunnnn……” aku terengah-engah.
    Sambil tetap membiarkan penisnya di dalam vaginaku, aku memeluk ABG itu. Badannya penuh keringat. Kami terdiam selama berepa menit sambil berpelukan. Penis Indun masih keras dan tegang di dalam vaginaku.

    “Ndun, pindah kamar yuk”, ajakku.

    Indun mengangguk. Dicabutnya penisnya dan berdiri di depanku. Aku ikut berdiri gemetar karena dampak orgasme yang mengebu barusan. Kemudian aku membimbing tangan anak itu membawanya ke kamarku. Di kamar aku meminta dia melepaskan bajuku, karena agak repot melepas baju ini. Di depan pemuda itu aku kini telanjang bulat. Indun juga melepas bajunya. Sekarang kami berdua telanjang dan saling berpelukan. Aku lihat penisnya masih tegak mengacung ke atas. Aku rebahkan pemuda itu di kasurku. Lalu aku naik ke atas dan kembali memasukkan penisnya ke vaginaku. Kali ini aku yang menggenjotnya maju mundur. Tangan Indun meremas-remas susuku. Ohh, nikmat sekali. Penis kecil itu benar-benar hebat. Dia berdiri tegak terus tanpa mengendor seidkit pun. Aku sengaja memutar-mutar pantatku supaya penis itu cepat muncrat. Tapi tetap saja posisinya sama. Aku kembali orgasme, bahkan sampai dua kali lagi. Orgasme ketiga aku sudah kelelahan yang luar biasa. Aku peluk pemuda itu dan kupegang penisnya yang masih tegak mengacung. Kami berpelukan di tengah ranjang yang biasa kupakai bercinta dengan suamiku.
    “Aduuuh, Ndun.. kamu kuat juga ya. Kamu masih belum keluar ya?”
    “Gak papa Bu…” jawabnya pelan.
    Tiba-tiba aku punya ide untuk membantu Indun. Kuraih batang kecil itu dan kembali kumasukkan dalam vaginaku. Kali ini kami saling berpelukan sambil berbaring bersisian.
    “Ndun, Ibu udah lelah banget. Batangmu dibiarin aja ya di dalam, sampai kamu keluar…” bisikku.

    Indun mengangguk. Kami kembali berpelukan bagai sepasang kekasih. Vaginaku berkedut-kedut menerima batang itu. Kubiarkan banjir mengalir membasahi vaginaku, Indun juga membiarkan penisnya tersimpan rapi dalam vaginaku. Karena kelelahan aku tertidur dengan penis dalam vaginaku. Gak tahu berapa jam aku tertidur dengan penis masih dalam vaginaku, ketika jam 1 malam tiba hpku menerima sms. Aku terbangun dan melihat Indun masih menatap wajahku sambil membiarkan penisnya diam dalam lobangku.
    “Aduh, Ndun. Kamu belum bisa bobok? Aduuuh, soriiii ya…” kataku sambil meremas penisnya dengan vaginaku.
    “Gak papa kok, Bu. Aku seneng banget di dalam..” kata Indun.
    Tanpa merubah posisi aku meraih hpku di meja samping ranjang. Kubuka sms, ternyata dari Mas Prasojo: “Hai Say, udah bobok? Kalau blum aku pengen telp”.
    Aku segera balas: “Baru terbangn, telp aja, kangen”
    Segera setelah kubalas sms, Mas Prasojo menelponku. Aku menerima telepon sambil berbaring dan membiarkan penis Indun di dalam vaginaku.

    “Hei… Sorii ganggu, udah bobok apa?” tanyanya.
    “Gak papa Mas, kangen. Kapan jadinya balik?” tanyaku.
    “Lusa, Dik, ini aku masih di jalan. Lagi ada pembekalan masyarakat. Gimana anak-anak?”
    “Hmmm…. ” aku agak menggeliat. Indun memajukan pantatnya, takut lepas penisnya dari lobangku. Aku meletakkan jariku di bibirnya, agar dia tak bersuara. Indun mengangguk sambil tersenyum.
    “Baik, mereka oke-oke saja kok. Udah pada makan dan bobok nyenyak dari jam 9 tadi. Aku kangen mas…”
    “Sama.. Pengen nih” kata suamiku.
    “Sini, mau di mulut apa di bawah?” tanyaku nakal.
    “Mana aja deh”
    “Nih, pakai mulutku aja, udah lama gak dikasih. Udah gatel, hihih…” godaku.
    “Aduuh Dik. Aku lagi di kampung sepi. Malah jadi kangen sama kamu. Gimana hayooo?” rengek suamiku.
    Kami memang biasa saling terbuka soal kebutuhan seks kami.
    “Kocok aja Mas, aku juga mau” kataku manja.
    Kemudian aku menggeser Indun agar menindih di atas tubuhku. Sambil tanganku menutup hp, aku berbisik ke Indun, “Sekarang kamu genjot aku sekencang-kencangnya sampai keluar, ya. Sekuat-kuatnya”.
    Indun mengangguk. Aku menjawab telepon suamiku, “Ayo, mas, buka celananya..”
    Aku mengambil cdku di sampingku, lalu kujejalkan ke mulut Indun. Indun tahu maksudku agar dia tidak bersuara.
    “Oke, Dik. Aku sudah menghunus rudalku..”

    Sambil menjawab mesra aku menekan pantat Indun agar segera memaju mundurkan penisnya dalam vaginaku. Indun segera membalasnya, dan mulai menggenjotku. Aku menyuruhnya untuk menurunkan kakinya ke samping ranjang sehingga perutku tidak tertindih badannya. Sementara aku mengangkang dengan dua kakiku terangkat ke samping kiri dan kanan badan laki-laki abg itu. Ohhh, ya Tuhan. Bagai kesetanan, Indun menggenjotku seperti yang kuperintahkan. Aku mengerang-erang, begitu juga suamiku.


    “Mas, aku masturbasi kesetanan ini….. Pengen banget…. Kamu kocok kuat-kuat yaaa….. Ahhhhh”
    “Iyyyyaaaa… Ooohhh, untung aku bawa cdmu, buat ngocok nihh…. Ohhhhh” erang suamiku.
    Tak kalah hebatnya, Indun menggasak lobangku dengan tanpa kompromi. Badan kurusnya maju mundur secepat bor listrik. Aku mengerang-erang tidak karuan.

    Suara lobangku berdecit-decit karena banjir dan gesekan dengan penis Indun. Benar-benar gila malam ini. Aku sudah tidak ingat lagi berapa lama aku digenjot Indun. Suaraku penuh nafsu bertukar kata-kata mesra dengan suamiku. Indun seolah-olah tak pernah lelah. Tubuhnya sudah banjir keringat. Stamina mudanya benar-benar membanggakan.

    Keringat juga membanjiri tubuhku. Sementara suara suamiku juga meraung-raung kenikmatan, semoga kamar dia di perjalan dinas itu kamar yang kedap suara. Beberapa saat kemudian aku kehabisan tenaga. Kuminta Indun untuk berhenti sejenak. Pemuda itu nampak terengah-engah sehabis menggenjotku habis-habisan. Setelah itu kami melanjutkan permainan kami. Indun dengan kuatnya menggenjotku habis-habisan.

    Aku tak tahu lagi apa yang kecerecaukan di telepon, tapi nampaknya suamiku juga sama saja. Beberapa saat kemudian aku dan suamiku sama-sama berteriak, kami sama-sama keluar. Aku terengah-engah mengatur nafasku. Lalu suamiku memberi salam mesra dan ciuman jarak jauh. Kami betul-betul terpuaskan malam ini. Setelah ngobrol-ngobrol singkat, suamiku menutup teleponnya.

    Di kamarku, Indun masih menggenjotku pelan-pelan. Dia belum keluar rupanya. Wah, gila. Aku kawatir jepitanku mungkin sudah tidak mempan buat penisnya yang masih tumbuh. Kubiarkan penis pemuda itu mengobok-obok vaginaku. Tiba-tiba kudorong Indun, sehingga lepas penis dari lobangku.

    “Ohhh”, lenguhnya kecewa.
    Lalu aku tarik dia naik ke tempat tidur, dan aku segera menungging di depannya. Indun tahu maksudku. Dia segera mengarahkan penisnya ke vaginaku. Tapi segera kupegang penis itu dan kuarahkan ke lobang yang lain. Pantatku! Mungkin di sanalah penis Indun akan dijepit dengan maksimal, pikirku tanpa pertimbangan. Indun sadar apa yang kulakukan. Disodokkannya penisnya ke lobang pantatku. Tapi lobang itu ternyata masih terlalu kecil bahkan buat penis Indun. Aku berdiri dan menyuruhnya menunggu.

    Lalu aku turun dan mengambil jelli organik dari dalam rak obat di kamar mandi. Dengan setia Indun menunggu dengan penis yang juga setia mengacung. Jelli itu kuoleskan ke seluruh batang Indun, dan sebagian kuusap-usapkan ke sekitar lobang pantatku. Kembali aku menunggingkan pantatku. Indun mengarahkan kotolnya kembali dan pelan-pelan lobang itu berhasil di terobosnya.

    “Ohhhhh…..” desisku. Sensasinya sangat luar biasa. Pelan-pelan batang penis itu menyusup di lobang yang sempit itu.
    Indun mengerang keras. Setengah perjalanan, penis itu berhenti. Baru separo yang masuk. Indun terengah-engah, begitu juga aku.
    “Pelan-pelan, Ndun…” bisikku.
    Indun memegang bongkahan pantatku, dan kembali menyodokkan penisnya ke lobangku. Dan akhirnya seluruh batang itu masuk manis dalam lobang pantatku.
    “Ohhh, Tuhan…” rasanya sangat luar biasa, antara sakit dan nikmat yang tak terceritakan. Aku mengerang. Kami berdiam beberapa menit, membiarkan lobangku terbiasa dengan batang penis itu. Setelah itu Indun mulai memaju mundukan pinggangnya. Rasanya luar biasa. Pengalaman baru yang membuatku ketagihan. Beberapa saat kemudian, Indun mengerang-erang keras. Dia memaksakan menggejot pantatku dengan cepat, tapi karena sangat sempit,
    genjotannya tidak bisa lancar. Kemudian,
    “ohhhhh…”
    Indun memuncratkan spermanya dalam pantatku. Crot…Aku tersungkur dan Indun terlentang ke belakang. Muncratannya sebagian mengenai punggungku. Kami sama-sama terengah-engah dan kelelahan yang luar biasa. Aku membalikkan tubuhku dan memeluk Indun yang terkapar tanpa daya. Kami berpelukan dengan telanjang bulat sepanjang malam.

    Paginya, aku bangun jam 6 pagi. ABG itu masih ada dalam pelukanku. Oh, Tuhan. Untung aku mengunci kamarku. Mbok Imah tetangga yang biasa bantuin ngurusin anak-anak sudah terdengar suaranya di belakang. Oh.. Apa yang sudah kulakukan tadi malam, aku benar-benar tidak habis pikir. Kalau malam waktu itu benar-benar hanya sebuah kecelakaan. Tapi malam ini, aku dan Indun benar-benar melakukannya dengan penuh kesadaran. Apa yang kulakukan pada anak abg ini? Aku jadi gelisah memikirkannya, aku takut membuat anak ini menjadi anak yang salah jalan. Rasa bersalah itu membuatku merasa bertambah sayang pada anak kecil itu. Kurangkul kembali tubuh kecil itu dan kuciumin pipinya. Tubuh kami masih sama-sama telanjang. Aku lihat si Indun masih nyenyak tidur. Mukanya nampak manis sekali pagi itu. Aku mengecup pipi anak itu dan membangunkannya.
    “Ndun… Bangun. Kamu sekolah khan?” bisikku.
    Indun nampak kaget dan segera duduk.

    “Oh, Bu.. Maaf aku kesiangan…” katanya gugup.
    “Gak papa Ndun, aku yang salah mengajakmu tadi malam”
    Kami berpandangan.
    “Maaf Bu. Aku benar-benar tidak sopan”
    “Lho, khan bukan kamu yang mengajak kita tidur bersama. Aku yang salah Ndun” bisikku pelan.
    Indun menatapku, “Aku sayang sama Ibu…” katanya pelan.
    “Ndun, kamu punya pacar?”


    “Belum, bu”
    “Kamu janji ya jangan cerita-cerita ke siapa-siapa ya soal kita”
    “Iya bu, gak mungkinlah”
    “Aku takut kamu rusak karena aku”
    “Gak kok Bu, aku sayang sama Ibu”
    “Kamu jangan melakukan ini ke sembarang orang ya” kataku kawatir.
    “Tidak Bu, aku bukan cowok seperti itu. Tapi kalau sama Ibu, masih boleh ya…” katanya pelan.
    Tiba-tiba aku sangat ingin memeluk anak itu.
    “Aku juga sayang kamu Ndun. Sini Ibu peluk” Indun mendekat dan kami berpelukan sambil berdiri. Tangannya merangkul pinggangku, dan aku memegang pantatnya. Kami berpelukan lama dan saling berpandangan. Lalu bibir kami saling berpagutan. Gila, aku benar-benar serasa berpacaran dengan anak kecil itu. Mulut kami saling bergumul dengan panasnya.
    Aku lihat penis anak itu masih tegak berdiri, mungkin karena efek pagi hari. Tanganku meraih batang itu dan mengocoknya pelan-pelan.

    Aku berpikir cepat, karena pagi ini Indun harus sekolah, aku harus segera menuntaskan ketegangan penis itu. Aku segera membalikkan tubuhku dan berpegangan pada meja rias. Sambil melihat Indun lewat cermin aku menyuruhnya.
    “Ndun, kamu pakai jeli itu lagi. Cepat masukin lagi penismu ke pantat Ibu”
    Indun buru-buru melumas batangnya. Aku menyorongkan bungkahan pantatku. Dari cermin aku dapat melihat muku dan badanku sendiri. Ohh… agak malu juga aku melihat tubuhku yang mulai membengkak di sana-sini, tapi masih penuh dengan nafsu birahi.
    “Cepat Ndun, nanti kamu terlambat sekolah”, perintahku.
    Sambil memeluk perutku, Indun mendorong penisnya masuk ke lobang pantatku. Lobang yang semalam sudah disodok-sodok itu segera menerima batang yang mengeras itu. Segera kami sudah melakukan persetubuhan lagi. Aku dapat melihat adegan seksi itu lewat cermin, di mana mukaku terlihat sangat nafsu dan juga muka Indun yang mengerang-erang di belakangku.

    “Ayo, Ndun, sodok yang kuat”

    “Iyyyaaa.. Bu”

    “Terusss… Cepat”

    Sodokan-sodokan Indun semakin cepat. Lobang pantatku semakin elastis menerima batang imut itu. Sungguh kenikmatan yang luar biasa. Tidak berapa lama kemudian kami berdua sama-sama mencapai puncak kenikmatan. Indun membiarkan cairan spermanya meluncur deras dalam pantatku. Kami sama-sama terengah-engah menikmati puncak yang barusan kami daki.
    “Ohhh…”
    Sejenak kemudian aku lepaskan pantatku dari penisnya.

    “Udah Ndun. Sana kamu mandi, pulang. Nanti kamu terlambat lho sekolahnya” kataku sambil tersenyum.
    Indun mencari-cari pakaiannya. Tiba-tiba kami sadar kalau celana Indun ada di ruang tamu. Aku suruh si Indun nunggu di kamar, dan aku segera berpakaian dan keluar ke ruang tamu. Moga-moga belum ada yang menemukan celana itu. Untungnya celana itu teronggok di bawah sofa dan terselip, sehingga Mbok Imah yang biasanya sibuk dulu menyiapkan sarapan belum sempat membereskan ruang tamu. Celana itu segera kuambil dan kubawa ke kamar. Si Indun yang tadinya nampak panik berubah tenang.

    Setelah memakai celananya, Indun kusuruh cepat-cepat keluar ke ruang tamu dan mengambil tas belajarnya yang semalam tergeletak di meja tamu. Setelah itu dia pamit pulang. Aku segera mandi. Di kamar mandi aku merasakan sedikit perih di bagian lobang pantatku. Baru kali ini lobang itu menjadi alat seks, itu pun justru dengan anak kecil yang belum tahu apa-apa. Ada sedikit rasa sesal, tapi segera kuguyur kepalaku untuk menghilangkan rasa gundah di dadaku.

    Sorenya Indun kembali main ke rumah. Dia sudah sibuk membereskan buku-buku di gazebo kami. Malam itu Indun tidur lagi di kamarku. Mas Prasojo baru pulang besok harinya. Selama berjam-jam kami kembali bercinta. Kami saling berpelukan dan berbagi kasih selayaknya sepasang kekasih. Tapi sebelum jam 1 aku suruh Indun untuk segera tidur, aku kawatir sekolahnya akan terganggu karena aktivitasku.

    “Ndun, tadi kamu di sekolah gimana?” bisikku setelah kami selesai ronde ke tiga. Kami berpelukan dengan mesra di tengah ranjang.
    “Biasa aja Bu”
    “Kamu gak kelelahan atau ngantuk di sekolah?”
    “Iya Bu, sedikit. Tapi gak papa, aku tadi sempat tidur siang”
    “Aku takut menganggu sekolahmu”
    “Gak kok Bu. Tadi aku bisa ngikutin pelajaran”
    “Okelah kalau gitu. Tapi setelah ini kamu tidur ya, gak usah diterusin dulu”
    “Iya Bu”
    “Besok Mas Prasojo pulang, kamu gak bisa nginap disini”
    “Iya, Bu. Tapi kapan-kapan saya siap menemani Ibu di sini”
    “Yee…. maunya. Ya gak papa”, kataku sambil mencubit pinggangnya.
    “Aku mau jadi pacar Ibu”
    “Lho aku khan sudah bersuami?”
    “Ya gak papa, jadi apa saja deh”
    “Aku justru kasihan sama kamu. Besok-besok kalau kamu udah siap, kamu cari pacar yang bener ya?”
    “Iya Bu. Aku tetap sayang sama Ibu. Mau dijadiin apa saja juga mau”
    “Idihh.. ya udah. Bobok yuk” kataku kelelahan.
    Kami tidur berpelukan sampai pagi.

    Setelah malam itu, aku semakin sering bercinta dengan Indun. Kapan pun ada kesempatan, kami berdua akan melakukannya. Indun sangat memperhatikan bayi dalam kandunganku. Setiap ada kesempatan, dia menciumi perutku dan mengelus-elusnya. Kasihan juga aku lihat anak kecil itu sudah merasa harus jadi bapak. Herannya, aku juga kecanduan dengan penis kecil anak itu. Padahal aku sudah punya penis yang jauh lebih besar dan tersedia untukku. Bayangkan, beda usiaku dengan Indun mungkin sekitar 27 tahun. Bahkan anak itu lebih cocok menjadi adik anak-anakku. Tapi hubungan kami bertambah mesra seiring usia kehamilanku yang semakin membesar. Indun bahkan sering ikut menemaniku ke dokter tatkala suamiku sedang dinas keluar. Indun semakin perhatian padaku dan anak dalam kandunganku. Kami sangat bahagia karena bayi dalam kandunganku berada dalam kondisi sehat. Aku selalu mengingatkan Indun untuk tetap fokus pada sekolahnya, dan jangan terlalu memikirkan anaknya. Yang paling tidak bisa dicegah adalah, Indun semakin lama semakin kecanduan lobang pantatku. Lama-lama aku juga merasakan hal yang sama. Seolah-olah lobang pantatku menjadi milik eksklusif Indun, sementara lobang-lobangku yang lain dibagi antara Indun dan suamiku. Sampai sekarang, suamiku tidak pernah tahu kalau pantatku sudah dijebol oleh Indun. Lama-lama aku kawatir juga dengan cerita tentang hubungan kelamin lewat pantat dapat menimbulkan berbagai penyakit, termasuk AIDS. Aku akhirnya menyediakan kondom untuk Indun kalau dia minta lobang pantatku. Indun sih oke-oke saja. Dia juga kawatir, walaupun dia sangat senang ketika masuk ke lubang pantatku.
    Untung aku dan suamiku juga kadang-kadang memakai kondom, sehingga aku tidak canggung lagi membeli kondom di apotik. Bahkan aku sering mendapat kondom gratis dari kelurahan. Mungkin karena masih masa pertumbuhan, dan sering kupakai, aku melihat lama kelamaan penis Indun juga mengalami pembesaran. Penis yang semakin berpengalaman itu tidak lagi seperti penis imut pada waktu pertama kali masuk ke vaginaku, tapi sudah menjelma menjadi penis dewasa dan berurat ketika tegang. Aku sadar, kalau aku adalah salah satu sebab dari pertumbuhan instant dari penis Indun. Kekuatan penis Indun juga semakin luar biasa. Dia tidak lagi gampang keluar, bahkan kalau dipikir-pikir, dia mungkin lebih kuat dari suamiku. Karena perutku semakin membesar aku jadi sering pakai celana legging yang lentur dan baju kaos ketat yang berbahan sangat lentur. Kalau di rumah aku bahkan hanya pakai kaos panjang tanpa bawahan. Orang pasti mengira aku selalu pakai cd, padahal sering aku malas memakainya. Entah karena gawan ibu hamil atau karena nafsu birahiku yang semakin gila.

    Waktu ibu Indun mau naik haji, aku ikut sibuk dengan ibu-ibu kampung untuk mempersiapkan pengajian haji. Biasalah, kalau mau naik haji pasti hebohnya minta ampun. Aku termasuk dekat dengan ibu Indun. Namanya bu Masuroh, yang biasa dipanggil Bu Ro. Karena keluarga Indun termasuk keluarga yang terpandang di desa kami, maka acara pengajian itu menjadi acara yang besar-besaran. Banyak ibu-ibu yang ikut sibuk di rumah Bu Ro. Kalau aku ke sana aku lebih sering karena ingin ketemu Indun.

    Acara pengajian dan keberadaan Mas Prasojo di rumah membuat kesempatanku bertemu dengan Indun menjadi sangat terbatas. Sudah lama Indun tidak merasakan lobang pantatku. Aku sendiri bingung bagaimana mencari kesempatan untuk ketemu Indun. Walaupun aku sering pergi ke rumahnya dan kadang-kadang juga diantar Indun untuk berbelanja sesuatu untuk keperluan pengajian, tapi tetap saja kami tidak punya kesempatan untuk bercinta. Akhirnya pada saat pengajian besar itu aku mendapatkan ide. Sorenya, segera kutelepon Indun menggunakan telepon rumah, karena aku sangat hati-hati memakai hp, apalagi untuk urusan Indun.
    “Assalamu’alaikum, Bu. Ini Bu Lani. Gimana Bu persiapan nanti malam, sudah beres semua?”
    “Oh, Bu Lani. Sudah Bu. Nanti datangnya agak sorean ya bu. Kalau gak ada Ibu, kita bingung nih” jawab Bu Ro.
    “Iya, beres Bu. Saya sama Bu Anjar sudah kangenan setelah magrib langsung kesitu, kok Bu. Indun ada Bu Ro?”
    “Ada Bu, sebentar ya Bu”
    Setelah Indun yang memegang telepon, aku segera bilang:
    “Ndun nanti malam kamu pake celana yang bisa dibuka depannya ya” kataku pelan
    “Iya Bu” jawab Indun agak bingung.
    “Terus kamu pakai kondom kamu…”
    Malam itu pengajian dilangsungkan dengan besar-besaran. Halaman RW kami yang luas hampir tidak bisa menampung jama’ah yang datang dari seluruh penjuru kota. Bu Ro memang tokoh yang disegani masyarakat. Aku datang bersama ibu-ibu RT dengan memakai baju atasan longgar yang menutup sampai bawah pinggang. Bawahannya aku memakai legging ketat, karena memang lagi biasa dipakai ibu-ibu pada saat ini. Apalagi aku lagi hamil, pasti orang-orang pada maklum akan kondisiku.

    Yang tidak biasa adalah bahwa aku tidak memakai apapun di balik celana leggingku. Sengaja aku tinggalkan cdku di rumah, karena aku punya sebuah ide untuk Indun. Setelah semua urusan kepanitiaan beres, aku segera bergabung dengan ibu-ibu jama’ah pengajian. Tapi kemudian aku dan beberapa ibu yang lain pindah ke halaman, karena lebih bebas dan bisa berdiri. Hanya saja halaman itu sudah sangat penuh dan berdesak-desakan. Justru aku memilih tempat yang paling ramai oleh pengunjung. Di kejauhan aku melihat Indun dan memberinya kode untuk mengikutiku. Indun beranjak menuju ke arahku, sementara aku mengajak Bu Anjar untuk ke sebuah lokasi di bawah pohon di lapangan RW. Lokasi itu agak gelap karena bayangan lampu tertutup rindangnya pohon. Walaupun demikian, banyak anggota jama’ah di situ yang berdiri berdesak-desakan.

    “Kita sini aja Bu, kalau Ibu mau. Tapi kalau ibu keberatan, silakan Ibu pindah ke sana” kataku pada Bu Anjar.
    “Gak papa Bu, di sini lebih bebas. Bisa bolos kalau udah kemaleman, hihihi..” kata Bu Anjar.
    “Iya , ya. Biasanya pengajian ginian bisa sampai jam 12 lho”
    Kami lalu bercakap-cakap dengan seru sambil mendengarkan pengajian. Ternyata di sebelah Bu Anjar adan Bu Kesti yang juara negrumpi. Kami segera terlibat pembicaraan serius sambil sekali-kali mendengarkan ceramah kalau pas ada cerita-cerita lucu. Kami berdiri agak di barisan tengah, Bu Anjar dan Bu Kesti mendapat tempat duduk di sebelahku.
    “Bu, monggo kalau mau duduk” tawarnya padaku.
    “Wah gak usah Bu. Saya lebih suka berdiri gini aja” jawabku. Padahal aku sedang menunggu Indun yang sedang berusaha menyibak kerumunan menuju ke arah kami.

    Akhirnya Indun tiba di belakangku. Dua ibu-ibu sebelahku tidak memperhatikan kehadiran Indun, tapi aku melirik anak muda itu dan menyuruhnya berdiri tepat di belakangku. Aku bergeser berdiri sedikit di belakang bangku Bu Anjar dan Bu Kesti. Sementara Indun dengan segera berdiri tepat di belakangku. Dengan diam-diam aku menempelkan pantatku ke badan Indun. Indun tersenyum dan memajukan badannya. Pantatku yang semlohai segera menempel pada penis Indun yang sudah tegang di balik celananya.
    Aku berbisik pada Indun, “buka, Ndun. Udah pakai kondom?”

    Indun mengangguk dan membuka risliting celananya. Segera tersembul batangnya yang sudah mengeras. Segera kusibakkan baju panjangku ke atas dan nampaklah leggingku sudah kuberi lobang di bagian belahan pantatku. Indun nampak terkejut, dan sekaligus mengerti maksudku. Dengan pelan-pelan diarahkannya batang kerasnya ke lobang pantatku. Dan, slepppp. Masuklah batang itu ke lobang favoritnya. Tangan Indun masuk ke dalam bajuku sambil mengelus-elus perutku. Batangnya berada di dalam lobangku sambil sesekali dimaju mundurin. Kami bercinta di tengah keramaian dengan tanpa ada yang menyadarinya. Walaupun begitu aku tetap bercakap-cakap dengan dua ibu-ibu tetanggaku itu. Sementara di kanan kiri kami orang-orang sibuk mendengarkan ceramah dengan berdesak-desakan.

    Sekitar satu jam Indun memelukku dalam gelap dari belakang. Tiba-tiba vaginaku berkedut-kedut, pengen ikut disodok. Kalau dari belakang berarti aku harus lebih nunduk lagi. Pelan-pelan kutarik keluar penis Indun dan kulepas kondomnya. Aku kembali mengarahkannya, kali ini ke lubang vaginaku. Indun mengerti. Lalu, bless.. dengan lancarnya penis itu masuk ke vaginaku dari belakang. Ohh, enak sekali. Aku mulai tidak konsentrasi terhadap ceramah maupun obrolan dua ibu-ibu itu. Karena hanya sesekali kami bergoyang, maka adegan persetubuhan itu berlangsung cukup lama. Kepalaku sudah mulai berkunang-kunang kenikmatan. Di tengkukku aku merasakan nafas Indun semakin ngos-ngosan. Beberapa saat kemudian, aku mengalami orgasme hebat, tanganku gemetar dan langsung memegang sandaran bangku di depanku. Indun juga kemudian memuncratkan maninya dalam vaginaku. Kami berdua hampir bersamaan mengalami orgasme itu. Setelah agak reda, aku mendorong Indun dan mengeluarkan penisnya. Cepat-cepat Indun memasukkan dalam celananya, dan kuturunkan baju bagian belakangku. Aku dan ibu-ibu itu memutuskan untuk pulang sebelum acara selesai. Untung saja aku dan Indun sudah selesai. Dengan mengedipkan mata, aku menyuruh Indun untuk meninggalkan lokasi. Akhirnya terpuaskan juga hasrat kami setelah hari-hari yang sibuk yang memisahkan kami.

  • Foto Bugil Gadis Jepang Yang Cantik & seksi

    Foto Bugil Gadis Jepang Yang Cantik & seksi


    1783 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Foto Ngentot Miu Watanabe Mendesah Kenikmatan

    Foto Ngentot Miu Watanabe Mendesah Kenikmatan


    1700 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Foto Bugil Jepang Hot Terbaru 2018!!!!

    Foto Bugil Jepang Hot Terbaru 2018!!!!


    1834 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Foto Ngentot Si Imut Sana Anzyu Yang Menggairahkan

    Foto Ngentot Si Imut Sana Anzyu Yang Menggairahkan


    1567 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Foto Bugil Valeria Gadis Panggilan Yang Menggoda

    Foto Bugil Valeria Gadis Panggilan Yang Menggoda


    2197 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Foto Bugil Shino Aoi Lagi Sange Berat

    Foto Bugil Shino Aoi Lagi Sange Berat


    1767 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Foto Ngentot Sungguh Nikmat Kontol Pacarku Yang Panjang

    Foto Ngentot Sungguh Nikmat Kontol Pacarku Yang Panjang


    1762 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat sore sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Cerita Panas Rahasia Seorang Istri Pengusaha

    Cerita Panas Rahasia Seorang Istri Pengusaha


    1530 views

    Cerita Panas – Sebuah perampokan di bank membawa pengalaman baru bagi istri seorang pengusaha. Suaminya menganggap itu kejadian musibah biasa, tapi sang istri menyimpan itu sebagai suatu rahasia. Diikat menjadi satu dengan Satpam bank akhirnya membawa sensasi luar biasa.

    Perampokan bersenjata di bank siang itu membawa pengalaman traumatik bagi Aris Hendrawan (35), seorang pengusaha mutiara. Siang itu ia bersama istrinya Kristin (30) berada dalam bank tersebut untuk sebuah transaksi keuangan perusahaan mereka.

    Suasana bank cukup ramai, bersama para nasabah lainnya Aris dan Kristin mengantri menunggu layanan kasir. Tiga kasir bank sibuk melayani nasabah, satu persatu.

    Lima orang lelaki perbusana serba hitam ditutup jaket kulit hitam tiba-tiba masuk ke ruang tunggu dan langsung mengeluarkan senjata api jenis pistol dan sebuah laras panjang.

    “Jangan ada yang bergerak.. semuanya diam, jangan membuat tindakan ceroboh atau kepala kalian akan pecah,” teriak seorang lelaki yang memimpin.

    Ini perampokan, pikir Aris. Suasana sempat kacau penuh teriakan dan para nasabah berhamburan, Aris mengikuti beberapa nasabah yang lari ke lantai dua.

    Kawanan rampok itu kemudian menyebar, dua orang masuk ke sisi kasir, sedangkan tiga lainnya sibuk mengacungkan senjata ke nasabah. Seorang lainnya mengejar nasabah yang lari ke lantai dua.

    Aris dan enam nasabah dilantai dua tak berkutik ditodong senjata, mulit mereka ditempel lakban, sementara para nasabah di lantai dasar juga sudah sepi tak berani bersuara.

    Kawanan rampok mengikat para nasabah. Ada yang tiga menjadi satu, ada yang dua menjadi satu, dan semua mulut mereka ditempel lakban.

    Dari balkon dalam lantai dua, bisa melihat semua di lantai satu, tapi ia mendadak khawatir karena tidak melihat Kristin istrinya.

    Seorang perampok menjaga di pintu, satpam yang berjaga di meja dalam juga tidak terlihat, hanya pakaiannya tergeletak di lantai, mungkin ia ditelanjangi rampok.

    Dua kawanan rampok naik ke lantai dua untuk memeriksa letak brangkas diantar seorang wanita kasir yang ditodong pistol.

    Aris mencoba bergeser ke ujung balkon, ia mencari Kritin.Aris lega, ternyata Kristin berada di sebuah lorong sempit menuju toilet. Aris meihatnya terikat menjadi satu dengan seorang lelaki tegap, ia pasti satpam bank, karena hanya mengenakan celana kolor dan kaos dalam.

    Tubuh Kristin dan satpam itu terikat menyatu berhadapan dilakban melingkar dibagian pinggang dan dada. Tangan mereka juga diikat lakban ke belakang. Keduanya berbaring dilorong menyamping berhadapan, mulut masing-masing juga tertutup lakban.

    Dalam suasana tegang itu, Aris melihat satpam dan Kristin terus berusaha melepas ikatan mereka dengan cara bergerak terus bersamaan untuk melonggarkan lilitan lakban.

    Perampokan berjalan hampir satu jam, sampai akhirnya kawanan rampok berhasil kabur membawa jarahannya. Aris bersyukur, Kristin dan satpam bank akhirnya terlepas dari ikatan. Si satpam kemudian membantu nasabah lainnya sementara Kristin membuak ikatan Aris.

    “Untung kita nggak diapa-apakan ya ma..,” kata Aris merangkul istrinya. Mereka kemudian pulang.

    Bagi Kristin, perampokan di bank itu menimbulkan trauma sesaat tetapi berakhir dengan sensasi seks yang selama ini tak pernah ia bayangkan.

    Terikat di lorong sempit dengan tubuh berdempetan berhadapan dengan lelaki lain membuat Kristin risih bukan kepalang, apalagi si lelaki hanya mengenakan kaos dalam dan celana kolor. Tapi perasaan itu terkubur lantaran takut yang dirasakannya melihat kawanan rampok bersenjata itu.

    Sekitar tiga menit berbaring berhadapan seperti itu, Kristin melihat lelaki di depannya berhasil membuka lakban di mulutnya setelah beruang keras mendorong lakban itu dengan lidahnya.

    “Tenang bu.. saya Partodi satpam di bank ini. Maaf pakaian saya tadi dilucuti rampok. Sepertinya sekarang mereka sedang membongkar brangkas dan tak mungkin kembali ke mari, ayo kita berusaha lepaskan ikatan ini bersama ya..,” kata satpam Partodi. Kristin mengangguk saja dan berharap upaya mereka berhasil.

    Partodi kemudian melepaskan lakban di mulut Kristin dengan cara menggigit sisi lakban dan menariknya. Kristin sempat terpekik merasakan perih bibirnya tertarik rekatan lakban, tapi kemudian berusaha tenang.

    “Terus bagaimana caranya,” tanya Kristin menanyakan cara mereka melepaskan ikatan lakban di tubuh. Sepertinya sulit karena masing-masing tangan mereka terikat ke belakang dililit lakban, sementara lakban lainnya melilit rapat menyatukan bagian pinggang, perut mereka berdempetan.

    Partodi lalu menjelaskan pada Kristin bahwa sifat karet pada lakban dapat digunakan sebagai kesempatan mereka lolos dari ikatan. Caranya dengan terus bergerak agar lakban menjadi molor dan longar elastis.

    “Kita masih punya kaki yang bebas bu. Saya akan membalik badan dan ibu harus berusaha berposisi di atas saya. Setelah itu kaki ibu bisa menjejak lantai mendorong ke arah atas tubuh saya… mungkin akan berhasil,” kata Partodi. Ia segera mengubah posisi mereka dari yang sebelumnya berbaring miring berhadapan, menjadi saling tindih, Kristin berada di atas. Ini dilakukan Partodi agar Kristis tidak merasa berat jika Partodi yang berada di atas, sebab bobot Partodi yang tinggi besar tentu akan menyesah Kristin bila tertindih.

    Posisi Kristin sudah di atas tubuh Partodi. Ia menuruti perintah Partodi dan mulai menggerakan badannya ke arah atas tubuh Partodi dengan menjejakkan kaki di lantai. Tapi rok span yang dikenakannya menghalangi usaha Kristin menjejakkan kaki secara maksimal mekantai, sebab ia harus lebih mengangkangkan kakinya agar bisa melewati kaki Partodi di bawah kakinya.

    Kristin terus berupaya dan akhirnya ia bisa mengangkangkan kaki lebih lebar, akibat gesekan tubuh mereka, rok Kristin naik sampai bongkahan pantatnya terlihat. Tapi tak apa, pikir Kristin, demi usahanya menjejak kaki ke lantai. Lagi pula Partodi tak mungkin melihat pantatnya karena ia berada di bawah Kristin.

    “Terus goyang bu.. sudah mulai longgar ikatannya,” Partodi berbisik pada Kristin. Entah mengapa kata-kata “goyang” yang dibisikan Partodi membuat Kristin risih. Ia baru sadar gerakannya berusaha melepas ikatan terkesan menjadi gerakan yang erotis.

    Ia juga baru sadar kalau sejak tadi payudara 36Dnya terus menggerus dada Partodi, dan gerakan demi gerakan yang menimbulkan gesekan di tubuh keduanya mulai mempengaruhi libido Kristin.

    “Astaga.., bang Partodi. Apa ini..? kok terasa keras.. Tolong bang, abang nggak boleh terangsang.. ini dalam perampokan..,” Kristin berbisik balik ke Partodi saat merasakan sesuatu benda mengeras hangat terasa di bawah pusar Kristin. Penis Partodi rupanya ereksi setelah beberapa lama merasakan gesekan tubuh Kristin.

    “Oh.. ehh.. maaf bu.. saya sudah berusaha untuk mengabaikan rasanya tapi gesekan-gesekan itu mengalahkan pikiran saya bu. Maaf bu.. tapi saya pikir ini alami bagi lelaki, yang terpenting sekarang kita harus terus berusaha melepas ikatan ini bu.. sebelum perampok itu kembali ke mari,” Partodi agak gugup dan malu menyadari Kristin mengetahui penisnya mulai bangun.

    “Ya sudah.. nggak apa-apa, asal bang Partodi jangan macam-macam ya..,” kata Kristin. Ia sadar tak bisa menyalahkan Partodi. Dan lagi benar apa Partodi bahwa itu sangat alami dan Kristin juga merasakan hal yang sama, ada kenikmatan menjalari tubuhnya setiap kali gerakan bergesek ia lakukan.

    Pikirnya, perampokan bank yang menyebabkan mereka berdua berada dalam posisi terikat seperti itu, dan mereka harus bersama kompak melepaskan ikatan tersebut.

    Kristin kembali memusatkan pikirannya pada upaya melepaskan lakban. Ia kembali menggerakan tubuhnya menggesek tubuh Partodi dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas, agar ikatan lakban melonggar. Upayanya cukup berhasil, kini jarak gesekan sudah bisa lebih jauh menandakan lakban mulai longgar elastis.

    Bagian perut Kristin sudah bisa menjangkau perut Partodi bagian atas, Kristin berusaha terus menjejak lantai agar tubuhnya terdorong naik lebih jauh.

    “Ehmm bu.. coba lagi ke bawah.. terus dorong lagi ke atas.. sudah mulai longgar lakbannya..,” suara Partodi semakin parau. Tubuh Kristin yang terdorong ke atas membuat penis Partodi kehilangan sentuhan, sebab selangkangan Kristin kini sudah diatas melewati ujung penisnya.

    Kristin setuju dengan Partodi, mungkin gerakan harus kembali ke bawah lalu kembali lagi ke atas sehingga ikatan lakban makin molor elastis.

    Tapi gerakan ke bawah yang dilakukan Kristin justru membuat keadaan mereka berdua berubah. Pikiran masing-masing milau terpecah antara kenikmatan yang mulai dirasakan atau upaya melepas lakban.

