Author: Bokep Mobile

  • Nanik Tetanggaku Yang Seksi

    Nanik Tetanggaku Yang Seksi


    1470 views

    Cerita Sex Terbaru – Kisah ini dimulai ketika aku memutuskan untuk pindah dari rumah orang tuaku dan mengontrak sebuah rumah mungil di pinggiran Jakarta. Kulakukan itu karena aku dan istriku ingin belajar mandiri, apalagi kini sudah hadir si kecil anggota keluarga baru kami.


    Ku akui, aku bukanlah suami yang baik, mengingat petualangan liarku ketika masih belum menikah. Sering aku bergonta ganti pacar yang ujung-ujungnya hanya untuk memuaskan libidoku yang cukup tinggi. Namun setelah menikah, kuredam keinginanku untuk berpetualang lagi. Di hadapan istri dan lingkunganku, aku mencoba menampilkan sebagai sosok yang baik-baik. Tidak neko-neko. Rahasia masa laluku pun aku simpan rapat-rapat.
    Namun setelah satu bulan aku tinggal di lingkungan yang baru, tampaknya tabiat lamaku kumat kembali. Di sekitar rumahku, banyak ku temui wanita yang menarik perhatianku. Mulai dari ibu-ibu tetangga yang rata-rata tidak bekerja dan mahasiswi yang banyak kost di sekitar tempat tinggalku.
    Satu sosok yang menarik perhatianku adalah Nanik, tetangga kontrakanku, namun tetangga-tetangga yang lain memanggilnya Mama Ryan sesuai dengan nama anaknya. Ketika pertama kali bertemu, ia terlihat berbeda dibanding ibu-ibu lain di sekitarnya. Wajahnya cukup cantik dengan Kulitnya yang kuning langsat, bodinya cukup montok namun tetap kencang walau usianya sudah di atas 37 tahun. Payudaranya pun terlihat proporsional di balik kaus yang sering dikenakannya.
    Ia berasal dari Cianjur, jadi wajarlah kalo wajahnya cantik khas wanita priangan. Namun segala pesonanya itu tertutupi oleh kehidupannya yang sederhana. Suaminya hanya seorang supir pribadi yang penghasilannya terbatas, belum lagi kedua anaknya sudah beranjak remaja, yang tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.

    Hubungan istriku dengan Nanik cukup baik, sering Nanik berkunjung ke rumah dan ngobrol dengan istriku. Pada saat itu aku sering curi-curi pandang ke arahnya. Sering ia hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek kalau main ke rumah, sehingga belahan dada dan sebagian paha nya yang putih mulus menjadi santapanku. Dan kalo sudah begitu, batang penisku bisa mengeras diam-diam. Kapan ya aku bisa meniduri nya?
    Info dari istriku pula lah akhirnya aku tahu kalo ternyata Nanik bekerja paruh waktu sebagai pembantu. Seminggu tiga kali ia bekerja membersihkan apartemen seorang ekspatriat. Apartemen ini sering kosong karena sering di tinggal pemiliknya berdinas ke luar negeri, jadi ia di percaya untuk memegang kunci apartemen itu. Namun kegiatannya itu tidak membantu banyak dalam masalah keuangan keluarga di tengah kebutuhan sehari hari yang semakin mahal, dan ini kesempatanku untuk menjadi dewa penolong baginya, walau ada udang di balik batu, ingin merasakan bagaimana rasanya jepitan vagina istri orang. hehehe
    Strategi untuk mendekatinya pun mulai aku jalankan. Dia berangkat kerja selalu pagi hari. yaitu tiap hari Senin, Rabu dan Jumat pada pukul 7 pagi. Aku tahu karena dia selalu lewat depan rumahku. Dia berangkat kerja menggunakan metro Mini.
    Setelah tahu jadwalnya aku pun mulai mengatur siasat agar bisa berangkat bareng dengannya. Kuatur waktu berangkat kerjaku yang biasanya jam 8 menjadi lebih pagi lagi. Kebetulan arah apartemen tempatnya bekerja searah dengan kantorku di Sudirman.
    Senin pagi itu kulihat dia sudah lewat depan rumahku untuk berangkat kerja, aku pun segera bersiap siap mengeluarkan mobilku dari garasi. Istriku sempat bertanya, koq hari ini berangkat lebih pagi. Kujawab saja ada meeting mendadak.
    Mobil kulajukan perlahan menuju jalan besar dan kulihat di ujung gang. Nanik sedang menunggu Metro Mini yang akan membawanya ke Kampung Melayu. Kuhampiri dia dan kubuka jendela mobil dan menyapanya.
    “Berangkat kerja Mbak Nanik?”
    “eh….. iya mas Ardi,” jawabnya agak kaget.
    “Bareng saya aja yuk, Mbak mau ke Kampung Melayu kan?’
    “Iya mas……tp gak apa apa saya naik Metro aja,” Tolaknya dengan halus.
    “Gak apa apa Mbak, kita kan searah ini, lagian metro mini kalo pagi pasti penuh,” ujarku coba membujuknya.
    Dia sedikit bimbang, tapi akhirnya menyetujui ajakanku.
    Dibukanya pintu depan mobilku dan masuklah dia, seketika aroma parfum nya pun menyeruak ke indera penciumanku.
    “Terima kasih Mas Ardi. Maaf merepotkan.”
    “Merepotkan apa sih mbak, wong kita searah koq.” Ujarku sambik tertawa ringan.
    Khas senin pagi, lalu lintas pagi itu sangat macet. Di dalam mobil aku
    pun menghabiskan waktu dengan ngobrol ringan dengannya. Banyak hal yang kami perbincangkan, mulai dari keluarganya, anak-anaknya, suaminya, lingkungan kerjanya. Intinya aku ingin lebih mendekatkan diri padanya agar tujuanku menidurinya bisa terlaksana. Tapi aku tidak mau terburu-buru.
    Akhirnya kami tiba di Apartemen tempatnya bekerja, ku turunkan ia di pinggir jalan. Aku pun kembali melajukan mobilku ke arah kantor.

    Selama dua minggu aku intens melakukan pendekatan dengan mengajaknya berangkat bareng. Untuk menghindari gunjingan tetangga, ia hanya mau naik mobilku di ujung gang.
    Semakin dekat hubungan kita, ia semakin berani menceritakan hal-hal pribadinya. Kami pun sering bercanda dan ia pun mulai berani mencubit lengan atau pinggangku ketika ku goda. Obroloan pun kadang-kadang kubuat menjurus ke urusan ranjang. Dan dari situ pula aku tahu kalau Nanik sudah tidak berhubungan intim dengan suaminya sejak tiga bulan lalu di karenakan suaminya sudah terlalu lalah bekerja dan sering pulang larut malam. Wah kesempatan nih, pikirku.
    Pagi itu kembali kami berangkat bareng, namun kulihat dia agak murung, aku pun memberanikan diri bertanya padanya.
    “Ada apa mbak Nanik, saya lihat mbak agak murung pagi ini?’