    “Enghhh..,” Kristin melenguh kecil. Ia merasakan ujung penis Partodi menyentuh CD yang dipakainya. Panis Partodi yang sudah sangat tegang terdoring keluar dari balik celana kolornya, lantaran gesekan membuat kolornya melorot. Kini, setiap gerakan Krsitin membuat koneksi ujung penis Partodi kian terasa mendorong-dorong CD Kristin. Rasa nikmat kekenyalan itu terasa semakin sering di bibir vagina Kristin yang terhalang CD.

    Kristin terus berupaya memecah pikirannya agar tetap konssntrasi beregerak demi melepas ikatan lakban, tapi semakin bergerak dan semakin gesekan terjadi membuah gairah seksualnya terdongkrak naik. Lama-lama ia merasakan Cdnya membasah oleh cairan vaginannya sendiri. Apalagi, dari bawah Partodi juga terus bergerak berusaha melepaskan ikatan lakban ditanganya yang tertindih ke belakang. Hal ini membuat erotisme tersendiri dirasakan Kristin.

    Enghh.. ahhss..,” Kristin mendesah dan menghentikan gerakannya. Ia menyadari kini posisi sudah sangat gawat. Gerakan-gerakannya justru mengantar ujung penis Partodi mengakses bibir vaginanya lewat sisi kiri CD-nya. Kristin merasakan kepala penis Partodi sudah berada tepat di tengah bibir vaginanya yang basah dan sudah tidak terhalang CD yang kini melenceng ke samping.

    “Hmm.. bu, kenapa berhenti.. sudah hampir lepas ikatannya nih..,” Partodi terus bergerak berusaha melepas ikatan tangannya. Tapi ia juga merasakan penisnya sudah menyentuh kulit vagina Kristin secara langsung, karena sisi CD kristin yang membasah tergeser ke samping.

    Kristin berusaha mengembalikan konsentrasinya, dan berusaha menjejak kaki ke lantai agar tubuhnya naik dan vaginanya menjauh dari penis Partodi. Namun upayanya gagal, kini ikatan lakban justru mengancing posisi itu, Kristin tak mungkin naik, hanya bisa turun ke bawah beberapa kali lalu naik lagi setelah ikatan melonggar kembali.

    Kristin mulai putus asa. Ia harus bisa lebih cepat melepaskan ikatan lakban itu sebelum penis Partodi mengakses lebih jauh vaginanya. Pikiran sadarnya masih berjalan dan menyadari sesaat lagi ia akan disetubuhi Partodi, dalam keadaan terpaksa begitu.

    Konsentrasi Kristin gagal. Gerakan Partodi dari bawah membuat kepala penisnya mulai masuk membelah bibir vagina Kristin.

    “Ough..,” Partodi tak kuasa menahan desah kenikmatan merasakan kepala penisnya menguak bibir vagina Kristin. Ia terus bergerak berusaha melepas ikatan ditangannya yang tertindih tubuh, tapi setiap gerakannya membuat kepala penisnya mulai bermain keluar masuk di bibir vagina Kristin.

    Hal itu memberi sensasi kenikmatan pada Kristin, ia masih berusaha diam diatas tubuh Partodi sampai ada kesempatan menjejak kaki agar vaginanya menjauh dari penis Partodi. Kristin akhirnya berspekulasi. Sekali gerakan ke bawah, lalu sekuat tenaga menjejak kaki ke lantai tentu akan membantunya menjauhkan vaginanya dari penis Partodi.

    “Enghhsshh.. ahh.., bang jangan gerak duluhh.. ini nggak boleh terjadi bang, saya wanita bersuami dan abang pasti sudah beristri kan?.” kata Kristin, wajahnya bersemu merah. Tubuh dan wajah Kristin serta kulitnya yang putih mirip dengan artis Mona Ratuliu.

    “Iya bu.. saya juga pikir begitu. Tapi bagaimana lagi, posisi kita sulit berubah selama ikatan ini..,” jawab Partodi, ia juga menjadi serba salah dengan posisi itu.

    “Oke bang.. sekarang gini aja.. saya akan bergerak turun, dan mungkin itu akan terjadi.. anu abang bisa masuk ke anu saya.. tapi itu hanya sekali ya, dan saya akan mendorong ke atas membuatnya lepas lagi. Setelah itu kita konsentrasi lagi untuk melepas lakban sialan ini..,” kata Kristin dengan nafas berat.

    “Iya.. iya. Terserah ibu. Tapi tolong saya jangan dilaporkan ke atasan saya apalagi polisi bu. Kalau kontol saya masuk ke pepek ibu.. nanti saya dibilang memperkosa,” Partodi polos ketakutan.

    “Hnnggaak bang.. ini kan karena perampokan sialan itu, jadi bukan salah saya atau abang.. kita sama-sama berusaha keluar dari masalah ini kok.. sekarang abang diam ya.. saya akan berusaha. Ehmm… enghhmmmpp… ahssstt banngghh… ahhhkksss,” Kristin mengerakan tubuhnya bergeser ke bawah. Gerakan itu membuat bibir vaginanya yang sudah menjepit ujung penis Partodi menelan setengah penis itu.

    Partodi agak hitam kulitnya, tapi wajahnya manis seperti artis Anjasmara, dan badannya kekar. Penis Partodi dirasakan Kristin lebih besar dan padat dari penis Aris suaminya. Kristin merasakan sensasi nikmat saat kepala penis Partodi terbenam di vaginanya.

    “Ayo bu.. dorong lagi ke atas biar lepas,” Partodi khawatir karena kini penisnya sudah mulai menyetubuhi Kristin.

    “Iya bang.. hmmmpphh aahhss… banghhsss.. emmpphh.. ahssss,” Kristin berusaha menjejak kaki ke lantai agar tuuhnya terdorong ke atas dan penis itu lepas dari vaginanya, tapi keadaan tak berubah, ikatan lakban mengancing bagian pinggang mereka membuat Kristin tak mungkin menaikkan tubuhnya.

    “Akhhss.. bangghh.. gimana inihh.. ahsss..,” Kristin kembali diam tak bergerak, separuh penis Partodi yang dirasanya mebuat nafasnya semakin berat.

    “Oke.. sekarang ibu diam saya biar tidak semakin masuk kontol saya. Saya akan berusaha melepas ikatan tangan saya bu.. engghhh,” Partodi mengangkat pinggulnya dan pantatnya menjauh dari lantai agar tangannya bisa bergerak bebas, lalu berusaha melepas dua tangannya dari ikatan lakban. Peluh sudah membasahi tubuh keduanya.

    Partodi melakukan itu beberapa kali. Pinggul dan pantatnya yang terangkat menjauh dari lantai membuat akses penisnya masuk lebih dalam ke vagina Kristin. Kristin sudah pecah konsentrasi, kini pikirannya hanya merasakan kenikmatan separuh penis Partodi yang keluar masuk perlahan ke vaginanya mengikuti gerakan pinggul Partodi.

    “Akhhss bangghhss ouhh.. akhhh.. ahkkk… enghhhmm,” Kristin semakin mendesah, kini pinggul Kristin melayani gerakan Partodi, ia malah berusaha agar penis Partodi terasa lebih dalam di vaginanya.

    Tangan Partodi sudah terlepas dari ikatan dan kini bebas. Tapi libido yang sudah tinggi membuat Partodi bukannya melepaskan ikatan lakban di pinggang mereka, ia justru membuak kancing-kancing baju Kristin dan meremasi payudara Kristin.

    “Emmphhh… banghhsss emmphhhhsss,” Kristin semakin hilang kendali diperlakukan seperti itu, kini bibirnya menyambut bibir Partodi, mereka berkecupan sangat dalam dan cukup lama.

    Partodi meloloskan susu Kristin dari Bra-nya dan mulai menghisapi payudara Kristin, lalu kedua tangannya mengarah ke bawah dan mengamit sisi CD Kristin agar penisnya mengakses jauh vagina Kristin. Saat itu penisnya sudah bisa masuk utuh ke vagina Kristin, tangannya menekan dan meremasi pantan Kristin membuat Kristin semakin mendesis.

    “Ouhgg.. ahhgg.. bu.., tangan saya sudah lepas.. kita bebasin dulu ikatannya atau bagaimana? ouhgg,” Partodi bertanya sambil menahan kenikmatan digenjot Kristin. Ya pinggul Kristin sudah cukup lama menggenjot Partodi membuat penis Partodi bebas keluar masuk ke vagina Kristin.

    “Akhh banghh… sshh.. terserah abanghhh sekaranghhh.. ouhss..,” Kristin sudah sangat melayang merasakan kenikmatan penis Partodi, apalagi rangsangan Partodi secara liar di payudaranya membuatnya semakin hilang kendali.

    “Baik buhh.. akhh.. kalau begituhh kita tuntaskan duluh.. ouhsss..,” Partodi kemudian melepaskan ikatan tangan Kristin tapi membiarkan ikatan di pinnggang mereka tetap seperti semula.

    “Iyaahh banghh.. terusinnn duluhh… akhhsss.. ouhh…,” tangan Kristin yang sudah bebas langsung merangkul leher Partodi dan keduanya kembali saling berpagutan, sementara gerakan pinggul Kristin semakin liar.

    Masih disatukan dengan ikatan di pinggang, Partodi membalik tubuh Kristin sehingga kini Kristin ditindihnya. Ia lalu menggenjot pantatnya membuat penisnya membobol vagina Kristin secara utuh. Cairan vagina Kristin menimbulkan bunyi kecilpakan setiap kali berbenturan dengan pangkal penis Partodi.

    Kristin merasakan gerakan Partodi makin keras dan makin cepat mengakses vaginanya, kenimatan mulai memuncak di klitorisnya seolah mengumpul panas hingga bongkahan pantatnya. Ia mengimbangi gerakan Partodi dengan menggoyang pinggulnya.

    “Oughh.. banghhhss… akhhsss.. sayaahhh banhgg… akhhhsss say..ah.. sampaaiiihhh bangghhsss… ouhhhggg…,” Kristin merasakan klimaksnya memuncak, pertahanannya bobol dihantam penis Partodi yang terus menerus menghujam. Tubuhnya menegang merasakan kontraksi otot vaginanya berkedutan intens mengantar kenimatan puncak.

    “Aghh… ahhh… yehh… buhhh… akhhsss uhhh…mmmpphhh..,” Partodi membenamkan seluruh penisnya ke vagina Kristin dan melepas spermanya menyembur dinding rahim Kristin sambil bibirnya langsung melumat bibir Kristin. Tubuh keduanya seakan menegang bersamaan mencapi klimaks seksual.

    Beberapa saat setelah itu, Partodi lalu melapas iakatan lakban yang menyatukan pingang mereka. Mereka berdua lalu merapihkan busana masing-masing. Perampokan baru saja usai, dan kawanan perampok sudah meninggalkan bank dengan barang jarahannya.

    “Emm.. bu.. maafkan atas yang bausn terjadi bu. Saya hilaf… engg..,”

    “Sudah.. sudah bang. Lupakan saja ya.. saya juga hilaf..,” Kristin memotong pembicaraan Partodi. Keduanya lalu berkenalan lebih jauh dan berjanji untuk sama-sama menyimpan kejadian itu hanya di antara mereka berdua.

    Keduanya lalu berpisah, Partodi menolong membebaskan nasabah bank di ruang tunggu, sementara Kristin mencari Aris suaminya yang terikat di lantai dua. Kristin menjaga rahasia bahwa apa yang dilihat Aris dari lantai dua tak seperti yang sesungguhnya terjadi dan dinikmati olehnya.(Tamat)

  • Cerita Mesum Bu Elnawati dan Kakaknya

    Cerita Mesum Bu Elnawati dan Kakaknya


    1847 views

    Cerita Mesum – kenikmatan pagi ini bener2 susah di gambarkan hingga terlelap dalam keadaan tanpa busana sedangkan wanitaku ini masih asik mengelus2 dadaku,saat terbangun rasa2 tak percaya karna yang ku alami pagi ini lebih indah dari mimpi2 yang ada…bener kata salah satu host di acara2 reality show,”ketika seseorang jatuh cinta,realita lebih indah dari mimpi” hahahaha…

    ku lihat jam dinding udah menunjukan jam 11 hanya menggunakan boxer ketat pemancing ibu2 ini aku mencari2 kemana nih bidadari yang memberikan kenikmatan pagi tadi,ternyata beliau sedang asik dengan acara gosip pagi ini yang ga jelas apa ceritanya…dari belakang kulingkarkan tangan ku di leher nya dan mngececup mesra ubun dan pundaknya…

    “terima kasih cintaku” kata2 itu yang bisa kuungkapkan…dengan wajah tersipu malu buk el membalas mencium pipiku
    “ga malu apa ngomong cinta ama emak2,hahahha”

    pagi menjelang siang itu aku menemaninya menonton acara gosip yang akupun tak tau siapa yang di bicarakan host nya ini,aku bersandar pada pinggiran tangan sofa setengah tiduran sedangkan buk el bersandar pada dadaku…mulai dari bahu hingga punggung tangannya tak hentinya2 ku elus,dan sesekali menciumi tepian bibir buk el…ya aku suka baunya,satu jam sudah buk el bangkit dari pelukanku.

    “ibuk cuci piring dlu dika”…dengan menengadahkan kepalanya,serta merta kusambut dengan gigitan lembut pada bibir tebalnya itu…memang benar laki2 ini syahwat nya ga mesti ada angin dan hujan…kapan saja bisa bangkit karna memang seperti itulah kodrat nya…baru saja sekitar 5 menitan di tinggal buk el dan lagi asik merokok dan tiduran di sofa nafsu ini bangkit lagi…aku berjalan ke arah dapur..

    punggung sampai pantat wanita ku ini jadi santapan mataku lagi…perlahan ku berjalan mendekati,dia menoleh dan sadar akan kedatangan ku…tangan ku melingkar di pinggangnya dan satu lg menyibak an rambutnya ke samping…kepala ku bertengger di bahu wanita setengah baya ini…

    “issshhh baru juga ditinggal sebentar kok datang2 ada yg mancung ya hihihihi”
    “abis keinget terus ama pantat semok ini sih,apalagi bau yang keluar dari sana hhhmmmmmffff ga bisa dika lupain”
    “kok pantat bau gtu mau dika ciumin,ga kebauan apa”

    tanpa menjawab pertanyaan nya tangan ku mencoba menurunkan rok kembang yang digunakannya buk el membantu dengan sedikit menyunggingkan pantatnya ke belakang…daging besar dengan sejuta kenikmatan yang tersimpan itu kembali menyuguhkan keindahan nya…

    “buuukkkk,mulai besok klo ada dika jangan pake rok lagi mau ga”…dengan suara ku buat merayunya,seperti anak kecil yang merayu ibunya minta di belikan mainan.

    “ibuk kan malu dika,celana dalam ibu jelek2 semua”

    “dika kan ga mau sama celana dalam nya,tapi sama isi dalamannya hihihi” sambil ku cium telinganya..

    “hhhhmmmmm iya deh buat uda awak yang gagah ko apo se di agiah ma (iya deh buat uda ku ini yang gagah apa saja pasti di turuti)”

    tanpa membuka celana dalam nya posisi kepala ku sudah sejajar dengan pantat semok idamanku ini…ku ciumi dari luar celana dalamnya pinggiran nya paha belakangnya aku menghirup dalam setiap sensai dari bau yang ada di sana…sssssssshhhhhhh hhhmmmmmmfffff ibuk mulai merasakannya paha nya sedikit di renggangkan…perlahan kusingkapkan pinggiran celana dalam nya itu hingga menampakkan belahan pantat yang paling ku suka bau nya…buk el paham dengan keinginanku siku nya di tempelkan ke bak cuci piring dan pantatnya semakin mendorong ke belakang…mulai dari bagian atas belahan nya hidung ku turun perlahan kebawah sambil menghirup aromanya…jempolku perlahan membuka lipatan itu hmmmmm baunya langsung menusuk hidungku…bau khas dari lubang pantat buk el….kudorong hidungku hingga mencapai lubangnya ku ingin selalu menciumi bau ini pikirku…akkkkkhhhhhhh buk el mendesah sedikit keras…setelah puas lidah ku kembali menjilati dan menari di sana sesekali ku hisap lobang pantat itu buk el gemetaran menerima serangan lidahku tangan nya berusaha menggapai kepala ku tapi tak kunjung dapat…

    akkkkkhhhh ssssssshhhhh ondehh dikkaaaa taruiihh nakkkhhhh taruihhhhh…lamak bannhhaaa rasonyhooooo… jilekan taruih lubang lancirik el tu udaaaaaa aaakkkkkkkhhhhh (akkkkhhhh ssssshhhh ondeh dikaaaa teruuussshhh naaaakkkhhh teruuussshhhh…enak beneerr rasanyaaa…jilatin terus lobang pantat el tu udaaaa aaakkkkhhh)dia mulai memanggil ku dengan uda bertambah semangatlah lidah ini menari di sana…ku angkar sedikit kepala ku..
    “bia dika jilekan tiok hari lubang lancirik ko…

    dika suko bana jo baunnyo…ndak ka pueh2 dika mambaunan jo manjileknyo do el…(biar dika jilatin tiap hari lubang pantat ini…dika suka sekali baunya..ga bakalan puas dika menciumi ama menjilati nya el) akupun mengubah ibu menjadi sebutan namanya…
    “aaakkkkhhh ssshhhh iyo udaaa…lubang itu punyo uda sadonyo di badan el kini untuak udhhhaaa akkkkhhhhh lamakkkk nyooooo….(akkkkhhhh sshshhhhh iya udaa…lobang itu punya uda semuanya di badan el sekarang milik uddhhhaaaa akkkkhhhh enakkk nyaaaa) pantat nya menjadi liar tak karuan…

    20 menitan lidahku menari di sana…ku berbaring di bawah pantatnya dan kedua tangan ku menarik pantat nya kebawah…sekarang posisi ku tertidur di lantai dapur dan buk el dengan posisi mengangkangi kepala ku…bau dari sisa air liur ku dan bau dari meqinya buk el terasa keras di hidungku…buk el sedikit binggung mungkin cara ini tak pernah dia lakukan dan dalam adat kami perempuan mengangkangi kepala laki2 seperti ini masih aneh…walau dalam posisi bercinta sekalipun…jengger hitam itu dan lobang nya yang sedikit menganga kunikmati terlebih dahulu…

    ku raba halus dengan hidungku dan kubenamkan sedalam dalamnya…buk el dengan kedua tangannya langsung memegang rambutku dan meremas nya…akkkkhhhh enaknyaaa…ku jilati jengger ayam kehitaman itu sesekali lidahku menerobos liang kenikmatannya bunyi dari hisapanku terdengar sangat merdu..buk semakin kewalahan tak hanya diam pantat nya maju mundur menikmati sensasi yang baru di rasakannya ini…mukaku habis belepotan air liurku sendiri karna meqi nya menyusuri seluruh wajahku…akkkhhhh ondeeehh mandeeeee lamaaakkk…

    teruuusssshhh uda hebaaat manjilek an ipam elll…akkkkkhhhh (terussshhh uda hebaat menjilati meqi elll…akkkkhhhh) remasan di rambutku semakin keras pantat nya tak mau diam…tapi jilatan kupun tak mau kalah…aku tak mau wanitaku ini orgasme sekarang..ku hentikan jilatan ini…posisi buk el kembali ku buat menungging dengan tangan nya memegang pinggiran cucian piring…hmmmmm paha besar ini,pantat semok ini dan wanita bertubuh besar ini sungguh sangat indah dalam posisi ini…otong sudah siap untuk “bekerja” kepalanya ku gesekan ke belahan meqi buk el…agar kepalanya tau inilah lubang yang memberikannya kenikmatan…perlahan kepalanya kudorong…

    seperti perkataannya pagi td…agar rasa ketika penis ku memasuki meqi nya semakin nikmat…aaakkkkhhhhh panjangnyhaaaa…kugoyang perlahan hingga sensasi nya benar2 kurasakan..akkkhhhh nikkhhhmaaattthhhh suara buk el sedikit keras tapi aku tak peduli malah semakin menikmatinya…karna dari dapur cukup jauh untuk sampai keluar…

    “jan baranti udaa…goyang yang kancanggg…akkkkhhhh akkkhhhh sssshhhh ipam el kalamak an di antak model ikkhhooooo akkkkhh akkkhhhh (jangan berenti uda…goyang yang kencang…akkkhhh akkkkhhhh ssshhhh ipam el keenakan di tusuk seperti innniiii akkkkhhhh akkkkhhhh)keluar masuk penis ku ke dalam ipamnya buk el sangat indah di pandang…ohhh buk el sungguh nikmat tubuhmu wanitaku…akkkkhhhh akkkhhh akupun mulai hilang kendali sekarang kami bukan lagi mendesah seperti setengah berteriak…el ipam el yo sabana lamaaaakk…akkkkhhhh panatat buk el hilang kendali kiri kanan memutar…

    sambil mengerang keenakan…goyanganku semakin cepat…bahkan sedikit menghantam…buk el terdorong ke depan tapi desahan nya semakin menjadi jadi..ondeeehhh akkkhhhh…laaaammaaaakkkk godhhoookkk udaaa dikaaaa kooo yo lamaaakkkhhh akkkkhhhh ell nio nembak udhaaa…el nio manembaaakkk akkkkhhhh…yang capek udaaaa akkkkkkhhhh (ondeeehhh akkkkhhhh….lamaaaaakkkkk konthhhtoolll udaaa dikkaaa ennaakkkhhh akkkhhh el mau sampai udhhaa…el mau nembaaakkk akkkhhhh…yang cepat udaaa akkkhhh…)
    akupun merasakan hal yang sama kepala penisku terasa sangat geli tulang2ku serasa ngilu semuanya…iyooo ell udaaa nio sampai lo…akkkhh akkkhhh akkhhh pepek el lamaaakkkhhh akkkhhhh…
    buk el terpekik sedikit lebih keras akkkkkkkhhhhhhhh uuuuuuggggghhhhhh hhhmmmmmfffff…wanitaku ku ini mencapai puncaknya…di waktu bersamaan penisku menembakan isi nya sekencang2nya…nnngggggghhhhhh..eeeelllllll….akkkkkhhhhh…kami mengerang bersamaan tangan ku meremas keras pinggul wanita berbadan gempal ini…ku benamkan sedalam2nya penisku…beberapa saat kemudia ku tarik penis ku dan menghela nfas panjang..akkkhhh sungguh bener nikmat…buk el sedikit gemetaran waktu akan meluruskan punggung nya…kubalikan dan kupeluk mesra seerat2nya tanganku melingkar di lehernya…peluh kami bersatu badan kami seperti satu..

    buk el pun memeluk sangat erat pinggangku…”terima kasih cintaku…istri gelapku…”ucapku ditelinganya…kepalanya semakin terbenam di leherku dengan nafas yang belum teratur…

    “iyooo uda,godok uda lamak bana rasonyo..el alah lamo ndak pernah marasoan iko lai…(iyaa uda,kontol uda lamak bana rasonyo..)”kutuntun dia ke kursi dapur dan kuangku tubuh nya yang bertelanjang bulat dalam keadaan masih tanpa busana…sedang asik2 nya menikmati keadaan ini…bagai suara petir suara pak amin berteriak dari depan rumah…

    “el…el…kasiko lah sabanta…uda ado paralu…(el…el..kesini sebentar..uda ada perlu..) bagai pencuri yang di tangkap maling…kami dengan sangat buru2 membenahi sisa2 persetubuhan ini…hingga buk el lupa dengan celana dalam cream yang bertali longgar itu

    mulai hari itu hampir setiap sore kami saling memuaskan diri…dan mulai saat itu setiap kami berduaan buk el memanggil ku uda…dan setiap ada gw d rumah buk el hanya menggunakan baju u can see yang ku belikan dan celana dalam…karna jika kami sedang tidak bercinta buk el dan aku selalu tidur2an di kamarku atau di sofa ruang tamu…pokok nya mulai hari itu aku dan buk el selalu sama2 ingin nempel satu sama lain..tapi ketika pekerjaan nya sudah beres…memang wanita yang bener2 pinter dalam mengurus rumah dan mengurus si otong hahahaha…aku selalu suka bau aroma keringatnya…sngguh bagai candu buatku…

    terkadang kami d kamar buk el asik menonton tv dengan mengangkat tangannya ke atas..aku yang selalu menempel d belakangnya dan asik menciumi ketek nya…sungguh saat itu dunia begitu terasa indah…kami hanya terpisah ketika gw kerja atau waktunya jam tidur…karna jika dia sudah pulang..tidak berapa lama aku yang akan menyusul ke rumahnya…ngobrol2 dengan pak amin…

    suatu hari pulang dari bekerja aku sudah membawa beberapa kantong pakaian beberapa untuk pak amin dan terkhusus untuk buk el ku ini…tapi ketika sampai d rumah tidak ada orang…ah mungkin dia sudah pulang…malamnya aku membawakannya ke rumah pak amin…

    pak amin sangat senang ku belikan bebrapa potong kemeja batik..dan buk el kubelikan baju daster dan beberapa pakaian lainnya..pak amin tak henti2nya berterima kasih sedang buk el tersenyum sangat senang ku belikan oleh2 begitu…ketika pak amin pamit ke belakang kubisikan kepadanya…
    “di rumah ada baju spesial menanti istriku ini…besok dika pulang kerja di pakai ya…dika letak an di lemari kamar…”
    “hah spesial..baju apa sih uda,sampai ga di bawa langsung”sambil berbisik kepadaku…
    “ada deh pokoknya pasti bagus d badan ibu”
    keesokan harinya ketika gw sampai d rumah buk el membukakan pintu dan menggunakan daster sambil tersenyum malu2…ketika pintu di tutup daster itu di buka dan wooooowwww baju yang kubelikan semalam,baju transparan yang hanya sampai setengah pantatnya berwarna unggu…

    lengkap dengan celana dalam G-string nya yang berwarna sama dan juga transparant,sebenernya hampir sama tak menggunakan baju karna sangat transparant…aku berdecak kagum tak menyangka bener2 membuat gairah ku meledak…
    “ondeh mak..yo sexy bana bini si dika ko pakai iko…(ondeh mak…bener2 sexy istri si dika memakai ini)” buk el hanya malu2 ketika ku ucapkan itu…
    dia langsung memeluk ku…
    “mokasi banyak yo uda denai…laki denai yang gagah ko…lai rancak el pakai iko da..?”(makasi banyak ya uda denai (saya,aku,gw,ana)…laki denai yang gagah ini..bagus ga el memakai pakaian ini?)
    “ndak cuma rancak do el,sexy rancak kamek sadonyo bacampua hahaha..”(ga cuma bagus el,sexy bagus kamek semuanya bercampur hahahha)tangan ku tak henti2nya meremas2 bokong besar dan indah nya itu hmmmmm…hmmmmm hanya itu desahan buk el dan meremas kepala belakang ku…sore itu dengan nafsu mengebu2 kembali ku setubuhi wanita berpantat besar ini dengan menggunakan pakaian barunya itu…

    suatu malam lagi asik2 mengobrol bertiga di teras belakangnya rumah pak amin…gw menggunakan singlet dan boxer lapang…karna sudah dekat dengan keluarga ini jadi pak amin jg tak kebertan karna dia jg ga tau klo di balik boxer ini tak ada satupun penutup..

    sedangkan buk el memakai daster selutut dan sepertinya tak menggunakan bra…karna memang kursi pangjangnya tidak terlalu panjang jadi klo duduk bertiga akan saling merapat…jadi aku hanya berdiri di tengah2 pintu antara rumah dan teras belakang nya pak amin di bagian ujung sana dan buk el d ujung arah ke pintu…mungkin karna tak enak pak amin menyarankan duduk…
    “ga usah lah pak sempit klo bertiga itu…”dengan berbasa basi…
    “gpp dika duduk aja…geser sini dikit buk biar dika bisa duduk”ucap pak amin…
    “iya gpp dika duduak aja sini”timpal buk el,sama ibuk nya sendiri kok malu…sini duduk…”jadilah kami bertiga duduk berdempetan di kursi itu…memang dasar otak ku ga beres…

    karna dempetan gtu betis ku sengaja sesekali ku gesekan ke kaki buk el…kami seperti tak takut padahal di sebelahnya ada pak amin…karna buk tidak menghindar malah ikut menggesekan betisnya…sedang asik2 mengobrol bertiga tiba2 dari luar terdengar suara panggilan…pak amin…pak amin…permisi pak…
    “sepertinya suara pak rt tuh…tunggu sebentar ya dika ujar pak amin…ketika pak amin dan pak rt mengobrol di teras depan..aku langsung memeluk buk el sambil mencium leher nya…hari itu memang panas jadi keringat mengalir di leher nya…ku ciumi dan ku jilati setiap tetes keringatnya..sambil sebelah tanganku meremas2 payudara besar seperti pepaya itu…hmmmmffff ujar buk el..udah dika nanti bapak masuk…

    memang setan klo ke jalan yang jelek pasti ngasih jalan…dari samping tempat duduk itu ada sebuah jendela yang tembus hingga ke ruang tamunya dan di kiri kanan teras rumah belakang buk el hanya ladang pak amin dan semak belukar…aku masuk dan menyingkap sedikit tirainya kira2 pas dari teras belakang untuk melihat keruang tamu…ketika kembali kebelakang buk el hanya menggeleng2kan kepala…

    “ayoo el nungging…liat ke ruang tamu klo2 pak amin masuk bisikku”

    buk el juga sepertinya menginginkan ini…dia mengintip dr jendela ke arah ruang tamu nya…sebelah kakinya ku angkat ke kursi panjang tadi..daster nya dengan sigap ku singgkap..ternyata wanita setengah tua ini tak menggunakan celana dalam juga hahahha…mulai lah aksiku…

    ketika ku ciumi lobang pantat nya itu bau nya semakin tajam karna berkeringat…”ibuk ndak mandi tadi sore do uda..jaan lai babaun bana tu mah…akkkkhhhh…(ibuk ga mandi tadi sore dika…jadi itu bau banget….akkkkhhhh)…aku tak peduli malah bau ini semakin membuat ku nafsu…akkkhh…hmmmmfff…buk el menutup mulut dengan tangan nya agar tak kelepasan….semakin ku renggang kan lobang pantat nya dengan jempolku…lidahku menusuk2 lobang tainya itu…akkkkhhhh…..akkkkhhhh…ssshhhhh erengan buk el tertahan pantat nya semakin di maju mundurkan seirama dengan tusukan lidahku…memang pantat ini tak pernah membuatku bosan ucapku dalam hati…

    lidahku mengusap panjang pantat besar itu…mulai dari tepian meqinya buk el sampai ujung garis pantat nya…buk el semakin menaikan pantat besarnya itu..hhhmmmfffff..
    “lagi uda jilat seperti itu…aakkkhhhh…”ku ulangi beberapa kali..setiap ku ulangi pantat buk el semakin terangkat tinggi…lagi asik2 menjilati buk el terkaget dan menurunkan pantat nya dengan cepat…bruukk..pantatnya tanpa sengaja menekan keras batang hidungku…teryata pak amin masuk dan kami kembali duduk dan agak merenggang seperti tak terjadi apa2…
    “dika pak rt minta tolong nganterin dia karna ada urusan,jadi pak amin pergi dlu ya…gpp klo bapak tinggal…?
    “jangan lah pak dika pulang jg..lagian udh jam 9…” akupun pamit berbarengan dengan kepergian pak amin dan pak rt…saat ku lihat pak amin sudah menjauh, buru aku berlari lagi ke rumah pak amin…
    “buk…buk…buka pintunya ini dika…setngah berbisik…” buk el membukakan pintu…nah lho kok balik lagi..?
    tanpa banyak omong aku langsung masuk ke rumah dan menutup dan mengunci pintunya..
    “iya ada yang ketinggalan buk,langsung ku peluk tubuh gempal itu,tanpa membuang waktu ku turunkan boxer yang ku pakai…kami saling berciuman dengan liar…

    buk el menjulur2kan lidahnya..ku hisap dalam..begitu juga sebaliknya…bibir tebal nya ku hisap…hmmmfff..hhhmmmfff…dasternya ku angkat hingga ke dada buk el…payudara besar itu ku remas2 penuh nafsu…akkhhh..mmmffff…buk el mengerang enak…tangan buk el tak mau diam..dia asik mengocok2 si otong yg sudah keras sedari tadi…
    “el kontol dika di kasi ludah biar enak…” buk el meludahkan tangannya dan mulai mengocok si otong lagi..akkkhhh…
    “uda…el mau minum air ludah uda…” buk el pun membuka mulutnya…kepalanya sedikit di turunkan..hingga kepala ku jadi lebih tinggi dari mulutnya…ku kumpulkan lalu ku biarkan mengalir turun hingga ludah itu masuk semua ke mulut buk el…hmmmmfff buk el meminum nya dengan nikmat…kami kembali berciuman…karna sadar tak tau kapan pak amin balik aku dengan cepat menarik nya…

    ketika akan di rebahkan buk el malah minta aku yg tiduran…buk el mengambil posisi WOT…tak langsung memasukan nya buk el memainkan dan mengesekan kepala kontolku di sekitaran meqi dan lobang pantatnya…akkkkhhhh enaaakkkk…desahku…dan plop…buk el dengan cepat memasukan si otong ke meqi nya…dan langsung menaik turunkan pantatnya dengan cepat dan sedikit kasar..hingga payudara besar itu terombang ambing dengan kencang dan suara peersetubuhan itu terdengar nyaring..plookk…plokk…plokk…
    “akkkkhhhh…akkkhhh…shhhhh…lamaak uda…lamaaakk…godok uda sampai ka ujuang paruikkhh ellllhhh..akkkkhhhh…(akkkhhh…akkkhhhh..ssshhh..enak uda…enaaakkk..kontol uda sampai ke ujung perut ellhhh..akkkkhhh)ku angkat sedikit tubuhku dan menarik kepalanya..kini kepalanya tepat di atas ku…sedangkan pantat nya masih terus bergoyang dan sesekali ku bantu dari bawah…akkkhhh…akkkhhh laaammmhhhaakk udhhaaa….nafas nya menerpa wajahku…ohhh nikmatnya…
    “el…udah awiiihh…uda nio minum ludah el…akkkhhh..nio minum yang banyak..akkkhh…”(el..uda haus…uda pengen minum lludah el..akkkhhh…mau minum yang banyak..akkkhhh)
    buk el hanya membuka mulutnya dan membiarkan ludah nya mengalir deras turun ke arahku…karna dalam kondisi kami saling menggoyang ludah nya tak hanya masuk ke mulutku tapi juga menyiram sebagian wajahku..akkhhh…lai lamak aia ludah el uda…aakkkkhhh shhhh…hhhmmmffff…(enak kah air ludah el uda…akkkhhh sssshhhh…hhmmmmfff)
    “lai el..lamak bana…uda sukkhhaaa…” buk el semakin ganas menaikan turunkan pantatnya..suara peraduan kami semakin nyaring di ruangan itu…setelah beberapa lama…
    “panek uda…gantian el di bawah yo…”(capek uda…gantian el di bawah ya.) aku pun langsung merubah posisi…dengan sigap ku lebarkan paha besar itu…plop..aku pun menggoyangnya dengan ganas..satu tangan ku bertumpu di sebelah kepalanya..dan satu lg meremas2 payudaranya…aku menggoyang dengan cepat dan saling berciuman…hhhmmmffff hmmmmfff….ssshhhhh…hanya itu suara desahan kami…setelah beberapa menit buk el semakin tak karuan…pantatnya ikut bermain….aku tau ini saatnya wanita ini orgasme…akkkhhh..udaaa….el mau sampaiii…akkkkhhhh..cepat uda..cepaaatthhhhh…tangan nya ikut membantu menekan2 pantatku…akupun begitu…menghantam2 keras liang kenikmatan buk el…

    hingga suara peraduan kami seperti alunan musik di ruangan itu…peluh sudah membasahi tubuh kami berdua…dan buk el meremas2 pantatku tak karuan…aku menggoyang begitu keras dan akkkkkkkkkkhhhhhhhhhhhhh…….buk el menggerang keras…akkkkkkhhhhhh kaluuuuuuaaaannyooooooo aaaakkkkkhhhhhh……akupun merasakan hal yg sama….ku tekan sedalam dalamnya…iyyyhhhggggoooo…uda nembhaaaakk lo ellllhhhh…..aakkkkhhhh…kami terkapar bersama dan badan ku masih menindih tubuh gempal nya itu…dan peluh kami seperti habis mandi…hanya beristirahat sebentar aku langsung berdiri dan menggunakan boxer ku..buk el masih berbaring di lantai rumah nya itu…kembali ku tindih dan ku peluk erat…

    crot di dalam memek Bu El

    “tubuh mu sangat2 memuaskan ku el…tubuh mu benar2 memberikan kenikmatan” dan ku kecup dahi mata dan bibir tebal nya itu…aku pun melangkah pulang dengan peluh kenikmatan untuk teman tidurku…ooohhh buk el tubuh mu benar2 memuaskan ku…

    aku dan buk el sama2 keranjingan untuk terus bermesraan…seperti tak kenal waktu…malam itu buk el dan pak amin mengingatkan bahwa seminggu lebih lagi acara kawinan anak kakaknya akan di adakan.menjadi sebuah kebiasaan di daerah ku..jika jarak waktu segitu sanak keluarga akan ikut membantu…

    tapi pak amin ingin mengajak aku untuk ikut serta membantu…dan buk el menyarankan bagaimana klo aku ikut bersamaan dengan mereka ke sana..kebetulan aku memiliki mobil jadi bisa sekalian…pak amin hanya menyerahkan semuanya kepadaku…hmmmmm ini mah sekali dayung 1,2 perempuan tertiduri pikirku hahahaha…aku ingin sekali mengiyakan ajakan mereka saat itu tapi ya aku harus lapor pada atasan dlu untuk ambil cuti dalam waktu 1 minggu…

    puncuk di cinta ulam pun tiba cuti ku di setujui oleh atasan,malam selanjut nya kembali ku beri tahu keluarga pak amin dan buk el klo aku bisa ikut bersama dengan mereka untuk membantu acara keluarga tersebut…buk el tampak kegirangan dengan keputusanku tersebut,terlebih aku yang memang menginginkan moment seperti ini…saat itu hanya bisa membayangkan kedua kakak beradik itu memakai pakaian kebaya yang sudah pasti membungkus sempurna pantat2 bahenol itu…oh iya acara pernikahan keluarga nya buk susi di adakan di tempat mereka tinggal,daerah bersuhu dingin yang hanya berjarak sekitar 2-3 jam dari kotaku…

    simbol utama kota ini adalah jam gadang…malam sebelum kami berangkat semua sudah di persiapkan di karenakan tinggal di sana dalam waktu seminggu…tapi ketika membantu buk el dan pak amin menyiapkan barang bawaan nya aku kembali tergoda dengan wanita setengah baya ini ketika melihat tetesan keringat di lehere dan lengan nya di tambah aroma khas yang memancar dari tubuh beliau..

    membuat nafsu ku kembali mengebu2…aku memikirkan cara melampiaskan nafsu syahwat ku ini..tapi tak kunjung membuahkan ide…akkkhhh berpikirlah…berpikirlah…tetapi setan kali ini tak berpihak padaku tapi otak ku di buat buntu…

    “eh dika udah nyiapin bawaannya belom..?kok malah sibuk2 di sini…” ucap buk el seketika…
    “belum sih buk,rencana sehabis dari sini baru siap2”
    “kok belum sih,ya udah sana buruan biar besok bisa berangkat pagi…takutnya klo berangkat siang kita terkena macet…”

    dengan ide2 buntu aku terpaksa pulang dan mempersipkan semuanya…lagi asik2 milih baju untuk di bawa,di pintu depan terdengar suara buk el memanggil…dika…dika…dalam hati ngomong sendiri…biasanya singa yang berburu rusa…tapi sekarang rusanya yang mendekati sang singa…hahahha…dengan sigap ku bukakkan pintu…ternyata buk el si suruh pak amin untuk datang ke sini,mana tau ada yang bisa d bantu…

    tanpa membuang waktu tangan wanita bertubuh besar itu ku tarik kedalam…sisa2 peluh nya masih terlihat di dahi dan leher nya…tapi aroma itu tak mau hilang seperti senantiasa menggodaku…ku peluk dan kubenamkan hidung ini di leher beraroma tajam itu…hmmmmmfffff nikmatnya…buk el hanya tersenyum2 kecil sambil mengusap kepala belakangku..leher itu kuciumi dan kujilati hingga aroma peluh di lehernya berganti menjadi bau air liur ku…

    ku ajak bimbing tangan nya ke kamar peraduan kami..sesampainya di kamar dengan lembut ku kecup mesra bibir tebal tanpa gincu itu..hmmmfff buk el menutup kedua matanya menikmati ciuman lembut penuh gairah itu…tubuh ini memang sudah terbiasa ku nikati tapi aku tak mau menikmatinya dengan terburu2 setiap persetubuhan ingin ku lakukan dengan selembut mungkin agar semua terasa begitu nikmat…

    buk el membuka sedikit mulutnya aroma segar dari rongga mulutnya begitu ku nikmati…perlahan bibir bawah nya ku jilati dan ku hisap dengan mesra hingga menimbulkan suara…tangan buk el meraba2 sekujur tubuhku…hingga memilin2 kecil puting susuku…membuat semua bulu d tubuhku berdiri…lidah ku mulai menyusuri rongga mulutnya…

    mulai dari barisan giginya hingga langit2nya di gelitik2 kecil oleh lidahku…buk el mulai membalas ciumanku…saat ini kami saling hisap dan bertukar air liur…hmmmmmffff…hhhhmmmmfff kami benar2 menikmati nya..akhir2 ini aku seperti tergila2 dengan bibir tebal dan merekah itu hampir setiap berduaan bibir itu pasti ku lumat2 mesra,buk el juga seperti tak menolak perlakuan ku itu…

    kami entah seperti apa saat itu…walau kami tak setiap hari bercinta tapi yang pasti setiap hari kami selalu seperti orang yang baru mengenal kenikmatan bermesraan yang tak mengenal waktu…nafsunya saat itu kumainkan dengan perlahan walau tau waktu kami tak banyak…

    pepaya gantung yang menggoda itu ku gigit2 kecil di bagian areola nya…saat mulutku menjilati dan memainkan payudara kirinya tangan kanan ku memilin2 kecil gunung kembar lainnya…akkkkhhhhh sedooottt yang keras suamikhuuuuu akkkhhhhh…kepala bagian belakang ku di usap2 dan di remas2 lembut..akkkhhhh hhmmmmmfff sssshhhhh hanya itu erengan beliau…suuuamhhiiiku ini memang hebaaattthhh akkkhhh…

    karna memang waktu tak mengizinkan ami untuk berbugil ria mlm ini dari balik daster nya kuturunkan celana dalam buk el…dan masih dalam keadaan berdiri,pantat besar dan menggoda itu ku remas2 lembut oooohhhh padat dan benar2 berisi pikirku…sesekali terlunjuk ku menyusuri belahan bokong yang ku damba2kan itu..sesekali pantat itu mengedut dan mengetat…ohhhh aku tak dapat mengutarakan kesenangan itu…

    masih terasa sisa2 peluh yang membasahi belahan pantat yang aduhai itu…ku tarik telunjuk ku hhhhhmmmmmffff…ku hirup dalam2 aroma yang sedikit berbau itu…hhhhhhmmmmfffff aaaaakkkkkhhhhhh entah kenapa aku mendesah saat kuciumi aroma di telunjuk ku ini, aroma ini membuat birahi ku mengebu2….

    “baun lubang lancirik bini si dika ko yo bana lamaaakkk…dika nio mambaunan iko tiok hari…bisuak2 klo el ka rumah,el jan mandi nak…dika nio mancium2 baun iko tiok hari sampai pueehhhh…aakkkkaahhh (bau lobang pantat istri si dika ini benar2 enaaakkk…dika mau membaui ini tiap hari…besok2 klo el ke rumah,el jangan mandi ya…dika mau mencium2 bai ini tiap hari sampai bener2 puaaassshhh..akkkkhhhh).

    buk el semakin memeluk ku erat ketika kata2 vulgar itu ku lontarkan…

    “jan kan baun itu uda…badan jo sado yang ado di diri el ko ka sadonyo untuak uda…(jangankan bau itu uda..badan dan semua yang diri el ini semuanya untuk uda )…tangan ku mulai menyingkap ke atas daster buk el hingga ke perutnya…ku ikat supaya tidak turun lagi…hhhhmmmm bulu2 hitam di antara kedua belah pahanya itu ku gesek2 lembut…akkkkhhhhh buk el ikut memainkan pantatnya sesuai irama gesekan tanganku…hhmmmffff hhhmmmmmffff hhhhmmmmffff…masih dalam keadaan berdiri mulutku turun perlahan menyusuri perut besar wanita setengah baya ini yang lidahku ku julurkan hingga ikut membasahinya…posisiku kini pas berjongkok di depan ipam (meqi) berbulu itu…hhmmmmmfffff tangan buk el menekan2 bagian belakang kepala ku…aku sangat2 mengerti keinginan wanitaku ini…hidungku mulai mengelitiki bulu2 itu,,aaakkkkhhhhh buk el semakin mengangkangi kakinya…ku gesek2 atas bawah kiri dan kanan…ku hirup dalam2 aroma sanggu ini…tepian ipam(meqi) nya yang sedikit kehitaman itu tak luput dari ciumanku…akkkkhhhhh…buk el perlahan menggoyang pantat nya naik turun hingga kemaluannya itu seperti menciumi seluruh wajahku…tanganku menyusup dari samping dan ikut memegangi dan meremas2 patatnya…seperti aku sedang memeluk pinggang nya…posisi kami sungguh2 sangat erotis saat itu…wajahku sudah mulai basah oleh lendir birahi ipam buk el…tapi aku juga semakin bersemangat di buat nya…ku angkat wajahku…

    “el sayangku..nunggiang yo sayang…(el sayangku…nungging ya sayangg…)” buk el menganguk,dengan posisi menungging sambil berdiri dan tangan memegang tepian jendela yang d tutupi tirai itu…lidahku menyusup ke balik celah hitam dan berbau tajam itu…hmmmmfff bau ini sungguh2 aroma yang membangkitkan birahi ku…setelah puas ku ciumi lidahku menjulur dari bagian atas garis belahannya hingga ke sekitar lubang panat dan meqi nya….sesaat juga sebelah tangan nya menggapai kepalaku…akkkhhhh gelllhhiinyyaaaa nikmhhaaattt..aaakkkhhh berulang kali kumainkan lidahku…dengan kedua jempolku ku buka lebar belahan nya…bentuk loabng ini..akkkhhhhh si otong berkedut2 semakin kuat…ku julurkan panjang2 lidah ku dan kubenamkan sedalamnya…akkkkkhhhh buk el sedikit terpekik…tangan nya semakin menekan keras kepalaku…pahanya semakin di buka lebar…

    jilekan taruih udhhaaa…akkkkhhhh..lamaaaakkk banhhaaa aaakkkhhh… (jilatin terus udhhaaa..akkkkhhh…bener2 ennnhaakkk akkkhhh..)ketika sedang asik menjilatinya… dari depan rumah pak amin memanggil2… “el…el…uda ka kadai pai mangopi dulu yo…kok nio pulang ambiak kunci ka kadai yo.. (el..el..uda ke kedai mau ngopi dulu ya..kalau mau jemput kunci ke warung ya)…tapi dasar otakku tak beres…aku semakin cepat menjilat2i keseluruhan belahan itu..hingga buk el mengerang tertahan..nnnnggggghhhhhhh…entah apa yang di pikirkan kan..dengan posisi menungging seperti ini dia membuka sedikit tirai jendela kamarku..seperti tak takut keliatan…

    “iyho dhhaa…bekoh el japuuiikkhhh…tanpa sadar dia sedikit mengerang ketika menjawabnya…alamak buk el kelepasan pikirku…

    “sedang manga kau el..baa kok tatahan model tu suaro kau… (kamu lagi ngapain el…kenapa seperti tertahan begitu suara mu).. “ikhhoo da haaa…barang2 si dika barek barekkhh hmmmm…jadi sasak angok dek nyo….hhhaaaahhh seperti menghembuskan keras2 nafasnya… (innhhii da haa…barang2 di dika berat beratthh hmmmm…jadi nafas ikut ngos2an…hhhaaaaaahh)

    “gila bener2 pinter mengeles wanita setengah baya berpantat besar ini pikirku…entah pemikiran dari mana saat itu…mungkin kegilaan ini yang membuat ku ikut2an…ku geser kesamping dan berdiri…lalu pura2 berjalan dari sisi buk el…saat posisi si otong ku kira pas dengan ipamnya itu ku tusuk perlahan demi perlahan maju…otomatis pak amin melihat kedatanganku dari belakang…

    “maaf yo pak amin..barang2 agak banyak saketek (maaf ya pak amin…barang2 ku sedikit lebih banyak) seakan tak terjadi apa2…bener2 gila perbuatan ku dan buk el kali ini…untung saja pinggiran bawah jendela agak tinggi sehinnga hanya sebatas ulu hatiku yang keliatan dari luar…tangan buk el menggapai pahaku dan meremas nya kuat…aakkkkhhhh…

    wajah beliau menunduk sambil mendesah tertahan…hhhmmmmffff laaaammhhaaaaakkkk godhhoookk uda lamaaaakkk aaakkkhhhh…(hhmmmmmfff ennhhhaaakkk kontoooolll uda ennnaaaaakkkhhh akkkhhhh)dengan berbisik pelan…aku sengaja hanya mendorong sepelan2 mungkin agar kenikmatan itu sama2 kami rasakan…pak amin bener2 tak menyadari perbuatan kami ini dan tak ada rasa curiga…mungkin dia berpikir tak mungkin anak muda seperti ku macam2 dengan istrinya yang sudah tua…padahal kenyataannya…tubuh istrinya ini selalu kudamba2kan dari dulu…

    “yo lah el..kok lah siap turuik se ka kadai…(ya udah el..kalau sudah siap datang saja ke warung) sambil tubuh kurus itu berlalu berjalan ke arah ujung gang…

    akkkkkkkhhhhhh….buk el melepas erengan tertahannya…niikkhhmaatttthhh…kontooolll uda manyyassakkk di pepek elll….aaakkkkhhhhh (nikkhhhmaattthhh..kontoooll uda sangat penuh di pepek elll…akkkkhhh)saat tirainya tertutup aku pun mulai menggoyang sambil mata ku tak lepas memandangi peraduan kami…akkkhhh akkkhhhh…hhhmmmmfff…plok…plookk…sesekali bunyi itu keluar saat ku keraskan hantaman ku…aakkkkhhhh…hhhmmmmfffff…aakkkkhhhh…kami sama2 mengerang keenakan…pindah yuk da,ajak beliau karna sudah kecapean ku hantam berdiri begini…tanpa melepas si otong dari sarang nikmatnya ini…ku peluk kedua payudara besar itu sambil ku tarik badan buk el kebelakang…saat itu posisi buk el dengan punggungnya menempel di dadaku dan otongku juga meniru hal yang sama..hhhmmmffff…ku ajak berjalan perlahan ke atas kasur peraduan kami…saat sampai di tepian kasurku tubuhnya kudorong dengan tubuhku jadilah saat itu kelamuan kami masih menempel dan badannya ku tindih dari belakang…kuciumi sebentar leher nya…ku lepas jepitan memek yang nikmat itu…buk el pun membalikan badannya…pahanya di renggangkan selebar2nya…kedua tangannya ikut memegangi pahanya hingga terbuka lebar…ohhh indahnya kemaluan wanita ini..tebal dan berjengger di hiasi bulu2 tebal di sekitarnya…ku ciumi sedikit dan mulai ku posisikan tubuhku di atasnya…saat kontol ku perlahan memasuki lubang kenikmatannya kaki buk el melingkar di belakang pinggangku dan tangan nya memelukku dengan erat…hinngga tubuhku tertarik keras ke arahnya dan si otong dengan cepat melesat masuk menerobok liang kenikmatanku itu…akkkkkkhhhhhh setengah berteriak kami sama2 mengerang….hhhhmmmmfffffff…mennthhhookk da….akkkkhhhh mulai kugoyang2 sedikit cepat kemaluanku…akkkhhhh hhhmmmfff…akkkkhhhh…buk el mengerang2 sambil memeluku erat…

    “el suko bana godok uda dika kkkoohhhhh…sampai ka ujuuaanngghhh hhhmmmmfff…(el suka sekali kontol uda dika innhhhiii…sampai ke ujuunnggghhh hhmmmm…)goyanganku semakin ku percepat..ku angkat wajahku lalu kuciumi wajah wanita yang sedang ku tindih ini…akkkhhh aakkkkhhh akkkkhhh…

    “el sampaii…el sampaii…el sampaiii erengnya..akkkhhh…lammhhaaaakkk…akkkhhh…jepitan kakinya semakin menguat pantat nya sedikit terangkat….aaaaakkkkkkhhhhhh…dia mengerang keras…wanitaku ini mencapai puncak kenikmatanya…hhhhhmmmmmfffff….

    di saat yang sama kepala kontolku ikut merasakan geli yang amat sangatt…karna dalam kondisi dia menjepit pinggangku aku hanya menggoyang seperti mengayak kemaluannya…wajahnya semakin beringas ku ciumi…”aaaaaaakkkkkkkhhhhhhh aku mengerang keras tepat di wajahnya…hhhhnnngggggghhhhh…rudalku memuntahkan semua isinya sampai tak bersisa…ku tekankan dalam2 kontolku…hhhhggggnnnnhhhhh ennnhhaaaakkkk….kami sama2 menikmati puncak kenikmatan ini…dengan posisi aku menindih buk el,peluh dan badan kami menjadi satu yang hanya di batasi daster buk el yang sebatas perut…setelah gelombang kenikmatan kami mereda jepitan kaki buk perlahan melemah…dan akhirnya terlepas…tapi aku masih ingin menikmati moment ini sebentar lagi..kemaluan kami masih sama2 menempel erat ku balikkan badan ku serentak dengan tubuh tinggi besar di bawah ku ini…kali ini dia yang berada di atasku…buk el mangangkat kepala nya..ku belai2 tepian rambut dari kening hingga pipinya…ku tatap kedua bola mata wanita bertubuh tinggi besar ini dalam2…

    “aku mencintaimu elnawati,” kata itu terucap dari dalam hatiku..hingga suara ku begitu mendalam…wajahnya bersemu merah karna senang dengan senyum dia hanya memelukku erat… (Bersambung lagi)

  • Foto Bugil Gadis Cantik Jepang Yuuri Morishita

    Foto Bugil Gadis Cantik Jepang Yuuri Morishita


    1673 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Foto Ngentot : Sekretaris ku Yang Seksi Membuatku Tak Tahan

    Foto Ngentot : Sekretaris ku Yang Seksi Membuatku Tak Tahan


    1793 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat malam sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Foto Bugil Gadis Abg Hot & Seksi

    Foto Bugil Gadis Abg Hot & Seksi


    2135 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Foto Bugil Jennifer Pamer Memek Mulusnya

    Foto Bugil Jennifer Pamer Memek Mulusnya


    1919 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Cerita Sex Dewasa Adik Ipar Hamil Tiga bulan

    Cerita Sex Dewasa Adik Ipar Hamil Tiga bulan


    1915 views

    Cerita Sex Dewasa – salah satu cerita sex dewasa terbaik dengan twist ending yang menawan. Kamu tak bakal bisa menebak akhir dari cerita sex dewasa ini sebelum kamu mencapai penghujung cerita. Silahkan dibaca gan!

    Bruuuk…tas jinjing berisi baju kami, ku letakkan di lantai kamar. Akhirnya harus mengungsi ke rumah mertuaku, karena rumahku dan istri sedang direnovasi untuk menambah kamar anak dan harus di dak ke atas. Sudah lebih nyaman kita ngungsi dulu di rumah bapak-ibu aja ya pah, kan bentar lagi dek Ayu juga mau nikah sekalian kita bantu-bantu, begitu usul istriku seminggu yang lalu.

    Sebenarnya aku gak masalah kita ngungsi di rumah mertua, meskipun agak jauh dari rumah kami tapi lebih dekat ke sekolah anak-anak, tapi ya bagaimanapun yang namanya di rumah sendiri pasti lebih bebas dan nyaman. Ayu adik istriku saat ini baru masuk kerja, umurnya 23 tahun dan katanya sudah siap nikah dengan pacarnya yang dikenal dari zaman SMA.

    Sementara aku yang berumur 37 tahun dan Dian-istriku berumur 35 tahun, kami sih setuju saja dengan rencana Ayu untuk nikah, toh dengan Wawan pacarnya sudah kami kenal cukup lama.

    Mmmuach bibir kami saling berpagut dan lidah Dian-istriku bergumul di dalam mulut. Bibir Dian kusergap saat dia baru membuka celana jeans dan kemejanya jadi kini hanya memakai cd dan tanktop putih ketat dengan puting menonjol tanda dia sudah terangsang, ya Dian memang jarang pakai bra.

    Kulitnya yang putih langsat membalut tubuhnya yang sudah 2 kali melahirkan masih cukup sekal dan berisi dengan tetek ukuran cup C yang saat ini di genggaman tanganku. Rambutnya dipotong pendek ala sekretaris kantor sedikit menutupi lehernya yang sekarang kujilati diikuti aroma tubuhnya akibat dari bolak-balik beres-beres barang bawaan kami tadi sore. Nexiabet

    Sambil kujilati leher, tangan kananku menelusup ke balik tali tanktop Dian dan terus ke bawah menggenggam tetek dian dengan sedikit kasar. Dian mengimbangi dengan meremas penisku dari luar celana pendek dan dengan cepat jari lentiknya sudah berada di dalam cd-ku, memainkan penisku maju mundur.

    Dian meskipun lelah namun nafsunya sudah memuncak, dia melorotkan celana dan cd-ku, merebahkanku ke kasur kemudian membungkuk dan mungulum penisku dengan mulut lentiknya…maju-mundur….aaakhhhh….basah-aaaakhhhh…..hangat-aaaakhhhhh….ngiluuu.

    Cairan precum dari penisku sepertinya mulai membasahi mulut Dian, aku pun berdiri dan mengangkat Dian, kembali berpagutan tanganku meraba cd Dian yang sudah basah oleh cairan memeknya. Tangan kananku masih bermain di luar cd Dian dan jari tengah mencoba menelusup melalui celah cd dekat memek Dian dengan sedikit gerakan jari tengah sudah masuk ke balik cd memainkan klitoris Dian dan dia melenguh kegelian….basahnya memek Dian memudahkan jari ku masuk ke dalam memek dan membuat Dian merem-melek dengan desahan yang membangkitkan gairahku….jariku maju-mundur mengobok-obok memek Dian….akh-akh-akh….

    tok-tok-tok… Mba’ Diaaan itu putri udah tidur di kamar Ayu…suara ibu memecah desahan Dian….kami pun tersenyum. Yaaah pah, itu putri (anak kami yang kedua berumur 2 tahun) diangkat dulu, kasian nanti klo bangun dek ayu bingung. Kamu aja gih, kataku sambil jilat tetek Dian…Yeee dimintain tolong juga…

    Akhirnya aku pakai baju dan ke kamar Ayu, eh ternyata keduanya sudah tidur,… posisi pintu kamar Ayu dari sisi kiri kasur, sedangkan Putri tidur di sisi sebelah kanan. Jadi aku memutar kasur buat angkat Putri, dari arah depan kasur posisi kedua kaki Ayu menekuk lutut dan mengangkang. Mau tak mau aku melirik ke arah selangkangan Ayu, karena dia memakai celana gemes—celana super pendek yang suka dipake abg-abg cewek saat tidur.

    Sambil melirik—makin kuperhatikan di selangkangan itu ada hitam-hitam, aku geli sendiri saat kuamati ah itu jembutnya keluar dari sela-sela celana gemes…ah pahanya yang meski tak seputih kulit istriku tapi sangat mulus dan membuat desir darahku mengalir. Aduh bahaya ini, pikirku, aku pun terus ke sisi sebelah kanan dan bersiap mengangkat Putri.

    Tiba-tiba Ayu mengangkat tangannya ke atas, masih tidur pulas—Ayu memakai kaos tanpa lengan, dengan lobang lengan yang cukup lebar….aah keteknya ditumbuhi bulu-bulu halus….aah side boob—teteknya terbuka dari sisi kanan….muluuus dan terlihat kenyal, ukurannya kutaksir lebih kecil dari tetek Dian. Tapi akibat nanggung tadi bercumbu dengan Dian, melihat pemandangan Ayu yang menantang membuat penisku menggeliat di bawah sana.

    Duuuh harus cepat-cepat balik ke kamar nih…kuangkat Putri dan kubopong ke kamarku, sambil jalan keluar kulirik sekali lagi selangkangan Ayu, aaah jembut yang menggoda. Ku bopong Putri dan melangkah cepat ke kamar…sambil kuletakkan Putri di kasur, kuliat istriku eh ternyata dia sudah tidur, lelah dia. Nasibmu otong…pusing deh gak tersalurkan…ditambah kebayang mulusnya paha Ayu dan jembutnya yang mengintip membuat darah berdesir ke penis dan kembali membuatnya tegak berdiri….

    Kuhitung-hitung sudah 6 bulan kami kembali ke rumah lagi, kami ngungsi hanya 1 bulan saja di rumah bapak. Acara pesta nikah Ayu pun telah selesai saat kami ngungsi itu dan berjalan lancar berkat peran besar Dian, istriku. Dian memang cekatan dan dapat diandalkan sebagai EO, itu karena dia memang kerja pada sebuah perusahaan EO skala nasional.

    Aku tahu dunia EO yang Dian geluti pasti menuntutnya selalu tampil menarik untuk bertemu berbagai macam jenis klien dan tentu dunia gemerlap penuh godaan. Ah entah berapa banyak klien atau bos yang pernah menggoda Dian. Pagi ini Dian sedang bersiap berangkat ke bandara, “Pah, Putri sudah diantar ke daycare?”….”Sudah ku antar mah…kamu berapa lama di Bali?” aku menanyakan rencana Dian yang akan mengurus acara DJ internasional di Bali.

    “Cuma satu malam aja kok, tapi aku buru-buru nih, pesawatku sih siang….tapi ada janji ketemu klien dulu di McD arah bandara Juanda pah, jadi maaf ya pah gak ada quickie pagi ini”….ah istriku tahu kalo aku sedang on fire, apalagi melihat dia sambil make-up bertelanjang dada cuma pakai cd saja.

    Penasaran juga akhirnya kutanya istriku, “Mah, aku perhatiin kamu memang gak pernah pakai baju seksi, tapi kamu kan cantik dan selalu menarik, pasti sering digoda klien yah?”

    Istriku menatap dari cermin, “Ah aku kan udah bilang, jangan curigaan gitu”.

    “Bukan curiga, aku penasaran, masa iya gak ada yang godain kamu…lah wong aku saja klo jadi klien kamu pasti bakal godain kok”

    “Yaaah…klo klien sih ada aja yang godain, entah basa-basi atau emang betul tertarik, cuma masih wajar sih kan juga baru kenal, cowok kan gitu gak boleh liat cewek menarik dikit….tapi yang centil tuh pak bos pah”. Dian mengecup pipi kiriku meninggalkan jejak lipstik di sana dan melangkah keluar kamar, dia sudah selesai make-up dan pakai kemeja dipadu celana jeans. “Loh udah siap toh?” aku dibikin tambah bingung sendiri, apa maksud ucapannya dan tumben dia cepat sekali bersiapnya.

    “Taksiku sudah ada tuh pah, aku berangkat yah, nanti jangan lupa ke rumah bapak kan minta tolong kamu buat liat pembukuan tokonya udah disiapin tuh, mumpung kamu ada di rumah. Besok kan berangkat ke Makassar?”, istriku lalu mengecup pipiku yang kanan melangkah keluar rumah. “Hati-hati ya mah, jangan lupa photonya”, istriku pun melirik penuh arti.

    Bapak yang membuka usaha furniture sejak lama saat ini ingin ekspansi lokasi usaha, jadi Bapak minta tolong aku yang memang kerja di akuntan publik untuk memeriksa pembukuan dan melihat bagaimana peluang rencana Bapak. Siang ini Bapak di toko, Ibu, Ayu dan Wawan pasti masuk kerja, pas lah rumah tenang aku bisa kerja dengan santai.

    Aku di mobil bersiap ke rumah Bapak, tring-tring-tring…whatsapp dari Dian kuterima, “nih pah dari semalam sudah kusiapkan hihihi :emoticon_malu:” diikuti lima photo bugil dan menantang Dian yang menunjukkan teteknya yang besar dan lekuk tubuhnya yang montok juga memeknya yang ditumbuhi jembut merekah. Memang kebiasaan kami kalo salah satu ada yang pergi keluar kota, Dian akan kirim photo atau kita video call bugil buat bantu kita masturbasi menyalurkan hasrat seksual. ‘Aaah…kenapa sekarang sih, nggak nanti sore saja’ batinku…si otong kan jadi ngaceng nih. Kuletakkan HP, dan kuinjak pedal gas…

    Sampai rumah Bapak pas suasana sepi, aku bawa kunci cadangan jadi langsung masuk rumah, crek-ceklek pintu ku kunci lagi. Kerja bolak-balik pembukuan dan laptop selama 1 jam cukup buat palaku panas juga. Aku masuk kamarku dan istri tempat kamar kami dulu waktu masih menumpang, aku rebahan bentar di kasur, teringat pesan whatsapp tadi, kubuka gambar bugil Dian yang menantang.

    Ah berdesir darahku, kubuka celana dan cd, lalu masuk whatsapp dari istriku, “Pah aku baru mendarat di Bali, mau pipis ya ke toilet dulu”. Aku yang mulai on fire, lalu video call Dian, “Mah, nih…” kamera video ku arahkan ke penis yang sudah ngaceng. “Eh…eh…” suara Dian panik dan gambar video gelap. Tak lama gambar video muncul lagi, Dian di dalam toilet sudah pakai earphone “Iiih papah, tadi kan masih di luar toilet, langsung itu sih videonya”….

    “Hehehe, nanggung nih, kamu sih udah tadi pagi gak quickie, eh malah ngirim gambar bugil masih pagi padahal”

    “Hehehe….teruuuuus….?”

    “Tanggungjawab donk…aku dirangsang dong mah”

    “Loh, sekarang?” istriku bicara bisik-bisik

    “Ya kan bisa sayang…”

    “Tapi akunya gak bersuara ya pah, gak bisa ada desahan nih” masih berbisik

    “Iya deh…”

    HP Dian diletakkan di dinding atas toilet dan istriku mulai buka kancing kemeja satu-persatu dan menurunkan tali tanktopnya sebelah kiri, tetek bulatnya menyembul dan dimainkan putingnya pakai tangan kanan.

    Aku mulai memainkan penis dengan tangan kiri dan tangan kanan pegang HP, “…aaah sayang, mau memekmu dong”.

    Ceklek…aku menoleh ke arah pintu kamar, melongok dari balik HP…momen canggung terjadi, tangan kiri pegang penis-tangan kanan pegang HP dan mataku beradu pandang dengan mata Ayu.

    Kumatikan video call dengan Dian, kutarik selimut sekenanya menutupi penis, HP jatuh di kasur….”Lah Yu, kowe ning omah?” aku cengir-cengir.

    “Lah iya lah aku sama mas Wawan kan masih numpang di sini toh” Ayu menjawab sambil masuk kamar dan duduk di kasur.

    “Gak gitu, aku kira kamu masuk kerja, duh maaf ya ada yang mendesah-desah di kamar jadi kamu penasaran yah?” aku jadi gek enak hati, tapi sialnya kenapa penisku masih ngaceng aja nih, apa karena liat Ayu pake celana gemas dan tanktop ketat? Hpku getar-getar, Dian telepon lagi nih…Kudiamkan dulu, lalu getar lagi putus-putus, kubuka HP, whatsapp dari Dian “Kenapa pah? Aku mulai on nih, kamu malah hilang. Ya udah aku ke venue acara dulu deh, nanti sore sampai hotel video call lagi ya…” tak kujawab.

    “Aku sih tau mas Agus dateng tadi, tapi palaku pusing banget, aku malah ketiduran. Barusan bangun nyariin mas Agus kemana, eh malah ada suara-suara mencurigakan di sini, ngapain sih mas pake masturbasi segala, udah punya istri juga” suara Ayu ketus. Sebenarnya Ayu tidak ketus, tapi gayanya dari dulu emang gitu, kalo nanya to the point dan tanpa tedeng aling-aling.

    “Kamu dengernya pasti pas mas mendesah doang, emang kamu kira mas video call sama siapa coba? Aku kan gak pernah neko-neko Yu…” meski gitu aku kepancing juga jadinya.

    “Loh sama mba’ Dian toh, abis aku curiga mas Agus lagi desah-desah sama siapa…yaaah jadi nanggung deh”

    “Kamu kaya gak tau aja, kan mas sama mba’ mu sering keluar kota…gimana lagi kami nyalurin nafsu coba, kami kan masih normal Yu, nafsu masih tinggi…” ku terus terang aja sama Ayu, toh dia sudah nikah dan tau nikmatnya senggama. “Dulu inget gak waktu kamu SMA kepergok sama mba’ mu suka kirim-kiriman gambar bugil sama temenmu, kamu kirim gambar bugil, temenmu kirim gambar penisnya, temen loh itu Yu…” ah kenapa aku jadi mengungkit masa lalu Ayu yah, kebawa suasana nih.

    “Iiiih mas Agus, iya itu kan nafsu darah muda…jangan2 mas Agus liat photonya yah?” dia tersipu.

    “Nah kan tau nafsu tuh…apalagi sekarang kamu baru nikah, nafsumu udah tersalurkan ke suami kan, nafsumu lagi panas-panasnya…”

    “Iya lagi panas-panasnya, lagi nafsu banget, tapi pas ketemu sama mas Wawan aku kok turun ya nafsunya…padahal udah kebayang panasnya kita di ranjang”

    “Ini kamu gak masuk kerja Yu?” aku coba mengalihkan pembicaraan. Tapi Ayu yang rubah posisi duduk menekuk lutut di tepi kasur, mengangkat celana gemesnya sampai ke selangkangan.

    ‘Ah pemandangan ini lagi, terlihat lagi helaian hitam jembut yang menggodaku…’ batinku dengan penis yang ngaceng lagi.

    “Iya itulah palaku pusing banget, dan males kemana-mana jadi gak masuk kerja mas…”

    Aku bergumam…”Ah pasti hamil nih Ayu…”

    “Kenapa mas?” Ayu mendengarku bergumam

    “Selamat ya Yu, kamu hamil…” Aku bangun dari posisi tiduran dan menyodorkan tangan kananku memberi selamat, tapi aku lupa tangan kiri yang menahan selimut kurubah jadi penopang menahan posisi tubuhku untuk duduk, terbukalah penis ngaceng itu tegak lurus…

    “Iiiiiih mas Aguus, itu kok masih ngaceng aja sih..?” Ayu malah terus menatap penisku, meskipun nampak kaget dan tangannya diangkat ke atas kepala jadi nampak keteknya yang kini terlihat mulus dan toketnya dari samping menyembul kejepit tanktop .

    “Iya lah itu jembutmu tuh kemana2, tetekmu juga nyeplak tuh gak pake BH sih…” ah aku kok jadi vulgar gini yah di depan Ayu

    “Laaaah…kok jadi Ayu yang salah!” Ayu protes

    “Ya kamu kan tau aku lagi nanggung tadi, mba’mu tuh baru kelar sore jadi video call masih lama, besok mba’ mu pulang siang-aku malah pergi Yu…eh kamu main masuk kamar pake pakaian menggoda lagi…tanggungjawab yah…” aku jadi cerewet sebenarnya cuma menggoda Ayu saja…

    Tapi yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaanku sama sekali, Ayu merangkak ke depanku, teteknya menggantung tertahan tanktop…tangan kanannya menggenggam penisku dan mengocoknya…”ya udah sini ku bantu yah…tapi mas gak boleh pegang-pegang yah…aku tau kok rasanya klo lagi nanggung, mas Wawan juga biasanya uring-uringan…” slop…slop penisku sudah di dalam mulut Ayu yang basah dan hangat.

    “Eh…aaakh…eh Yu maksudnya gak gini…” antara geli, nafsu dan malu bercampur.

    “Gak jadi nih, katanya aku harus tanggungjawab…slop-slop-slop…katanya nanggung…?”

    “aaakkh yuuu….akh…akh…” kepalang tanggung tanganku menelusup ke balik tanktop Ayu meraih toketnya yang menggantung….”iiiih…gak boleh pegang…”slop-slop, tapi malah ku pilin pentilnya….”ekh..eekh” sambil mengulum penis Ayu mendesah tertahan.

    Aku tau pasti, sama seperti Dian waktu hamil muda gini nafsunya antara tinggi tapi males sekali melayani suaminya, ah jadi kebayang nanti pas hamil tua pasti nafsunya membumbung tinggi.

    Ayu berinisiatif membuka tanktop, menunjukkan toketnya yang mulai sedikit membengkak…dikulumnya lagi penisku, tapi aku memutar posisi 69, akh ingin kulahap memek berjembut itu…

    Kusingkap celana gemes Ayu dan CD-nya yang sudah basah lalu lidahku menyusup ke sana…sudah tak kupedulikan tingkah Ayu mengulum penisku yang beberapa kali kena giginya…aroma memek Ayu membuatku semakin bernafsu menjilat dan menusuk jari tengahku ke memeknya, Ayu meronta-ronta dan mendesah kegelian….”ekh-eekh-eeekh maaas”….memeknya banjir, ah titik sensitifnya mudah sekali terangsang akibat hamil…Ayu memang belum orgasme, tapi dia semakin penasaran dengan penisku…

    Ayu bangkit dari posisi 69, dibuka celana dan CDnya…dia jongkok menghadapku dan memposisikan penisku di memeknya…

    “Loh Yu kok sampe masuk?” meskipun nafsu sudah di ubun-ubun…aku terkejut juga dengan gerakan Ayu…

    “Gpp mas, kan aku juga sudah hamil 3 bulan…mas Agus mau keluar di dalam juga gpp mas..” suara Ayu mendayu dan terangsang….bleeeessshhh…perlahan penisku menusuk ke dalam memek Ayu, sedikit bergoyang dia mencari posisi titik pas…ekh-aakh-aaakh..aaaah-maaaaas….aaaaah, Ayu mencakar perutku dan dadaku menggapai orgasmenya, Ayu lunglai…

    Kurebahkan Ayu dan kuposisikan di tepi kasur, aku turun ke bawah kasur sambil berdiri, kaki ayu kuangkat ke atas dan kuposisikan penis di mulut memek Ayu…kugesek-gesek dan sekali sodakan penisku amblas di memek yang banjir….plok-plok-aaah-aaah…Ayu masih mendesah mengimbangi sodokan penisku.

    “Kamu kok nafsu banget yu?” sambil kumainkan tetek dan pentilnya, juga klitorisnya kugesek-gesek pakai jempol…

    “Iya nih, aaah… liat kontol eh aaah-ah-ah…anunya mas Agus tadi lagi masturbasi aku jadi basah”

    Sodokanku makin cepat dan mengaduk memek Ayu…”Aku di dalam gpp nih Yu?”

    “Gpp mas…ah-aah-aaah-kan enak anget mas…”

    Penisku menegang-kaku dan croot-crooot-croooot…penis yang ngaceng dari tadi pagi mengumpulkan sperma akhirnya menyembur dan melelah di dalam memek Ayu. Kami sama-sama rebah di kasur.

    Ku kecup kening Ayu dan…”Makasih ya Yu aku sudah dibantuin…”

    “Iyaaah…” Ayu masih lemas “jangan makasih ah, aku kaya jablay jadinya…hehe…tapi sekali ini aja ya bantuinnya”…plek, Ayu pun tidur, aku menutup tubuh bugilnya dengan selimut.

    Sambil keluar kamar untuk menyelesaikan kerjaan yang tertunda, kulihat di HP sudah jam 2 siang…nanti jam 4 harus kubangunkan Ayu karena orang rumah akan pulang. Eh ternyata ada whatsapp dari istriku…photo teteknya mengintip dari tanktop dengan background suasana di dalam lift…”Saya sudah siap kok bos…”….loh Dian kirim ke siapa, kok manggil aku bos?

    —End—

  • Cerita Seks Terbaik Kisah Birahi Udin si Penjual Koran

    Cerita Seks Terbaik Kisah Birahi Udin si Penjual Koran


    1619 views

    Cerita Seks Terbaik – “Koran.. Koran ya Koran.. Pempek ya pempek.. Pempek Koran..”

    Astri memicingkan telinganya mendengar suara tersebut. Di siang hari seperti itu memang tak jarang ada penjual yang masuk kedalam komplek menjajakan barang dagangan. Pengalaman Astri selama 10 tahun tinggal disana, ia sudah hapal mana-mana saja penjaja makanan atau barang yang lewat di muka rumahnya. Namun kali itu Astri merasa tidak familiar dengan suara tersebut. Iseng, Astri pun berjalan kedepan dan melongok keluar.

    “Dek, sini masuk.”

    Astri melambaikan tangannya memanggil si penjual tersebut. Dan memang benar tebakannya, ia baru kali ini melihat si pemuda penjaja koran ini di sekitaran komplek.

    “Jualan apa, Dek?”

    “Koran bu, tabloid, semua ada.”

    “Oh.. itu apa di dalam?”

    “Pempek bu. Masih hangat bu baru digoreng.”

    Astri mengangguk-angguk sembari memandangi si pemuda tanggung tersebut mengeluarkan koran-korannya di pelataran teras rumah agar Astri bisa pilih.

    “Kok saya baru lihat kamu dek. Biasanya yang dagang koran ada lagi langganan saya yang sudah tua. Pak Romli kalo ga salah namanya.”

    “Iya bu, itu paman saya. Beliau sakit semenjak awal bulan, jadi tidak bisa dagang.” Jawab si pemuda itu singkat. Astri menerka-nerka umurnya mungkin sepantaran dengan anaknya yang paling sulung.

    “Oh, sakit apa dia pak romli? Parah sakitnya?”

    “Sakit gula bu, sekarang paman hanya tidur saja dirumah. Saya yang bantu jualan koran juga.”

    “Astaghfirullah, semoga sehat-sehat saja ya Pak Romli. Nama kamu siapa, nak?” Tanya Astri melembut.

    “Saya Udin, bu.” Jawab Udin sopan.

    “Kamu kelas berapa? Masih sekolah?”

    Udin menggeleng malu-malu. Nexiabet

    “Saya terakhir lulus SMP tahun 2 tahun lalu bu. Tadinya hanya jualan pempek sepulang sekolah, bantu-bantu paman dan adik-adik sepupu saya yang masih kecil-kecil. Tapi sekarang saya full jualan pempek saja di sekitar pasar pagi. Sekarang Karena paman sakit, saya juga jualan koran.” Ujar Udin bercerita dengan polosnya.

    “Orangtua kamu kemana?”

    Udin lagi-lagi menggeleng malu-malu. Luluh rasanya hati Astri, apalagi terbayang apabila anak-anaknya harus menjalani hidup seperti Udin. Bulat hati Astri ingin meringankan beban Udin.

    “Yasudah, kalo gitu saya beli tabloidnya satu dan korannya satu ya. Pempeknya juga saya bungkus 5 ya, Nak.”

    “Baik bu. Saya bungkusin sekarang Bu.” Jawab Udin cepat dengan sumringah. Astri tersenyum kecil melihat sedikit pancaran kebahagian di mata Udin.

    “Kamu sering-sering kesini ya, saya juga udah ga pernah langganan koran dan tabloid. Nanti biar ibu beli koran sama tabloid kamu.” Ujar Astri sambal tersenyum hangat. Udin hanya mengangguk-angguk sambal mengulum senyum membungkus pempek pesanan Astri.

    Dan seperti itulah persahabatan kecil antara Astri dan Udin terjalin. Dua-tiga hari sekali Udin pastri mampir membawa koran dan tabloid pesanan Astri. Tak jarang Astri memborong pempek dagangan Udin, sampai heran suami dan anak-anaknya selalu saja ada pempek di meja makan terhidang. Astri yang kesehariannya hanya tinggal di rumah sendiri sebagai ibu rumah tangga turut senang dengan adanya Udin yang sesekali mampir menemaninya siang-siang untuk sekedar berteduh dan mengobrol sejenak dengannya.