    “Gak apa-apa koq mas…..biasa kali saya kayak gini”, ia berusaha menyangkalnya.
    “Mbak gak usah bohong sama saya, saya tahu mbak orangnya ceria, jadi kalau murung sedikit, pasti saya tahu.”
    Nanik tersenyum mendengar perkataanku.
    “Enggak apa-apa mas. Ya namanya dalam hidup pasti ada aja masalahnya.”
    “Kalo mbak gak keberatan, cerita aja mbak, siapa tahu saya bisa bantu”
    “Gimana ya Mas….”Nanik memutus pembicaraan sepertinya ragu untuk melanjutkannya
    Aku menoleh kepadanya, dan kupandangi wajahnya dalam-dalam sambil membujuknya untuk terus bercerita.
    “Ini mas, si Ryan (anaknya yang bungsu) lagi butuh biaya untuk study tour ke Bandung, biayanya Rp. 500.000,- sedangkan aku sama bapaknya belum ada duit Karena sudah terpakai kakaknya untuk biaya praktikum kemarin. Sedangkan uangnya harus di kumpulkan besok. Study tour ini wajib karena sebagai syarat agar Ryan bisa lulus. Pusing saya mas.”
    Aku tersenyum sambil menatap matanya.
    “Ah gampang itu mbak, nanti saya bantu”
    “Tuh kan saya jadi merepotkan mas Ardi.”
    “ Gak apa-apa mbak, namanya kita bertetangga, kalau ada yang kesusahan, apa salahnya kita bantu.”
    “Iya sih mas……ya udah, kalo mas Ardi ada, saya mau pinjam uang dulu sama mas Ardi.”
    “Gampang itu mbak.”
    Ketika sampai di depan apartemen tempatnya bekerja, segera kubuka dompetku dan kuambil uang 1 jt dan kuberikan padanya. Nanik kaget dengan pemberianku sebanyak itu.
    “Koq banyak sekali Mas, saya kan butuh nya cuma lima ratus ribu?”
    “Iya sisanya buat bekal Ryan di jalan, atau buat Mamahnya juga ga apa-apa.”
    Nanik tertawa mendengar ucapanku.
    “Tapi saya belum bisa mengembalikan dalam waktu dekat mas.”
    “Gak di kembalikan juga gak apa-apa mbak.”
    “Lho koq gak di kembalikan, saya khan pinjem mas, jadi harus kembali.”
    “Ya udah gampang itu mbak, kalo ada, ya di kembalikan kalo ga ada ya di kembalikan dengan cara lain.” Ujarku mencoba memancing di air bening. Hehehe
    “Lho cara lain apa sih mas, koq saya bingung jadinya.”
    Aku Cuma tertawa, dan nanik semakin bingung dengan sikapku.
    “Ya udah nanti mbak telat loh ke kantornya.” Ujarku sambil bercanda.
    “Kantor apa sih Mas, bisa aja deh.” Nanik tertawa sambil mencubit lenganku.
    “Ya udah terima kasih ya Mas atas bantuannya.”
    “sama-sama Mbak”
    Nanik pun turun dari mobilku dan melangkah ke dalam area apartemen itu.

    Siang itu, tiba-tiba ada sms masuk ke ponselku, ternyata ada pesan dari Nanik. Setelah ku baca, ia menyampaikan ucapan terima kasih sekali lagi pada ku karena sudah di bantu. Akupun membalasnya untuk tidak memikirkannya lagi sekaligus menanyakan posisinya sedang berada di mana saat ini.Ternyata dia masih ada di apartemen majikannya dan sedang beristirahat karena baru saja selesai mengerjakan tugas-tugasnya.
    Ku coba iseng minta ijin padanya untuk main ke apartemen tempatnya bekerja apabila majikannya sedang tidak ada di tempat. Nanik mengijinkan karena Majikannya sedang keluar negeri selama seminggu. Dia pun memberi tahu tower dan nomor unit apartemennya.
    Aku pun segera bergegas membereskan pekerjaanku di kantor dan ijin pada temanku untuk ke luar dengan alasan bertemu klient. Karena aku sering dinas luar, jadi gampang saja dapat ijinnya.
    Segera kupacu mobilku menuju apartemennya. Tapi sebelumnya aku mampir ke salah satu restoran cepat saji dan membelikannya makan siang.
    Mobilku kuparkir di basement apartemen, aku pun menuju ke unit apartemen tempatnya bekerja. Ku bunyikan Bel dan tak lama Nanik pun mempersilahkan aku masuk. Akupun segera duduk di sofa yang cukup lebar dan empuk yang ada di ruangan itu.
    Unit apartemen itu cukup luas, ada dua kamar di dalamnya lengkap ada dapur dan minibarnya. Aku tebak majikannya seorang eksekutif di suatu perusahaan ternama dan apartemen ini di sediakan oleh perusahannya.
    “Mau minum apa mas,” tiba-tiba Nanik menyadarkanku yang sedari tadi memperhatikan apartemen beserta isinya.
    “Eh….air putih aja mbak.”
    “Masak air putih sih, aku bikinin sirup ya?”
    “Boleh Mbak kalau gak merepotkan.”
    Tak lama dia pun membawa dua gelas es sirup.
    “Wah jadi seger nih, siang-siang minum es sirup, apalagi di temani Mbak Nanik yang seger.”
    “Ih apaan sih Mas Ardi,” Dia tertawa sambil mencubit pinggangku.
    Wajahnya sudah kembali ceria tidak semuram pagi tadi
    Kami pun ngobrol sambil menyantap makanan yang ku bawa. Setelah makan kami pun melanjutkan obrolan sambil menonton acara tv kabel.
    Aku mulai memberanikan diri mendekatkan posisi dudukku dengannya dan Nanik diam saja. Ku coba pegang tangannya. Awalnya ia sepertinya canggung tapi akhirnya dapat ku genggam erat tangannya. Aku mulai membelai rambutnya yang panjang sebahu dan meniup tengkuknya dan tak lama bibir kami pun sudah saling bersilaturahmi. Berpagutan dengan bebasnya.