    Hingga di suatu siang di musim hujan, hujan deras mengguyur komplek sedari subuh. Hujan gerimis dan deras yang datang silih berganti tak pelak membuat komplek banjir di beberapa titik. Astri sendiri harus terjebak di pasar swalayan menunggu hujan reda. Barulah ketika hujan berganti gerimis Astri baru berani untuk naik gojek pulang ke rumah.

    Hujan masih mengguyur agak deras ketika Astri masuk kedalam kawasn komplek. Dari belakang jok tukang ojek mata Astri menangkap sesosok Udin yang berdiri berteduh di pos satpam.

    “Eh, eh pak stop bentar pak. Din! Udin!”

    Udin memicingkan mata melihat sesosok wanita berkerudung diseberang jalan yang berhenti diatas motor. Segera ia mengenali sosok Astri diantara rintik hujan.

    “Kamu ngapain disitu din? Jangan neduh disana, nanti basah! Kamu lari kerumah saya aja ya cepet! Ibu tunggu!” Teriak astri. Udin sayup-sayup mendengar ucapan Astri dan mengangguk-anggukan kepalanya.

    Tak lama berselang Astri turun dari ojek, Udin pun tiba sembari setengah berlari. Astri buru-buru melambaikan tangan menyuruh Udin masuk kedalam rumah Karena hujan kembali menderas. Udin tiba di teras rumah agak terengah-engah, korannya terlihat aman Karena ditutupinya dengan plastrik. Namun baju dan rambutnya benar-benar basah kuyup akibat berlindung di pos satpam.

    “Astaghfirullah, udah taro aja didepan korannya Din. Masuk aja sini kedalem gapapa.” Ujar Astri seraya membuka kunci pintu rumah.

    Udin berdiri canggung di muka pintu sembari badannya agak menggigil. Astri berdecak sambal bergeleng iba melihat kondisi Udin.

    “Sebentar ya Ibu carikan handuk. Baju ibu juga basah nih. Kamu langsung mandi aja Din, daripada kamu demam. Yuk ibu antar kedalam.”

    Astri membimbing Udin menuju kamar mandi tengah. Udin baru kali itu masuk kedalam rumah. Dipandanginya furniture dan foto-foto keluarga Astri seraya ia berjalan kedalam rumah. Tak lama Astri muncul dari dalam kamar dan menyerahkan Udin handuk bersih untuk ia gunakan.

    “Tuh kamu pake, kamu masuk aja langsung mandi ya. Ibu juga mau ganti baju. Ibu masuk juga ya.” Ujar Astri cepat sambil kemudian menghilang lagi kedalam kamar.

    Udin keluar dari kamar mandi dengan hanya lilitan handuk di pinggangnya. Lagi-lagi ia hanya bisa berdiri canggung didepan kamar mandi sementara Astri belum keluar dari kamar. Tak lama pintu kamarpun terbuka dan Astri keluar masih sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

    “Eh yaampun ibu lupa, sebentar ya Din ibu tadi udah ambilin bajunya raffa sementara baju kamu basah. Nih pake dulu, Din. Baju kamu biar kering dulu aja.” Ujar Astri lagi sembari menyodorkan baju anaknya ke tangan Udin.

    Udin hanya melongo tatkala Astri menyodorkan baju tersebut ke tangannya. Baru kali itu Udin melihat sisi lain dari Astrid yang tak mengenakan kerudung dan hanya berdaster saja. Rambut Astri yang masih basah bergantung bebas pendek sedikit dibawah kuping, sekilas mengingatkan akan model rambut Desy Ratnasari. Memang ada sedikit perbedaan disana sini, dari bentuk badan Astri yang sedikit lebih berisi mungkin Karena memang faktor umur, atau mata astri yang agak sedikit lebih sipit dari Desy Ratnasari yang asli, namun secara keseluruhan mereka memang tak berbeda jauh.

    “Loh kok diem aja Din? Ini ambil bajunya, kamu ganti di kamar mandi gih.” Ujar Astri sembari masih asik mengeringkan rambutnya dengan handuk.

    “I-iya bu..”

    Udin pun menghilang kedalam kamar mandi untuk berganti baju. Astri dengan santai memunguti baju basah Udin dan membawanya kebelakang ke tempat cucian untuk sekedar dijemur.

    “Udah ganti bajunya din? Baju kamu ibu jemur dulu ya di belakang biar kering.”

    Udin hanya mengangguk-angguk sambil duduk dengan canggung mengenakan kaus dan celana basket longgar. Astri tersenyum kecil melihat Udin yang sedari tadi berusaha untuk tidak memandangi Astri.

    “Kenapa kamu din? Kok kaya heran gitu ngeliatin Ibu. Heran ya baru kali ini liat ibu ga pake kerudung? Hehe”

    Udin hanya tersenyum kecut menanggapi candaan Astri. Memang agak sedikit kaget Udin dibuatnya. Astri yang kerap berkerudung sopan hingga mengenakan kauskaki tipis, kini melenggang santai hanya mengenakan daster kutung (daster tanpa lengan) sebatas dengkul.

    “Gapapalah Din, sekali-kali ini. Lagian didalem rumah juga ga ada yang liat. Yang liat juga kan kamu aja ga ada orang lain.” Hibur Astri lagi sambil tersenyum lembut.

    Setelah itu Astri dan Udin pun makan dengan khidmat dengan lauk seadanya di meja makan. Pelan-pelan Udin bisa menyesuaikan diri kembali dan merekapun berdua asyik mengobrol seperti biasanya. Di luar hujan masih terus menggelegar, Astri mengintip keluar dari balik jendela mengamati air yang tercurah begitu banyaknya dari langit.

    “Untung aja tadi ya Din, ibu ngeliat kamu. Coba liat nih, ujannya masi ga berenti juga malah makin deres. Bisa banjir ni komplek.. ckck” Ujar Astri sambil memijat-mijat tengkuknya sendiri.

    “Iya bu..” Jawab Udin pelan.

    “Duh kayanya ibu masuk angin deh, tengkuk ibu berat banget ini rasanya. Kamu bisa ngerok ga din?” Keluh Astri.

    Udin hanya menggeleng pelan.

    “Tapi jangan dikerok juga sih, nanti heran lagi suami saya kok bisa ada yang ngerok? Bisa berabe.. hahaha. Ibu minta tolong pijitin aja ya din?” Pinta Astri lagi sembari beranjak kedalam kamar mencari minyak urut. “Sini aja Din, masuk nggapapa..” Panggil astri lagi dari dalam kamar.

    Udin melangkah dengan lambat, masih ragu karena merasa tidak enak, untuk pertama kalinya ia masuk kedalam kamar tidur orang lain tentu saja menimbulkan rasa canggung.

    “Nih minyak urut din, kamu olesin aja nih ke pundak sama leher belakang ibu. Tolong yah?” Ujar astri sembari bersendawa sendiri yang kini sudah duduk di pinggir kasur.

    Udin mau tidak mau mengikuti permintaan Astri. Dengan hati-hati udin menumpahkan sedikit minyak angin ke permukaan tangannya dan mengusap tengkuk astri pelan.

    “Hmm.. anget. Iya gitu din, agak dipencet-pencet Din.”

    Dengan patuh Udin menuruti komando astri. Sempat terpesona udin oleh halus lembutnya kulit astri yang selama ini selalu terbalut kerudung. Namun dientaskannya pikiran itu jauh-jauh. Astri mengangguk-angguk terpejam menikmati urutan Udin.

    “Din, sambil tiduran bisa ngga din? Ibu pegel juga duduk nyamping gini.” Tukas astri cepat. Dengan santainya astri melengos dan menelungkupkan wajah berbaring tengkurap diatas kasur.

    Udin lagi-lagi tercekat menelan ludah melihat Astri dalam posisi seperti itu. Masih dengan takut-takut udin bergerak ikut naik keatas kasur. Astri kemudian melebarkan kedua kakinya memberikan ruang bagi Udin untuk bersimpuh diantara kakinya. Sekelebat putih halusnya paha dalam astri membuat jantung udin berdegup kencang. Udin mulai meraba pelan punggung astri dan mulai memijitnya perlahan.

    “Hmm iya din gitu din.. kuat juga ya pijitan kamu..” ujar astri sembari tetap telungkup dan memejamkan mata. “Atasan lagi din di pundak kaya tadi.” Pinta astri lagi.

    Udin dengan agak kesusahan mencondongkan diri makin kedepan berusaha meraih pundak astri. Meski astri sudah melebarkan kakinya tetap saja udin kesulitan karena mau tak mau udin harus makin merapat diantara sela kaki astri. Dan benar saja, baru ketika udin hendak memajukan badannya, tanpa sengaja tubuh bagian bawah udin menyenggol pantat astri.

    “M-maap bu, p-permisi.” Tukas udin cepat-cepat. Astri hanya terkekeh kecil karena canggungnya udin. “Iya gapapa, cepet pijit lagi.” Jawab astri tak sabar.

    Udin kembali memijat sambil berusaha menahan bagian bawahnya agar tidak menyenggol lagi. Namun tentu saja sia-sia karena posisinya tidak memungkinkan. Sehingga udin berupaya agar tidak terlalu sering menempel ke pantat astri. Diam-diam udin juga berusaha sekuat tenaga agar tidak terbangun dedek kecilnya, karena jujur saja lembutnya pantat astri mau tak mau merangsang kemaluannya jadi terbangun. Tiap kali menempel rasanya darah di dalam diri udin berdesir.

    Astri juga sebenarnya mengetahui udin yang berusaha keras menahan diri dan tetap sopan. Astri tahu betul di umur segitu baik udin maupun anak tertuanya sudah mulai menjalani proses menjadi dewasa dan tertarik dengan lawan jenis, sehingga astri paham betul apa yang dialami udin saat ini. Namun astri diam-diam saja, malahan agak sedikit geli melihat udin seperti itu. Akhirnya astri menyuruh udin untuk santai saja.

    “Udah din gapapa, nempel dikit juga gapapa kok.” Ujar astri sambil tetap telungkup.

    Udin tidak langsung menjawab dan hanya diam saja. Akhirnya udin memberanikan diri untuk mengiyakan perkataan astri.

    Udin akhirnya mencondongkan badannya kedepan dan menempelkan tubuh bagian bawahnya ke pantat astri. Udin malu-malu menghela napas ketika ia merasakan burungnya melekat tepat di tengah-tengah pantat astri yang lembut. Begitu pula astri yang akhirnya merasakan bonggolan kenyal di bagian belakangnya. Astri agak terkekeh merasakan burung udin yang sudah setengah mengeras. Dasar anak muda, pikir astri dalam hati.

    Namun dengan begitu tak lantas membuat udin malah menjadi biasa saja, justru kebalikannya udin makin tersiksa menahan ereksinya. Udin berusaha mengalihkan perhatiannya dengan berpikir hal yang lainnya. Namun sialnya di sisi kasur terdapat cermin berukuran besar yang melekat di lemari. Tatkala udin melirik, ia melihat dirinya seakan tengah berhubungan badan dengan astri dalam posisi seperti itu. Udin jadi makin tercekat dan sialnya hal tersebut malah membuat ereksi udin makin menjadi-jadi.

    Astri yang tadinya setengah mengantuk malah jadi melek terbangun merasakan gundukan lembek di pantatnya kini malah membongkah. Diam-diam astri jadi merasa agak geli-geli juga tiap kali burung udin yang menempel erat di pantatnya berkedut pelan. Namun astri memilih diam saja karena apabila ia bergerak membetulkan posisinya, udin pastri jadi malu sekali. Jadi astri memilih untuk diam saja berpura-pura tidur.

    Di lain pihak udin sudah merah padam wajahnya, keringat dingin mengalir di lehernya. Udin memilih untuk menunduk saja mengalihkan pandangannya kebawah. Namun udin kaget bukan kepalang manakala ia mengetahui ujung bawah daster astri sudah setengah tersingkap keatas. Sekilas udin bisa melihat bongkahan pantat astri setengah mengintip dari sisi dasternya. Udin merasa terpaku takut untuk bergerak namun juga takut untuk berhenti. Takut malah apabila ia berhenti dan membetulkan dasternya, astri malah terbangun dan memergokinya.

    Astri awalnya tidak merasa ujung dasternya tersingkap ketas, dan samasekali lupa ia tak mengenakan celana dalam waktu itu. Sehabis mandi ia buru-buru mengenakan baju dan mencarikan baju untuk udin hingga ia terlupa. Namun suatu saat tiba-tiba astri merasa geli di bagian bawah tubuhnya, manakala ujung bonggol udin yang mengeras dari balik celana menggosok permukaan kemaluannya yang tak tertutup apa-apa. Astri agak panik, namun tak berani untuk bergerak maupun bersuara manakala tiap kali udin bergerak, ujung kemaluan udin menggosok lembut bibir kemaluannya. Astri terdiam menggigit bantal berusaha agar tidak bersuara samasekali.

    Sekali, dua kali, tiga kali, hingga berkali-kali, lama kelamaan memberi efek yang makin intens dalam diri astri. Badannya jadi lemas keenakan oleh gesekkan udin. Matanya jadi pelan-pelan sayu, khidmat menerima tiap gerakkan yang ditimbulkan oleh udin. Apalagi saat itu udin hanya menggunakan boxer tipis tanpa celana dalam, yang tentu saja terasa oleh kemaluan astri terutama setelah menjadi semakin sensitif akibat gesekkan ujung penis udin. Astri hanya bisa berharap udin tidak merasakan badan astri yang kaku menahan gelinjang tiap kali udin menyenggol kemaluannya, dan tidak menyadari kemaluannya yang kian berembun akibat gesekkan tersebut.

    Hingga akhirnya pada suatu ketika astri yang sudah begitu lemas tak berdaya merasa udin menghentikan aksinya. Kesadarannya yang sudah hampir setengah menipis sedikit bangkit kembali. Hati kecilnya bertanya-tanya kenapa udin malah menghentikan aksinya disaat ia sudah nyaris pasrah dalam kenikmatan. Namun pertanyaannya terjawab tak lama berselang ketika kembali astri merasakan sensasi geli itu datang lagi, namun kali ini astri dapat merasakan jelas hangat daging keras udin bersentuhan langsung dengan kulitnya.

    Astri terbelalak namun tetap terdiam meskipun kaget. Kembali digigitnya bantal dibawah mukanya itu kencang-kencang. Astri tak menyangka udin berani berbuat sejauh ini. Terdengar napas udin yang juga agak tersengal-sengal dibelakangnya. Entah mengapa dalam kepanikan seperti itu astri memilih untuk diam mematung ketimbang menghentinkan aksi udin. Mungkin astri juga sudah terbuai keenakan, entah karena alasan lainnya. Yang jelas astri merasakan badannya kembali lemas digelitiki rasa geli ketika udin kembali menggesekkan moncong kemaluannya di bibir kemaluan astri yang kini tak lagi dihadang celana.

    Udin merasa kepalanya begitu berat, dan sekelilingnya semakin kabur. Nafasnya memburu dan gelora nafsunya tidak bisa lagi dibendung. Apalagi ketika ujung penisnya merasakan hangat daging kemaluan astri yang mulai mengeluarkan sesuatu. Tangannya tak lagi memijat pundak astri melainkan menahan beban tubuhnya di sisi kanan dan kiri tubuh astri. Tiap gesekan seakan membuat kemaluan astri merekah lebih lebar dari sebelumnya. Kemaluan udin seperti ikut ketagihan ingin mencicipi terus lubang astri yang seakan-akan memanggil manggil dirinya.

    Rangsangan yang amat lembut dan pelan itu membuat akal sehat astri dan udin buyar entah kemana. Udin dan astri diam-diam makin larut dalam cumbuan malu-malu kemaluan mereka. Astri yang juga sudah kegatalan jadi terbayang-bayang apabila udin benar-benar memasukkan batangnya kedalam kemaluannya. Badannya jadi merinding membayangkan apabila hal itu benar terjadi.

    Kemaluan astri yang merekah itu seakan memancing kemaluan udin untuk bergerak masuk. Udin secara naluriah kini tak hanya menggesekan pucuk senjatanya saja, namun juga mulai menekan lembut kedepan. Kemaluan astri yang semakin lembab membuat ujung penis udin semakin mudah membelah dan membukanya. Astri juga ikut merasa bibirnya kemaluannya merekah tiap kali udin menempelkannya dan sedikit mendorongnya kedepan. Astri serasa melayang tiap kali udin melakukan hal tersebut.

    Pelan tapi pastri, udin mendorong pelan dan menariknya moncong kemaluannya lagi kebelakang. Baik astri dan udin menyadari tiap kali kepala helm itu masuk semili lebih dalam tiap kali udin merangsek maju. Udin yang sudah tidak lagi berpikir sehat, terus berusaha menerobos maju lebih dalam, membuat astri dibawahnya menggigit jarinya was-was tak sabar. Hingga akhirnya di puncak birahi mereka, kepala jamur merah itu berhasil mendobrak masuk.

    Napas udin serasa tercekat didada ketika ujung kemaluannya hilang terhisap masuk kedalam rongga kemaluan astri. Waktu seakan berhenti ketika akhirnya astri merasakan kemaluannya menjepit mesra bonggol milik udin. Astri ingin mendesah sekuat tenaga namun ditahannya. Akhirnya setelah disiksa begitu lama astri merasa plong dan lega, kemaluannya yang sudah begitu gatal bisa merasakan bonggol yang sedari tadi meluluh lantakkan imannya.

    Udin yang kini akhirnya berhasil mengecap lubang indah milik astri itu kini tak lagi mau menariknya keluar. Ingin rasanya udin memasukkan batangnya selama mungkin disana. Rasa nikmat yang dirasakannya mendorong udin memasukkannya lebih dalam lagi, hingga seluruhnya diselimuti oleh kemaluan astri. Dengan sangat hati-hati udin yang masih mengira astri tertidur itu melesakkan kemaluannya maju. Astri begitu terbuai dalam kenikmatan. Dalam gerakan lambat seperti itu Ia dapat merasakan dengan seksama tiap kerut dan urat batang udin di dinding kemaluannya. Baru kali itu rasanya astri menikmati ditembusi kemaluan seperti itu.

    Hingga akhirnya udin menghela napas tertahan manakala ia melihat sisa batangnya menghilang masuk kedalam rongga kemaluan astri. Udin mengerjap-ngerjapkan matanya terhipnotis oleh sensasi yang baru kali itu ia rasakan seumur hidupnya, ketika segenap rongga kemaluan astri membungkus batangnya erat-erat tak lepas. Hangat, becek, lembut menjadi satu. Diam-diam astri juga menggigit bibirnya manakala akhirnya batang kemaluan udin masuk hingga mentok, berjejalan didalam rongga kemaluannya yang berkedut manja. Didorong oleh nafsu yang tak lagi terbendung, udin menggerakkan pinggulnya seakan berusaha mengeksplorasi segenap isi liang kemaluan astri. Astri tak kuasa ikut menggoyangkan pinggulnya pelan akibat gocekkan udin.

    Astri tanpa sadar mengangkat pinggulnya sedikit keatas, seakan membenarkan posisi penetrasi udin. Udin yang juga sudah tak sadarkan diri, tak lagi memperhatikan gerakkan pinggul astri, hanya mengikuti naluri alaminya untuk mulai menggerakkan pinggulnya maju dan mundur. Dengan lembut udin menarik pinggulnya mundur hinggga batangnya tertarik keluar, dan kemudian mendorongnya lagi masuk kedepan. Udin mendesis merasakan nikmat gesekkan antara batangnya dan dinding kemaluan astri yang basah.

    Astri yang juga telah terbuai genjotan udin, menggigit sarung bantalnya hingga basah. Matanya membeliak keatas menikmati sodokan senjata udin. Pinggul astri secara otomatis bergerak semakin keatas hingga setengah menungging, yang kemudian dipegang oleh kedua tangan udin seperti sedang menunggangi kuda. Bunyi kecipak basah karena gesekkan kemaluan mereka mulai nyaring terdengar di seantero kamar, terlebih lagi karena hujan sudah usai diluar sehingga bunyinya semakin jelas menggaung.

    Mereka berdua makin bergelora oleh percintaan terlarang itu. Astri dan udin lengah oleh bisikkan setan. Astri merasakan kenikmatan seksual yang belum pernah ia alami sebelumnya. Apalagi semakin ia berusaha mengingat-ingat bahwa ini adalah suatu hal yang salah, semakin birahinya memuncak. Ia tengah berselingkuh dengan seseorang diluar pernikahannya, dan orang tersebut masih seumuran dengan anak sulungnya.

    “Oh tidak, aku tengah bercinta dengan udin. Ouhgg aku akan klimaks.. ohh oohhh!” jerit astri dalam hati.

    Astri mencengkram bantal kuat-kuat ketika dari dalam kemaluannya mengalir cairan tak dikenal. Kedutan liar kemaluan astri yang tengah orgasme hebat membuat udin tak lagi bisa menahan ejakulasinya.

    “Mhh..b-bu astri.. b-bu.. u-din mau..ma—“

    Mereka orgasme nyaris berbarengan. Ketika astri menyiram kemaluan udin dengan cairan cintanya, udin membalas menyemprotkan spermanya banyak-banyak kedalam rahim astri. 3-4 kali semprotan yang luar biasa melimpah, diserap semuanya oleh kemaluan haus astri. Udin diam mematung menikmati ejakulasi yang paling nikmat yang ia pernah rasakan, hingga akhirnya batangnya mengempis dan terlepeh dengan sendirinya dari dalam kemaluan astri.

    Astri mendengus pelan tatkala ia kembali turun dari langit ketujuh. Udin yang juga akhirnya kembali kesadarannya, berubah panik dan pucat manakala ia melihat spermanya mengalir pelan dari dalam kemaluan astri jatuh hingga ke kasur. Didorong oleh rasa takut, udin segera meloncat dari atas kasur. Ia nyaris terjerembap sangking lemas dengkulnya ia rasa. Seperti maling yang ketahuan, udin segera berlari keluar secepat mungkin kabur dari kamar dan keluar rumah meninggalkan astri yang juga masih terhuyung lemas dan kebingungan karena udin telah hilang entah kemana.

    To Be Continued (?)

  • Cerita Dewasa Terbaik Keusilan yang Berbuah Manis

    Cerita Dewasa Terbaik Keusilan yang Berbuah Manis


    1582 views

    Cerita Dewasa Terbaik – Di siang hari yang terik itu, Nina tergesa-gesa turun dari taksi yang ditumpanginya. Setelah membayar ongkos taksi, nina buru-buru melangkah mendekati pagar tinggi besar sebuah rumah mewah di bilangan jakarta tersebut dan menekan belnya dengan tidak sabar. Tak butuh waktu lama, seorang wanita paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menuju pagar untuk menyambutnya.

    “Eh, neng nina. Bibi kirain siapa.”

    “Iya bi, cepetan dong panas nih.”

    “Iya iya neng masuk..”

    Nina dengan segera melenggang masuk kedalam rumah tanpa ba-bi-bu. Ia mengibas-ngibaskan kerah seragam SMA nya setibanya didalam, berusaha mengusir rasa gerah di tubuhnya. Bi rumi pun tak selang lama ikut masuk kedalam dan mengunci pintu.

    “Orang-orang belom pada pulang ya?” tanya Nina lagi begitu masuk kedalam rumah “Belom neng, tapi tadi non Cynthia udah bilang kok neng Nina mau dateng. Cuman ada mas Tomi aja yang udah pulang sejam yang lalu. Paling lagi di kamarnya.

    “Oh gitu, yauda deh. Saya ke kamarnya Cynthia yah bi. Disana aja ngadem.”

    “Iya neng, bibi lanjut masak ya.’

    Dan bi rumi pun menghilang ke belakang, menyisakan nina sendirian. Nina pun dengan santai melenggang ke lantai dua menuju kamar Cynthia. Nina dan Cynthia sudah bersahabat sejak lama sedari SD dan SMP. Bahkan ketika mereka berpisah sekolah di SMA persahabatan mereka masih tetap erat. Sedari SD hingga SMP Nina kerap bermain ke rumah Cynthia. Tak jarang di akhir minggu Nina menginap disana, jadi seisi rumah sudah menganggap Nina seperti keluarga sendiri.

    Setibanya ia di kamar Cynthia, Nina segera melempar tasnya ke lantai dan menjatuhkan badannya di kasur. Cythia sendiri masih ada les tambahan hingga jam 4 sore sehingga ia belum masih akan pulang hingga beberapa jam kedepan. Nina sendiri sebelumnya sudah berencana untuk bermain ke rumah pacarnya. Namun karena satu dan lain hal, rencana berduaan tersebut gagal dan akhirnya Nina memilih untuk menghabiskan waktu saja di rumah Cntyhia. Dengan kesal, Nina hanya memboalk-balik hapenya saja untuk membunuh waktu namun hal tersebut malah membuat ia makin kesal. Akhirnya ia pun bangkit dari kasur dan beranjak keluar dari kamar.

    Baru saja ia melongok keluar pintu, matanya tertuju kearah pintu kamar Tomi diseberang kamar Cynthia yang ternyata sedikit terbuka. Karena tidak ada kerjaan, Nina pun memutuskan untuk mengisengi Tomi saja. Tomi sendiri adalah adik Cynthia satu-satunya yang terpaut jarak beberapa tahun. Saat itu Tomi sudah menginjak kelas 3 SMP, namun badannya tinggi besar mungkin karena ia rajin berlatih basket sedari SD. Bahkan kini tomi juga rajin berolahraga di Gym sehingga membuat badannya yang sudah tinggi menjulang semakin kekar. Meski ia akui Tomi sudah jauh berbeda dari yang dulu, namun tetap saja di mata Nina, Tomi adalah anak kecil ingusan yang selalu jadi bahan kejahilan dirinya dan Cynthia.

    Sambil berjingkat-jingkat Cynthia menghampiri kamar Tomi dan melongok sedikit kedalam diantara celah pintu. Nampak Tomi tengah duduk didepan meja komputer membelakangi pintu sembari mengenakan headphone. Nina pun mengendap-endap mendekati Tomi yang kala itu hanya mengenakan boxer yang terpaku didepan komputer. Namun ketika ia baru hendak menepuk bahu Tomi, Nina tercekat melihat layar komputer Tomi. Nina baru tersadar Tomi ternyata sedari tadi tengah menonton film porno di komputernya. Ia nampak begitu berkonsentrasi bahkan hingga tak menyadari Nina sudah berada tepat di belakangnya. Nina mengurungkan niatnya sebentar dan bergeleng-geleng sendiri menahan geli melihat tingkah polah Tomi yang sedang bernapas tak beraturan. Kini bahkan tangan kiri Toni mulai bergerak merabai gundukan boxernya sendiri. Saat itulah Nina segera ambil tindakan dan menepuk kedua bahu Tomi sambil berteriak kencang.

    “HAYO LAGI NGAPAIN!”

    Tomi nyaris terjengkang kebelakang sangking kagetnya. Headphone nya bahkan ikut terbelit ketika ia terjungkal sangking kagetnya. Dengan cepat Tomi mematikan layar komputernya dan berdiri dengan terengah-engah dengan wajah pucat pasi. Nina tertawa tergelak hingga terduduk di kasur Tomi.

    “K-kak Nina ngapain sih! Ngagetin orang aja!!” Ujar Tomi masih sambil terbata-bata.

    “Lagian elu sih Tom, nonton bokep serius banget sampe ga sadar gue masuk.” Jawab Nina lagi di sela-sela tawanya.

    Tomi tampak memerah padam wajahnya, ia hanya bisa berdiri mematung di samping komputer seperti tengah di strap.

    “Emang seru banget gitu bokepnya? mana coba gue pengen liat kaya apa.” Ujar nina lagi sambil beranjak mendekati layar komputer.

    “Eh Eh! ngapasin sih kak Nina! u-udah deh keluar aja, gangguin orang aja nih!” sembur Tomi sambil berusaha menghalang-halangi Nina.

    “Ah berisik lu Tom, mana cepet gue pengen liat. Daripada lo gue aduin ke kakak lo coli di kamar? baru tau rasa lo.” ancam Nina sambil terkekeh.

    Tomi tak bisa berkutik mendengar ancaman Nina. Wajahnya jadi pucat pasi, namun ia tak berani bergeming di sebelah nina. Nina dengan santai menghidupkan layar komputer kembali dan memutar video porno tersebut. Di lain pihak Tomi kini kian resah sambil terus menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, bercampur antara gelisah dan malu.

    “Ih gila lu Tom, nontonin yang dijilat-jilat begini cewenya. Lagi belajar ya lu buat pacar lu?” celoteh Nina asal. Tomi yang makin salah tingkah yang justru membuat Nina makin bersemangat untuk mengusilinya.

    Tomi bergerak cepat menutup pintu kamarnya, takut bila nanti bi rumi ikut memergoki kesialannya. Dalam hati ia berkata jangan sampai berita memalukan ini sampai ke telinga cynthia atau bahkan mamanya.

    “Duh udah dong kak Nin, please ampun kak..” mohon Tomi. Tetapi Nina diam saja sambil terus tersenyum-senyum jahil menatapi layar komputer tak menghiraukannya.

    “Ckck.. ga nyangka gue Tom, lo ternyata bejat banget ya. Liatnya sampe yang kencing-kencing gini.. ihhh..” celoteh Nina lagi. Tomi makin memerah kupingnya mendengar ocehan Nina.

    Dalam hati Nina memuji juga selera Tomi. Video yang diputar Tomi diam-diam agak membuat Nina hanyut juga. Apalagi rencana Nina berduaan dengan pacarnya hari ini gagal, membuat Nina makin gemas saja melihat adegan porno didepan matanya. Sekilas Nina melirik Tomi yang berdiri mematung di sebelahnya. Baru kali ini setelah sekian lama Nina melihat Tomi setengah telanjang seperti itu. Melihat perut rata Toni, sekelebat pikiran kotor Nina bergejolak.

    “Yauda deh Tom, lo lanjutin gih kegiatan menjijikan lo itu.”

    Sejenak Tomi bernapas lega mendengar perkataan Nina.

    “Tapi, siap-siap aja ya kena omel sama kakak lo. Hahaha..”

    “Yaaah.. please kak Nin, jangan dong kak.” Mohon Tomi seraya menarik lengan seragam Nina dengan wajah sangat memelas.

    “Ih jangan pegang-pegang!” tukas nina sombong.

    “Ayo dong kak please jangan kak.. apa aja deh Tomi kasih, kak nina laper? mau pizza? Tomi pesenin ya?” rayu Tomi sengit.

    “Ngga lah ya, gue ga semudah itu di rayu..” balas nina lagi sembari berpikir. Selang beberapa saat Nina kembali berucap.

    “Oke deh gini, lo ga akan gue bilangin. Tapi sebagai hukumannya… Lo harus coli disini, sekarang. Biar lo kapok. Haha..” ujar Nina jahil.

    Tomi termangu tidak mempercayai perkataan Nina. Nina berusaha sekuat tenaga tidak tertawa kala ia memperhatikan ekspresi Tomi. Dalam hati Nina sedikit berdebar-debar jug menunggu respon Tomi.

    “Ayo gimana? Mau ngga? kalo ga yaudah.” Ancam nina lagi sembari berakting melangkah pergi.

    “I-iya kak! tunggu bentar please tunggu..” cegah Tomi.

    Nina berdiri bercakak pinggang memandangi Tomi dengan pongah sambil tersenyum kecil. Tomi nampak ragu dan hanya bisa menunduk lemas.

    “Ayo cepet, lama banget lu ah Tom. Pilih mana, coli ditempat apa kena sidang sekeluarga?” Bentak Nina nina lagi mengancam.

    Tomi terdiam beberapa saat, dan kemudian ia pun mulai menggapai pinggiran boxernya. Nina memperhatikan pergerakan Tomi dengan seksama. Perlahan masih penuh dengan keragu-raguan, Tomi memelorotkan Boxernya dengan sangat hati-hati. Mata nina membelalak manakala matanya menangkap perut bawah Tomi yang melengkung berbentuk V. Nina berpikir dalam hati “Gila seksi juga ototnya untuk ukuran anak SMP. Pasti karena ikut-ikutan nge-Gym.”

    Tomi sempat berhenti sesaat sebelum menurunkan boxernya lebih jauh kebawah. Sebelah tangannya menangkup kemaluannya malu-malu sembari tangan sebelahnya lagi memeloroti boxernya sendiri hingga ke dengkul dan kemudian ke mata kaki. Wajah Tomi memerah padam tak sanggup membalas pandangan Nina sama sekali. Kini Tomi berdiri tanpa sehelai benangpun tak jauh dari Nina yang duduk dengan santai di depan meja komputer.

    “Hihihi.. mana cepet, ayo buruan.” Pekik Nina girang tatkala Tomi usai menanggalkan boxernya. Tomi masih hanya diam mematung seperti maling yang tertangkap basah oleh warga, berdiri telanjang bulat menunggu hukuman.

    “N-ngapain kak, udah dong Tomi udah kapok..” Mohon Tomi lagi dengan suara lemas.

    “Pake nanya lagi, cepet buruan kocok, hihi.” ujar nina cuek sembari terkikik geli.

    Tomi dengan sangat perlahan mulai merabai kemaluannya sendiri meski masih ditutup sebelah tangannya. Diraba-rabainya sendiri penisnya yang tak kunjung mengeras.

    “Mana kok ga bangun-bangun sih? Malu ya? Ahaha..” goda Nina lagi. “Pokoknya kalo sampe ga bangun juga, bakal gue aduin ke Kakak sama nyokap lo.. “ Ujar nina mengancam.

    Mendengar ancaman Nina otomatis Tomi berusaha sekuat tenaga memfokuskan diri. Ditengah-tengah usahanya Tommy melihat secercah harapan. Dari posisi dirinya bediri saat itu ia dapat mengintip dengan jelas belahan dada Nina dari yang duduk lebih rendah tepat di hadapannya. Daging yang mulus dan lembut tertutupi bra hitam itu lumayan membantu ereksi Tommy.

    Nina dengan seksama melirik mata Tomi yang tertuju di celah seragamnya. Ia sudah biasa dengan pandangan seperti itu, baik di sekolah maupun dijalan, ia sudah hapal mata jelalatan lelaki macam itu. Namun kali itu Nina memilih untuk diam saja membiarkan tomi untuk melirik sesukanya, apalagi ia melihat penis tomi kian menegak keras. Nina pun makin lama makin tidak sabar, dengan cuek akhirnya ia membuka dua kancing teratas di seragamnya sehingga terpampanglah jelas payudaranya.

    “Nih udah gausah ngintip-ngintip segala. Baek kan gue? daripada kelamaan. Udah buruan kocok cepet!” hardik nina.

    Tomi langsung melotot matanya melihat payudara yang begitu bulat, terjuntai secara cuma-cuma didepan matanya. Otomatis penis tomi menegang maksimal disuguhi pemandangan sebegitu indah. Nina pun ikut terbelalak melihat tegangnya penis tomi. Untuk ukuran anak smp penis tomi bisa menyamai milik randi kekasihnya. Bahkan terlihat lebih melengkung keatas dan lebih gendut dari milik randi. Tak terbayang apabila SMA nanti atau kuliah bisa sebesar apa penis tomi. Nina jadi menelan ludah diam-diam.

    “Stop stop. Stop dulu. Sekarang lu diem Tom. Gue pengen liat segede apa.”

    Tomi yang sudah mulai tegangan tinggi terpaksa diam istirahat ditempat karena komando Nina. Dengan posisi itu Nina bisa meneliti betapa gagahnya penis tomi di depan mukanya itu. Tomi berdebar-debar gorgi manakala nina mendekatkan wajahnya hingga nyaris tinggal sejengkal jaraknya dari acungan penisnya sendiri. Warnanya yang kemerahan dan berurat membuat Nina salut juga apalagi dalam jarak sedekat itu tentu semakin gagah terlihat. Tomi jadi mengkhayal apabila nina mengoral penisnya seperti di film porno. Ahhh.. betapa bahagianya tomi apabila itu terjadi.

    “Hmm.. yaudah cepet sekarang kocok lagi!” perintah Nina lagi. Ia hampir saja terceplos memuji penis tomi usai ia memandanginya lekat-lekat tadi.

    Tomi pun dengan ogah-ogahan mulai mengocok lagi penisnya didepan nina. Agak kecewa juga tomi karena harapannya tadi tidak menjadi kenyataan.

    “Pokoknya harus keluar ya. Gue gamau kalo ga keluar.” Tambag nina lagi.

    “S-susah Kak. A-abisnya gue ga ada bahan lagi..” Kilah tomi malu-malu.

    “Heh? Emang ini kurang? Udah bagus-bagus ya lu gue kasi belahan toket. Malah nawar lagi. Dasar lu ya..” Bentak Nina.

    “E-eh j-jangan marah gitu dong. Kan kak nina suruh keluarin. Kalo emang turun lagi emang Tomi bisa kontrol? Hayo..” Ujar tomi lagi berusaha membela diri.

    “Hm. Sok banget lu nawar-nawar. Emang lu mau apaan? Awas aja ya kalo gue suruh buka CD juga. Gue OGAH. Mending lo gue aduin sekarang ke Cynthia.” Balas nina lagi.

    “N-ngga ngga kak nin, ga itu kok. Hmm.. apa ya.. Buka itu aja deh..” Jawab tomi terbata-bata.

    “Buka apaan?” Tanya nina lagi tidak sabar.

    “Turunin branya aja kak nin. Dikit aja, b-biar tomi on lagi.” Tawar tomi malu-malu.

    Sial, pikira Nina terdiam sesaat. Nina sebenarnya masih agak penasaran ingin melihat penis tomi hingga ejakulasi nanti, namun mendengar tawaran Tomi nina jadi menimbang-nimbang sendiri permintaan tersebut.

    “Oke, fine. Sebelah aja tapi ya. Dan dengan satu syarat. Maksimal 10 menit. Ngga keluar juga, lo gagal.” Ucap nina menyetujui permintaan toni.

    Tomi mengangguk-angguk cepat girang. Nina dengan agak kesal membuka seluruh kancingnya dan menurunkan sebelah tali bra nya. Tomi dengan gugup mengintip-intip tak sabar. Nina melirik sedikit kearah tomi, dan dengan perlahan meloloskan tali branya, dan mengeluarkan sebelah payudaranya dari balik cup bra. Mata tomi melotot nyaris copot memandangi nanar payudara nina yang menggantung bebas di udara, serta pucuk payudaranya yang berwarna merah kecoklatan.

    Gairah tomi bangkit lagi. Dikocok-kocoknya penisnya dengan semangat tanpa disuruh. Nina terkekeh melihat ekspresi wajah tomi yang begitu cabul. Ia tahu apa yang diinginkan tomi. Dengan genit nina makin mencondongkan sebelah payudaranya yang terpampang menantang tomi. Lalu dengan lembut nina menjawil sendiri puting susunya dengan telunjuknya, dan mendesah kecil.

    “Aduh.. geliiiii….”

    Tomi makin kesetanan melihat aksi Nina. Dengan napas menderu ia berbisik ke nina.

    “Terus kak nin, colek lagi kak.. Cubitin kak…”

    Nina tersenyum nakal mendengar permohononan tomi. Dengan perlahan Nina mencubit putingnya yang kenyal dan memuntirnya perlahan sembari seraya mendesah manja.

    “Awh, Tom.. uuunnnch…”

    Nina menggeliat manja sengaja memancing birahi tomi lebih lagi. Sialnya hari itu memang Nina sedang agak horny, apalagi rencananya untuk bercinta dengan Randi juga batal. Maka itu rangsangan di putingnya itu dan show tomi didepannya diam-diam malah ikut memancing nafsunya sendiri. Kini bahkan nina keterusan untuk mencubit-cubit mesra putingnya sendiri sembari asyik menonton onani tomi.

    Ditengah gelora nafsu tomi melihat tatapan nina yang juga kini agak sayu. Bak ditimpa durian runtuh, kini tomi melihat nina melepaskan cup bra yang satu lagi, dan menggelitiki putingnya yang satunya lagi hingga kini nina asyik memainkan kedua puting susunya didepan tomi.

    “Ouh kak nina, seksi banget kak.. Terus kak cubit kak.. Mmhh. enak ya kak?” Pancing tomi.