    Bibirku di lumat habis oleh bibirnya, nafasnya mulai tersengal-sengal. Nampak birahinya mulai naik. Wajar saja wong 3 bulan tidak di setubuhi suaminya.
    Tanganku pun ku beranikan menelusup di balik kemeja yang di kenakannya, ia pun diam saja, Kuraih payudara kiri di balik branya dengan tangan kananku, kuremas-remas halus sambil kumainkan putingnya. Ia mengelinjang sambil melenguh tertahan.
    “Auhhh….achhh.”
    Sambil melumat bibirnya kucoba membuka kancing bajunya satu persatu, dan ia pun mengikutinya dengan membuka kancing kemeja kerja yang aku kenakan. Kemeja-kemeja itu pun akhirnya terhampar di lantai.
    Terpampang jelas di hadapanku tubuh mulus Nanik dengan payudara yang masih tertutup bra warna krem, Walau perutnya sedikit berlipat karena lemak, tetap saja tidak mengurangi keinginanku untuk menyetubuhinya.
    Segera kubuka kait bra nya dan bra itu pun jatuh di pangkuannya. Payudara Nanik segera menyembul. Cukup besar dengan warna puting coklat tua dengan areola berwarna lebih muda. Puting itu mencuat dengan tegaknya. Keras.
    Segera saja kuhisap puting susunya, Nanik melenguh lebih keras.
    “Aaaccchhhh……Maasss. Aahhh….ouchhh. “ Ia semakin terangsang dengan perbuatanku.
    Terus kuhisap puting susunya kanan dan kiri bergantian, Ia pun menggelinjang makin keras, kepala tengadah menatap langit-langit. Matanya terpejam namun mulutnya meracau mengeluarkan suara desahan dan rintihan. Kedua tangannya menjambak-jambak rambut di kepalaku.
    Cukup lama kumainkan kedua puting susunya. Setelah puas Aku pun bangkit dari sofa dan segera berdiri. Nanik mengerti maksudku. Sambil tetap duduk di sofa, ia membuka ikat pingang dan celana yang ku kenakan, tidak lupa celana dalamku pun ikut dipelorotkannya ke bawah. Seketika itu juga peniskuku yang cukup besar dan berurat, mengacung ke depan dengan gagahnya. Nanik tersenyum sambil melirikku. Dipegang dan di belainya kepala penisku, di kocok-kocoknya perlahan batangnya berulang kali. Tak lama di masukkan lah kejantananku ke dalam mulutnya, di kulumnya batang penisku sampai ke pangkalnya. Karena ukuran penisku yang cukup besar ia sedikit tersedak, aku pun tertawa geli. Tapi dengan usil, digigitnya batang penisku, aku pun menjerit. Di kocok lagi batang penis itu dengan gerakan yang lebih cepat sambil lidahnya dengan liar menjilat-jilat kantung zakar. Perlakuan Nanik sungungguh luar biasa, tidak tahan aku di buatnya. Aku pun ingin segera buru-buru menyetubuhinya.
    Ku pinta Nanik bangkit berdiri dan melepaskan celana jeans yang masih di kenakannya. Ku balik badannya dan memintanya menungging. Lututnya di tumpukan ke sofa dan ia menungging di hadapanku dan tangannya menyangga tubuhnya pada sandaran sofa. Segera saja belahan vaginanya yang tertutup bulu jemput yang cukup lebat terlihat merekah di hadapanku. Bibir vagina nya mulai berwarna kecoklatan namun liang vaginanya masih menampakkan rona kemerahan yang tampak berkilat dan basah oleh cairan kewanitaan yang terus keluar karena rangsanganku tadi.
    Segera saja ku pegang batang penisku dan kuarahkan kepalanya ke arah liang kewanitaan Nanik. Segera kumajukan pinggulku dan tak lama kepala dan batang penisku pun amblas sampai ke pangkalnya. Terbenam sepenuhnya dalam liang vagina tetanggaku ini. Nanik tercekat dan berteriak karena alat vitalku yang cukup besar menyesakkan rongga kewanitaannya. Ia menoleh padaku dengan mulut terbuka lebar sambil merintih.
    “aaahhhh……”

    Kedua tanganku memegang pantatnya yang cukup besar. Aku pun mulai memaju mundurkan pingulku. Batang penisku pun keluar masuk di liang vaginanya dengan tempo yang cukup cepat. Nanik terus merintih dengan riuhnya.
    Acchhh…ouuchhh….achhh…..ouchhhh”
    Acchhh…ouuchhh….achhh…..ouchhhh”
    Sambil terus menggerakkan pinggulku, aku pun mulai meraih payudaranya yang mengantung dengan ke dua tanganku. Kumainkan puting susunya dengan kasar. Nanik pun semakin keras merintih dan meracau…….
    Tak lama ia pun menjerit keras dan kurasakan ada kedutan di liang vaginanya. Otot vaginanya semakin mencengkram erat kejantananku. Kali ini Nanik mengalami orgasme yang pertama. Tubuhnya melemah, tangannya tidak sanggup lagi menahan tubuhnya. Kepalanya jatuh terkulai di sofa dengan posisi tetap menungging. Kupercepat permainanku, tetapi tampaknya spermaku tidak ingin keluar cepat-cepat.
    Segera Kucabut batang penisku dari liang vaginanya. Segera ku balik tubuh Nanik menghadapku. Dengan posisi setengah duduk, Punggungnya bersandar di sandaran sofa kuangkat dan kurenggangkan kedua kakinya. Terlihat liang vagina yang menganga cukup lebar, segera saja kuhujamkan kejantananku ke liang kenikmatannya. Lagi-lagi Nanik menjerit tertahan ketika batang itu menerobos liang vaginanya. Ku maju mundurkan pinggulku dan terlihat penisku yang besar keluar masuk dengan bebasnya di liang sempit itu, menciptakan pemandangan yang indah. Bibir vagina itu menguncup ketika penisku menerobos masuk dan merekah ketika kutarik. Kedua tungkai Nanik kupegang dengan tanganku dan aku terus menyetubuhinya sambil tetap berdiri.
    Payudara yang begitu menantang dengan puting yang mencuat sudah basah oleh keringat. Payudara itu bergoyang-gotang dengan hebatnya mengikuti irama sodokan penisku yang maju mundur di liang vagina Nanik. Kepala Nanik tergolek ke kanan dan kiri dengan mulut yang terus mendesis dan merintih. Lima belas menit aku terus menyodok liang vagina Nanik. Nanik pun mengimbanginya dengan menggoyang pinggulnya ke kanan ke kiri. Setelah dua puluh menit akupun tidak tahan lagi. Kupercepat frekuensi sodokan batang penisku ke dalam liang vaginanya dan tak lama cairan spermaku pun meyemprot deras ke dalam rahimnya. Berbarengan dengan kedutan keras di vaginanya menandakan ia mengalami orgasme keduanya. Kami pun terkulai lemas di atas sofa. Tubuhku menindih tubuhnya dengan kejantananku masih tertanam di liang vaginanya. Nafas kami tersengal-sengal karena pertempuran yang luar biasa nikmatnya.
    Aku pun segera bangkit dan menarik penisku yang mulai mengendur dari liang vaginanya. Liang kenikmatan itu terlihat terngangga dan tampak carian putih meleleh keluar dari dalamnya. Nanik masih terkulai lemas di sofa. kakinya terjuntai ke lantai dan tangannya tergolek lemah di sebelah tubuhnya, segera kuhampiri dan kuciumi bibirnya.
    “Enak mas,lain kali minta lagi ya.” Ujarnya sambil tersenyum.
    “Siap, kapan aja mbak butuh, Aku siap melayani.” Candaku.
    Dan diapun tertawa sambil mencubit pinggangku penuh arti.
    Akhirnya kesampaian juga niatku menyetubuhi tetangga yang lama aku idam-idamkan.
    Setelah kejadian itu kami pun sering mencari-cari waktu untuk dapat bersetubuh kembali. Bahkan kami pernah melakukannya di dalam mobil.
    Tampaknya persetubuhan yang ku berikan, lebih dinikmatinya dibanding bersetubuh dengan suaminya.
    Tamat

  • Foto Ngentot Di Lapangan Dengan Bermacam-Macam Gaya

    Foto Ngentot Di Lapangan Dengan Bermacam-Macam Gaya


    1948 views

    Foto Ngentot Terbaru – Memang nikmat rasanya jika menikmati hiburan dewasa di tengah malam yang dingin seperti ini. Apalagi kami sudah menyediakan gambar-gambar terbaru dan terpanas dari yang muda-muda sampai tante-tante girang yang ngentot hot banget dan bisa membuat anda crot ramai-ramai malam ini. Inilah foto nya sebagai berikut.

  • Kontol ku Di Hisap Dengar Rakusnya

    Kontol ku Di Hisap Dengar Rakusnya


    1441 views

  • Nikmatnya Bercinta Dengan Si Cantik Megan Salinas

    Nikmatnya Bercinta Dengan Si Cantik Megan Salinas


    2094 views

    Foto Ngentot Terbaru – Memang nikmat rasanya jika menikmati hiburan dewasa di tengah malam yang dingin seperti ini. Apalagi kami sudah menyediakan gambar-gambar terbaru dan terpanas dari yang muda-muda sampai tante-tante girang yang ngentot hot banget dan bisa membuat anda crot ramai-ramai malam ini. Inilah foto nya sebagai berikut.

  • Nikmatnya tubuh Kanako Osaka Yang Membuat Gairah sex ku Tak Tertahankan

    Nikmatnya tubuh Kanako Osaka Yang Membuat Gairah sex ku Tak Tertahankan


    1585 views

  • Menikmati Tubuh Gadis Remaja Yang Imut Dengan Ganas

    Menikmati Tubuh Gadis Remaja Yang Imut Dengan Ganas


    1690 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat malam, belum tidur atau sedang menunggu udpate terbaru foto ngentot dari duniabola99.org , Kali ini admin akan update foto ngentot di jamin deh hot banget.  Penasaran? Tidak perlu menunggu lebih lama lagi langsung saja ini dia foto-fotonya.

  • Perjalanan Bisnis Bersama Tanteku

    Perjalanan Bisnis Bersama Tanteku


    1553 views

    Cerita Sex Terbaru – Menemani tante keliling ke beberapa kota untuk jualan konveksi sudah jadi kebiasaanku sejak SMU. Dulunya aku belum pandai menyetir, jadi hanya duduk saja di samping Oom-ku yang sigap menyetir. Namun, sejak Oom-ku (adik Papaku) meninggal hampir setahun lalu karena sakit, aku terpacu untuk belajar menyetir. Tante juga belajar menyetir, jadi kami dapat bergantian kalau jaraknya jauh, sehingga tidak terlalu melelahkan.

    Aku terbeban membantu tante karena memang dia lah yang membiayai kuliahku sekarang ini di semester dua. Aku sudah dianggap anak sendiri, sementara dia sendiri tidak dikaruniai anak sejak pernikahannya sekitar 10 tahun lalu setelah ia lulus sarjana muda.

    Cara bisnis kami adalah membeli barang dari beberapa pembuat konveksi di rumah-rumah, lalu menjualnya ke kota-kota lain. Untungnya lumayan juga, buktinya mobil box sudah terbeli. Permintaan barang memang meningkat terus. Sayang, Oom-ku keburu wafat sehingga Tante sekarang hanya mengandalkan dirinya dan aku. Tante sengaja tidak mau ‘pelihara’ supir karena untuk menekan biaya operasional.
    Sekarang, kalau keliling ke luar kota berjarak jauh, Tante juga menyesuaikan dengan jadwal kuliahku. Sedang kalau jarak dekat dapat dilakukannya sendiri bersama pembantu perempuannya. Aku pun ikut menyesuaikan diri, yakni sengaja tidak ambil kuliah di hari Senin, sehingga minimal hari Minggu-Senin bisa untuk bantu keliling. Kadang memang kami sampai menginap bila perjalanan cukup jauh, dan karena hal inilah akhirnya kedewasaanku pun tumbuh dengan cepat.

    Kisahnya begini, suatu saat kami keliling ke beberapa kota di Jateng utara hingga akhirnya sampai di Semarang sudah jam tujuh malam. Selesai makan malam di warung makan sederhana, kami segera mencari losmen kecil supaya pengeluaran dapat dihemat. Rencananya, besok pagi baru kami keliling ke beberapa tempat di kota propinsi ini. Biasanya tempat kami menginap selalu ada dua ranjang kecil, masing-masing untuk satu orang, tapi malam itu ternyata yang sisa adalah satu kamar dengan ranjang yang muat untuk dua orang. Kami tidak berpikir macam-macam dan menerima kamar itu. Cukuplah untuk tempat kami istirahat malam itu.

    Begitu masuk kamar, Tante langsung bergegas mandi karena sangat lelah dan ingin segera tidur. Perjalanan sepanjang siang tadi memang melelahkan dan Tante cukup lama menyetir. Aku pun segera mengunci pintu kamar dan jendela-jendela rapat-rapat, takut nyamuk masuk, lalu menyiapkan peralatan mandi. Tidak lama Tante keluar dari kamar mandi, mengenakan kimono batik sebatas paha sambil mengeringkan rambut sehabis keramas.

    “Tante tidur dulu, Ron, cape sekali,” katanya sambil naik ke ranjang, memilih tempat yang mojok ke tembok, mengatur bantal di sisi kiri lalu membaringkan tubuhnya.
    Waktu itu masih sekitar jam 8 malam.
    “Silahkan Tante, aku juga mau mandi dulu,” jawabku sambil masuk ke kamar mandi.
    Air dingin segera menyegarkan tubuhku yang berkeringat.

    Tidak sampai 15 menit aku mandi keramas, menggosok gigi lalu pakai celana pendek dan t-shirt. Ketika keluar dari kamar mandi kulihat Tante sudah tertidur pulas. Fisik wanita memang tidak sekuat pria, padahal kalau dihitung justru aku yang lebih lelah. Selain menyetir aku juga harus angkat-angkat barang dari mobil ke toko-toko, sedangkan Tante hanya mencatat atau membuatkan kuitansi dan menerima pembayarannya saja.

    Setelah selesai berbenah, aku pun segera mematikan lampu kamar lalu menyalakan lampu kamar mandi dan membuka pintunya sedikit, sehingga sebagian sinarnya masuk ke kamar. Meski hanya redup cukuplah untuk membuat suasana tidak gelap pekat. Kubaringkan diri di sebelah Tante. Kipas angin kecil di atas ranjang terus berputar dan tidak lama kemudian aku pun terlelap.

    Jam dinding kamar losmen menunjukkan jam 11 malam ketika mendadak aku terbangun karena rasa panas yang luar biasa menerpaku, badanku berkeringat banyak sekali. Kipas angin kecil di langit-langit kamar ternyata tidak mampu menghalau udara panas kota Semarang. Maka aku segera bangkit dan melepas t-shirt, mengeringkan keringat dengan handuk lalu kembali ke ranjang dengan telanjang dada. Namun, begitu kembali ke atas ranjang, pandanganku terpaku pada sebatang paha gempal milik Tante yang samar-samar terlihat di antara redupnya sinar lampu kamar mandi.