    Nina tak menggubris bisikan tomi dan terus asyik merangsang dirinya sendiri. Nafsunya kini sudah bangkit, celana dalamnya terasa begitu hangat oleh hawa nafsunya sendiri. Tenggorokan nina terasa kering akibat gairahnya yang sudah naik. Nina mengumpat dalam hati karena ia jadi ikut terangsang. Nina menjadi gemas sekali oleh penis tomi. Tapi ia masih berusaha menahan diri. Rasanya ingin ia langsung menyambar dan mengisap penis tomi hingga ke tenggorokannya dan menelan habis sperma tomi. Pasti legit sekali rasanya, pikir nina dalam hati.

    “Kak nin, tomi pegel nih kak tangannya..” ujar tomi lirih. “Bantuin dong kak nin gantian, pleasee…” ujar tomi mencoba peruntungannya.

    Nina melirik tomi tajam. Sial sekali tomi seakan tahu pikiran dalam kepalanya. Diantara gelombang nafsu seperti ini, ia jadi galau terombang-ambing. Brengsek! Pikir nina dalam hati.

    “Hm! Sial lu tom. Sini cepet!” jawab nina singkat sembari berusaha tetap cool.

    Tomi berbunga-bunga seakan bermimpi di siang bolong. Dengan gugup ia melangkah mendekat, mencodongkan pinggulnya kedepan. Nina pun tak kalah gugup menjelang tangannya menyentuh batang keras tomi. Tomi menggelinjang pelan penuh kenikmatan ketika tangan nina menggengam penisnya. Nyaris saja tomi ejakulasi merasakan halusnya tangan nina. Nina mendesis gemas sembari menyapu jengger tomi dengan jempolnya. Nina jadi terkesima oleh diameternya yang ternyata nyaris tak muat dalam genggamannya. Terasa betapa kokoh dan kerasnya penis tomi dalam genggamannya.

    Dengan pelan nina mulai mengocok penis tomi naik dan turun. Tomi menggigit bibirnya sendiri tak kuasa menahan kenikmatan. Nina menjadi makin bersemangat oleh desahan tertahan tomi. Ingin rasanya ia cepat-cepat melihat ejakulasi tomi. Nina meludahi tangannya sendiri untuk melicinkan kocokannya. Tomi terbelalak dan mendengus nafsu melihat kebinalan nina seperti itu.

    “Awghh… k-kak nin.. Enak bangettt… suerr…” ceracau tomi.

    CLOK!

    CLOK!

    CLOK!

    CLOK!

    Bunyi kulit pelir tomi bergesekan dengan telapak tangan nina yang basah oleh liurnya sendiri. Nina bahkan menambahkan liurnya lagi dan langsung meludahkannya keatas kepala penis tomi demi melicinkan lagi kocokannya.

    “Kak nin, j-jilat dikit dong kak.. Aku dah mau keluar nihh.. Sshmmmm” rayu tomi lagi.

    Shit, pikir nina dalam hati. Sebenarnya memang nina sedari tadi sudah terpancing untuk melakukan hal tersebut, namun tentu nina tidak mungkin merendahkan harga dirinya dan meminta duluan, Apa kata dunia? Tapi kini posisinya tomi sudah meminta, jadi nina berpikir apakah ia akan mengiyakan permintaan tomi atau tidak. Namun dilain pihak nina juga begitu ingin mengecap sperma tomi di mulutnya. Akhirnya didesak oleh nafsu birahi, nina mencondongkan kepalanya maju.

    “Hmmhh.. sialan lu tom! errrghh.. sini deh cepet! Slurp… mhhhhmmm… chuppp..”

    Nina dengan sekejap langsung mengemut kepala penis tomi dan mengisapnya bak permen lolipop. Tomi mengejang-ngejang keenakan. Baru kali itu ia merasakan nikmat seperti itu. Sapuan lidah dan hisapan nina melambungkannya ke awang-awang. Dilain sisi nina juga menikmati mengisapi batang penis milik tomi itu. Bagaimana nina harus membuka mulutnya lebar-lebar demi memasukkan batang penis tomi kedalam mulutnya.

    “Fuwaaahhmmm… mhmhhhhhmm… slrrrpppp…”

    Nina melepahkan pelir tomi dan menyapunya ke seluruh permukaan bibirnya. Digenggamnya penis tomi dan dijilatnya batang tomi mulai dari pangkal, hingga ke pucuk helmnya, diakhiri dengan kuluman dalam mulutnya, membuat tomi kocar kacir. Nina mengeluarkan pengalamannya demi membuat tomi bertekuk lutut, sialnya tomi bisa begitu kuat menahan orgasmenya hingga nina harus berupaya ekstra.

    Akhirnya tomi tak bisa lagi menahan orgasmenya. Diujung sisa perlawanannya, tomi tiba-tiba menjambak rambut panjang nina dengan kencang, dan menghentakkan pinggulnya dalam-dalam. Nina yang samasekali tidak siap hanya bisa mencengkram pinggul tomi ketika penis gagah tomi terdorong melesak jauh kedalam tenggorokannya. Tomi dengan gilanya menggagahi tenggorokan nina tanpa ampun, membuat nina tersedak dan terbatuk-batuk hebat.

    Bak di dalam video porno hardcore, nina hanya bisa pasrah tenggorokannya diperkosa tomi. Diantara keberingasan itu nina anehnya malah makin terangsang, diam-diam ia menyukai perilaku beringas tomi ini. Makin ia terbatuk-batuk sesak napas, makin nikmat rasanya hingga basah sendiri celana dalam nina.

    “Hmmmmmhhh! Makan nih peju gue… ssshhghghggg….gggghhhhh…….”

    Tomi meregang sembari membenamkan pelirnya dalam-dalam di mulut nina. Cairan sperma tomi yang berlimpah membanjiri rongga mulut dan tenggorokan nina. 1,2,3,4, kali penis tomi berkedut-kedut menyemburkan benihnya seakan mulut nina adalah rahim yang hendak dibuahinya. Nina yang kehabisan napas, tersedak oleh pelir, dan sperma hanya bisa pasrah dalam kenikmatan. Dan ketika tomi usai menuntaskan orgasmenya, ia mencabut penisnya serta merta dan terhuyung kebelakang terduduk di kursi komputernya lagi.

    “OHOK! OHOKK!!! HOEKK!!!… FYUHHHH… aahgghhhh… ohok.. Ohok…”

    Nina terbatuk-batuk hebat ketika paru-parunya yang nyaris meledak diisi kembali oleh oksigen. Ludah, dahak, serta sprerma kental dimuntahkan olehnya ke lantai. Nina mengelap bibirnya yang belepotan campuran berbagai cairan, dan juga mengelap butiran airmatanya yang menetes ke pipi. Tomi tak lagi sanggup berdiri dan hanya bisa terduduk sembari mengelap penisnya menggunakan tissue.

    “Cuhhh… hhhh…hh… brengsek lu tom.. Hhh.hhh..” umpat nina disela-sela napasnya masih dengan suara serak.

    Tomi buru-buru bangkit dan mengambil tissue bersih demi membantu mengelap bibir nina yang masih tidak karu-karuan. Tomi dengan penuh perhatian membantu mengelap sisa-sisa kebrutalannya tadi. Nina dengan pandangan kesal melirik tajam ke arah tomi.

    “Maap kak… tomi kebawa suasana.. Maap yaah .Abis kak nina hebat banget sih nyepongnya. Tomi jadi ga kuat..” Ujar tomi sambil malu-malu

    “Ga kuat sih ga kuat, tapi ga langsung deephtroat juga kali gue kan kaget. Untung aja ga keluar semua makan siang gue tadi.” dengus nina kesal.

    “Iya deh maap ya kak nin, nanti besok-besok ga gitu lagi deh.. Janji. Hehe” rayu tomi.

    “IH, enak aja besok-besok lagi. Sorry ya.. Cukup sekali ini. Huuu..” cibir nina sembari masih tersengal-sengal.

    “Jangan gitu dong kak nih, haha. Enak kan kontol tomi? Buktinya kak nina ngisepnya menghayati banget tadi..” ujar tomi sambil tersenyum-senyum.

    “Halah, kepedean lu tom. Namanya orang sange ya pasti menghayati lah…” cerocos nina lagi.

    “Hoooooo jadi tadi sange juga toh? Kesian dong kak nin belom keluar.. Karena tomi baik, sini gantian tomi bantuin, Kak.” goda tomi sambil tersenyum-senyum girang.

    “EH EH mo ngapain lu tom? Ih lepass!”

    Tomi segera merengkuh tubuh nina dan merebahkannya ke kasur. Terasa kini oleh nina betapa badan tomi yang jauh lebih besar ketimbang tubuhnya dan dapat dengan mudah menahannya di kasur. Tomi dengan agak memaksa menciumi telinga dan leher nina. Bahkan tangannya tomi juga kini ikut menggerayangi dada nina.

    “Tom.. tom udah tom udah, iya iya ampun ampun. Oke oke damai pliss..” mohon nina berusaha menghentikan serangan tomi.

    “Kenapa kak nin? Hmmmm…mmmuach… kan tomi cuman pengen bantuin kak nina aja, ga enak dong tomi tadi udah keluar duluan kak nina belom.. Mmmmwach..” ujar tomi terus menyerang tengkuk nina. Nina merasakan penis tomi sudah agak mengeras lagi menyenggol pahanya.

    “Oke, oke deh, lo boleh bantuin dengan satu syarat.. Tapi lo jangan masukin ya tom. Lo jilatin aja ya… okeee? Hmmm..” kilah nina berusaha menghindar, nina merasa terpaksa menyerah ketimbang tomi terus menyerangnya dan malah membuat dirinya makin lengah.

    “Hmmmm.. Muach.. Okedeh… hehe. Sini kak tomi jilatin kak.” ujar tomi bersemangat beranjak melepaskan cengkramannya.

    Nina menghela napas mengatur napasnya lagi. Nyaris saja nina pasrah oleh serangan tomi. Tomi nampak begitu bersemangat tersenyum-senyum membuat nina geleng-geleng kepala. Nina dengan agak ogah ogahan menanggalkan roknya hingga jatuh ke lantai. Ia rapatkan pahanya dalam-dalam agar tomi tidak bisa melihat bercak basah dicelana dalam pink nya.

    “Eh, eh, kak kok langsung sih? Nanti dong santai.. Hehe. Tomi pengen jilat yang ini dulu..” Ujar tomi seraya meraba payudara nina. Sialan pikir nina, kali ini malah keadaan berbalik dirinya yang dimanfaatkan tomi.

    Dengan masih tersenyum-senyum cabul, tomi merabai payudara nina. Ditariknya lagi nina hingga ia jatuh terduduk diatas kasur. Tomi dengan lembut menjawil puting susu nina dari balik bra.

    “Eghmmm..”

    Nina menahan bibirnya rapat-rapat agar tidak kelepasan mendesah. Tomi tentu tak akan pikir dua kali untuk memanfaatkan nina habis-habisan. Kini dua telunjuk tomi bermain di kedua puting susu nina yang kenyal. Nina tetap berusaha cool duduk di tepi ranjang. Tomi beralih kebelakang nina, dan mulai mencubit pelan dan memuntir-muntir puting nina lembut. Untunglah pikir nina, karena tomi jadinya tidak bisa melihat ekspresi nina yang mulai agak terpejam-pejam dimainkan putingnya oleh tomi.

    Tomi terus memancing desahan nina untuk keluar. Dari posisi belakang, tomi dengan diam-diam kembali menciumi leher nina penuh nafsu. Nina tak kuasa menggelinjang merinding tatkala tomi mempermainkan tubuhnya seperti itu. Secara naluriah nina melingkarkan lengannya kebelakang merangkul leher tomi. Tomi begitu girang melihat gelinjang manja tubuh nina dipelukannya. Selama ini dia hanya bisa bermimpi bercinta dengan wanita lebih tua, dan sekarang khayalannya jadi kenyataan, apalagi dengan Nina teman kakaknya yang paling seksi dan menjadi imajinasi onaninya selama ini.

    “Mhhmm.. Tom, gila ah tom geli banget gue….” ceracau nina dalam kenikmatan.

    Tomi dengan giatnya terus mencubit, menjawil, mengusap, dan menarik puting nina yang makin kenyal. Lidahnya menari-nari dileher dan kuping nina membuatnya bergetar keasyikan. Nina tak habis pikir bagaimana anak smp ini bisa mencumbuinya sebegitu hebat seperti kekasihnya sendiri.

    Kemudian secara perlahan sebelah tangan tomi merayap kebawah dan membelai paha nina. Nina yang sudah tipis kesadarannya hanya mengikuti bimbingan tangan tomi untuk membuka kedua pahanya. Tomi mendesis gemas merasakan hangat dan basahnya celana dalam nina. Nina menoleh kearah tomi dan segera memagut bibir tomi penuh nafsu ketika jemari tomi merabai kemaluannya lembut.

    “Ahh.. anget banget kak. Enak ya dimainin tomi?” tanya tomi mesra.

    Nina menjawab dengan pagutan yang sangat mesra di bibir tomi sembari badannya menggigil merinding ketika tomi terus menjamahi kemaluannya. Tomi yang juga sudah gemas menelusupkan tangannya masuk kedalam celana dalam nina. Nina yang kalap menjambak rambut tomi dan menciumnya makin dalam ketika jemari tomi mengusap bibir vagina nina yang berlendir.

    “Ssshh.. Itilnya tom, itilnya mainin plis..” Mohon nina.

    “Ini yah? Ini kak? Hmmm?”

    “Aggghhh tommm….”

    Nina meringis penuh kenikmatan sewaktu ujung jari tengah tomi menelusup diantara celah vaginanya dan mencolek tonjolan berkerudung di sudut atas kemaluannya. Badan nina bergetar seakan dialiri listrik dari ujung kepala hingga ujung kaki manakala Tomi menjawili mesra klitoris Nina. Kini bahkan kedua kaki nina berjinjit mengangkang di pinggir kasur membuat tomi makin leluasa mengerjainya.

    “Ahmmm… gila tom enak bangettt.. Terusin tomm… kocokin memek gue tommm…”

    Tomi segera memasukkan jari tengahnya kedalam rongga kemaluan nina. Sangking basahnya dengan mudah jari tomi menelusup masuk. Tomi baru kali itu merasakan bentuk isi vagina. Sungguh licin, berdaging, dan tentu saja basah. Tomi mengorek-ngorek penuh rasa ingin tahu isi dalam vagina nina. Kini posisi mereka berdua kembali berpindah, nina merebahkan diri diatas kasur mengangkang sementara tomi diantara kedua kakinya terus mengorek-ngorek vagina nina.

    “Tooom.. Gilaa…tommm…auhh terus tommm…. Mhmhh..”

    Nina merengek-rengek liar ketika tomi memasukkan jari kedua kedalam vagina nina dan kemudian menyeruput klitoris nina dengan sedapnya.

    “Shrrrrppppppptttt…..”

    Nina menggelinjang binal dibuatnya. Disodok-sodokannya jari tomi kedalam vagina nina dengan beringas.

    “YESH!! UGHH FUCK.. Kasarin gue tom, kasarin tomm.. Ouggghhh fuck me!”

    Tomi tersenyum girang luar biasa mendengar teriakan garang nina ketika ia menyodokkan tangannya dengan kasar. Tomi merasa kedua jarinya diremas-remas kencang oleh dinding vagina nina. Nina mengerang seperti anjing sekarat ketika tanpa diduga-duga nina menyemburkan cairan encer dari dalam kemaluannya. Tomi terbelalak kaget ketika nina terus menerus mengencingi tangan dan kasurnya habis-habisan hingga kasurnya basah menggenang.

    Dan akhirnya nina melepaskan jepitan pahanya dan melepaskan tangan tomi yang basah kuyup hingga ke lengannya. Baru kali itu tomi merasakan sendiri sensasi squirting yang selama ini hanya bisa ia tonton di film bokep. Nina megap-megap mencari napas sehabis mengeluarkan orgamse yang begitu dahsyat. Tomi membiarkan Nina beristirahat sejenak mencari udara dan menikmati sisa sisa klimaksnya. Hingga akhirnya Nina kembali sadar dan melirik lembut kearah Tomi.

    “Sini Tom..” Panggil nina lembut.

    Tomi mendekat diatas tubuh nina dan kemudian secara naluriah nina melingkarkan kedua kakinya di pinggang tomo, dan mencumbui bibir tomi mesra. Nina sendiri merasa takjub tomi bisa membuatnya orgasme sekencang itu. Bahkan kekasihnya sendiripun jarang-jarang bisa membuatnya seperti itu.

    “Belajar darimana lo kaya gitu? Kebanyakan nonton bokep lu ya.. Hihi.” Ujar nina sembari tetap mendekap manja tomi.

    “Hehe, iya dong tapi ada untungnya kan? Buktinya tomi bisa bikin kak nin muncrat ampe segitunya..” kelakar tomi.

    “Huu.. hoki lu bisa bikni gue begini.. Cowo gue aja gabisa. Mmwachh..” Ujar nina lagi sembari kembali mencumbu tomi manja.

    “Haha.. berarti lebih jago tomi dong dari pacarnya kak nina? Kalo gitu pacaran sama tomi aja kak.. Tomi entot tiap hari deh janji..” rayu tomi nakal.

    “Haha geer lu tom, emang siapa yang mau dientot sama lo?”

    “Yakin gamau dientot kak? Udah keras lagi nih kak… tinggal bless aja..”

    Tomi terus merayu nina sembari menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina nina. Sesekali kepala penisnya menggesek klitoris nina membuat nina kembali menggelinjang geli. Terkadang bahkan kepala penisnya menggoda nyaris merangsek masuk kedalam vagina nina yang sudah merekah dan sangat licin. Sembari keduanya terus bercumbu mesra tidak memperdulikan waktu.

    “Emang lu bisa masukin tom? Yakin ga salah lobang?” goda nina sambil tersenyum genit.

    “Wah meragukan nih. Bener ya? Tomi masukin nih… hmmmmm..”

    “Coba aj–eggngnggghhhh….”

    Nina seketika meringis ketika kepala penis tomi masuk tepat sasaran kedalam vagina nia masih dalam posisi mereka tetap berpelukan seperti tadi. Tomi tersenyum penuh kemenangan melihat nina meringis keenakan. Hanya dengan sekali dorong, setengah penis tomi sudah merangsek masuk kedalam liang vagina nina. Tomi merasa birahinya naik lagi dengan cepat merasakan sensasi kenikmatan yang baru kali ini ia rasakan seumur hidup. Semua kenikmatan onani yang ia rasakan tak sebanding dengan nikmatnya vagina asli.

    “Tomiii.. kok langsung masuk sihhh.. kak nina belom siap..” Protes nina dengan manja. Nadanya sangat lembut tak seperti yang tadi-tadi.

    “Tadi kak nina nantangin.. sshhh.. Tomi masukin lagi yah? ughh..” ujar tomi mendesis-desis keenakan penisnya dijepit vagina nina.

    Tomi dengan perlahan menggerakan pinggulnya maju menekan penisnya masuk lebih dalam ke vagina nina. Nina merengkuh leher tomi kencang merasakan batang kokoh itu masuk semili demi semili kedalam rongga kemaluannya. Hingga akhirnya dirasa batang penis tomi tertanam seluruhnya dalam vagina nina. Tomi berdiam sejenak menikmati sensasi seluruh penisnya yang terbungkus rongga vagina nina. Begitu juga nina yang menggeliat-geliat merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis tomi. Terasa begitu nikmat selisih diameter antara penis tomi dibanding milik kekasihnya, dimana vagina nina belum pernah merenggang selebar itu sebelumnya.

    “Gede banget tom…” bisik nina tanpa sadar oleh rasa takjub. Tomi jadi besar kepala mendengar pujian seperti itu, apalagi ini adalah pengalaman seks dia yang pertama.

    Dengan percaya diri tomi mulai menggenjot nina dibawahnya. Tomi dengan cepat mampu beradaptasi dan menggerakkan pinggulnya maju mundur berirama.

    POK.

    POK.

    POK.

    POK.

    POK.

    Bunyi tamparan daging bertemu daging menggema di ruangan. Diselingi juga bunyi nafas tersengal-sengal dan desahan lirih manja dua insan yang bersama-sama mereguk kenikmatan. Tomi dengan fokus menghantamkan pinggulnya maju mundur, membuat nina dibawahnya makin kalang kabut. Keringat menetes deras di tubuh mereka, begitu juga cairan pelumas yang merembes makin banyak keluar dari sela-sela bibir kemaluan nina.

    “Sshh.. sini kak nin gantian kak, entotin tomi yah.. hehe..” Ujar tomi sembari merengkuh badan nina.

    Masih dalam posisi missionary, tomi merengkuh badan nina yang masih agak setengah fly. Kini posisinya nina duduk dipangku diatas tomi berhadap-hadapan dengan tomi berada dibawah. Nina dengan cepat beradaptasi dan mulai menggerakkan bagian bawahnya yang masih tertancap penis tomi.

    “Ughhh.. dalemm..” bisik nina manja.

    Dalam posisi berpangkuan seperti itu terasa penis vertikal tomi menancap dalam. Nina mulai menggerakkan pinggangnya naik turun sekenanya karena masih lemas terasa pahanya. Tomi dengan sabar memegangi kedua bongkah pantat nina dan membimbingnya bergerak naik turun. Dengan giat nina menunggangi tomi sambil terus meracau dan mendesah.

    Tomi yang masih belum puas bermain dengan nina, menggiring nina ke pinggir kasur dan mengaitkan kedua tangannya dibawah kaki nina. Nina yang lemas hanya bisa pasrah kebingungan ketika tomi serta merta dengan gagahnya menggendong nina didalam dekapannya.

    “Ahhg tomm, mo ngapain..?”

    tomi tak menjawab dan hanya langsung memposisikan penisnya lagi di bibir kemaluan nina. Dengan sekejap tomi kemudian mampu melesakkanya lagi dalam-dalam ke kemaluan nina masi dalam posisi berdiri menggendong nina seperti itu.

    “AUGH!!”

    Nina melolong antara ngilu dan nikmat ketika tomi lagi-lagi menghantamkan pinggulnya kedepan. Nina hanya bisa berpegangan kuat-kuat di leher tomi saat badannya terayun-ayun kedepan dan belakang. Memanfaatkan gravitasi, tomi mengayun nina maju mundur. Badan nina terombang-ambing terus menerus dihantam oleh tomi yang beringas seperti kuda liar. Baru terasa oleh nina betapa tomi sudah jauh berbeda dari yang dulu. Bocah kecil ingusan itu kini telah berubah menjadi pria dewasa yang mampu mempermainkan dirinya seperti boneka seks dengan mudahnya.

    Nina bergetar kejang-kejang manakala kemaluannya kembali mulai berkedut kencang, menandakan dirinya nyaris mencapai orgasme lagi. Nikmat yang menjalar di seluruh bagian bawah tubuhnya, ditambah lagi posisinya yang masih mengangkang dalam gendongan tomi makin membuat kakinya mati rasa. Sedangkan tomi masih dengan gagahnya menggendong nina dalam posisi berdiri. Badannya yang berotot berkilat-kilat oleh derasnya keringat yang mengucur.

    “Tom.. Tomii… TOMI!!”

    Nina memekik kencang memanggil nama tomi manakala akhirnya banjir deras dari dalam rahim nina kembali tercurah kencang. Pinggul dan pantat nina mengejan-ngejan dan meliuk-liuk manakala curahan air kembali menyembur dari sisa-sisa sela pinggir vaginanya yang tertancap keras batang tomi. Tomi dengan santai menikmati tumpahan air yang mengalir membasahi paha hingga kakinya. Tomi tersenyum melirik ekspresi nina yang begitu keenakan diterjang orgasme, matanya terpejam-pejam dan bibirnya setengah menganga dengan rambut terurai basah oleh keringat.

    Tomi dengan perlahan kembali menelentangkan nina di kasur yang nyaris melorot karena tak sanggup lagi menyangga dirinya di pelukan tomi. Nina yang masih mengambang diantara kesadaranya hanya bisa terkangkang pasrah lemas diatas kasur. Baju seragam putihnya sudah kusut tak karuan, seperti pula rambutnya yang kusut oleh keringat. Vaginanya yang senantiasa masih berkedut menggembung, yang meski masih mengkilat basah, namun merah merona oleh sodokan tak henti-henti dari tomi. Tomi dengan bangga menyaksikan hasil kemenangannya atas Nina, melihat dirinya yang terkulai lemah seperti pelacur yang habis diperkosa semalaman. Gairah tomi kembali bergelora ketika membayangkannya.

    “Kok udah lemes? Masih belom selesai loh. Tomi masi belum keluar lagi nih..” Ujar tomi seraya membaringkan badan disebelah nina dan mengelus rambutnya yang berantakan. Nina mendengking pelan menghindari usapan tangan Tomi di kepalanya seolah berusaha menampik rayuan tomi, badannya terasa sangat lelah, dan selangkangannya terasa amat pegal. Rasanya nina enggan untuk meladeni nafsu bejat tomi yang ternyata diluar dugaan nina itu. Dengan gemas tomi menjambak rambut Nina dan berbisik kasar.

    “Ayo. Gue masih pengen ngentotin memek lo nih. Mmmmuach..” Ujar tomi dengan nada mengancam seraya mencium paksa bibir Nina. Nina seketika ciut mendengar perkataan tomi barusan. Ia tak menyangka Tomi bisa membuatnya ketakutan seperti itu.

    “Mmmggghh..! Udah tom.. Please..” Mohon nina sepenuh hati. Didorongnya tomi menjauh melepaskan ciuman mereka. Namun Tomi yang kini sudah berubah menjadi hewan buas, tak mengindahkan permohonan Nina. Tomi kemudian besimpuh dan dengan garangnya ia menarik kepala nina untuk menyuapkan batangnya yang masih keras kedalam mulut nina.

    “MMFHGHGHHH!!”

    Nina kembali gelagapan dipaksa menelan batang pelir tomi yang masih tegak perkasa. Dengan gagahnya Tomi mengangguk-anggukkan kepala nina, memaksa penisnya keluar-masuk dengan kasar di mulut nina.

    “MMHHGHFFGG…MMMGGMHFF…MMH–FWAAHHH…”

    Setelah puas melicinkan penisnya dengan liur nina, tomi pun mengangkat badan nina hingga nina bersimpuh didepannya. “PLAKKKK!!” tamparan keras mendarat di bongkahan pantat nina. “Anngggghh!” Nina meringis merasakan rasa panas di bokongnya. Lagi-lagi dengan gagahnya Tomi meraih pinggul nina, dan dengan tanpa ampun Tomi menelusupkan batangnya kembali kedalam kemaluan nina dengan kasar.

    “NNGGHHH!”

    Nina mendengus ngilu ketika dalam sekejap seluruh batang penis tomi kembali bersarang dalam kemaluannya. Tanpa basa-basi tomi segera menggenjot kemaluan nina sekua-kuatnya dan sekencang-kencangnya.

    PLAK!

    PLAK!

    PLAK!

    PLAK!

    PLAK!

    “Annnnghhhhhh ammmpuunn tommmm.. Amp–ngaaahhh!”

    Nina terjungkal-jungkal kedepan seperti boneka tak bernyawa dipacu liar oleh tomi. Tomi dengan buasnya menghantam nina tanpa ampun, seakan-akan memang tengah memakai pelacur murahan. Dalam keadaan seperti itu nina malah kembali merasakan birahinya kembali naik. Diam-diam nina juga ikut menikmati sensasi kasar ala tomi terhadap dirinya yang baru pertama kali ini ia rasakan seumur hidupnya. Selama ini kekasihnya selalu bercinta dengan sangat lemah lembut, dan jujur membuat nina agak bosan. Perilaku kasar dan beringas tomi ini berbeda 180 derajat dari yang biasa ia rasakan, dan anehnya nina malah lebih menikmatinya.

    Tomi meraih rambut nina lagi dan menjambaknya kebelakang seperti tengah menunggangi seekor kuda. “Ahhhhhgg!” nina meringis dan mendongak mengikuti tarikan rambutnya. Tomi berdesis-desis menikmati tunggangan liarnya itu, sang kuda binal yang selama ini hanya jadi objek masturbasinya belaka.

    “Shhhh..aahhh…ssshhhh……sshhhhhhh…..uuuhhhh….yeaaahhh…”

    Kini tomi bahkan meraih leher nina dan mencekiknya hingga badan nina ikut tertarik kebelakang Posisi badan mereka kini sama-sama berlutut dengan Tomi masih terus menghajar nina dari belakang tanpa ampun. Tomi mencekik leher nina kuat sembari lidahnya menyapu dan menghisap telinga nina dari belakang.

    “Hmmmghh.. Sshh.. enak kan kak nina? Hmm? Enak ngga tomi entotin gini?!” Bisik tomi seraya masih tetap tangannya melingkar di leher nina. Nina yang kembali melayang-layang diterpa kenikmatan hanya bisa mengangguk lemah dengan mata setengah tertutup. Sebelah tangan nina bahkan melingkar kebelakang seolah berusaha memegangi pantat tomi, tak rela apabila tomi mengendurkan genjotannya. Nina begitu larut dalam kenikmatan hingga tak lagi mampu berkata-kata.

    “Mau ngga tomi entotin tiap hari gini? Hah? Mau ngga? Jawab gue, perek!” Bisik tomi kasar. Panggilan kasar itu seakan melecut nina semakin keenakan. Semakin kasar tomi, semakin birahi Nina berkobar.

    “Agh-agh-agh-m-mau-to-tom-agh-agh-agh” Jawab nina terbata-bata akibat guncangan kasar tomi menyetubuhi dirinya.

    “Shh–aah… kalo gitu-shh–terima nih.. P-peju gue.. Urghhh!!”

    Tomi dengan serta merta tak lagi berusaha menahan laju orgasmenya. Bendungan sperma yang sedari tadi ia tahan, ia curahkan semua kedalam rahim Nina. Nina dengan syahdu menerima semburan demi semburan cairan panas didalam liang kemaluannya, hingga titik terakhir. Dan akhirnya mereka berdua pun ambruk saling bertindihan. Dan tak lama keduanya sama-sama memejamkan mata dan terlelap.

    Nina terbangun kaget dan langsung terduduk. Rasanya ia seperti baru terbangun sehabis minum semalaman. Badannya terasa remuk namun ia jugamerasa amat segar. Diliriknya handphone nya yang tergeletak jatuh ke lantai. 12 Misscall, dan puluhan pesan masuk dari kekasihnya. Ia samasekali lupa dengan kekasihnya yang tak kunjung mendapat kabar sedari tadi. Sejenak ia panik hendak beralasan apa nanti kepada kekasihnya, mana mungkin ia mengaku sehabis bercinta dengan adik temannya sendiri? Namun ketika ia menoleh kesamping, ia melihat tomi yang masih terlelap. Sekelebat aksi bercinta mereka selama 2 jam tadi kembali merasuk dalam ingatan nina. Dan entah mengapa Nina jadi tidak perduli dengan semua urusan yang lainnya. Dikecupnya bibir tomi lembut sambil ia tersipu malu dan nina pun kembali merebahkan diri disebelah tomi.

    “Mhh.. kenapa kak nin? Dah bangun?” Ujar tomi yang setengah tersadar.

    “Ngga, gapapa. Tidur lagi gih..” Balas nina manja, sembari merengkuh kekasih barunya itu didalam pelukannya.

    Tamat

  • Cerita Nafsu Birahi Nikmatnya Dientotin Oleh Guruku

    Cerita Nafsu Birahi Nikmatnya Dientotin Oleh Guruku


    1978 views

    Cerita Nafsu Birahi – Aku Inez, ketika masi skolah aku suka banget ma satu guru pelajaran matematika, orangnya ganteng, badannya tinggi kekar, sebut aja namanya pak A. Suatu hari waktu istirahat aku berjalan ke kantin mau beli minum. Tiba-tiba Pak A keluar dari kantor dan menabrakku, “Maaf Nez, aku tadi gak sengaja”.

    “Iya Pak, gak pa-pa tadi Inez jalan juga gak lihat-lihat kok pak dan Inez keburu-buru. “Sebagai permintaan maafku aku traktir kamu di kantin deh ya”. aku tidak menolak ajakannya. aku sengaja mau menggodanya, aku berpura-pura memperbaiki tali sepatuku, karena rok seragamku pendek, kuliat dia senyum2 saat meliat pahaku.

    Di kantin kami ngobrol aja selama waktu istirahat. Waktu aku mo kembali ke kelas, dia berbisik, “Nez, paha kamu mulus banget ya”. Aku senyum2 aja gak komentar apa2. “Kapan2 ngobrol dirumahku yuk”. Wah to the point banget ni guru, pasti gak pengen cuma ngobrol tu.

    Sabtu jelang sorenya aku berkunjung ke rumahnya. Ketika aku sampai dia baru mandi rupanya. Cukup lama aku ngebel di pintu pagernya, akhirnya aku di bukain pintu. “Lama ya nunggunya, gi mandi sih aku. Masuk deh”, dia mempersilahkan aku masuk.

    “Maaf rumahku berantakan”. “Kok sepi banget rumahnya pak?” “aku ngontrak rumah disini sendirian”. “Mangnya keluarga bapak dimana”. “Aku dah pisah ma istri Nez, anakku ikut ma ibunya di kota lain”. Kami ngobrol2 aja soal pelajaran di sekolah, gak kerasa waktu berjalan terus dan dah deket magrib. “Udah laper belom Nez?” “Hehehehe lumayan sih Pak.” Judi Poker Online

    “Kamu tunggu disini bentar ya, aku mau beli makan dulu ke warteg. “Oh ya pak, maaf ngrepotin lho.” “Gak pa-pa. ”

    Sewaktu dia beli makanan, aku melihat-lihat kondisi rumah kontrakannya dan sampai kebelakang. pintu kamarnya terbuka dan aku ngelongok ke dalam. Kulihat buku-buku koleksi buku matematika di meja kamarnya. Ternyata ada juga beberapa majalah dewasa di atas kasurnya lalu aku buka-buka melihat majalah itu. ternyata isi majalah itu gambar-gambarnya cewek-cowok bugil lagi ngentot.

    Aku tidak mengira ternyata dia juga suka koleksi seperti itu. tiba-tiba aku mendengar suaranya dari belakangku, “Ngapain kamu di kamarku Nez? Ayo makan dulu, nanti keburu dingin nasinya malah gak enak.” aku kaget banget tapi kelihatannya dia gak marah, lalu majalah kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap sambil grogi, malu, deg-degkan, “Maa..aa..aaf ya Pak, Inez sudah lancang masuk kamar Bapak.” “Iya gak papa. Kamarku berantakan.

    Kita makan aja yuk,” jawabnya sambil tersenyum. Lalu kami makan, “Koleksi majalahnya banyak ya Pak.” “Ya, buat iseng-iseng kalau tidak bisa tidur.” “Kok, majalahnya yang begituan pak?”. “Yang begituan gimana maksudnya”. “Emm.., Ya, yang begituan, Majalah porno pak”. “Hehehe itu pengasih teman saya yang dari Batam. Mau diliat lagi ya Nez, yuk kekamarku”.

    Akupun tidak menolaknya, aku segera ikut ke kamarnya dan kuambil majalah dewasa tadi yang berada di atas tempat tidurnya. “Suka ya liatnya Nez”. Aku terangsang juga meliat gambar2 orang ngentot di majalah itu.

    Dia segera memeluk tubuhku dan dengan sedikit bernafsu segera disosornya pipiku dengan bibirnya. Saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga. Atasannya aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat jelas, kaosku yang cukup tipis membuat braku yang berwarna putih terpampang jelas sekali.

    dia mendekatkan mukanya ke wajahku, dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut, aku diam aja, mataku terpejam. Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu diremasnya dengan lembut.

    Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat. Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas. “aahh…pak”, aku merintih pelan. saat itu jemari tangan kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit memekku. Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku itu telah berada dalam genggaman tangannya.

    Aku menggelinjang kecil, saat jemari tangannya mulai meremas perlahan. Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku. Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot. Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama.

    DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku membalas cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian. Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup.

    Jemari tangan kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke gundukan memekku, lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara wajahku nampak sedikit berkeringat. Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku.

    “Oooh paaak”. “Enaak ya Nez diusap-usap begini”. “hh… iiyyaa paaak”. Jemarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat gemas. “aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras. Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.

    Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jemarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri. Dia mengelus perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya.

    Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya, “aawww… pak sakitt, jangan keras-keras dong meremasnya”. Kini secara bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.

    “Auuggghh..” tiba2 dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya sedang menikmati remasanku pada toketnya jadi ikutan kaget. “Eeehh kenapa pak?” “Aahh anu … kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku. Aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget.

    Dia membuka sekalian CDnya dan “Tooiiing”, kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun . batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua. Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, besar dan panjang.

    dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya, “nez sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya sambil ke kamar mandi yang ada didalem kamarnya. Aku masih terduduk di atas ranjangnya ketika dia keluar dari kamar mandi kuliat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun. “kontol bapak besar sekali, segede yang di majalah pak.” “Blon perna liat yang kaya punyaku ya Nez”.

    Dia meraih kedua tanganku dan diarahkan ke kontolnya. Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng. Pertama kali aku hanya memegang dengan kedua jemariku. “Diremes Nez”. “Iiih… keras sekali pak”. aku bukan cuma menggenggam tapi malah meremas kuat. “Ooouhh….” dia melenguh nikmat. jemari kedua tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya. Jemari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan meremas batangnya.

    dia hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…nes… terusss … ssshh”, lenguhnya keenakan. Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu maju mundur. “Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat.

    Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali, “nez… aahhgghh… sshh… awas pejuku mau keluarr”. aku melepaskan remasan tanganku, sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok. dia gak mau ngecret karena aku kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar.

    Dia berdiri dan meraih tubuhku sehingga aku ikut berdiri. dipeluknya aku dengan gemas, aku menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang bundar montok menekan dadanya yang bidang. Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan mesra, kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan napas.

    Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena tubuhnya lebih tinggi dariku. Sementara bibir kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya.

    Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja. Sementara itu dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil, “Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran. “Inez geli digesekin kaya gitu. Dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi.

    Segera jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas. Dia menggelinjang nikmat. “aagghh… nez… ”. Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat. “Enaak ya pak…” Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan kecupan dan pelukanku. “Gerah nih Nez, aku buka baju dulu ya”, katanya sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping.

    Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap mengocok kontolnya maju mundur. “kamu suka yaa sama kontolku”. Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos. “suka banget pak… gede panjang, dah gitu keras banget kayak kayu”. “Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa…”. dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya. jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu.

    Mukanya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku. Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan kaitan ritsluitingku segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah. Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya.

    Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman, jembutku. Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum. “Aku buka ya.. CDnya”. Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas.

    “Oooh…paaak” aku merintih kecil. kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.

    Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku. Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat.

    “Oohh.. nez, indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya.

    Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya. Toketku berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan. “kamu cantik sekali Nez”.

    Dia merangkul tubuhku yang telanjang. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang. Dengan penuh nafsu dia segera merebahkan tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan. Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang.

    Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum. Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku. “Buka pahamu Nez, aku ingin mengentotimu sekarang”.

    “Paaak…” aku hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku. “Pelan-pelan pak, gede banget soalnya”. Lalu dengan jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku.

    Aku memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit memekku. diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya ditekannya untuk menelusup ke dalam liang memekku.

    Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku. Aku mulai merintih dan medesah2 kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos liang memekku. “sempit sekali memekmu Nez, jarang kemasukan kont0l ya”, erangnya mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.

    Karena agak susah dia memasukan kont0l jumbonya ke memekku dan untuk menambah rangsangan buat aku dia melepaskan kontolnya dari jepitan memekku dan melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.

    Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas.

    Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit memekku. Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil sesekali ditekan-tekan. Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian.

    Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok. Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Paaak, geli”. Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya.

    Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut. aku semakin mendesah tak karuan. Secara bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu. “Aawww… pak”, aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat.

    Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas.

    Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya. Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya.

    Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap. Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.

    Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh perutku. Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku. “Buka pahamu Nes..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu.

    “Oooh… paak”, aku hanya merintih lirih. Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku. Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei. Dia memandangi memekku yang ditumbuhi jembut . Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua bibir memekku itu tertutup rapat.