    Posisiku tidur di sebelah kanan Tante, dan sekarang kimono Tante tersibak pada bagian paha kanannya, sampai kelihatan CD-nya! Perlahan aku bangkit dan menguakkan pintu kamar mandi lebih lebar lagi sehingga sinar lampu masuk makin terang dan pemandangan menggairahkan itu semakin jelas. Paha yang masih gempal menggairahkan dan gundukan di balik CD-nya benar-benar membuatku panas dingin. Kalau selama ini tidak pernah ada pikiran kotor di benakku, maka sekarang melihat kemolekan milik Tante itu, tubuhku jadi merinding. Kutelan ludah beberapa kali sambil membayangkan aku menggeluti tubuh polos wanita bertinggi sekitar 170 cm dan berdada besar itu.

    Pelan kubaringkan tubuh di sisi Tante yang tidur telentang dan, entah ada dorongan apa, pelan-pelan kugeser dan kutempelkan paha kiriku yang hanya bercelana pendek ke paha kanan Tante yang terbuka. Kalau dia terbangun, aku akan berpura-pura tidur, pikirku nakal. Tapi ternyata dia tidak bangun. Aku pun semakin berani. Tempelanku di pahanya semakin lekat, bahkan tubuhku yang telanjang dada pun beringsut mendekatinya. Tidak ayal zakarku mulai ereksi. Nafsu syahwatku mulai naik. Kuamati kimono Tanteku dan kucari tali pengikatnya di bagian pinggang. Tanganku bergerilya melepas ikatan kimono itu dan beruntung simpulnya dengan sekali tarik terlepas.

    Hati-hati kusibakkan bagian depan kimono Tante ke kiri dan kanan dan.. gila, tubuh Tante begitu mengundang nafsu untuk menggelutinya. Dia ternyata tidak ber-BH! Dua gunung gempal montok menantang dan merangsangku. Zakarku bergerak-gerak dan aku pun beringsut-ingsut melepas celanaku luar-dalam, hingga bugil-gil. Nafsu kotor membuatku tidak ingat lagi hubungan Tante dan keponakan.

    Dengan gaya pura-pura tidur aku semakin melengketi Tante. Udara panas membuat tubuhku dan tubuh Tante sama-sama berkeringat. Dengkurnya yang halus terdengar dekat sekali ketika kepala kami berdekatan. Seperti orang menggeliat, dengan nekat aku bergerak memeluk Tante. Tanganku mengenai payudaranya yang kira-kira berukuran 36B mengkal, padat dan kaki kananku berada di sela-sela pahanya. Otomatis penisku tertekan di batang paha kanannya. Kubiarkan posisi ini beberapa saat sambil menunggu reaksinya. Ternyata Tante cuma melenguh kecil dan bergerak-gerak sedikit namun tetap tidur.

    Aku bertambah berani, payudara kiri Tante kuusap-usap pelan dengan tangan kanan dan tubuhku semakin condong menelungkupinya. Namun tidak berapa lama kemudian Tante menggeliat, meregangkan badan dan sekonyong-konyong justru berguling ke arahku. Aku mengikuti arah gerakannya dan jadi gelagapan karena tubuh Tante yang lebih besar dariku sekarang malah yang menindihku. Aku telentang dan terasa buah dada besar Tante menekan dadaku. Anehnya, Tante tetap masih tidur. Maka ‘rejeki’ ini pun tidak kutolak.

    Aku justru mengatur posisi tubuh Tante, kupeluk dan kugeser tubuh montok itu sehingga ia kini benar-benar tepat di atasku, menelungkupiku dengan wajahku di sekitar lehernya. Tangan kiriku memeluknya, sementara tangan kananku pelan-pelan melepas kimononya ke belakang. Tante nampak pulas sekali sehingga tidak merasa ketika kimononya kulolosi. Bahkan ketika kedua lengannya bergantian kuangkat untuk memudahkanku melepasnya dari kimono, ia tidak bereaksi.

    Sebentar kemudian Tante sudah tinggal berbalut CD saja. Pelukan kiriku tambah erat, sementara tangan kananku bergerak lincah ke arah bawah, menelusup ke balik CD-nya. Pantat gempalnya kuremas, Tante hanya menggelinjang dan mendesah kecil, “Mmm.. mm..” Matanya tetap terpejam. Semakin berani, CD-nya mulai kuturunkan dengan bantuan tangan kiri juga. Untuk ini aku terpaksa harus mengangkangkan pahaku menahan kedua paha Tante, melepaskan CD Tante pelan-pelan sampai sekitar paha lalu menurunkannya dengan bantuan jari kakiku sampai lepas ke bawah.

    Kemudian kuatur posisi zakarku sehingga terjepit paha Tante. Kutambah dengan jepitan di paha Tante, ugh.. nikmat sekali rasanya. Sejauh ini, entah pura-pura entah tidak, tante tetap terlelap, sehingga aku pun kian brutal. Kupeluk erat tubuh atasnya, kujilati payudaranya, kugerak-gerakkan zakar tegangku sambil sedikit kuhentak-hentakkan pinggulku ke atas sehingga zakarku di sela-sela pahanya ikut merasakan nikmat.

    Lama-lama aku tidak tahan lagi dan ingin segera membenamkannya ke vagina Tante. Perlahan tubuhnya kudorong sampai telentang dan kutelungkupi. Pahanya kukangkangkan lebar-lebar, kucium-cium dan kujilat-jilat vaginanya. Lalu zakarku yang sudah tegang penuh kuhunjamkan agak kasar ke lubang nikmat itu. Begitu sudah melesak seluruhnya, aku pun segera menggenjot sekuat-kuatnya. Aku tidak perduli lagi apakah Tante mau bangun atau tidak, yang penting syahwatku tersalur!

    Sleb.. sleb.. sleb.. aku terus memompa. Tangan Tante kiri kanan kupegang merentang di atas kepala dan mulutku asyik menjilati payudaranya. Uh.. uh.. uh.. kurasakan tenaga Tante berusaha memberontak namun aku tetap menekannya sehingga ia hanya dapat melenguh dan menggelinjang kecil dengan mata tetap terpejam.

    Beberapa menit kemudian kurasakan pahaku yang sedang memompa dijepit erat-erat paha Tante, lalu pantatnya terangkat tinggi dan berkejat-kejat beberapa kali sampai zakarku terasa diremas-remas, lalu terasa basah. Setelah sekali lagi pahanya menjepit ketat pahaku dan mengejat-ngejat tiga kali, dia jadi layu. Kedua pahanya tergolek ngangkang ke kiri-kanan. Tangannya yang masih kupegang pun lalu terasa lemas.

    Aku melepaskannya, lalu melanjutkan pompaanku sambil memeluk punggung dan menyedot-nyedot buah dadanya kiri-kanan. Matanya tetap terpejam sambil tubuhnya terguncang-guncang naik turun, terus sampai akhirnya aku orgasme dan zakarku terbenam dalam di vaginanya. Tubuhku pun lemas lunglai ambruk menindihnya. Mataku berat dan mengantuk sekali setelah itu.

    Aku terbangun lagi ketika jam dinding menunjukkan sekitar jam dua pagi dan mendapati tubuh kami masih pada posisi semula. Aku menelungkup di atas tubuh Tante. Dia pun masih tertidur dengan dengkur halusnya. Di luar masih gelap, dalam kilasan cahaya dari kamar mandi kuamati wajah Tante yang berkesan kuat dengan alis tebal. Aku jadi ingin mencium bibirnya yang agak tebal.