    Selanjutnya dia menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas.

    Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah. Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku.

    Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya. Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku.

    Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang diciptakannya pada memekku.

    Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan. Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan kanannya, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula.

    Dia mengusap dengan lembut bibir memekku kemudian disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, itilku, bagian paling sensitif dari memekku.

    Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah. Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput.

    Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku.

    Begitu singkat karena tak sampai 1 menit aku merasakan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur. Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe.

    Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering, “Nez… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat.

    Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar. Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah.

    Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku. Aku menggeliat manja dan tertawa kecil, “Pak… iiih.. gelii.. aah”. Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit.

    Dia mulai menekan, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya. Aku hanya memejamkan mata rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei.

    Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku. Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang memekku yang sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya sehingga kontolnya masuk makin ke dalam.

    dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku yang luar biasa.

    Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya , toketku kembali menekan dadanya. Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan, dia mengusap wajahku. “Pak… bagaimana rasanya”. “Enaak Nez.. dan nikmaat… selangit pokoknya.

    Baru sekali aku ngerasain memek abg sesempit kamu punya Nez.” “Abisnya kont0l bapak gede banget si, Inez baru sekali ini kemasukan yang jumbo kaya gini”. Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras. Kukuku terasa menembus kulitnya.

    Tapi dia tak peduli, dia sedang mengentoti dan menikmati tubuhku. Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar.

    Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya. “Awww… aduuh paaak…ngilu”n. “Maaf Nez… aku mainnya kasar yaah? bisnya memek kamu nikmat banget si. aku nggak tahan lagi Nez…. aahhgghghh, pejuku mau keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku. Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.

    Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun. “Enak banget Nez. Terus diemut Nez”, erangnya. Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oralnya. Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku.

    Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik. “PAk, nikmat banget deh, Inez sampe lemes”, kataku. “Ya udah kamu istirahat aja, aku mau cari makanan dulu ya”, katanya sambil berpakaian dan meninggalkan ku sendiri di rumah itu. Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.

    DIa membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah dibelinya. “Nez, malem ini kita tidur disini aja ya, gak papa kan”. “Gak papa pak, Inez ngekos kok”. “aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngentot lagi”, katanya sambil membelai pipiku. Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya.

    Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat. “Pak enak sekali..” nafasku terengah2. Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan jari. Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia menghentikannya.

    Dia ganti dengan posisi 69. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas. dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif unt menancapkan kontolnya di memekku.

    Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal. “biar masuknya dalem banget Nez, nanti kamu juga ngerasa enaknya”. Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan. “Ayo pak cepat, Inez sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu. “Wah kamu sudah napsu ya Nez, aku suka kalo kita ngentot setelah kamu napsu banget”.

    Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku. “Pelan2 ya pak”, lenguhku sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku. Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua.

    Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali. “Pak enjot yang cepat, Mas, Ines udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak pak, lebih enak katimbang dijilat tadi”, lenguhku. “Aku juga mau keluar Nez”, jawabnya. Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.

    Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi. “Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” yanyanya. “Boleh pak, Inez juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya. Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku. Dia mengerang kenikmatan, “Enak banget Nez emutanmu. Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya kapan2?”. Aku diam tidak menjawab karena ada kontolnya dalam mulutku.

    “Nez, aku udah mau ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku nungging. dengan pelan dimasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal. Kontolnya mulai dikeluar masukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku.

    Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Aku mulai merasakan nikmatnya dientot, “Pak, terus yang cepet ngenjotnya pak, rasanya Inez udah mau nyampe lagi”, erangku. Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya. Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia melenguh, “Nez aku ngecret, aah”, erangnya. “PAk, Inez nyampe juga pak, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga
    nyampe. Kembali aku terkapar kelelahan.

    Ketika aku terbangun, hari udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang. Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku. ”Paak, geli!” aku menggeliat manja.

    Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku. Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan jilatannya.

    Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut toketku. Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya. “Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir. Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras.

    Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku. Terasa bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga menekan toketku. “Oh…pak”, lenguhku ketika ia menciumi telingaku. “Kakimu dibelitkan di pinggangku Nez”, pintanya sambil terus mencium bibirku. Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya. Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku.

    Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorongnya. Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2. “Nez, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya. Dia mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya.

    Pentilku diremesnya dengan jempol dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku. Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku. Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku.

    Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya.”Akh pak”, lenguhku ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya. “Nikmat banget pak”, kataku sambil mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya.

    Dia juga mendesah setiap kali mendorong kontolnya masuk semua, “Nez, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget ngentot dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku sambil tersu mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya dienjot masuk. “Pak”, erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya. Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk. “Nez, aku udah mau ngecret”, erangnya lagi.

    Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Pak, Inez nyampe juga pak”, aku mengejang karena ikutan nyampe. Nikmat banget ngentot bersama dia.

  • Cerita Panas Kini Semua Mulai Menikmati

    Cerita Panas Kini Semua Mulai Menikmati


    2034 views

    Cerita Panas – Crreeetts…. Crreeetts … Seeeeeeerr…. Eehmp…. Crrreetsss…. Seeeeerrr…..

    Kugigit bibirku menahan diriku agar tidak mendesah sehingga Suamiku tidak sampai curiga. Aaahk… Sungguh orgasmeku kali ini jauh lebih nikmat dari sebelumnya sekaligus sangat menyiksa diriku.

    Rasa nikmat yang kudapatkan, membuatku nyaris lupa kalau Suamiku kini berada dekat denganku.

    Tinggal dua langkah lagi, maka semuanya berakhir, Suamiku akan dapat melihat Ujang yang sedang berada di belakangku. Dan perselingkuhankupun terbongkar, sebentar lagi aku akan resmi menjadi seorang Janda.

    Deg… Deg… Deg… Deg… Deg… Deg…

    “Abii…”

    Langkah Suamiku berhenti, lalu ia menoleh kearah putriku. “Iya sayang, ada apa?” Sahut Suamiku memandang putrinya.

    Dan pada saat bersamaan gamisku di tarik turun, lalu dengan gerakan persekian detik sebelum Suamiku kembali menoleh kearahku, Ujang menyembunyikan tubuhnya di bawah kolong wastafel sehingga Suamiku tidak dapat melihatnya.

    Aku mendesah pelan, sedikit beban tanpa berkurang dari pundakku.

    “Masih lama Umi nyucinya?” Tanya Suamiku.

    Aku berdehem pelan, perasaan tegang membuatku merasa gugup. “Iya Bi… kenapa?” Tanyaku gugup, sungguh aku sangat ketakutan.

    “Abi kangeen!” Aahkk… Ternyata Suamiku minta di layani malam ini.

    “Iya Abi, nanti kalau nyucinya selesai Umi… Aahkk… Eehmm… Akan nyusul Abi keatas.” Siaaal… Ujang udah benar-benar gila, kurasakan jemari Ujang membelai betisku.

    “Kamu kenapa Umi? Ada yang sakit?” Tanya Suamiku panik. “Kok wajah Umi pucat?” Sambungnya sambil membelai pipiku.

    Ujang pleasee… jangan naik lagi, Aahkk… Jemarinya semakin tinggi naik atas pahaku, hingga akhirnya menyentuh kemaluanku. Dia menggesekkan jarinya kebibir vaginaku, membuat birahiku kembali naik.

    Aaah… Tidak, ini bukan saat yang tepat untukku terangsang seperti ini. Fokuuus…. Fokuuss… Kamu pasti bisa Emaa…

    “Ini mendadak perutku mules Bi!” Kataku mengringis sambil menurunkan tanganku memegang perutku, lalu turun menuju tangan Ujang yang sedang memanjakan vaginaku.

    “Ya udah, Abi tunggu di kamar ya?”

    “Iya Bi, Umi nanti menyusul.” Jawabku, sembari menarik nafas lega.

    Kemudian Suamiku melangkah pergi menjauh dariku, aku baru bisa bergerak ketika Suamiku benar-benar menghilang dari pandanganku. Buru-buru aku menepis tangan kurang ajar Ujang dari vaginaku, dia sudah sangat keterlaluan.

    Kalau tadi sampai ketahuan, bisa-bisa riwayatku tamat sampai di sini.

    “Gila kamu Jang!” Kataku emosi, tapi tetap menjaga suaraku agar putri semata wayangku yang sedang menonton tv tidak mendengar suaraku.

    “Tapi Ibu Ema sukakan?”

    “Saya mohon, jangan ganggu saya lagi…! Dan tolong berhenti sampai di sini saja.” Melasku tapi dengan nada tegas.

    Perbuatannya barusan sungguh sangat beresiko, bagaimana kalau tadi Suamiku melihat? Aku tidak ingin menjadi janda, apa lagi janda karena di ceraikan Suami yang memergoki Istrinya selingkuh, aku tidak siap untuk hal itu.

    Ujang menarik tanganku, memaksaku merunduk seperti dirinya.

    Kemudian dia membuka celananya, mengeluarkan senjata pamungkasnya yang gemuk dan panjang, membuat nafasku memburuh, kejadian tadi pagi kembali menguasaiku.

    “Ayo Bu, biar cepat selesai.”

    “Jangan gila Jang, masih ada anakku di sana, gimana kalau dia melihat kita?” Kataku panik, tapi dia malah menarik tanganku.

    “Gampang Bu, tinggal kita ajak!”

    “Iblis kamu Jang…” Kesalku, sembari merangkak kepangkuannya, kusibak kesamping celana dalamku lalu keraih penisnya, dan kugesekan dengan bibir vaginaku.

    Aaahkk… Rasanya nikmat sekali, apa lagi ketika kepala penisnya menggesek clitorisku.

    “Hahaha… Ayo masukan sekarang Bu!”

    Kutatap bola matanya, lalu dengan perlahan kucoba menduduki penisnya. “Jleepps…” Oohk… Kepalaku mendongak keatas, menatap langit-langit dapur rumahku.

    Dalam sekejap untuk kedua kalinya hari ini aku membiarkan penis pria lain bersarang kedalam vaginaku yang suci, yang seharusnya kupersembahkan untuk Suamiku tercinta, tapi kali ini tanpa ada paksaan berarti aku malah menuruti kemauan pria lain.

    Dosakah aku? Aahkk… Ini dosa besar, tapi dosa yang paling nikmat yang perna kubuat.

    Tanpa di minta aku mulai menggoyang pinggulku naik turun diatas penisnya yang begitu besar, jauh lebih besar dari milik Suamiku, dan tentunya lebih keras dan berotot.

    Jujur saja, pelecehan yang ia lakukan barusan tepat dihadapan Suamiku membuatku langsung memutuskan untuk pasrah, menerima kalau nantinya ia ingin menyetubuhiku lagi, dan ternyata benar dia kembali memperkosaku.

    Ujang meletakan tangannya di bagian belakang kepalakku, laku kumiringkan wajahku, menyambut bibir tebal Ujang.

    Kami berpagutan mesrah, lidah kami saling membelit, dan kami saling berbagi air ludah. Entalah… Apa ini masih bisa di sebut pemerkosaan, tapi yang pasti aku sangat menikmati dirinya yang sedang memperkosa diriku.

    Plookkss…. Ploookkss… Plookss…. Plookkss…. Plookkss….. Ploookkss….

    Pinggulku bergerak cepat, menghentak nikmat, sementara erangan-erangan kecil keluar dari bibirku, dan sedetik kemudiaaan… Aahkkk… Aku mencapai orgasmeku kembali dengan rasa berjuta kenikmatan yang ia berikan.

    Masih dalam keadaan penisnya yang berada di dalam vaginaku, dia… menuntunku terlentang, dengan posisi ia menindih tubuhku.

    Kemudian giliran ia yang bergerak maju mundur menyodok memekku, sembari tersenyum penuh kemenangan karena berhasil menaklukanku. Sementara aku harus berjuang mati-matian agar tidak mengeluarkan suara.

    “Memek Bu Ema sempit bangeet, rasanya enaaak Bu, ngejepit gitu…” Dia menyingkap lebi tinggi gaun tidurku hingga sebatas leherku, lalu dengan satu tarikan kebawah, cup braku melorot dan memperlihatkan sepasang gunung kembarku yang indah dan masih sangat kencang.

    Sembari menggenjot memekku, dia meremas payudarahku dengan memainkan puttingku. Mau tidak mau, aku semakin terangsang di buatnya.

    “Ujaaang… Aahkk… pelan-pelaaan!” Pintaku.

    “Aduh Bu, Maaf gak bisa pelan, soalnya memek Ibu kayak perawan, enaaak bangeeet….”

    Perawan…? Oohh Ujang, kamu pinter sekali memujiku, padahal usiaku saat ini sudah tidak muda lagi… Bahkan aku sudah melahirkan, seharusnya memekku sudah kendor, tapi katamu aku masih perawan? Aahkkk… Enaaak….

    Dia semakin mempercepat sodokannya, sementara kedua pahaku ia buka semakin lebar.

    Saat kedua bola mata kami bertemu, kurasakan getaran halus merayap di dadaku, apa lagi ketika ia tersenyum puas melihatku yang tersentak merasakan benda pusakanya yang mengaduk-aduk liang peranakanku.

    “Aku mau keluaaar Jang…”

    “Keluaarin Bu, nikmatin kontol saya di dalam memek Ibu.” Bisiknya, yang seakan diriku ini memang haus akan sebuah kenikmatan.

    Maafkan aku Suamiku, tapi aku berjanji ini yang terakhir kalinya, semoga kamu mau memaafkanku sayang…. “Aaaaarrhkk…” Lidahku terjulur seiring dengan cairan cintaku yang meledak-ledak.

    Plooppss….

    Dia menarik kontolnya dari dalam memekku, membuat nafasku kembali memburu dan aku merasa seperti ada yang kosong di bawah sana.

    “Kulumin kontol saya dulu ya Bu, baru nanti kita lanjut lagi…”

    Aku menganguk pelan, lalu kuikuti tarikan tangannya, aku bersujud di depan kontolnya yang mengacung di depanku. Lama aku mengamati kontol Ujang yang memang besar.

    Kugenggam kontolnya dengan telapak tanganku, Ouw… telapak tanganku tak mampu menggenggam kontolnya.

    Dengan perlahan kukocok kontolnya naik turun, kuperhatikan cincin emasku yang melingkar di jari manisku, membuatku kembali teringat bagaimana dulu aku mengikat janji suci kepada Suamiku. Tapi malam ini, dengan di saksikan mas kawinku, aku mengingkari janji suciku.

    Maafkan aku Mas, aku mencintaimu selamanya…

    Kutundukan wajahku, kujilati kepala kontol Ujang, yang tak lain hanyalah seorang pembantuku. Uuhkk… rasanya nikmat banget, lidahku bergetar menjilati kontolnya yang besar.

    Tidak hanya kepala kontolnya, batangnyapun tak luput dari jilatanku.

    Sementara jemariku meremas lembut kantung telurnya, dan bibirku membuka, menyambut kontolnya kedalam mulutku. Kepalaku bergerak maju mundur mengocok kontolnya yang sekeras batu itu sambil menatap matanya.

    “Aaoohkk… Enak Bu, Aahkk… kuluman Ibu enak, Aahkk… hisapannya mantab bangeet Bu…” Ujar Ujang, matanya merem melek.

    Kurasakan belaian telapak tangannya diatas kepalaku yang masi tertutup kerudung.

    Aku semakin bersemangat mengulum kontolnya, menghisap dan mengitari kepala kontolnya dengan lidahku. Entah kenapa ada perasaan senang melihat ia keenakan.

    Rasanya aku mau gila, bagaimana mungkin aku menikmati pemerkosaan yang kualami saat ini, seharusnya aku marah, mengutuk setiap sentuhan darinya, bukan malah menginginkan dirinya menyentuh dan menikmati diriku.

    Dia menahan kepalaku, lalu dia memintaku naik kembali kepangkuannya.

    Tanpa melakukan penetrasi, dia melumat bibirku, memelukku dengan sangat erat. Kuangkat sedikit pantatku ketika ia membelai bongkahan pantatku yang sekal. Lalu kurasakan jemari tengahnya membelai anusku.

    “Ouuhhkk… Jang!” Kurasakan jemari tengahnya tenggelam dianusku.

    Sembari membalas pagutannya, kurasakan anusku di korek-korek oleh jemari tengahnya. Aku berani bersumpah demi apapun, kalau saat ini aku sangat menikmati penjelajahan jemari tengahnya di dalam liang anusku yang kemarin telah di ambil perawannya oleh mereka.

    Aku semakin menggila, kedekap kepala Ujang, sambii menghisap lidahnya dengan rakus. Aku sudah tidak perduli terhadap setatusku sebagai seorang Istri, dan Ujang sebagai pembantuku.

    Yang aku mau hanya dirinya yang menyetubuhiku seperti kemarin, membuatku tak berkutik menikmati setiap sodokan kontolnya yang besar di dalam vaginaku ini. Aahkk… Aku menginginkanmu Ujang… Aaahkk….

    Sluuooppsd…. Sluuuppss… Sluuppss….

    Dia menuntunku berdiri, satu kakiku diangkat, dan kemudian “bleess…” Kontolnya kembali melesat masuk kedalam memekku.

    Kukalungkan kedua tanganku di lehernya Ujang, untuk menjaga keseimbangan tubuhku agar tidak terjatuh ketika kontolnya mengaduk-aduk memekku dengan cepat.

    “Jaang… Kayak tadi aja… Aahkk….”

    “Kenapa Bu?” Tanyanya, kedua tangannya turun meremas pantatku.

    “Di sana masi ada anak saya Jang, Aahkk.. Oohhk… Pelan-pelan Jang…. Aahkkk….” Aku merintih semakin keras, jujur aku takut anakku tau kalau saat ini aku sedang di setubuhi oleh Ujang.

    Bukannya melambat Ujang malah semakin menggila, ia menyodok memekku tanpa ampun, membuatku kesulitan untuk tidak mengerang, karena rasanya terlalu nikmat.

    Plooookkss…. Plookkss…. Plookksd… Plookkss….

    “Memek Ibu enak, Aahkk… saya suka memek Ibu, Aahkk… Aahkk…” Bisik Ujang, dia menghentak-hentak selangkanganku.

    “Udaah… Aahkk… Jang! Saya gak kuat….”

    “Tenang aja Bu, nikmatin aja kontol saya! Anak Ibu aman pokoknya dia gak akan ganggu kita….” Uhkk… Ujang, dia tau dari mana kalau anakku tidak akan mendengar teriakanku.

    Tiba-tiba mataku diikat oleh seutas kain, aku sempat ingin melepasnya tapi Ujang menahan tanganku yang ingin menarik lepas penutup mataku, karena aku terganggu dengan adanya penutup mataku.

    Dia memutar tubuhku, menghadap kearah Putriku yang tadi sedang menonton tv.

    “Kok mata saya di tutup Jang?” Tanyaku heran.

    “Sengaja Bu, dengan begini Ibu gak perlu khawatir tentang anak Ibu, dan bisa fokus menikmati kontol sayakan Bu…” Jelas Ujang, dia meraih payudaraku dari luar gaun tidurku, dan meremas-remas dadaku.

    “Tapi Jang?”

    “Kan saya bisa lihat Bu… percaya sama saya Bu, pati gak akan ada gangguan.” Ujarnya menenangkan hatiku.

    Duh kenapa dengan diriku ini, semakin lama aku semakin suka dengan caranya menikmatiku. Membuatku serba salah, antara menerima perlakuannya atau malah mengutuknya.

    Perlahan kurasakan belaian kontolnya di belahan memekku, lalu naik keanusku.

    Kujatuhkan dadaku diatas tempat biasa aku menyiapkan bumbu masakan, di samping wastafel. Kemudian kedua tanganku terjulur kebelakang, lalu dengan perlahan kubuka lebar kedua pipi pantatku memperlihatkan anusku.

    “Mau dimasukan kesini Bu?” Tanya Ujang menempelkan ujung kepala penisnya di lobang anusku yang merekah.

    Aku mengangguk malu, jujur saja aku tidak bisa melupakan nikmatnya ketika diriku di sandwich oleh para pembantuku tadi pagi, dan aku ingin kembali merasakannya, menikmati ketika anusku di sodok kasar oleh kontol Ujang yang besar.

    “Ngomong dong Bu, jangan ngagguk doang, bilang kalau Ibu mau anusnya di jebol…”

    Aku mendengus. “Iya… Iyaaa… Jang, jebol anusku Jang, pake kontol kamu… Aahkk….” Sumpah, jantungku rasanya mau copot saat mengatakan hal tersebut kepada Ujang.

    Lalu dengan perlahan kurasakan kepala jamur Ujang menerobos masuk, semakin lama semakin dalam dan Jleeeeb…. Aaaaaahkk…. Anusku berhasil di tembus oleh kontol Ujang, dan rasanya sungguh sangat nikmat.
    (Kok ngegantung? Sngaja gan, bukan untuk bkin warga smprot kentang, tpi ini bagian dri crta)
    ###

    Saat aku masuk kedalam kamar, kulihat lampu kamar kami sudah meredup dan terlihat Suamiku sudah tertidur lelap.

    Maafkan aku ya Mas… Aku sudah membuatmu menunggu begitu lama, sampai kamu ketiduran seperti ini… Seharusnya aku melayanimu, bukan malah bermain gila di belakangmu, sumpah Mas aku sungguh menyesal.

    Aku bukanlah Istri yang baik, tega menyakitimu yang begitu setia kepadaku. Tapi Mas harus percaya kalau aku sangat mencintaimu.

    Aku berjanji Mas, kejadian malam ini tidak akan terulang lagi, ini yang terakhir kalinya.

    Aku merebahkan tubuhku di samping Suamiku Mas Tio, kupeluk erat tubuhnya yang kokoh, yang selama ini bekerja keras demi memenuhi kebutuhanku dan anakku. Terimakasi Mas sudah menjadi kepala keluarga yang baik untuk kami.
    ###

    Delapan
     
    Asyfa Salsabila

    Apa yang kulihat saat ini tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Sanking shoknya, aku hanya bisa diam membeku.

    Aku yang tadi lagi seru-serunya menonton televisi, tiba-tiba aku mendengar suara yang aneh dari balik dapur rumahku. Awalnya aku tak begitu menghiraukannya, karena suaranya yang terdengar sama-samar. Tapi entah kenapa pada akhirnya suara tersebut mengundangku untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

    Oh Tuhaaan…

    Kulihat Umi yang sedang berdiri membelakangiku sedang berpelukan sambil berpagutan dengan seorang yang juga kukenal sangat baik.

    Dia adalah Kang Ujang! Ya… aku memanggilnya Akang karena ia berasal dari bandung, orangnya baik dan enak diajak mengobrol, tapi siapa yang menduka ternyata ia menjalin efair dengan Ibu kandungku.

    Tentu saja aku marah, aku hendak melabrak mereka, sungguh sangat menjijikan melihat apa yang mereka lakukan saat ini.

    “Ssstttt….” Kang Ujang meletakan jari telunjuknya di bibirnya.

    Langkahku terhenti, entah kenapa mendadak aku jadi ragu untuk melabrak mereka berdua, walaupun emosiku sudah sangan memuncak dan bersiap untuk kuledakan.

    “Jaang… Kayak tadi aja… Aahkk….” Kudengar suara Ibuku yang mendesah

    “Kenapa Bu?”

    “Di sana masi ada anak saya Jang, Aahkk.. Oohhk… Pelan-pelan Jang…. Aahkkk….” Tolak Umi, sembari mengerang-erang.

    Sungguh aku tidak menyangkah kalau Umi bisa bermain gila di belakang Abi.

    Apa salah Abi Umi? Kurang baik apa Abi selama ini kepada kita, apa yang kita butuhkan selalu ia penuhi, bahkan ia sangat mencintai kita lebih dari apapun, tapi kenapa Umi membalasnya dengan perselingkuhan.

    Plooookkss…. Plookkss…. Plookksd… Plookkss…. Plookkss….

    “Memek Ibu enak, Aahkk… saya suka memek Ibu, Aahkk… Aahkk…”

    Kedua tangan Kang Ujang mencengkram pantat Umi, sambil menggerakan pinggulnya turun naik menyodok vagina Umi. Kulihat banyak cairan vagina Umi yang meleleh keluar, turun hingga kemata kakinya.

    “Udaah… Aahkk… Jang! Saya gak kuat….” Rengek Umi.

    “Tenang aja Bu, nikmatin aja kontol saya! Anak Ibu aman pokoknya dia gak akan ganggu kita….” Kang Ujang tersenyum kearahku, lalu dia menunjukan tangannya yang tergenggam dengan jari jempol terselip diantara telunjuk dan jari tengahnya. (Kode ngentot)

    Kemudian Kang Ujang mengambil kain yang tergantung, lalu mengikat mata Umi.

    Kang Ujang memutar tubuh Umi menghadap kearahku, sehingga aku dapat melihat wajah Umi yang merah padam. Oh Tuhan, raut wajah Umi mengisyaratkan kalau ia sangat menikmati perselingkuhannya.

    “Kok mata saya di tutup Jang?” Tanya Umi keheranan.

    Tapi aku bersyukur Umi tidak membuka penutup matanya, kalau tidak, ia akan tau kalau aku anaknya saat ini sedang menonton perselingkuhannya dengan pria lain.

    Dan yang lebih menjijikan lagi, pria itu tak lain adalah pembantu di rumah kami, sungguh tidak selevel dengan Umi.

    “Sengaja Bu, dengan begini Ibu gak perlu khawatir tentang anak Ibu, dan bisa fokus menikmati kontol sayakan Bu…” Kang Ujang menyeringai, lalu kulihat tangan kurang ajarnya meremas payudarah Umi.

    Rasanya aku ingin memukul wajah seringai Kang Ujang, tapi tatapannya entah kenapa membuat nyaliku menjadi ciut.

    “Tapi Jang?”

    “Kan saya bisa lihat Bu… percaya sama saya Bu, pasti gak akan ada gangguan.” Ujarnya menenangkan Umi yang panik.

    Kemudian Kang Ujang memberi isyarat kepadaku agar mendekat. Dengan langkah yang ragu aku berjalan menuju dapur.

    Kututup mulutku saat kembali melihat pemandangan yang menakjubkan. Di hadapanku saat ini kulihat benda besar yang nan gemuk mengacung tepat di depan pantat semok milik Umi.

    Ya Tuhaaan… Ampuni dosaku yang membiarkan Umi berzina.

    Kulihat tangan Umi membuka kedua belah pantatnya, sehingga aku dapat melihat lobang anus Umi yang kemerahan. Sebenarnya apa yang di inginkan Umi? Kenapa Umi bisa berbuat sejauh ini.

    “Mau dimasukan kesini Bu?” Kulihat kepala penis Kang Ujang di tempelkan kelobang anus Umi yang merekah.

    Anal? Astaga Umi…. apa yang ada di pikiran Umi? Sadar Umi… Aku mohooon…

    Kepala Umi mengangguk, menandakan kalau ia ingin Kang Ujang menganalnya.

    “Ngomong dong Bu, jangan ngagguk doang, bilang kalau Ibu mau anusnya di jebol…” Kembali Kang Ujang menatapku.

    Sepertinya Kang Ujang sengaja ingin memberi tahukanku kalau Umilah yang menginginkan dirinya, bukan dia yang menginginkan Umi, membuatku rasanya jijik melihat Umi yang terlihat sangat nakal malam ini.

    Tapi kenapa Umi bisa seperti ini? Di mana Umi yang kukenal dulu? Orang yang selalu menjadi panutanku, yang mengajarkanku banyak kebaikan, tapi kini malah mempertontonkan perbuatan yang tidak senono di hadapanku.

    Umi membuang nafasnya “Iya… Iyaaa… Jang, jebol anusku Jang, pake kontol kamu… Aahkkk….” Sumpah, jantungku rasanya mau copot saat mendentar Umi meminta Kang Ujang untuk menganalnya.

    Lalu dengan perlahan kulihat kepala jamur Kang Ujang menerobos masuk, semakin lama semakin dalam dan Jleeeeb…. “Aaaaaahkk” Umi memekik, ketika Anusnya berhasil di tembus oleh kontol Ujang, dan rasanya tubuhku melemas melihatnya.

    Dengan gerakan teratur kuperhatikan Kang Ujang memompa anus Umi.

    Hancur sudah kepercayaanku terhadap Umi yang baik. Seorang Ibu yang selama ini mengayomiku, menyayangiku dengan caranya yang luar biasa.

    Aku terduduk lemas, sambil memperhatikan mereka berdua yang sedang berzina.

    Dari belakang sambil melihat kearahku Kang Ujang menyodok anus Umi, sesekali ia menampar pantat Umi yang semok hingga meninggalkan bekas merah.

    “Ooooo… Jaaang! Aaahkk… Aahkk….” Rintih Umi, dia terlihat seperti pelacur saat ini.

    Tak sadar aku meneteskan air mataku, aku sedih, hatiku hancur tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menyaksikan Ujang yang sedang menganal Umi. Mempermalukan Umi di hadapanku.

    Sebagai seorang anak yang sangat mencintai Ibunya, aku hanya pasrah melihat Umi yang sedang melayani Kang Ujang.

    “Anus Ibu enak bangeet, kontol saya seperti di pijit-pijit… Aahkk… Enaknyaaa….” Erang Ujang, tak melapas pandangannya kearahku. Membuatku malu dan membuang muka sejenak, menghilangkan rasa jengah yang kurasakan saat ini.

    “Aaahkk… Jang… Ooohk… Lebih cepaat Jang, sayaaa mau nyampeee….!”

    Nyampee…? Apa maksudnya? Aaahk… aku tidak mengerti, dan tidak mau mengerti aku berharap pemandangan ini segera berakhir, karena ini sangat menyakitkanku.

    Tapi… tapi… kenapa aku di sini? Cuman mau melihat Umi selingkuh? Atau pengen melihat Umi bersetubuh? Jangan-jangan Aku suka melihat Umi dan Kang Ujang bersetubuh? Ah… tidak… Aku tidak suka, aku benci….

    Aku benci saat mendengar suara Umi yang mengerang nikmat, aku benci saat melihat Umi yang malah ikut merangsang dirinya sendiri dengan cara menggesek-gesekan vaginanya dengan jemarinya.

    “Maang… Aku keluaaar!”

    “Aku juga Bu…. Aahkk….” Crreettz…. Creerrs…. Tubuh mereka berdua, kulihat terguncang-guncang, lalu tampak cairan putih keluar dari sela-sela anus Umi.

    Ujang mencabut penisnya lalu menghadap kearahku, memametkan senjatanya yang besar, membuat nafasku memburu.

    “Ikat matanya boleh aku buka?” Tanya Umi.

    Mang Ujang memberi isyarat kepadaku, agar aku segera pergi.

    Tanpa di minta untuk kedua kalinya, aku kembali ketempatku di depan tv. Aku pura-pura menikmati acara televisi yang sedang menayangkan film india.

    “Sayang…!” Deg… Umi memanggilku.

    Aku menoleh kebelakang, melihat tampilan Umi yang tampak urakan. “Ya Umi…” Jawabku senormal mungkin.

    “Tidurnya jangan malam-malam ya nak.”

    “Iya Umi, sebentar lagi Adek tidur.” Kataku, sembari memaksa bibirku tersenyum.

    Kemudian Umi berlalu meninggalkanku, menuju kamarnya. Sementara aku, entalah, dadaku masih bergemuru, aku masih sangat marah dengan kelakuan Umi yang tega mengkhianati kami.

    Aku sendiri bingung, tidak tau harus bersikap seperti apa setelah melihat kejadian barusan.

    Biarlah besok menjadi besok, malam ini aku ingin memejamkan mataku sejenak, melupakan apa yang terjadi malam ini.

    Aku melangkah gontai menuju kamarku, rasanya semangatku hilang. Kulihat Kang Ujang sedang tersenyum melihatku melangkah menuju kamarku.

    Kemudian ia menghampiriku, lalu mendorongku hingga menabrak dinding.

    “Akang mau apa?” Kataku dengan sisa-sisa kemarahanku kepadanya.

    Dia tersenyum dan tanpa mengatakan apapun, dia menyusupkan tangannya masuk kedalam celana piyamaku, aku kaget hendak berontak tapi ia menahanku, hingga jemarinya menyentuh bibir kemaluanku.

    “Sudah basah… “Bisiknya.

    Aku mendelik kesal, sambil menahan pergelangan tangannya.

    “Enak gak di giniin?” Jujur rasanya enak. “Sama, Umi juga keeanakan waktu akang entotin memeknya….” Jelas Kang Ujang, jemari telunjuknya menggesek-gesek vaginaku.

    Apa coba maksudnya mengatakan hal tersebut kepadaku? Dia ingin merayuku dan akan memperkosaku? Tidak akan kubiarkan dia melakukannya, aku yakin teriakanku cukup untuk membangunkan seisi rumah.

    Aku memalingkan wajahku, sumpah aku malu karena kedapatan menikmati sentuhan jemarinya di vaginaku.

    “Non sayang sama Umi?” Aku mengangguk jujur, karena aku sangat menyayangi Umi lebih dari siapapun. “Kalau gitu Non gak boleh marah sama Umi, apa lagi ngaduhin apa yang di lakukan Umi sama Akang.”

    “Kenapa Umi ngelakuin itu sama Akang?”

    “Karena Umi sayang sama Non! Tapi lebih jelasnya Akang belum bisa kasi tau, tapi nanti Akang pasti kasi tau Non.” Jelas Kang Ujang, lalu Kang Ujang mengecup keningku.

    “Kapan?” Lirihku.

    “Esssrt…. Non nikmatin aja dulu ya, biar adil kayak Umi tadi.” Bisiknya, dia memeluk tubuhku, dan kubenamkan wajahku di dadanya yang bidang.

    Aku diam, meresapi, menikmati sentuhan jemarinya di bibir vaginaku, sementara itu tangan satunya menyelinap masuk kedalam pantatku, meremas pantatku, menelusuri belahan pantatku.

    Kugigit bibirku saat merasakan getaran halus yang berasa nikmat.

    Ternyata ini yang di rasakan Umi barusan, pantesan Umi bisa mengerang sekencang itu, di sentuh saja sudah begini nikmatnya apa lagi kalau sampe di masukan. Aahkk… Apa yang aku pikirkan.

    Tubuhku terasa memanas, dadaku sesak, dan nafasku memburu nikmat. Beberapa detik kemudian aku merasa ingin pipis dan akhirnyaa…. Seeerr… Seerr… Oh rasanya nikmat sekali.

    Kang Ujang menarik kedua tangannya, dia memperlihatkan jemarinya yang berlendir.

    “Enakkan? Ini belum seberapa…” Ujarnya, sembari membelai wajahku. “Sekarang Non tidur ya, nanti besok kesiangan… Ingat pesan Akang, gak boleh benci Umi.” Aku mengangguk pelan.

    Setelah nafasku kembali teratur, aku berlari meninggalkan Kang Ujang dengan berjuta pertanyaan yang memenuhi otakku.

    Emi Sulia Salvina

    Selesai menunaikan shalat subuh, aku kembali di sibukkan dengan rutinitasku sehari-hari sebagai Ibu rumah tangga pada umumnya. Setelah merapikan mukennaku, aku berjalan menuju kamar putraku.

    Dengan perlahan aku membuka pintu kamar putraku, kulihat ia masih tertidur lelap.

    Aku duduk di tepian tempat tidurnya, kubelai lembut keningnya. “Bangun nak, mandi dulu… nanti kamu telat kesekolah!” Panggilku lembut sambil memandangi wajah polos putraku yang sedang terlelap.

    Entah kenapa aku menjadi menyesal karena kemarin sempat membentaknya. Tapi aku melakukannya bukan karena aku marah, apa lagi sampai membencinya, aku hanya sekedar ingin mendidiknya agar menjadi anak yang lebih baik, yang nantinya bisa aku banggakan.

    Perlahan ia membuka matanya, terlihat sedikit kemarahan di sudut matanya saat memandangiku. Maafkan Bunda ya Nak, ini demi kebaikan kamu.

    “Bangun yuk…” Ajakku.

    Dia bangkit, duduk diatas tempat tidurnya sambil mengucek-ngucek matanya.

    Biasanya ia akan memelukku, bermanjaan sebentar sebelum ia pergi kekamar mandinya, tapi kini tidak ada lagi pelukan dari putraku tersayang, mungkin dia marah karena kemarin aku tidak membelanya.

    Aku mendesah pelan, lalu berjalan meninggalkannya.

    Maafkan Bunda ya nak…
    ###

    Sembilan
     
    Emi Sulia Salvina

    Kulambaikan tanganku melepas kepergian putraku kesekolah pagi ini, walaupun tidak ada respon darinya aku tetap menyemangatinya seperti biasanya selama ini.

    Aku berjalan masuk kedalam rumahku, aku yakin Toni hanya butuh waktu untuk mengerti maksud tujuanku menghukumnya.

    Tok… tok… tok…

    “Masuk Bunda!”

    Kubuka perlahan pintu kamar Irwan, kudapatkan anak itu sedang berbaring lemas, dengan kompresan di keningnya. Ya… Irwan mendadak demam, aku sendiri tidak mengerti apa penyebabnya ia bisa jatuh sakit seperti ini.

    Aku duduk di tepian tempat tidurnya, lalu mengganti kompresan di keningnya.

    “Gimana keadaan kamu Wan?” Tanyaku.

    “Agak mendingan Bunda, cuman masih sedikit pusing saja.” Jawabnya, sembari memamerkan senyumannya kepadaku.

    “Mendingan kita ke dokter aja Wan, untuk memastikan penyakitmu.”

    Dia mendesah lirih. “Gak perlu Bun, palingan besok juga sudah sembuh kok! Toni udah berangkat kesekolah Bun?” Tanya Irwan, aku senang karena ia masih sangat perhatian terhadap putraku, setelah apa yang di lakukan Toni kepadanya.

    “Iya sudah dari tadi.”

    “Semoga Toni pulangnya gak kayak kemarin ya Bunda… Aku cuman merasa khawatir Bun.” Lanjutnya sembari menatapku.

    “Insya Allah dia baik-baik saja.” Jawabku, membelai rambutnya. “Bunda mandi dulu ya, soalnya udah bauk asem ni.” Kataku tertawa renyah, lalu aku hendak pergi meninggalkannya tapi dengan cepat Toni menahan pergelangan tanganku.

    “Bun…”

    “Kenapa Wan?”

    “Irwan boleh ikut mandi gak? Soalnya Irwan juga mulai merasah gerah ni Bun, kalau gak mandi.” Jelasnya, duh… aku jadi bingung.

    “Tapi… Bunda….”

    “Boleh ya Bun… kan Bunda sudah saya anggap seperti Ibu kandung sendiri.” Ya… tapi tetap saja beda Wan, semalam kamu hampir saja membuat Bunda lepas kontrol, untung cepat di akhiri.

    “Ya sudah… kamu bisa jalan sendiri?”

    “Bisa kok Bu.” Jawab Irwan.

    Lalu dia turun perlahan dari tempat tidurnya, sambil berpegangan denganku, kami melangkah menuju kamar kamar mandi.
    ###

    Elvina Yuliana

    Tubuhku menggeliat diatas tempat tidurku, kulihat sinar mentari menyambut pagiku menyusup masuk di balik hordeng kamarku. Kembali aku menggeliat, merentangkan kedua tanganku. “Eehmpp… ” Aku bangkit dari tempat tidurku.

    Berjalan sempoyongan menuju kamar mandiku. “Sial…!” Airnya mati.

    Dengan terpaksa aku mengambil kerudungku, keluar menuju kamar mandi utama. Dengan satu tarikan aku menutup kembali pintu kamar mandinya. Dan dengan perlahan kuturunkan celana piyamaku berikut celana dalamnya, lalu duduk diatas closet.

    Seperti biasanya, setiap pagi sebelum beraktivitas, aku menuntaskan hasratku terlebih dahulu. “Seeerrr…. Seeeerrr…..” Uuhkk… rasanya nikmat sekali buang air kecil pagi ini.

    Treeeaak…

    Deg… Ya Tuhan…. perlahan pintu kamar mandinya terbuka, tampak sosok seorang pria paruh baya masuk kedalam kamar mandi yang sedang kupakai, dia melihatku, tatapan kami berdua bertemu, ia tampak kaget tapi sedetik kemudian ia mampu mengendalikan dirinya, sementara aku hanya diam terpaku.