    Pelan kunaikkan tubuhku yang lebih pendek dari tubuhnya. Kukecup-kecup kecil bibirnya sebentar, lalu kutempelkan bibirku di bibirnya. Lidahku menguak bibir itu, menyeruak di sela-sela giginya, menerobos masuk lalu menjilati lidah Tante.
    “Emm.. emm..,” Tante melenguh kecil dan kurasakan lambat laun mulai ada balasan jilatan pada lidahku.

    Tubuh bagian pinggul Tante bergerak-gerak kecil sehingga zakarku pun mulai mengembang lagi. Tanganku pun mulai beraksi meremas dua bongkah daging kenyal di depan dadaku. Entah kenapa, sampai saat ini Tante tetap tidak mau membuka matanya. Malukah dia bersetubuh dengan keponakan sendiri? Malukah dia telah memperjakai keponakannya? Malukah dia karena telah membuat keponakannya jadi ‘kepenakannya’?

    Aku tidak perduli, terserah dia mau buka atau tutup mata, toh yang penting aku dapat menyalurkan syahwat tanpa gangguan! Zakarku sudah menegang besar kembali, kedua kakiku segera membuka paha Tante lebih lebar dan.. sleeb, masuklah kembali burungku ke sangkarnya yang mulai terasa licin. Gerakan maju-mundur, naik-turun, masuk-keluar pun mulai kulakukan, sambil tangan tetap meremas-remas payudaranya, sambil lidah kami tetap bergelut. Malah kali ini terasa kedua tangan Tante memeluk dan menekan leherku. Nikmat sekali.
    “Egh.. egh.. egh..!” desis bibir Tante yang setengah terbuka.

    Aku bergerak keluar-masuk dengan santai, demikian pula pinggul Tante yang sesekali ikut mengimbangi gerakanku dengan gerakan berputar atau terangkat. 15 menit sudah kami bergerak berirama dan lagi-lagi mendadak kedua kaki Tante memeluk pahaku erat-erat, lalu pinggulnya terangkat tinggi-tinggi dan berkejat-kejat lima enam kali. Sebelum akhirnya kembali melemas di atas ranjang. Aku mengira-ngira, pasti Tante mengalami seperti yang kualami tadi, dan kini pun aku mulai tidak tahan untuk mengeluarkan sesuatu dari batanganku.

    Kupercepat gerakanku, semakin kasar mencumbu vagina Tante, semakin gemas meremas payudaranya, semakin kuat bibir dan lidahku mengulum mulutnya, sampai akhirnya.. creet sekali (pantatku berkejat dua kali).. creet kedua kali (pantatku berkejat lagi dua kali).. creett lagi (pantatku berkejat empat kali).. creet creet cret (pantatku berkejat-kejat keras sampai menekan vagina Tante dalam-dalam). Habis tuntas rasanya seluruh cairanku. Lemah lunglai badanku terkapar di atas tubuh Tante. Kami tidak perduli dengan badan yang bersimbah keringat hingga seprei ranjang basah kusut.

    “Cukup, Ron..!” bisik Tanteku sambil mendorongku dari atas tubuhnya.
    Aku agak kaget mendengar suaranya dan segera menggulirkan diri ke samping kanannya. Kuperhatikan Tante segera memunggungiku sambil menekuk kedua kakinya, sehingga badannya bongkok udang, tetap telanjang dan berkeringat. Aku juga telentang ngos-ngosan, telanjang dan berkeringat. Sejurus kemudian kami pun tertidur lagi.

    Jam lima pagi, aku terjaga lagi. Kali ini terasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas. Kuambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang. Hal ini menarikku untuk memeluknya dari belakang. Kutebarkan selimut lebar itu hingga menutupi tubuh kami berdua. Tangan kiri kusisipkan di bawah badannya dan tangan kananku kupelukkan melingkupi dadanya. Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakarku menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.

    Dasar darah mudaku masih panas, sejenak kemudian burung kecilku sudah jadi ‘garuda’ perkasa yang siap tempur lagi. Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanganku pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal itu. Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tanteku terbangun dan bereaksi.

    “Sudah, Ron..! Jangan lagi..!” tubuh Tante beringsut menjauhiku, namun aku tetap memeluknya erat.
    Bahkan dengkulku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukanku.
    “Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu.” rintihnya sambil tetap membelakangiku.
    “Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante?” tanyaku tidak mengerti. Pelukanku tetap.
    “Ya. Ta.. tadi Tante.. khilaf..”
    “Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?” aku tidak habis mengerti.
    Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya. Tante menghindar.

    “Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante terlena.”
    “Masak terlena sampai dua kali?”
    “Yang pertama memang. Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante. Tante mau melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena.”

    “Kalau yang kedua, Tante..?” tanyaku ingin tahu sambil mendekap lebih erat. Tante menghindar dan menepisku lagi.
    “Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau berciuman..”
    “Oh, kalau begitu Tante kucium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi.” pintaku bernafsu sambil berupaya memalingkan wajah Tante. Tapi Tante menolak keras.
    “Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik..” Tante terisak.
    Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.

    Kemudian kami terdiam. Dalam dekapanku terasa Tante sedang menangis. Tubuhnya berguncang kecil.
    “Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?”
    Tidak kuduga Tante justru berbalik menghadapku sambil membetulkan selimut kami dan berkata, “Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?”
    “Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri.”

    Sekilas kulihat bibir Tante tersenyum. Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan kurasakan tangan Tante juga memelukku. Buah dada besarnya menekan dadaku, tapi aku mencoba mematikan nafsuku. Zakarku, meski menyentuh pahanya, juga kutahan supaya tidak tegang lagi. Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidungku. Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.

    Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Namun lain halnya dengan aku. Terus terang, meski sudah berjanji, mana bisa aku mengekang terus nafsu birahiku, terutama si ‘garuda’ kecilku yang sudah mulai mengepakkan sayapnya lagi. Dengan tempelan buah dada sebesar itu di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang? Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!

    Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi. Mestikah janji ini kuingkari? Apa akal? Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benakku segera berputar, dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium. Mengapa aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?

    Ya, pelan tapi pasti kusisipkan kaki kiri di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kananku kumasukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih. Aku tidak perduli zakarku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya. Kurapatkan pelukan dan dekapanku ke tubuh Tante, wajahku kudekatkan ke wajahnya dan perlahan bibirku kutautkan dengan bibirnya.

    Lidahku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga. Aku terus bertahan dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan bibir kami tidak lepas. Dan usahaku ternyata tidak sia-sia. Setelah sekitar 30 menit kemudian, tubuhku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante. Serta merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga.
    “Emm.. emm.. mm..” desis Tante sambil membelit lidahku.

    Kepalanya kutekan makin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulutku. Kukulum lidahnya dan kupermainkan dengan lidahku. Kusedot, kusedot dan kusedot terus sampai Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku. Ya, silat lidah ini berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja pahaku menyenggol vagina tante, terasa agak basah. Pasti Tante terangsang, pikirku. Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji. Biar Tante saja yang aktif.

    Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya kubimbing untuk menggenggam zakarku. Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan digenggamnya juga ‘garuda perkasa’-ku. Bahkan dipijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang keenakan.
    “Shh.. shh..!” desisku sambil mengulum lidahnya.