    “Maaf Vi, Bapak tidak tau kamu lagi make kamar mandinya.” Ujar Mertuaku tidak bergeming selangkahpun, membuatku sedikit panik.

    “I… iya Pak, soalnya air di kamarku gak mau hidup Pak, sepertinya harus di perbaiki.” Bodoh… bodoh… seharusnya aku mengusirnya dari dalam kamar mandi bukan malah mengajaknya ngobrol.

    Dia tersenyum kearahku, dan pandangannya itu… Deg… Deg… Deg… dia menatap kearah selangkanganku yang terbuka.

    Sumpah aku malu… aku gak tau gimana caranya menyembunyikan selangkanganku ini, apa lagi rambut pubikku sangat lebat, dia pasti bisa membedakan mana vagina mana paha mulusku. Aku menunduk sembari menggigit bibirku.

    “Ba… bapak mau mandi?” Tanyaku lagi.

    “Enggak Vi, Bapak cuman mau kencing, kamu masih lama ya? Bapak kencing di sini aja ya?” Eh… Aku mengangkat wajahku, tapi sudah terlambat, dia membuka celananya lalu mengeluarkan senjatanya yang semalam berhasil membuatku nyaris tidak bisa tidur karena memikirkannya.

    Kulihat benda besar itu dengan perlahan mengeluarkan air bening yang mengucur deras seperti air pancuran.

    Aku menarik nafas lega, setelah aku menyelesaikan hajatku, buru-buru aku membasuh vaginaku dan berdiri menghadapnya hendak mengenakan kembali celanaku, tapi baru sebatas lututku, tiba-tiba tanganku terhenti.

    “Suami kamu kapan pulang?”

    “Se… semalam… dia bilang katanya masih ada urusan di kota!” Kataku gugup, tubuhku gemetar saat melihat Mertuaku yang telah menyelesaikan hajatnya tapi tidak juga menutup penisnya.

    Mertuaku mengehala nafas. “Anak itu, dari dulu kalau urusan pekerjaan selalu saja lupa waktu.” Katanya tenang, setenang air yang dalam.

    “Isya allah aku bisa mengerti Pak!” Kataku gugup.

    Sumpah aku sendiri tidak tau apa yang sebenarnya terjadi terhadap diriku, aku tau ini salah dan dia Mertuaku hanya sekedar berbasi-basi, membangun suasana seakan tak terjadi apapun diantara kami berdua, dan bodohnya aku malah mengikuti permainan gilanya.

    Ingin rasanya aku mengusir perasaan tak menentu yang kurasakan saat ini, tapi aku tidak mampu melakukannya, apa lagi setelah melihat senyumannya yang damai.

    Kutarik nafas dalam, aku harus mengakhiri kegilaan ini, mengobrol sambil memamerkan kelamin masing-masing.

    Aku menunduk, kuletakan jemariku di kedua sisi celana dalamku, lalu dengan perlahan aku menarik celanaku, butuh sedikit lagi maka semuanya akan tertutup rapat. Tapi entah kenapa, diakhir aku mulai merasa ragu dengan apa yang kulakukan saat ini.

    Dan… “Hari ini kamu kerja nduk?” Satu pertanyaan cukup membuat kedua tanganku berhenti tepat ketika celana dalamku menututpi sedikit vaginaku.

    Kuangkat kepalaku memandangnya, ah… tidak, aku memandang kaca yang ada di belakang Mertuaku, melihat pantulan diriku.

    Sungguh aku terlihat sangat memalukan, celana yang tadi kutarik menggantung diantara kedua pahaku, sedikit menutupi ujung vaginaku, tapi hanya sedikit, karena sisanya terekpose sangat jelas, mempetlihatkan rambut pubikku.

    Saat mata kami kembali bertemu, dia tersenyum penuh arti kepadaku. Oh Tidak… Mertuaku saat ini sedang mengurut penisnya seperti semalam sambil memandangi vaginaku.

    “I… iya Pak, saya kerja jam 8!” Kutegakan kembali tubuhku seperti semula.

    “Kalian berdua sama saja, gila kerja… kalau begini terus kapan kalian akan memberi saya cucu?” Tanyanya sambil menggelengkan kepala.

    Ah Pak! Anda sangat cerdas sekali, raut wajah anda sangat berbeda dengan apa yang anda lakukan saat ini.

    Obrolan kami mengalir begitu saja, tapi tatapan kami sama, satu arah, kearah kelamin kami masing-masing, aku menatap nanar kearah penisnya yang semakin lama semakin membesar dan terlihat sangat keras sementara dia menatap vaginaku dengan tatapan tenang seakan dia tidak terpengaruh dengan apa yang dia lihat.

    Tapi sejujurnya aku tau dia pasti sangat terangsang, apa lagi semalam aku mendengar bagaimana ia memanggil-manggil namaku, seakan dia sangat menginginkanku.

    “Maafkan kami Pak, tapi saya janji, kami akan segera memeberi cucu untuk Bapak!” Kataku dengan suara berdecit.

    “Bapak tunggu janji kamu ya?”

    Aku mengangguk, lalu kembali aku membukuk mengenakan celanaku yang sempat tertunda, tapi kali ini sepertinya beliau tidak mau menghentikanku, ada perasaan lega sekaligus kecewa saat celana itu sudah berada di tempat semestinya, menyembungikan vaginaku.

    Aku berjalan melewatinya dan hendak membuka pintu kamar mandi.

    Dan tiba-tiba pergelangan tanganku ia tarik, menghentikan langkahku yang hendak keluar dari dalam kamar mandi.

    Apa dia hendak memperkosaku?
    ###

    Emi Sulia Salvina

    Dengan lembut aku menggosok punggungnya dengan spon yang ada di tanganku, jujur… ini kali pertama aku memandikan seorang anak remaja yang lebih tua beberapa tahun dari anakku, bahkan anakku sendiri tidak perna kumandikan.

    Tapi entah kenapa, dia berhasil membujukku untuk memandikannya dengan alasan dia sedang sakit.

    Apa karena dia sakit terus aku harus memandikannya? Kurasa tidak juga, ini hanya akal-akalannya saja seperti semalam. Tapi demi menebus kesalahan anakku, aku harus melakukannya agar ia tidak pulang kekampung halamannya dan menceritakan semuanya kalau anakkulah yang membuatnya meninggalkan rumah.

    Bisa-bisa hubungan baik Suamiku dengan keluarga besarnya yang ada di kampung bisa renggang karena kelakuan anaknya.

    “Terimakasi ya Bun, sudah mau memandikan Irwan, jadi makin betah tinggal di rumah ini.” Ujarnya, sambil memandangku dengan tatapan bahagia karena aku mau menuruti kemauannya.

    Kubalas ia dengan senyuman….

    Saat ini kami berada di dalam kamar mandi, dia sedang duduk kursi kecil, sementara aku berlutut di belakangnya sambil menyabuni punggungnya.(Kalau kalian biasa nonton JAV jepang kalian pasti tau posisi ini, maaf klau saya menggambrkannya krang detail)

    Tanganku berpindah kedadanya, lalu turun kepahanya, dan pada saat bersamaan mataku terpaku kearah penisnya yang sudah mengancung keras di depan mataku.

    Gleek… Aku menelan air liurku, menahan nafasku agar bisa tenang.

    Ternyata dia terangsang, padahal hanya dia yang telanjang sementara aku masih berpakaian utuh, bahkan kerudungkupun tidak kulepas.

    Saat tanganku berada di bagian paha dalamnya, aku tidak sengaja menyentuh batang kemaluannya, dan… punyanya sangat keras, bahkan lebih keras di bandingkan milik Suamiku.

    Astaga… Apa yang kupikirkan, aku harus segera, secepat mungkin menyelesaikan mandinya, agar pikiranku tidak ngelantur kemana-mana, bisa gawat kalau aku sampai terbawa suasana seperti semalam, bisa-bisa aku lepas kontrol seperti semalam dengannya.

    “Ayo berdiri!” Kataku.

    “Tapi Bun….”

    “Kenapa Wan?” Tanyaku bingung, tapi entah kenapa ada rasa takut di dalam diriku.

    Dia tersenyum. “Ini kontolnya aku kok gak di sabunin juga Bun?” Ya Tuhaaan… dia memintaku membersihkan kemaluannya, jangan gila Wan, mana mungkin Bunda melakukannya.

    “Kamu bisa sendirikan?”

    “Tanggung Bun!” Dua menarik tanganku, lalu dia mengarahkannya kearah penisnya.

    Aku menepisnya, maaf aku tidak segila itu, memandikannya saja sudah membuatku merasa seperti wanita nakal, apa lagi kalau harus membersihkan penisnya? Tidak Wan kamu salah menilai Bunda.

    Kejadian semalam, karena aku mengira kamu sama lugunya seperti anakku, tapi ternyata aku salah menilaimu.

    Mata kami berpandangan lalu tiba-tiba dia mencium bibirku. Mataku terbelalak dan hendak melepaskan diri darinya, tapi Irwan dengan cepat mendorong tubuhku hingga terlentang, belum sempat aku berdiri, dia sudah mendudukiku.

    “Wan… Apa yang…” Suaraku terputus ketika dia melumat bibirku dengan rakus.

    Tangannya menyelinap masuk kedalam gaun tidurku, lalu dengan satu sentakan dia berhasil membuka celana dalamku. Aku yang panik berusaha melawan sekuat tenagaku, tapi aku gagal karena tenaganya jauh lebih kuat dariku.

    Dia menarik gaun tidurku hingga sobek, menampakkan payudaraku yang mengembung seperti balon.

    “Jangan ngelawan, atau Toni yang akan menanggung akibatnya…?” Bisiknya di telingaku.

    Toni… Apa maksud dari ucapannya? Dia mengancamku dan Toni? Ya Tuhan, berarti apa yang di katakan Toni kemarin benar, selama ini Irwanlah yang telah memukul dirinya hingga babak belur? Tidaaak… kamu bohongkan Wan? Ya Tuhan, aku memarahi anakku demi membela orang yang telah menyelakainya…

    Maafkan Bunda nak…

    “Bajingan kamu Wan!”

    “Hehehe… Kalau Bunda kepingin Toni hidup, lebih baik Bunda menuruti perintah saya.” Ancamnya kembali sambil menciumi payudarahku.

    Aahkk… “Jangan sakiti Toni Wan, Oohk… Apa salah kami Wan?” Isakku frustasi…

    “Maaf saya hanya menuruti perintah!”

    Dia membuka kedua kakiku, lalu dengan perlahan kurasakan benda tumpul milik Irwan menyeruak masuk kedalam vaginaku. “Aaaahkk…” Lidahku terjulur merasakan benda asing itu menerobos vaginaku yang sudah lama tidak tersentuh.

    Tidaaak… aku sama sekali tidak menikmatinya, ini bukan film ataupun cerita dewasa, ketika seorang wanita yang di perkosa ia merasa keenakan. Aku sama sekali tidak merasakannya.

    Yang kudapatkan hanyalah rasa sakit di liang peranakanku, dia kasar… sangat kasar sekali… sumpah aku mengutuk perbuatannya.

    Dan semuanya mulai terasa gelap….

    Seorang pemuda sedang duduk di tepian tempat tidurnya, sambil menghisap lintingan ganja yang ada di tangannya.

    “Halo….”

    “Gimana Wan, berhasil gak…? Mau sampai kapan saya menunggu hasil darimu, kalau kamu sampai gagal, kamu harus tau akibatnya…”

    “Sabar Bos, ini juga udah berhasil kok, tapi dia belum jinak…” Ujar Irwan sambil memandang sesosok wanita yang hanya mengenakan kerudung tanpa mengenakan pakaian, sedang menangis di pojokan tempat tidurnya dalam keadaan terikat.

    ” Ingat ya Wan… jangan main-main sama saya.”

    “Beres Bos, secepatnya saya akan serahkan dia, tapi tunggu dia jinakan dikit ya Bos…”

    “Oke…”

    “Oh iya Bos, barang saya mau habis ni, saya bisa ambil lagikan?” Tanya Irwan sambil menghisap dalam-dalam lintingan ganjanya.

    “Kamu temuin Roni saja di tempat biasa.”

    “Terimakasi Bos…” Tutt… tut… tut…

    Irwan menutup telponnya dan meletakan kembali hpnya di atas meja.

    Dia kembali menghampiri Ibu muda itu sembari membawa suntikan, lalu sembari tersenyum ia memperlihatkan jarum suntik tersebut di depan mata sang wanita.

    Ibu Muda itu langsung histeris, ia memohon tapi mulutnya yang tersumpal kain tak bisa bicara, dia hanya menatap takut kearah pemuda tersebut yang sedang memamerkan senyuman iblisnya. Kemudian pemuda itu menarik pergelangan tangannya yang terikat.

    “Eeehmmpp…” Pekiknya saat jarum itu menusuk diatatara lipatan siku tangannya.
    ###

    Selamat menikmati….

  • Foto Bugil Hot Aiko Hacihara Terbaru

    Foto Bugil Hot Aiko Hacihara Terbaru


    1956 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Cerita Sange Gejolak Birahi Mamang si Tukang Sayur

    Cerita Sange Gejolak Birahi Mamang si Tukang Sayur


    1522 views

    Cerita Sange – Sebuah cerita sange yang berkisah tentang gejolak birahi seorang tukang jualan sayur. Bagaimana kisah lengkapnya, yuk! kita baca cerita sange tersebut dibawah ini:

     

    Aku Sintia, sehabis lulus smu aku dinikahkan ortu ke temen ortu, dah agak berumur si, tapi suamiku itu tampan, tajir kerna meiliki beberapa perusahaan yang berhasil dalam bisnisnya, dan juga sangat workaholik. Aku sangat menikmati kehidupan suami istri ketika berbulan madu. Suamiku menggarap aku setiap saat dia bernapsu, tetapi begitu kembali ke dunia nyata, diapun kembali ke kebiasaannya yaitu workaholik, dia sangat sibuk ngurusi semua perusahaan. Aku secara materi berkecukupan, tapi secara batin sangat kesepian. Apalagi aku menikah masi umur belasan dan ini tahun pernikahanku yang kedua.

    Aku memang nurut aja apa kata ortu sehingga ketika dijodohkan ya iya aja. Kebetulan aku sejak kecil suka ikut masak ma ibuku sehingga kebiasaan itu terbawa sampe sekarang walaupun aku masak hanya untuk diriku sendiri kerna suami gak pernah makan dirumah. Pulang selalu dah larut malem sehingga dah cape dianya dan gak ada niat menyentuh aku. Kalo weekend dan dia ada dirumah, kami selalu makan diluar. Itupun jarang kami bermesraan kerna abis makan malem biasanya dia tenggelem ma kerjaannya sampe aku tertidur duluan dan dia nyusul karna dah ngantuk berat.

    Aku suka makanan segar sehingga bahannya juga kudu segar, kalo beli di supermarket itu sudah tidak segar kerna dah lama dipetiknya, makanya aku nunggu tukang sayur aja kalo mau masak. Aku si gak punya langganan tukang sayur yang tetep, tapi suatu pagi kuliat ada tukang sayur yang gi berdiri depan rumahku, dia menghadap ke rumahku, rupanya dia lagi kencing. Aku kaget banget liat kon tolnya, item besar panjang padahal lagi gak ngaceng. Palagi kalo gi ngaceng tu, kaya apa gedenya. membayangkan itu memekku jadi basah. Agen Judi Casino

    Kerna gak mo mempermalukan si tukang sayur, ku nunggu dia slesai pipis baru kluar rumah. Tu bapak tampangnya kaya orang timteng, pantes kon tolnya gede panjang gitu, tapi logat ngomongnya sunda pisan. Ku panggil ja mamang. “Mang orang sunda ya, atau orang arab”. “Bapak saya arab tapi ibu sunda pisan neng, kenapa nanya gitu”. “Gak apa, iseng ja nanya mang”. Aku beli beberapa sayuran dan dia nawarain nanas jualannya. Kubilang aku males ngupasnya, trus dia jawab nti dia kupasin, cuma sehabis dia dagang nti dia balik lagi.

    Wah kesempatan ni, pikirku. Kali2 bisa nikmati kon tol jumbonya, aku jadi ngeres kerna masih terbayang terus kon tolnya yang besar panjang dalam keadaan lemes gitu. “Ya boleh deh mang, nanasnya aku ambil semua, tapi bener ya nanti mamang balik lagi buat ngupasin nanasnya”.

    Transaksi selesai dan dia pergi sementara aku masuk dan mulai mengolah sayur yang kubeli ditambah beberapa bahan laen dari lemari es, sehingga tersajilah beberapa lauk untuk aku makan siang dan makan malem, nasi masi ada sisa kemaren sehingga cukup diangetin aja.

    Makan siang selesai, dia blon dateng juga, aku ngantuk dan tertidur, sampe aku bangun rasanya gak ngedenger ada orang ngetok pintu pager. Aku mandi, ketika ditengah acara cuci rambut terdengar ada bel berbunyi, wah nanggung ni, cuci rambut lon beres dia dah datang.

    Ya dah ku balut tubuhku pake jas kamar dan membungkus rambutku dengan anduk, Aku gak pake apa2 dibawah jas kamar, ikat pinggang ku ikatkan asal aja sehingga bagian dada tersingkap kalau ku bergerak. Aku keluar membukakan pintu pagar dan segera kembali masuk rumah. Kuminta dia ngunci pintu pager dan kupersilah kan dia masuk langsung ke dapur tempat aku meletakkan nanas2 yang tadi kubeli.

    Ku liat dia rapi gak acak2an kaya waktu dagang tadi, rambutnya juga rapi disisirnya, kayanya dia dah mandi dulu seblon ke tempatku. Biat tukang sayur dia cukup kerenlah sebagai lelaki. Matanya membelalak meliat aku yang cuma terbungkus jas kamar yang mini banget. Dadaku tersingkap cukup lebar kerna ikatan dipinggang longgar aja, sehingga belahan toketku nampak. Biar aja deh dia napsu ma aku, kali ja dia mau garap aku setelah beres kupas nanasnya. aku balik ke kemar mandi untuk menuntaskan acara keramasku. Aku jadi horny sendiri, sambil mandi aku menggosok2 toketku sampe pentilku mengeras. aku ngilik itilku sendiri sampe aku nyampe.

    Aku kaget karena cukup lama aku berswalayan, sampe lupa si tukang sayur gi motongin nanas. Segera aku memakai daster tanpa daleman sama sekali dan keluar. “Sori ya mang, lama ya, sekalian nyuci sih”, kataku. “Nyuci apaan neng, kan ada mesin cuci”. “nyuci yang gak bisa pake mesin cuci. Dah beres ya mang ngupasnya”, kataku. “Udah neng, tinggal dipotong kecil2 aja kalo mo dimakan.

    Mo sekalian dipotong2”. “Gak usah deh mang, biar nanti ku potong sendiri kalo mo dimakan”. “Prempuan kan gak bole makan nanas banyak2 neng”. “Mangnya kenapa mang”. “Bisa becek”, jawabnya sambil nyengir. “becek apanya mang”, tanyaku pura2 gak ngerti. “Itunya neng, jadi gak seret lagi kan kalo becek”. “apanya yang becek dan seret si”, aku masi terus bersandiwara. Dia mandangi dadaku terus, emang si dasternya tipis jadi pentilku membayang jelas di dasterku. aku hanya mengenakan daster mini, sehingga paha mulusku menjadi tersingkap, matanya bergantian menelusuri dada dan pahaku. “Ih mamang matanya jelalatan gitu”. “Bisnya neng ngasi liat gitu si”. Wah dah konak ni, itu yang kutunggu2, ku jadi nunggu aja ni apa tindakan dia lebi lanjut.

    Aku memasukkan nanas yang sudah dikupas ke lemari es, kemudian menarik tangannya untuk duduk di sofa. Ketika duduk dasterku naik keatas. Aku membiarkan ketika tangannya diletakkan perlahan didengkulku. Dia mulai mengelus2 pahaku. Makin lama elusannya makin keatas, dasterku disingkapnya sehingga pahaku terkespose semuanya.

    Elusannya mengarah ke selangkanganku, aku mengangkangkan pahaku secara otomatis. Ketika jarinya mulai mengelus memek dari luar cdku, aku melenguh nikmat, “maaang”. “Napa neng”, katanya sambil mencium pipiku. “Geli mang”. Elusannya menjadi gerakan mencongkel, memekku basah dengan sendirinya dan nyerep ke cdku. itilku menjadi sasaran berikutnya. “Neng dah basah gini, kamu dah napsu ya”, kembali dia mencium pipiku. “Mamang nakal sih tangannya”, jawabku manja. Akhirnya dia menghadapkan tubuhnya ke arahku. kurasakan bibirnya sudah menyentuh leherku, terus menyusur ke pipiku.

    Tubuhnya bergeser merapat, bibirku dilumatnya dengan penuh napsu. Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangan besarnya membuka kancing daster ku dan kemudian menyelusup kedalam dan meremas toketku. toketku tercakup seluruhnya dalam tangannya. aku rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsuku, padahal baru awal pemanasan. Bibirnya mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan dasterku, leherku dikecup, dijilat kadang digigitnya.

    Aku mengangkat tanganku keatas untuk mempermudah dia melepaskan dasterku. Sambil tangannya terus meremas-remas toketku. Bibirnya terus menelusur di permukaan kulitku. Dan mulai pentil kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan.

    Kadang-kadang seolah seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, napsuku makin berkobar karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. memekku yang pasti sudah basah sekali. Dibelainya celah memekku lagi dengan perlahan. Sesekali jarinya kembali menyentuh itilku. Bergetar semua rasanya tubuhku, kemudian CD ku yang sudah basah itu dilepaskannya.

    Aku mengangkat pantatku agar dia bisa melepas pembungkus tubuhku yang terakhir. Jarinya mulai sengaja memainkan itilku. Dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam memekku. Oh, nikmatnya, bibirnya terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke memekku. Kali ini diciumnya jembutkudan aku rasakan bibir memekku dibuka dengan dua jari.

    Dan akhirnya kembali memekku dibuat mainan oleh bibirnya, kadang bibirnya dihisap, kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir memekku sambil menghisap itilku. Dia benar benar mahir memainkan memekku. Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan.

    Dan.. Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya. Dia terus mencumbu memekku, rasanya belum puas dia memainkan memekku hingga napsuku bangkit kembali dengan cepat. “Mamang pinter banget ngerangsang aku. Biasanya sama siapa mang maennya. Aku sudah pengen dientot.” kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar.

    Dia tidak menjawab, bangkit dan mengangkat badanku yang sudah lemes dan dibawanya ke kamarku. Aku dibaringkan di ranjang dan dia mulai membuka bajunya, kemudian celananya. Aku terkejut melihat kon tolnya yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CDnya. Kemudian dia juga melepas CD nya.

    Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin berharap. kon tolnya yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Aku merinding apakah muat kon tol segitu besarnya di memekku. Dan saat dia pelan-pelan menindihku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar memekku menunggu masuknya kon tol extra gede itu. Aku pejamkan mata.

    Dia mulai mendekapku sambil terus mencium bibirku, kurasakan bibir memekku mulai tersentuh ujung kon tolnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir memekku terdesak menyamping. Terdesak kepala kon tolnya yang besar itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang memekku dimasuki kon tolnya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kon tolnya. Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung kon tol itu menyentuh bagian dalam memekku. Terasa sangat mengganjal sekali rasanya, besar, keras dan panjang. Dia terus menciumi bibir dan leherku.

    Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Tapi konsentrasi kenikmatanku tetap pada kon tol besar yang mulai dienjotkan halus dan pelan. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah kualami. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kon tol besar itu. Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya di toketku makin kuat.

    Dengan tusukan kon tolnya yang agak kuat dan dipepetnya itilku dengan menggoyang goyangnya, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. memekku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. “Maang, aku nyampe maang”, Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku. Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas.

    Setelah dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali, Dia membelai rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku penuh napsu, tak henti hentinya toketku diremas-remas pelan. Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas toketku lebih kuat.

    Napsuku naik lagi dengan cepat, saat kembali dia mengenjotkan kon tolnya semakin cepat. Uhh, sekali lagi aku nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali aku berteriak lebih keras lagi. Dia terus mengenjotkan kon tolnya dan kali ini dia ikut menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya menekan toketku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam memekku, menyembur berulang kali.

    Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi memekku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat. Setelah selesai, dia memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. “Neng luar biasa, memeknya peret dan nikmat sekali. Gak apa kan aku ngecret didalem”, pujinya sambil membelai dadaku. “Gak apa kok mang, lebih nikmat lagi kesemprot peju anget. Mamang juga hebat. Bisa membuat aku nyampe beberapa kali, dan baru kali ini akubisa nyampe dan merasakan kon tol raksasa. Hihi..” “Jadi neng suka dengan kon tolku?” godanya sambil menggerakkan kon tolnya dan membelai belai wajahku. “Ya mang, kon tol mamang nikmat, besar , panjang dan keras banget” jawabku jujur. Dia memang sangat pandai memperlakukan wanita. Dia tidak langsung mencabut kontolnya, tapi malah mengajak mengobrol sembari kon tolnya makin mengecil.

    Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai rambutku dan paling suka membelai toketku. Aku merasakan pejunya yang bercampur dengan cairan memekku mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kon tol yang telah menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil dia menciumku. Tak lama kemudian tertidurlah aku dalam pelukannya, merasa nyaman dan benar-benar aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya kubayangkan saja.

    Aku bangun masih dalam pelukannya. Katanya aku tidur nyenyak sekali, sambil membelai rambutku. Hari dah menjelang sore. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Dibimbingnya aku ke kamar mandi, saat berjalan rasanya masih ada yang mengganjal memekku dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahaku, mungkin saking banyaknya dia mengecretkan pejunya di dalam memekku. Dalam bathtub yang berisi air hangat, aku duduk di atas pahanya. Dia mengusap-usap menyabuni punggungku, dan akupun menyabuni punggungnya. Dia memelukku sangat erat hingga dadanya menekan toketku.

    Sesekali aku menggeliatkan badanku sehingga pentilku bergesekan dengan dadanya yang berbulu dan dipenuhi busa sabun. Pentilku semakin mengeras. Pangkal pahaku yang terendam air hangat tersenggol2 kontolnya. Hal itu menyebabkan napsuku mulai berkobar kembali. Aku di tariknya sehingga menempel lebih erat ke tubuhnya. Dia menyabuni punggungku. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Dia mengusap-usap pantatku dan diremasnya. kon tolnya pun mulai ngaceng ketika menyentuh memekku. Terasa bibir luar memekku bergesekan dengan kon tolnya. Dengan usapan lembut, tapak tangannya terus menyusuri pantatku. Dia mengusap beberapa kali hingga ujung jarinya menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan memekku. “mamang nakal!” desahku sambil menggeliat mengangkat pinggulku.

    Walau tengkukku basah, aku merasa bulu roma di tengkukku meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari memekku. Aku menggeliatkan pinggulku. Ia mengecup leherku berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir memekku. Tak lama kemudian, tangannya semakin jauh menyusur hingga akhirnya kurasakan lipatan bibir luar memekku diusap-usap. Dia berulang kali mengecup leherku. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. ”Aarrgghh.. Sstt.Sstt..” rintihku berulang kali. Lalu aku bangkit dari pangkuannya. Aku tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa kesat di memekku.

    Tapi ketika berdiri, kedua lututku terasa goyah. Dengan cepat dia pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhku. Dia tak ingin aku terjatuh. Dia menyangga punggungku dengan dadanya. Lalu diusapkannya kembali cairan sabun ke perutku. Dia menggerakkan tangannya keatas, meremas dengan lembut kedua toketku dan pentil ku dijepit2 dengan jempol dan telunjuknya. Pentil kiri dan kanan diremas bersamaan.

    Lalu dia mengusap semakin ke atas dan berhenti di leherku. “Mang, lama amat menyabuninya” rintihku sambil menggeliatkan pinggulku. Aku merasakan kon tolnya semakin keras dan besar. Hal itu dapat kurasakan karena kon tolnya makin dalam terselip di pantatku. Tangan kiriku segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelernya dengan gemas. Dia menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal pahaku.

    Sesaat dia mengusap usap jembutku, lalu mengusap memekku berulang kali. Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar memekku. Dia mengusap berulang kali. itilku pun menjadi sasaran usapannya. “Aarrgghh..!” rintihku ketika merasakan kon tolnya makin kuat menekan pantatku. Aku merasa lendir membanjiri memekku. Aku jongkok agar memekku terendam ke dalam air. Kubersihkan celah diantara bibir memekku dengan mengusapkan 2 jariku.

    Ketika menengadah kulihat kon tolnya telah berada persis didepanku. kon tolnya telah ngaceng berat. “Mang, kuat banget sih, baru aja ngecret di memekku sekarang sudah ngaceng lagi”, kataku sambil meremas kon tolnya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kon tolnya. Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala kon tolnya. Dia meraih bahuku karena tak sanggup lagi menahan napsunya.

    Setelah berdiri, kaki kiriku diangkat dan letakkan di pinggir bath tub. Aku dibuatnya menungging sambil memegang dinding di depanku dan dia menyelipkan kepala kon tolnya ke celah di antara bibir memekku. ”Argh, aarrgghh..,!” rintihku. Dia menarik kon tolnya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar memekku ikut terdorong bersama kon tolnya. Perlahan-lahan menarik kembali kon tolnya sambil berkata “Enak neng?”. ”Enaak banget mang”, jawabku!” Dia mengenjotkan kon tolnya dengan cepat sambil meremas bongkah pantat ku dan tangan satunya meremas toketku. “Aarrgghh..!” rintihku ketika kurasakan kon tolnya kembali menghunjam memekku. Aku terpaksa berjinjit karena kon tol itu terasa seolah membelah memekku karena besarnya. Terasa memekku sesek kemasukan kon tol besar dan panjang itu.

    Kedua tangannya dengan erat memegang pinggulku dan dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pantatku. “Aarrgghh.., aarrgghh..!Mang.., aku nyampe..!” Aku lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya.

    Rupanya dia juga tidak dapat menahan pejunya lebih lama lagi. “Aarrgghh.., neng”, kata nya sambil menghunjamkan kon tolnya sedalam-dalamnya. “Mang.., sstt, sstt..” kataku karena berulangkali ketika merasa tembakan pejunya dimemekku. “Aarrgghh.., neng, enaknya!” bisiknya ditelingaku. “Mang.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dien tot mamamng”, jawabku karena nikmatnya nyampe. Dia masih mencengkeram pantatku sementara kon tolnya masih nancep dimemekku. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kon tolnya yang masih menancap di memekku. Kemudian dia membimbingku ke shower,menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat.

    Setelah selesai aku keluar duluan, sedang dia masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, aku keluar dari kamar mandi. Hari dah mulai gelap. Aku menyiapkan makan malem sambil tetep bertelanjang bulat. Masakanku tadi siang kuangetin lagi, demikian juga nasinya. Diapun keluar kamar bertelanjang bulat juga, sepertinya dia masih mau sekali lagi. Kami nyantap makanan sambil ngobrolin kenikmatan yang baru kami nikmati. “Mamang pengalaman sekali ngegarap tubuhku, sampe aku klojotan berkali2, biasanya garap siapa mang?. “Iya neng, biasanya aku suka maen ma pembantu2 aja yang pengen kugarap, baru sekali ini maen ma yang punya rumah. jau lebi nikmat lah ma neng, neng mana cantik, putih, mulus lagi”.

    Setelah makan, aku ngajak duduk di sofa. dia memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Sambil mengobrol, aku dimanja dengan belaiannya. Diraihnya daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya. Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai meremas gemes toketku, kemudian tangannya menelusuri antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang aku duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung aku bangkit.

    Aku bersimpuh di depannya dan ternyata kon tolnya sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kon tolnya ku raih, ku belai dan sebelum penuh ngacengnya langsung aku kulum kon tolnya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kon tolnya makin membengkak dan dia mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh. “Mamang hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk mang”, kataku yang juga sudah terangsang. Rupanya dia makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke kamar.

    Aku berbaring diranjang yang masih berantakan sisa pertempuran seru tadi. Kakiku ditahannya sambil tersenyum, diteruskan dengan membuka kakiku dan dia langsung menelungkup di antara pahaku. “Aku suka melihat memek neng” ujarnya sambil membelai bulu jembutku. Aku merasakan dia terus membelai jembutku dan bibir memekku. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka memekku dimainkan berlama-lama, aku terkadang melirik apa yang dilakukannya. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir memekku, aku makin terangsang dan aku merasakan makin banyak keluar cairan dari memekku. Dia terus memainkan memekku seolah tak puas-puas memperhatikan memekku, kadang kadang disentuh sedikit itilku, membuat aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku mengangkat pinggulku, langsung disambut dengan bibirnya. Terasa dia menghisap lubang memekku yang sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk memekku, dan saat dihisapnya it ilku dengan ujung lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung itilku, benar benar aku tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar berteriak..“Aauuhh!!”. Benar benar hebat dia merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi. “Ayo dong mang, aku pingin dientot lagi” ujarku.

    Dia langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan kon tol gedenya ke arah memekku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang kon tolnya untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir memekku. Kembali aku berdebar karena berharap. Dan saat kepala kon tolnya telah menyentuh di antara bibir memekku, aku menahan nafas untuk menikmatinya. Dan dilepasnya dari pegangan saat kepala kon tolnya mulai menyelinap di antara bibir memekku dan menyelusup lubang memekku hingga aku berdebar nikmat. Pelan-pelan ditekannya dan dia mulai mencium bibirku lembut. Kali ini aku lebih dapat menikmatinya. Makin ke dalam.. Oh, nikmat sekali. kon tolnya semakin masuk. Belum semuanya masuk, Dia menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya agar tidak lepas.

    Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah dia puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan mengenjotnya hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, tangan satunya meremas toketku, bibirnya dahsyat menciumi leherku. Akhirnya aku mengelepar-gelepar. Dan sampailah aku kepuncak.

    Tak tahan aku berteriak, terus Dia menyerangku dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenagaku dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya dia pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal ngen tot dengan dia, dia memang benar-benar hebat dan mahir dalam ngen tot, dia dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara.

    Lamunanku lepas saat pahanya mulai kembali menjepit kedua pahaku dan dirapatkan, tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meremas toketku. Pelan-pelan mulai dienjotkan kon tolnya. Kali ini aku ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhku. Tangannya terus menelusuri permukaan tubuhku. Dadanya merangsang dadaku setiap kali bergeseran mengenai pentilku. Dan kon tolnya dipompakan dengan penuh napsu, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh, luar biasa. Lama kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Aku berusaha menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja yang kudapat.

    Dia makin meningkatkan cumbuannya dan memompakan kon tolnya makin cepat. Gesekan di dinding memekku makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini leherku digigitnya agak kuat dan dimasukkan seluruh batang kon tolnya serta digoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di itilku. Maka jebol lah bendungan, aku mencapai puncak kembali. tiba tiba dia dengan cepat mengenjot lagi. Kembali aku berteriak sekuatku menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, aku meronta sekenaku. Gila, batinku, dia benar-benar membuat aku kewalahan. Kugigit pundaknya saat aku dihujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat.

    Sesaat dia menurunkan gerakannya, tapi saat itu dibaliknya tubuhku hingga aku di atas tubuhnya. Aku terkulai di atas tubuhnya. Dengan sisa tenagaku aku keluarkan kon tolnya dari memekku. Dan kuraih batang kon tolnya. Tanpa pikir panjang, kon tol yang masih berlumuran cairan memekku sendiri kukulum dan kukocok. Dan pinggulku diraihnya hingga akhirnya aku telungkup di atasnya lagi dengan posisi terbalik. Kembali memekku yang berlumuran cairan jadi mainannya, aku makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kon tolnya.

    Dipeluknya pinggulku hingga sekali lagi aku orgasme. Dihisapnya it ilku sambil ujung lidahnya menari cepat sekali. Tubuhku mengejang dan kujepit kepalanya dengan kedua pahaku dan kurapatkan pinggulku agar bibir memekku merapat ke bibirnya. Ingin aku berteriak tapi tak bisa karena mulutku penuh, dan tanpa sadar aku menggigit agak kuat kon tolnya dan kucengkeram kuat dengan tanganku saat aku masih menikmati orgasme.
    “Neng, aku mau ngecret di dalam memek neng ya”, katanya sambil menelentangkan aku. “Ya, mang”, jawabku. Dia menaiki aku dan dengan satu hentakan keras, kon tolnya yang besar sudah kembali menyesaki memekku. Dia langsung mengenjot kon tolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhnyapun mengejang. Pantat kuhentakkan ke atas dengan kuat sehingga kon tolnya nancap semuanya ke dalam memekku dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat.

    Herannya, ngecretnya yang ketiga masih saja pejunya keluar banyak, memang luar biasa staminanya. Dia menelungkup diatasku sambil memelukku erat2. “Neng, nikmat sekali ngen tot sama neng, memek neng kuat sekali cengkeramannya ke kon tolku”, bisiknya di telingaku. “Ya mang, aku juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman memekku terasa kuat karena kon tol mamang kan gede banget. Rasanya sesek deh memekku kalau mamang neken kon tolnya masuk semua”. “Sayangnya aku kudu balikl neng, kudu nyiapin dagangan sayur buat besok lagi. Suaminya blon pulang ya neng”. “Ah dia kalo dah kerja ya lupa ma aku mang. Kalau ada kesempatan, aku dientot lagi ya mang”, jawabku.

    (Tamat)

  • Cerpen Dewasa Teh Lilis, Istri Abang Tukang Bakso

    Cerpen Dewasa Teh Lilis, Istri Abang Tukang Bakso


    1673 views

    Cerpen Dewasa – Sebuah cerpen dewasa yang cocok kalian untuk pecinta cerita pendek setengah baya. Silahkan baca cerpen dewasa tersebut dibawah ini:

    Pada dasarnya, gua ini orang yang senang bergaul. Gua orang yang gemar berada dalam sebuah komunitas atau perkumpulan. Baik yang positif (apalagi) yang rada negative. Hehe.

    Gua ini orangnya supel. Suka pelempuan~

    Tapi, seperti halnya kebanyakan masyarakat urban, masyarakat kelas menengah ngehek, gua justru luput menjalin hubungan dengan tetangga sekitar.

    Gua gak tau siapa-siapa tetangga yang tinggal bahkan disebelah rumah gua sendiri. Tapi sebetulnya, selain karena memang gua yang kurang peduli juga karena sebelah rumah gua itu kontrakan rumah toko (ruko) yang penghuninya sering berganti seiring musim yang sedang terjadi.

    Kalo musim hujan, biasanya ruko diisi sama tukang bakso. Kalo musim kemarau, diisi sama tukang cendol. Gua gak tau bakal diisi sama tukang apa kalo di Indonesia ada musim salju. Besar kemungkinan diisi sama tukang jamu.

    Suatu hari, dirumah gua menggelar sebuah pertemuan yang dihadiri ratusan orang. Karena rumah gua gak cukup untuk menampung ratusan orang (rumah gua cuma cukup menampung 99 orang. Hehe) maka terpaksa harus menggelar tiker sampai keluar rumah, yaitu jalanan komplek yang sekaligus menjadi jalanan umum masyarakat sekitar menuju jalan raya utama.

    Gua baru sampai rumah jam 8 malam dan cukup kaget melihat rumah gua bak studio JKT48. Gua pikir omongan nyokap dipagi hari, “Nanti malem ada acara dirumah..” cuma acara rutin macem pengajian atau arisan warga, ternyata lebih dari pada itu.

    Karena enggan, “permisi-permisi..” untuk masuk ke dalem rumah, gua pun akhirnya menunggu acara selesai disebelah rumah. Diruko tukang jamu, eh, ruko tukang bakso.

    Satu jam berlalu sambil ngobrol ngalor-ngidul sama kang bakso yang tau muka tapi tidak tau nama gua, begitu pun dengan gua sendiri. Akhirnya kami pun berkenalan. Dan akhirnya kang bakso yang bernama Mas Mujiono ini gua pake. Yakali!