    Tangan kananku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu meneruskan perjalanannya ke celah paha Tante yang sudah basah. Kusibakkan rambut-rambut tebal itu, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan tengahku di situ. Kugerakkan ke keluar-masuk dan Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku terasa mengeras. Aku tidak tahan lagi.

    “Masukin ya, Tante?” bisikku, lupa pada janjiku.
    “Ja.. jangan, Ron..!”
    “Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!” pintaku.
    “Di.. dijepit paha saja ya, Ron..?”
    Tanpa kusuruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya. Tante membimbing zakarku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya. Ia menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.

    Payudara besar Tante menekan dadaku juga. Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya. Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga terus berupaya memasuki vagina Tante dan mengocoknya.
    “Heshh.. heshh.. Ron.. mm..,” Tante sulit bicara karena mulutnya masih kukulum.
    “Tanganmu.. Ron..!” tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiriku di putingnya, sedang tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kananku di vaginanya.

    Dipegangnya jemariku. Aku hentikan gerakan, tapi tiga jari tetap terendam di vagina basah itu dan kukutil-kutil kecil. Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga jepitan pada zakarku terlepas. Cepat kutarik jemariku dari situ dan kunaikkan sedikit tubuhku sehingga sekarang ganti zakarku berada di pintu gerbang nikmat itu. Kepalanya malah sudah menyeruak masuk.

    “Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!” Tante buru-buru memegang zakarku, digenggamnya.
    “Tapi aku sudah nggak tahan Tante..” desisku.
    “Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!” Tante memperketat genggamannya, sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya.
    “Ii.. ingat janjimu, Ron..!”
    “Ta.. tapi Tante juga ingin kan?” tanyaku polos.
    “Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya.”
    “Apa kalau tidak dimasukkan bukan zinah, Tante?” tanyaku bloon.
    “Bu.. bukan, Ron. Asal burungmu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah..” aku jadi bingung.
    Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.

    “Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita nggak mau berzinah.”
    “Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!”
    Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang. Tante bangkit lalu memutar badannya dan mengangkangiku. Mulutnya ada di atas zakarku dan vaginanya di atas wajahku. Kurasakan ia mulai menggenggam dan mengulum ‘garuda perkasa’-ku. Dikulum dan digerakkan naik turun di mulutnya.

    Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemariku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur dan segera kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya. Kugerakkan cepat, malah agak kasar, keluar masuk sampai basah semua.
    “Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm..” Tante terus mengulum sambil meracau.
    Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi terasa berkejat-kejat. Kemudian cairan hangat membanjiri tanganku dan sebagian menetesi dadaku. Kurasakan cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening.

    Tante kemudian terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakarku sambil mengocoknya. Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar.
    “Egh.. egh.. Tante. Aku mau keluar..!” Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam kulumannya.
    Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung mulut Tante. Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.

    Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya masih terus menjilati zakarku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memelukku. Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.

    “Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?” tanyaku lagi.
    “Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante.” jawabnya sambil mata memejam.
    Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah. Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu bertanya lagi, “Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini, Tante?”
    “He-eh..” jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.

    Jam enam pagi waktu itu. Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan memeluknya dengan ketat. Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun. Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante akan pekerjaan kami. Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan bersebadan dengan Tante lebih lama lagi. Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan Tante, sampai spermaku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorokku.

    Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari lagi. Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang selembar pun. Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme, meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.

    Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima pagi dan delapan paginya lagi kami selalu terkejat-kejat dan orgasme hampir bersamaan. Selama itu memang Tante masih selalu ingat untuk menolakku yang ingin memasukkan penisku ke vaginanya, dan aku pun menurutinya.

    Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penisku ke vaginanya. Tentunya setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah. Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya.

  • Kuluman Suster Yang Bergairah

    Kuluman Suster Yang Bergairah


    2845 views

    Cerita Sex Terbaru – Aku tinggal ma satu keluarga yang terdiri dari bapak ibu dan seorang anak yang masih balita. Bersama keluarga itu tinggallah kakek dari si ibu, yang sudah uzur. Untuk membantu merawatnya, keluarga itu memperkerjakan seorang perawat, amoy, masi abg dan cantik. Senenag aku melihat Fang-fang, begitu nama amoy yang perawat itu. ang-fang baru lulus smu setahun yang lalu, karena tidak mempunyai dana untuk melanjutkan sekolah, dia bekerja sebagai perawat manula. Dia ikut kursus singkat bagaimana merawat manula dan kemudian bekerja di keluarga itu. Rumah yang aku tinggali terdiri dari 2 bangunan, bangunan utama tempat keluarga itu tinggal, dan bangunan laennya merupakan annex dari bangunan utama, disitu ada gudang, dapur dan 2 kamar yang lumayan besarnya. Aku mondok disalahsatu kamar dan Fang-fang tidur dikamar sebelah kamarku. Sudah beberapa kali aku ngintip Fang-fang ketika dia abis mandi. Dari jendelanya yang tidak tertutup korden dengan sempurna aku sudah beberapa kali memandang penuh napsu ke body Fang-fang yang putih mulus seperti lazimnya kulit amoy, toketnya sempurna bentuknya, gak besar si, tapi gak juga tocil, dihiasi dengan pentil imut berwarna pink, pertanda belum sering diemut lelaki. Kalo toh Fang-fang dah gak prawan, paling dia baru beberapa kali ngerasain kemasukan kon tol di me meknya. Perutnya rata dengan puser yang berbentuk segaris, dan jembutnya lebat juga, rapi menutupi daerah me meknya.

    Pernah satu malem, aku pulang terlambat, kudengar erangan dari kamar Fang-fang, ketika kuintip, Fang-fang sedang telentang telanjang bulet, tangan satunya meremas toketnya sembari memlintir pentilnya sedang tangan satunya sedang mengilik it ilnya sendiri. Wah napsuku melonjank drastis, kon tolku langsung keras, tetapi aku belum berani melakukan lebih jauh dari sekadar ngintip terus, akhirnya aku gak tahan. aku masuk ke kamarku sendiri dan mengocok kon tolku abis2an sembari membayangkan sedang ngen totin Fang-fang sampe akhirnya pejuku muncrat dengan derasnya. Ketika aku keluar kamar, kulihat kamar Fang-fang sudah gelap, rupanya dia sudah selesai mengilik dirinya sendiri, gak tau klimax atu enggak. Esok harinya, aku berusaha nanya ke Fang-fang, “Fang, semalem kamu sakit ya”. “Enggak kok mas”, dia memanggilku mas. “Aku denger kamu merintih2 kok”. Fang-fang kulihat merah mukanya, “Gak apa kok mas”, sembari menghindar supaya aku gak bertanya lebih jauh. “Kok malu si Fang, mangnya semalem kamu ngapain, aku tau lo kamu ngapain”, gangguku. “Mas ngintipin Fang-fang ya”, katanya malu. “Abis rintihan kamu bukan rintihan sakit si”. “Abis rintihan apa”. “Rintihan berahi, lagi napsu ya Fang, kok gak ngajak2 si kalo lagi horny”, kataku to the point. “Fang”, terdengar panggilan dari rumah induk. “Opa manggil fang-fang mas”, katanya sambil meninggalkan aku. Saved by the bell.