    Mas Muji, begitu biasa dia disapa, usianya hampir 50 tahun. Dia baru punya satu anak perempuan, namanya Ria. Usianya tak lebih dari 10 tahun. Sedang lucu-lucunya. Waktu gua ngobrol sama Mas Muji, Ria beberapa kali keluar masuk menggali perhatian gua yang sebelumnya, saat pertama kali melihat dia, gua menggodanya. Anak kecil tau sendiri kalo digodain, maunya terus dan terus.

    Karena tak kuat menahan kencing, gua pun meminta izin Mas Muji untuk pakai kamar mandinya. Mas Muji kemudian mempersilahkan gua setelah sebelumnya masuk ke dalam. Besar kemungkinan dia sedang membersihkan kamar mandinya agar “layak dipinjam”.

    Ruko Mas Muji ini memiliki tiga ruangan/petak. Petak pertama tempatnya berjualan, petak kedua kamar tidur, dan petak terakhir dapur serta kamar mandi. Lebarnya 4 meter dan panjang 10 meter. Yang berminat ngontrak silahkan pm. Lah!

    Saat masuk kedalam, menuju kamar mandi, ada istri Mas Muji, sedang menonton tv. Karena gua diantar Mas Muji, gua pun hanya sepintas lalu melihat istrinya yang sedang ‘diusel-usel’ sama Ria.

    Setelah selesai buang hajat, (yap, abis kencing, mendadak gua mau boker) gua pun keluar kamar mandi. Saat baru saja keluar dari area dapur memasuki area kamar tidur, Ria (kembali) ngajak bercanda. Dia sembunyi dibalik tembok, kemudian seperti seolah-olah mengagetkan gua sembari memeluk sekitaran kaki dan paha gua sambil tertawa cekakakan.

    Mas Muji yang sedang melayani pembeli terdengar memperingatkan buah hatinya itu untuk tidak mengganggu. Tapi apakah gua merasa terganggu? Tentu tidak. Kejadian itu gua manfaatkan untuk melihat dengan seksama sosok istri Mas Muji.

    “Wow..” Gerak mulut gua saat melihatnya. Istri Mas Muji kemudian meminta Ria untuk kembali anteng atau duduk dikasur. Gua sempat tersenyum dan menganggukkan kepala saat saling menatap dengan istri Mas Muji. Dia pun balas tersenyum dan mengangguk.

    Mas Muji ini sepertinya punya aji-ajian dari mbah dukun. Karena kalo dicari alasan logis perempuan muda, cantik, dan bahenol macam istrinya ini mau ‘diajak’ susah menjalani hidup sama dia, gua gak nemuin.

    Istrinya Mas Muji ini cuantik, rek!

    Untuk bersanding sama lelaki umur 50 tahunan yang berprofesi sebagai kang bakso, istrinya malah bisa dibilang cantik banget.

    Bukan bermaksud merendahkan tukang bakso, tapi wajarnya perempuan cantik yang umurnya terpaut 20 tahun dengan seorang lelaki, cuma akan menikah sama kang korupsi, kang tender, atau kang-kang lainnya yang punya harta melimpah. Lah Mas Muji?

    Nama istri Mas Muji ini tak lain dan tak bukan adalah Teh Lilis. Dia dipanggil “Teh” karena lahir dan besar di … Ambon. What? Hehe.

    Teh Lilis ini aseli Ciamis. Dia berkenalan dengan Mas Muji diarea wisata pantai daerahnya. Selang sebulan perkelanannya itu, Teh Lilis dilamar dan kemudian dinikahi lalu dibojong Mas Muji ke Jakarta.

    Ini yang tadi gua bilang kalo Mas Muji punya aji-ajian. Saat berkenalan dan hendak mempersunting Teh Lilis, usaha bakso Mas Muji hanyalah sekala gerobak dorong yang mana tidak mempunyai pelanggan tetap. Mas Muji mengumpulkan keuntungannya berdagang selama lebih dari 10 tahun untuk menikah dan mencari peruntungan lebih besar dengan mengontrak toko, bahasa kitanya, mangkal. Agar punya pelanggan tetap dan usaha berkembang.

    Laba selama 10 tahun itulah modal Mas Muji menemui orang tua Teh Lilis dan memboyongnya ke ibu kota. Kalo Mas Muji gak punya aji-ajian, rasanya orang tua Teh Lilis enggan menyerahkan buah hatinya yang cantik nan montok itu.

    Sejarah singkat diatas, disponsori langsung oleh Mas Muji sendiri (selain dugaan punya aji-ajian, tentu saja). Keabsahan dan keakuratannya jelas terverifikasi serta dapat di pertanggungjawabkan. Ngok!

    Tidak ada hal istimewa yang terjadi setelah perkenalan dengan tetangga sebelah rumah gua ini. Semua kembali normal seperti biasanya, seiring selesainya acara yang berlangsung dirumah gua. Janganlah kalian berharap gua langsung doggiestlye sama Teh Lilis disaat Mas Muji menggodok gilingan baksonya, jangan! Semua berjalan seperti hari-hari sebelumnya.

    Awal mula perkenalan langsung gua sama Teh Lilis adalah saat gua hendak keluar rumah. Waktu itu gua memarkirkan kendaraan disebelah rumah atau lebih tepatnya didepan ruko Mas Muji karena lupa membawa pulpen. Ou, ouw. Jangan sepelekan pulpen. Googling, ‘lost your pen’ untuk keterangan lebih lanjut.

    Karena masih pagi, warung Mas Muji masih tutup. Itu kenapa gua santai aja parkir didepan rukonya. Sekembalinya mengambil pulpen, gua ketemu Ria sama ibunya yang mau berangkat ke sekolah. Gua pun dengan tulus ikhlas tanpa niat kotor mengajak mereka bareng.

    Sebenarnya jarak antara area sekolahan sama rumah gua tidaklah jauh-jauh amat. Bahkan tidak lebih dari 2 km. Tapi atas dasar perputaran ekonomi, masyarakat sekitar rumah gua lebih memilih naik ojek ketimbang jalan kaki. “Bagi-bagi rejeki..” begitu alasan dari keengganan berjalan kaki masyarakat urban saat ini.

    Teh Lilis awalnya sempat menolak karena mungkin malu atau segan. Tapi karena Ria langsung setuju dan naik ke dalam kendaraan, Teh Lilis tak bisa berbuat apa-apa.

    Teh Lilis tampak malu dan kaku, dia membatasi gerak Ria di dalam mobil. Gua sesekali mnggoda Ria dan meng-gpp-kan usaha Teh Lilis meredam tingkah random anaknya. “Gpp, Mba.. Ih, si Mba, kaya gak pernah kecil aja..”

    “Bapaknya mana? Masih tidur ya?” Kata gua, bertanya pada Ria yang tampak antusias (mau gua sebut ‘norak’ ga tega) mencet-mencet dan melihat monitor didepannya. Ria hanya menjawab sepintas lalu tanpa melihat kearah gua, “Iya..” katanya.

    Teh Lilis yang menyadari tingkah anaknya menggelengkan kepala dan tersenyum malu. Karena anaknya tak menggubris, gua pun lalu mengajak berbicara ibunya. Eaaa. Kalo kata pepatah, “Habis jatuh tertiban janda”

    Kalo kata orang jawa, malahane.

    “Mba, siapa namanya?”
    “Lilis..”
    “Aslinya juga satu daerah sama Mas Muji?”
    “Oh, ngga. Saya mah dari Ciamis..”
    “Ooh, urang sunda. Teteh, dong ya, manggilnya..”
    “Hehe, iya..”

    Lagi-lagi kalian jangan berharap gua langsung akan meng-wot-kan Teh Lilis didalam mobil. Karena tak lama dari obrolan perkenalan diatas, kami tiba diarea sekolahan. Lagipula masih ada anak dibawah umur.

    Setelah kami berpisah semuanya kembali normal seperti biasanya lagi. Tak ada niat kotor, tak ada pikiran mesum, meski bertemu dan bertukar senyum dengan Teh Lilis di hari-hari berikutnya.

    Sampai akhirnya, awal mula kemesuman yang kalian tunggu-tunggu hadir juga.

    Gua kedatangan tamu dari jauh, seorang teman lama. Kolega gua dalam usaha membawa cewe-cewe mabuk ke dalam gubuk.

    Namanya Udjo. Saat ini dia sudah tinggal diluar kota bersama istri, anak, dan ibu mertuanya. Sepaket.

    Gua mengajak Udjo makan bakso ditempat Mas Muji karena enggan menambah kemacetan ibu kota diakhir pekan. Entah karena akhir pekan atau habis hujan, ruko Mas Muji kebanjiran pembeli.

    “Alhamdulillah, ya Mas kebanjiran pembeli, bukan kebanjiran air got!” Kata gua, coba mencairkan raut sibuk Mas Muji sehingga membuatnya tertawa. Karena ramai, tentu saja, Teh Lilis membantu suaminya melayani pembeli.

    Saat itulah, Udjo memberi kode dengan menyolek-nyolek paha gua. Semacam isyarat yang berbunyi, “Bro, Anjirr. Bininya cakep bener nih tukang bakso!”
    Gua hanya tersenyum dan sesekali menghentikan colekan Udjo. “Lu kata gua sabun!” kata gua juga dalam bahasa isyarat. Isyarat laraswati~

    Gua sama Udjo pun terlibat obrolan tanpa suara saat menunggu baksonya datang. Kalian tau macam mana obrolan tanpa suara, kan? Taulah, pasti. Haha.

    Gua menyikut Udjo saat dia mulai ekstrim memandang Teh Lilis yang entah sedang mengambil kembalian atau mencuci mangkok. “Lah, elu mah enak, mau ngeliatin dia pake muka mesum macam apa juga gak masalah. Gua, yang gak enak!” Kata gua saat kembali berbincang dirumah.

    “Tapi asli, bro. Itu tadi mbanya boleh tuh, asli. Lah, lakinya aja udah aut, bro!”
    “Aut?” Tanya gua, gak ngerti.
    “Iya, aut. Tua, bego!” Jawabnya menjelaskan sambil tertawa.

    Gua pun tertawa dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Tapi Udjo seperti sudah dirasuki iblis mesum piaraan gua sendiri. Dia berkata dengan begitu yakin, “Kalo gua jadi lu, bro. Gua sikat tuh bininya kang bakso! Asli!”
    “Sikat, ndasmu sempal!” Balas gua menyudahi kemesuman yang ada.

    Udjo benar-benar menginspirasi gua untuk menggagahi Teh Lilis. Dia seolah memberikan gua keyakinan kalo Teh Lilis pasti mau diajak selingkuh. “Asli, pasti mau!” begitu kata Udjo, dengan keyakinan tingkat wali.

    Dan, iblis pun menyusun situasi mesum untuk gua.

    Malam itu gua sampe rumah sudah sangat larut, sekitar jam 1an. Gua ngeliat Teh Lilis sedang belanja diwarung klontong milik orang Madura, yang pernah gua tanya, “Buka 24 jam ya pak?” Dijawab, “Ngga, cuma sampe pagi kok..” Okee.. Makasih pak.. ~

    Setelah markir kendaraan, gua bergegas ke warung klontong itu yang jaraknya tak jauh dari rumah gua.

    “Eh, Teh Lilis.. Belum tidur, Teh?”
    “Oh, iyaa..” Jawabnya malas. Duh, gak ada peluang nih, batin gua.

    “Beli apaan, Teh..” Tanya gua lagi.
    “Hah? Ituh, tau nih, bapaknya Ria. Minta makan mie..” Jawabnya setengah terkejut. Teh Lilis tampak murung dan melamun. Gua memandanginya dengan seksama. Baru ngeliatin dia aja, dada gua udah berdebar. Kaki gua gemeter. Dan, yap! Iblis berbisik, “tuh bos, dia nyebut Mas Muji “Bapaknya Ria” bos, bukan “Suamiku”. Itu artinya bisa digoyang imannya, bos! Lanjut, bos!”

    “Beli apa mas?” Tanya Teh Lilis? Bukan! Tanya orang Madura. Membuyarkan lamunan gua menatap Teh Lilis.

    “Oh. Rokok pak.. Lupa saya. Sama kopi juga deh..”
    “Seduh sekalian kopinya?”
    “Gak usah, pak. Eh, tapi kalo airnya baru mendidih, boleh deh..”

    Tak disangka, Teh Lilis ikut bicara.

    “Jam segini malah mau ngopi, mas. Gak tidur emangnya?”
    “Hehe, iya Teh. Masih ada kerjaan..”
    “Emang, Mas kerjanya dimana?” Tanyanya lagi. Sambil bayar gua ngomong, “Kenapa? Teteh mau ikut? Hehe.” dengan pandangan menggoda. Teh Lilis sesaat kaget, lalu tertawa.

    “Duluan, Teh..” Kata gua, kemudian cabut dari warung. Teh Lilis masih menunggu belanjaannya. Dan tak lama, dia pun bergegas pulang.

    Teh Lilis cuma berjarak 3 langkah dibelakang gua. Gua sengaja memperlambat jalan gua. Teh Lilis dilema, antara mau duluin gua atau ikutan jalan lambat. Dia milih opsi pertama, mungkin karena sudah ditungguin suaminya.

    “Ayo, mas..” Katanya saat berada disebelah gua sesaat mendahului.

    “Oh, iya Teh..” Balas gua, sok cuek dengan akting mainan gejet. Dalam hati bergejolak, “minta-ngga-minta-ngga..” Akhirnya gua memilih, Ngga! Haha, cupu banget gua. Minta nomornya aja takut! Yaiyalah, takut. Bini orang, sob!

    Tapi iblis punya rencana lain. Saat berada didepan ruko/rumah Teh Lilis, dia kembali bersuara sebelum masuk. Seolah memberikan kode, kalo dia mau kok diajak selingkuh.~

    “Awas, Mas, kesandung! Hehe” godanya, yang melihat gua jalan sambil menatap layar gejet. Gua sok cool, menengok kearahnya dan hanya tersenyum. Ingin rasanya ngomong, “Teh, minta nomor teleponnya, Teh..” Tapi itu namanya main kotor. Kemungkinan didenger Mas Muji besar, jadi gua urung melakukannya.

    Sampai kamar, gua menyusun rencana dan tidur. Kopi yang gua beli dan udah diseduh, yang hanya menjadi kamuflase itu pun tak tersentuh. “Biarlah jadi rejeki semut..” Batin gua, lalu tidur.

    Pagi-pagi sekali gua bersiap menjalankan aksi. Hemm, seperti apa aksi gua? Stay tune, gaes!

    Pagi-pagi sekali gua sudah berada di area sekolahan tempat Ria sekolah.

    Iblis benar-benar sudah menguasai diri gua. Entah dimana keberadaan malaikat.

    Rencananya, gua akan mulai mendekatkan diri sama Teh Lilis saat dia menunggu Ria. Dan, melihat umur Teh Lilis yang gak tua-tua amat, dugaan gua dia pasti gak akan ikut nunggu Ria sambil ngerumpi sama ibu-ibu lain yang juga mengantar anaknya.

    Tapi dugaan tinggal dugaan. Teh Lilis ikut membaur dengan ibu-ibu. Iblis memberi celah dengan tidak adanya ibu-ibu yang berada di sekitar Teh Lilis yang gua kenal. Jadi, besar kemungkinan juga gak ada yang mengenal gua. Tinggal kemudian gua mencari celah untuk “dilihat” Teh Lilis.

    Mulai dari bersiul kearah Teh Lilis, sampai melambai-lambaikan tangan, dia tetap tak sadar keberadaan gua. Tiba-tiba saja ide muncul saat melihat bocah sd keluar dari salah satu kelas (bukan kelasnya Ria), gua langsung mengiming-imingin jajanan dan mengantarnya kembali ke kelas seolah-olah gua adalah sodaranya.

    Teh Lilis sedikit kaget melihat keberadaan gua. Gua mengangguk dan tersenyum kearahnya. Setelah si bocah masuk kelas, gua menghampiri Teh Lilis.

    “Nganter? Siapa?” Katanya, membuka pembicaraan.
    “Oh, iya. Keponakan Teh..”
    “Oohh..” Responnya sambil beranjak dari tempat duduk hendak membeli jajanan.

    Gua sih yakin kalo dia cuma ngasih peluang ke gua, semacem kode minta ditelanjangin. Atau minimal ini settingan iblis.

    “Nungguin sampe pulang, Teh?” Tanya gua. Dia gak gak menjawab, hanya mengangguk. Raut wajahnya tampak risih. Seketika gua bagai tersambar petir. “Anjir, gua cuma kegeeran nih..” Batin gua.

    “Teh..” Sapa gua lagi. Pantang menyerah.
    “Iya..” Jawabnya, masih dengan raut wajah risih dan cenderung was-was. Gua langsung menyodorkan hp dan minta nomor teleponnya. Dang! Hp gua gak direspon.

    Tapi dia malah bilang, “Nomor Mas aja berapa?” sambil mengeluarkan hpnya dan gua pun pamit duluan setelah memberikan nomor hp.

    Gua sih ga yakin dia bakal ngontek gua, tapi atas dasar positive thinking untuk kelakuan negative, gua menunggu kontak Teh Lilis. Tak sampai satu jam, ada pesan masuk ke hp gua.

    “Ada apa ya, Mas? Maaf, saya risih ngobrol ditempat umum. Takut dikira macem-macem. Lilis.”

    Hhhuuaaa.. Teh Lilis. Macam orang dulu aja ngirim Short Messages Service. Hehe

    “Hehe, kalo gitu saya Teh yang minta maaf. Ga ada apa-apa Teh, mau kenal aja. Mau ngobrol-ngobrol. Kalo smsan gini masih risih ga, Teh? Hehe”

    “Ya kalo sms gini ga risih. Kan gak ada yang liat. Mau kenal? Kan udah kenal. Ngobrol kok sama ibu-ibu sih Mas, sama yang masih gadis aja atuh.”

    “Duh, Teh. Kalo sama gadis mah ribet Teh, ambekan. Dikit2 ngambek. Hehe. Teh Lilis tiap hari nungguin Ria?”

    “Yah Mas, ibu-ibu juga sering ngambek kok. Namanya juga perempuan. Heee. Iya, tiap hari nungguin. Mas tadi anter anaknya ponakan? Kok baru liat.”

    “Hehe, ngga Teh. Sebenernya cuma alesan buat ketemu Teteh aja ”

    “Hmm. Mas, tolong jangan nelepon saya yah klo saya lagi dirumah. Takut bapaknya Ria tau nanti malah nyangka macet-macet.”

    Pesan terakhir Teh Lilis gak gua bales, tapi gua berinisiatif langsung meneleponnya. Teh Lilis terasa begitu segan dan risih saat menerima telepon gua. Tapi meski begitu, dia juga tak memadamkan percikan untuk digoda. Gua sebagai lelaki normal yang abnormal tentu saja tak melewatkan peluang begitu saja.

    Gua mencoba membuatnya nyaman berbicara sama gua. Pelan-pelan Teh Lilis mulai ‘biasa’ dan enjoy dalam berbicara. Sesekali dia bercerita juga bertanya. Nah, kedua hal tersebut adalah koentji sebuah pedekate berhasil atau tidak.

    Akhirnya Teh Lilis menyudahi obrolan via telepon itu karena jam pulang Ria sudah tiba. Gua longok jam tangan, ‘pukul 09:50 WIB’.

    Diakhir obrolan gua sempet ngomong, “Kalo lagi suntuk sms saya aja, Teh. Siapa tau malah tambah suntuk..” seraya tertawa. Teh Lilis juga tertawa lepas saat menutup teleponnya.

    Gua pulang kerumah waktu banci pun belum dandan. Pikiran gua dipenuhi strategi-strategi menelanjangi Teh Lilis.

    Dan sepertinya, Teh Lilis ini memang minta ditelanjangi. Dia sms gua gak lama setelah gua sampai rumah.

    “Tumben Mas jam segini udah pulang? Gak jalan-jalan dulu sama pacarnya? Lagi marahan ya.. Hehehe”

    Gua sempat kaget mendapati sms Teh Lilis, karena pas gua liat sebelum masuk rumah, Teh Lilis lagi momong Ria di dekat Mas Muji. Mas Muji sendiri sedang melayani pembeli yang gak banyak-banyak amat dan gak sedikit juga.

    “Hehe, bisa aja Teteh. Lagi nonton tv apa masih di depan Teh? Tadi saya lihat kan Teteh di depan.”

    “Iya, lagi nonton tv. Udah ga di depan, banyak pembeli. Lagi sekalian nidurin Ria.”

    “Nidurin Ria? Mau juga dong Teh, ditidurin. Ahahaha. Becanda, Teh. Loh, banyak pembeli kok gak bantuin Mas Muji?”

    “Hmm. Untung cuma becanda. Bantuin kok, tapi sambil nonton tv. Heee.”

    “Owgitu..”

    Biajingan, gua keabisan ide sampe cuma begitu doang bales smsnya. ‘Owgitu..’ Sms macam apa itu? Macem lagi wasapan atau bbman aja. Padahal di sms tersedia 140 karakter. Eh, bener apa ngga ya? Bodo, ah. Haha.

    Tapi ditengah keputusasaan balesan sms gua, Teh Lilis memainkan perannya.

    “Besok nganter lagi Mas?”

    “Nganter, bareng aja Teh.”

    “Gak ah. Ngerepotin.”

    “Yah, Teh. Timbang gitu aja ngerepotin.”

    “Heeeehe. Boleh deh kalo gak ngerepotin.”

    “Eh, sebenernya emang ngerepotin sih Teh. Kecuali kalo abis nganter trus Teteh nungguin Ria-nya diluar sama saya, baru gak ngerepotin.”

    “Hmm. Keluar kemana Mas?”

    “Gak usah jauh-jauh Teh. Biar jam setengah sepuluh udah sampe sekolahan lagi. Kemana aja, yang penting bisa ngobrol-ngobrol.”

    “Gak ah. Takut ada yang liat Mas.”

    “Ya kalo gitu, kita pergi ketempat yang gak ada orang liat. Hehe.”

    “Mas bisa aja. Udahan dulu ya, Mas. Jangan sms lagi.”

    Huhu. Yes!

    07:00 WIB

    Besoknya, seperti yang sudah dismskan semalem, gua nganter Ria dan Teh Lilis dengan bergaya seolah-olah gak janjian.

    Teh Lilis sempat bertanya, “Keponakannya mana Mas?” waktu perjalanan ke sekolah. Tapi gak gua jawab, karena pun dia nanya dengan raut wajah menggoda. Jiguri.

    Setelah sampai sekolahan, Teh Lilis mengantar Ria ke kelas. Gua kemudian meneleponnya, memberitau kalo gua nunggu diseberang jalan utama sekolahan. Teh Lilis hanya membalas dengan suara, “Hmm.. He’em.. Iya. Iya. He’em..”

    07:30 WIB

    Tak sampai 20 menit, Teh Lilis sudah masuk ke dalam mobil yang gua parkir di minimarket. Gua sedang berada di dalam membeli ‘perlengkapan perang’.

    Mobil sengaja menyala dan gak gua kunci, Teh Lilis menjalankan semua perintah gua. Nice.

    “Kemana Mas?” Tanya Teh Lilis waktu gua baru masuk mobil.

    “Kemana ya?” Kata gua sambil memandanginya dari atas sampai bawah, tanpa ada gangguan sedikitpun. Muka Teh Lilis seketika memerah. Kemudian memalingkan pandangannya.

    Teh Lilis hanya memakai celana piama. Celana tidur dipadu dengan daster sedengkul dan jaket. Badannya yang bahenol terlihat dari balik pakaian yang berbahan lemas itu. Meski jaket blazernya coba menutupi.

    Gua mulai nakal dengan menyentuh bagian rusuknya. Teh Lilis reflek bergoyang. Sekali, dua kali, sampai akhirnya Teh Lilis menghadap gua, lalu meraup wajah gua. Seperti sedang menampar, tapi tanpa tenaga.

    “Bajingan, berani nyentuh gua nih ibu-ibu..” Batin gua. Gua pun langsung memanfaatkan dengan memegang tangannya. Teh Lilis membeku. Gua berdebar tak karuan.

    “Yang penting, cabut dulu aja Teh dari sini..” Kata gua kemudian sambil keluar parkiran dan gas pol entah kemana.

    Dijalan, gua menimang-nimang tempat tujuan. Teh Lilis gak banyak bicara, cenderung sedikit grogi. Raut wajahnya juga tampak khawatir. Entah khawatir gua apa-apain atau khawatir perbuatan nekatnya ini ketahuan Mas Muji.

    07:50 WIB

    Di depan gerbang hotel, gua berhenti dan memandang Teh Lilis. Satu, dua, tiga detik, Teh Lilis tak kunjung memandang balik. Gua menggoyangkan jari di lingkaran stir.

    Teh Lilis memandang balik. Raut wajahnya bukan sekedar bertanya “Ngapain berhenti didepan hotel?” tapi juga, “..Kalo mau masuk, ya masuk.”

    Gua tersenyum lebar. Teh Lilis menghembuskan nafas panjang. Iblis berdendang dijok belakang. Malaikat terbelenggu didalem bagasi.

    08:00 WIB

    “Mas ngapain kita kesini?” Tanya Teh Lilis saat sudah duduk dibibir kasur hotel.

    “Ngapain ya Teh enaknya? Hehe. Ngobrol aja Teh..” Jawab gua sambil merebahkan badan dikasur. Teh Lilis membelakangi gua.

    “Kan, kalo ngobrol disini gak bakal ada yang liat Teh..”

    Teh Lilis sesekali menengok kebelakang, melihat posisi pewe gua. “Sini, Teh, nontonnya sambil rebahan. Kaya waktu saya pertama ngeliat Teteh, kan lagi nonton tv sambil tiduran gini..” Goda gua.

    Teh Lilis kembali menengok dan tertawa malu. “Saya duduk, sih waktu itu. Gak tiduran. Dibilangin bapaknya Ria, mau ada yang numpang kamar mandi.”

    Didalam kamar, hampir selama setengah jam, hanya gua habiskan dengan ngobrol gak jelas. Sama-sama malu. Sama-sama grogi. Tapi lambat laun, Teh Lilis mulai santai dan berkeliling kamar hotel.

    Duduk dimeja rias. Ke kamar mandi. Buka-buka kulkas dan baca majalah. Sesekali mendekat ke arah gua untuk bertanya sesuatu yang ada dikamar hotel. Gua pun justru larut dengan menyia-nyiakan waktu yang ada sambil glesoran dikasur.

    Madep kanan, madep kiri, tungkerep, telentang. Glesoran gak karuan.

    Sampai akhirnya gua bertanya sesuatu, “Eh, Teh. Kok umurnya bisa beda jauh sih sama Mas Muji?”

    Teh Lilis yang sedang duduk didepan meja rias sambil baca majalah kemudian berdiri. Mukanya seketika kesal. “Saya mau balik ke sekolahan, Mas..” Katanya.

    Doh, ngambek!

    Teh Lilis lalu berjalan menuju pintu, gua langsung beranjak dari kasur dan menahannya.

    Kemudian gua minta maaf kalo ada sesuatu yang menyinggung. Teh Lilis tak bergeming. Gua sedikit menarik tangannya. Yang terjadi kemudian sungguh diluar perkiraan.

    Gua hanya menarik tangannya pelan untuk mendapat perhatiannya yang sebelumnya enggan memandang gua. Tapi reaksi Teh Lilis seperti baru saja di uppercut Muhammad Ali.

    Dia merobohkan badannya yang secara otomatis menimpa badan gua yang lalu terjatuh dikasur.

    Sesaat kami saling pandang. Kedua tangan Teh Lilis berada didada gua, sedikit menopang tubuhnya.

    Gua lalu melingkarkan tangan gua dibadannya. Teh Lilis tak bereaksi. Masih memandangi gua. Gua salah tingkah. Muka Teh Lilis sedikit berubah menjadi sangat serius. Sesekali dia memejam.

    Kemudian gua meraih kedua tangannya. Badan Teh Lilis sepenuhnya menindih badan gua. Payudaranya yang montok mendarat tepat didada gua. Muka Teh Lilis makin berubah saat gua menggoyangkan badannya. Bibirnya bergerak-gerak seperti ingin melumat atau berkata sesuatu.

    Gua melepaskan jaket blazzernya. Ariel sudah tegangan tinggi. Kaki Teh Lilis lurus diatas gua.

    Gua lalu meremas bokongnya agar kakinya terbuka. Dan, yap, Teh Lilis mengangkang diatas gua dengan wajah horny.

    Ariel yang sudah tegangan tinggi terasa bersentuh dengan bagian vagina Teh Lilis. Gua menggoyangkan pinggul naik-turun sambil meremas bokongnya. Sebentar saja, Teh Lilis sudah mengikuti irama goyangan.

    “Sssstttt..” Desisnya sambil memejamkan mata. Giginya seperti sedang menggigit sesuatu. Gua makin kencang meremas bokongnya.

    Tiap gua remas dan bergoyang, Teh Lilis berdesis sambil mengatur nafas. “Sssssttt..”

    Tangan gua masuk ke dalam celana piamanya. Mudah saja buat gua karena hanya berbahan kolor. Setelah didalam celana, tangan gua gak meremas bokongnya, tapi langsung menyentuh vaginanya dari atas.

    Teh Lilis langsung mencengkram wajah dan melumat bibir gua. “Eemmm…” Desah gua.

    Sambil berciuman, saling melahap satu sama lain, gua menarik-narik kancut Teh Lilis. Teh Lilis bergeliat sambil menggoyangkan sendiri pinggulnya. “Sssssttt…hhuuu..” Desahnya kali ini.

    Gua lalu mulai meremas payudaranya. Teh Lilis memberi ruang dengan sedikit mengangkat tubuhnya yang berada diatas gua. Sebentar saja, gua langsung membuka tali branya dan mengangkat daster serta branya.

    Payudara montok Teh Lilis menggantung diatas wajah gua. Dia menahan tubuhnya dengan kedua tangan dikasur. Setelah menikmati aroma tubuhnya, gua mulai mengulum puting payudara Teh Lilis.

    Dari payudara yang satu, ke yang lain. Secara adil gua kulum dan remas payudaranya. Teh Lilis menggoyangkan badannya saat gua sedang melahap salah satu payudaranya.

    08:40 WIB

    Sambil menjilati putingnya, gua kembali meremas bokongnya.

    Teh Lilis makin menikmati kebejatannya. Dia membuka celananya pake satu tangan dengan gerakan yang dinamis, tanpa mengganggu gua yang sedang melahap payudaranya. “Ssssttt.. Aahh..” Desahnya.

    Gua lalu membalikkan badan. Teh Lilis telentang sambil bergeliat saat gua melepas celana. “Dasternya, buka Teh..” Kata gua saat hendak menjilati vaginanya yang masih tertutup. Teh Lilis membuka dasternya dan tapi kemudian menarik wajah gua dan memberikan ciuman dahsyat. Dia mencium sambil menyedot.

    Gua memasukkan tangan ke dalam kancutnya dan menyentuh vaginanya. Teh Lilis makin melumat bibir gua. Lalu gua memaikan jari dimulut vaginanya. Basah!

    Vagina Teh Lilis sudah basah saat gua melepaskan kancutnya, dan saat hendak menjilati, lagi-lagi dia menarik kepala gua. Gua pun akhirnya hanya mengocok vaginanya dengan jari sambil menjilati payudaranya. “Aaaahhhh.. Sssttt.. Aaaauuggghh..” Desahnya.

    Kemudian gua memasukkan satu lagi jari ke dalam vaginanya. Teh Lilis mengerang sambil mencengkaram leher gua. Gua melepaskan cengkramannya sambil mempercepat gerakan jari mengocok vaginanya.

    Untuk mendapatkan hasil maksimal, gua menegakkan dudukan badan. Yang tadinya sedikit membungkuk mengulum payudara, menjadi duduk tegap disamping badan Teh Lilis yang bergeliat keenakan.

    Pemandangan dari sini adalah yang terbaik saat sesi porplei, bro.. Haha. You, know lha.

    Teh Lilis tak dapat menyembunyikan raut wajah malu bercampur nafsu saat gua sengaja mengocok vagina sambil memperhatikannya. “Enak, Teh..” Kata gua.

    Entah pertanyaan bodoh macam apa itu. Sialnya, itu pertanyaan yang sering diajukan lelaki saat sedang memberikan nikmat ke wanita yang sesang dieksekusi.

    Teh Lilis menutupi wajahnya dengan bantal saat tak kuasa mendesah. Dia mendesah dibalik bantal. Gua langsung menyingkirkan bantal. Wajah Teh Lilis tampak sudah tak perduli. Dia benar-benar menikmati gerakan jari-jari gua.

    “Aaahhh, aaakkhhh, hhhaaaahhh..” Desahnya sambil meremas salah satu payudaranya. Payudara yang lain, gua bantu meremas.

    Sesaat gua bertanya-tanya. “Ini orang udah punya anak kok pentilnya masih bagus?” Sambil memilin dan meremas buah dadanya.

    Sesekali gua kembali melumat pentil dan payudaranya. “Aaaakkkhhh…” Desahnya, panjang. Kemudian gua makin cepat mengocok vaginanya. Teh Lilis coba merangkul leher gua, tapi tak bisa karena gua menghindar. Ia lalu mencengkram sprei kasur dengan kedua tangan yang berada diatas kepalanya. Melihat pemandangan seperti itu, gua makin semangat mengocok.

    Akhirnya Teh Lilis memuncratkan cairan dari vaginanya. Badannya bergeliat tak karuan. Ia menahan gerakannya sambil mengatur nafas.

    09:05 WIB

    Teh Lilis terkujur lemas dengan badan sedikit miring. Kedua kakinya menutup vaginanya.

    Gua lalu mengeluarkan Ariel dan mendekatkan ke wajahnya. Gua ‘memukul-mukul’ wajah Teh Lilis dengan pentungan hansip itu. Lalu mulai menggerayangi mulutnya. Teh Lilis urung membuka mulut, dia tampak sedang masih mengumpulkan tenaga.

    Gua terus berusaha sambil kembali meremas payudaranya. Lalu membuka kakinya yang menutupi vagina. Teh Lilis kembali terlentang dengan posisi sedikit mengangkang. Gua memberikan sentuhan-sentuhan ringan ke sekujur badannya.

    Kemudian setelah menjilati payudaranya, gua menciumi bagian pahanya. Posisi gua masih dengan Ariel yang berada di wajah Teh Lilis. Gua lalu merebahkan badan disamping dengan posisi terbalik. 69!

    Dengan posisi menyamping, gua mulai melumat vagina Teh Lilis. Dia langsung meremas Ariel. Lalu gua mengangkat badannya menindih badan gua dalam posisi sempurna 69.

    Gua menjilati vagina Teh Lilis yang terasa asin. Teh Lilis urung melahap Ariel sampai gua memasukkan satu jari kedalam vaginanya. “Oouugghh..” Desahnya, lalu melahap Ariel.

    Ariel terasa hangat dan basah.

    Bokong Teh Lilis bergerak-gerak diatas wajah gua. Vaginanya tepat berada dimulut gua. Sementara Ariel keluar masuk mulutnya.

    Teh Lilis makin menikmati tugasnya. Sesekali dia menyedot Ariel dalam-dalam, lalu menjilati dan mengulum bola dragonbol. “Ahhh, enak teh..” Kata gua. Kali ini bukan pertanyaan, ini pernyataan.

    Teh Lilis tiba-tiba menegakkan badannya.

    Sambil mengocok Ariel, dia merangkak naik dan mengurung Ariel kedalam vaginanya. Jleb!

    “Aahh, Fak!” Respon gua, tak menyangka dia langsung ke topik utama.

    Teh Lilis membelakangi gua dengan kedua tangan memegang sandaran punggung kasur. Ariel terlihat timbul tenggelam dari bokong Teh Lilis yang gua liat dari belakang.

    Gua memegang bokong Teh Lilis, membantunya bergerak naik-turun, maju-mundur. “Sssssstttt, mmaaasss… Aaahhhh” Desah desis Teh Lilis yang makin cepat menggenjot.

    Lalu gua bangun dari tidur dan memeluk Teh Lilis dari belakang. Sambil meremas payudaranya, gua menciumi punggungnya.

    Teh Lilis makin beringas, dia merangkul gua dengan posisi membelakangi. Nikmat sekali. Lalu Teh Lilis meminta berciuman, dengan senang hati gua melayaninya. Kedua tangan Teh Lilis yang setengah merangkul leher gua, membuat ketiaknya tampak menggairahkan. Sesekali gua memberikan kecupan ke ketiaknya.

    Meski tidak harum, tapi juga tidak bau. Yang penting, tidak ada bulunya!

    09:18 WIB

    Badan Teh Lilis yang bahenol tak dapat gua tahan lebih lama berada diatas paha gua.

    Gua lalu* memintanya berdiri, dan mengambil posisi doggy tanpa melepas Ariel yang betah didalam vagina Teh Lilis.

    Teh Lilis berdiri dengan lututnya, masih dengan posisi membelakangi gua.

    Gua sedikit membungkukkan punggungnya, sambil meremas payudara. Teh Lilis bergeliat saat lehernya gua kecup-kecup.

    “Keluarin didalem, Teh?” Tanya gua saat bergerak lambat menikmati ciuman.

    “Jangan dikeluarin dulu..” Bisiknya, manja.

    Gua kemudian menghadapkan wajahnya kearah jam dinding sambil melumat bibirnya.

    Dia yang paham maksud gua lalu mendorong bokong gua agar masuk lebih dalam. Gua lalu berakselerasi tingkat tinggi.

    “Plak! Plak! Plak!” Suara yang keluar, diikuti desahan Teh Lilis, “Aaakkhhh, aaaaakkhh, Maasss.. Sssttt..”

    Tak butuh lama dari serangan terakhir, Ariel memuntahkan ludah naga didalam vagina Teh Lilis.

    “Oouugghhh…” Desah gua, panjang.

    Teh Lilis langsung membenamkan wajahnya dikasur dengan posisi nungguing. Tampak sperma gua secara perlahan keluar dari dalam vagina Teh Lilis. “Sssstttt.. Hhhaaaahhh..” Desisnya.

    Setelah sepertinya sperma sudah banyak yang keluar, Teh Lilis merobohkan badannya, tidur tungkerep.

    Lalu bersuara pelan, “Ria udah aku titipin sama temen. Nanti langsung aku jemput dirumahnya..”

    Cie “Aku” ~~

    (Tamat)

  • Foto Ngentot : Nikmatnya Entot Nozomi Tsukamoto Yang Hot Dan Seksi

    Foto Ngentot : Nikmatnya Entot Nozomi Tsukamoto Yang Hot Dan Seksi


    1653 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat pagi sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Foto Ngentot Hot Sepasang Kekasih Di Tengah Hutan

    Foto Ngentot Hot Sepasang Kekasih Di Tengah Hutan


    1821 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat siang sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Foto Bugil Ayami Sakurai Pamer Tetek Besarnya Yang Hot

    Foto Bugil Ayami Sakurai Pamer Tetek Besarnya Yang Hot


    2006 views

    Foto Bugil Terbaru – Banyak cara yang bisa kamu lakukan agar bisa menikmati hiburan malam sampai terangsang hebat. Salah satu yang patut kamu coba adalah melihat berbagai foto bugil cewek Asia timur seperti yang ada disini. Mengapa demikian? Itu semua karena citra tubuh wanita asia bugil ini sudah kami seleksi sedemikian rupa dan sudah direkomendasikan oleh pakar bokep ternama. Biar mimin tak terlalu terdengar membual, mari kita buktikan saja bersama-sama dengan melihat album foto bugil cewek asia timur yang berjejer dibawah ini.

     

  • Foto Ngentot : Gadis Muda Perawan Asal Jepang

    Foto Ngentot : Gadis Muda Perawan Asal Jepang


    2174 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat siang sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.

  • Foto Kyoka Mizusawa Di Entot Gurunya Di Dalam Kelas

    Foto Kyoka Mizusawa Di Entot Gurunya Di Dalam Kelas


    1720 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat malam sobat duniabola99.org, bingung cari website seputar bokep yang selalu update setiap hari ? Jangan khawatir, gabung disini bersama kami duniabola99.org yang selalu update setiap hari dengan berita terbaru dan terpanas yang bakal kami sajikan untuk sobat semuanya. Tak perlu menunggu lagi langsung saja cek foto nya di bawah ini.