    Malemnya, Fang-fang papasan ma aku ketika dia mo kembali ke kamarnya. “Mo merintih lagi Fang”, godaku. “Ah mas nggodain Fang-fang aja nih, kan malu, mana diintip lagi”. “Abis kedengaran, aku kira kamu sakit, gak taunya lagi nikmat. Kok dadakan ngilik sih”. “abis liat mas tlanjang”. “Hah”, sekarang aku terkaget2 rupanya dia juga ngintipin aku kalo aku dikamar tlanjang dan ngocok ndiri. Pantes aku suka denger kresek, sampe aku kirain ada tikus, gak taunya Fang-fang yang ngintip lewat koredn yang gak rapet. “satu sama dong”, kataku lagi. “Daripada kamu ngintip gak jelas, aku mau kok kasi liat ma kamu. Mau liat gak”. “Mas punya besar ya, panjang lagi”. “Memangnya kamu dah perna liat punya lelaki laen”. “Cowok Fang-fang dulu”. “Besar gak”. “Besaran dan panjangan punya mas”. “Sekarang masi?” “Udah enggak, padahal aku dah kasi nikmat ma dia, dia malah ninggalin aku ma cewek yang lebi montok dari aku”. “Kasian deh, dah jadi cewek aku aja ya, aku tipe lelaki setia kok”. “Setia apanya, suka ngintipin orang kok setia”. Aku cuma tertawa mendengarnya. “Kamu suka mijet si kakek kan, aku mau dong dipijetin”. “Mas pengen dipijet ato mo mijet Fang-fang”. Dua2nya, pijetin aku ya, pegel2 nih badan”. “Iya deh, tapi cuma mijetin aja yah”. Aku menggangguk.

    Kuajak dia masuk kekamarku, pintu kututup. aku masuk kamar mandi dan melepaskan semua yang nempel dibadanku. kon tolku dah tegak keras banget, napsuku dah sampe diubun2, pokoknya malem ini aku harus nikmati Fang-fang, kayanya dia juga gak keberatan kok ngen tot ma aku. Aku keluar dari kamar mandi dengan membelitkan handuk di pinggang, “Kamu gak buka baju Fang, ntar keringatan”. Fang-fang hanya mengenakan tank top dan celana pendek ketika itu. “Ntar mas napsu lagi kalo Fang-fang buka baju, gini aja gak apa ya mas”. “Ya terserah kamu ja, kan gak enak kalo kringeten”. Aku menelungkup didipan. Dia mulai memijat pahaku. Pijatannya makin keatas, sampai batas handuk, kemudian langsung ke pinggang, terus sampe ke pundak. Setelah selesaidia melap badanku dengan anduk basah. “Depannya enggak Fang, sekalian aja”, pintaku sambil membalikkan badan.

    Dia terkejut ketika aku sudah berbaring telentang, kon tolku nongol dari lipatan handuki. kon tolku besar dan panjang dan sudah keras banget. “Ih mas, kok ngaceng sih”, katanya genit. “Berdua sama cewek cakep dan seksi kaya kamu, mana bisa nahan napsu. Remes kon tolku aja ya Fang”, kataku sambil menarik tangannya dan kuarahkan ke kon tolku. Dia menurut saja, langsung kulepas lipatan handukku, sehingga terbukalah akses ke kon tolku. Diremes dan dikocok pelan, “mas besar banget kon tolnya, panjang lagi. Ngacengnya keras banget”. napsunya bangkit juga, sehingga kocokannya makin cepat. Aku segera duduk dan memeluknya. Bibirnya langsung kucium. “Fang, dilepas ya baju kamu, aku dah kepengen gantian mijit kamu ni”. “Janjinya enggak kan mas”. Kembali bibirnya kucium dengan ganas, sementara tanganku mulai mengelus2 toketnya. “Fang dibuka ya bajunya, aku pengen meremes langsung toket kamu”. Tanpa menunggu jawabannya, aku melepas tanktopnya. Fang-fang mengangkat tangannya keatas untuk mempermudah aku melepaskan tank topnya. Kemudian giliran celana pendeknya yang aku selorotkan. aku membelalak melihat bodinya yang hanya terbungkus bra dan cd, “Fang, kamu napsuin sekali”. Lampu kamar segera kupadamkan. Yang menyala sekarang hanya lampu tidur yang temaram. Biar lebih romantis. Aku segera membaringkan tubuhnya disampingku. Dia menggeliat dan menghadap ke arahku. Aku menggeser badanku mendekati dia. kon tolku langsung melonjak begitu bersentuhan dengan lengannya. Dia berbaring diam di sampingku. Tiba-tiba dia memeluk dadaku. “Kenapa Fang, dingin yaaa……..”, kataku, aku meluncurkan tangan kiriku ke atas kepalanya. Dengan reflek dia mengangkat kepalanya dan tanganku jadi memeluk kepalanya. Dengan manja dia menyandarkan kepalanya ke bahu kiriku. Aku mengelus kepalanya dengan lembut. Kuciumi rambut dan kepalanya dengan lembut. Aku semakin mempererat pelukannya dan melingkarkan kakiku ke pahanya. Sehingga pahanya menyentuh kon tolku. “mas…”, desahnya sambil menengadahkan wajahnya ke wajahku. Aku segera memagut bibirnya. Lama bibir kami berpagutan. Kami sampai terengah-engah karena terlalu bersemangatnya berciuman. Kami berhenti berciuman karena sudah tidak bisa bernafas lagi. Setelah menarik nafas sebanyak-banyaknya, kami saling berpandangan, dan tersenyum. Aku kembali merenggut lengannya dan cepat memagut bibirnya. Dia melayani cumbuanku. Aku melepas branya dan meremas-remas toketnya . Dia mendengus-dengus dan seperti kejang-kejang waktu aku memlelintir pentilnya. Aku kembali memagut bibirnya. Dia menggeliat-geliat. Kuciumi toketnya. Dia agak menggeliat. Kemudian aku mulai menjilati toketnya, memutari toketnya bergantian. Kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil. Kemudian kusedot pentilnya sambil kugigit pelan. Dia kembali menggeliat sambil mengangkat pantatnya. Aku menggapai cdnya dan kupelorotkan ke bawah.

    Sambil tetap menggigit dan mengisap pentilnya, aku menggunakan kaki kananku untuk menurunkan cdnya sampai terlepas sama sekali. Kemudian kuusap me meknya yang dilingkari jembut yang lebat. Aku mengangkat kepalaku untuk lebih jelas melihat me meknya. Kemudian aku mengulum pentilnya. Kemudian jilatanku mulai turun ke arah perutnya. Dia agak meregang waktu lidahku menelusuri permukaan kulitnya dari mulai pentil sampai ke arah pusernya. Kemudian aku kembali memandangi me meknya. Aku duduk langsung menghadap me meknya. “Fang, jembut kamu lebat, pasti napsu kamu besar ya. Kamu gak puas kan kalo cuma dien tot seronde”, kataku sambil mendekatkan wajahku ke me meknya. Dia hanya mendesah saja. Pelan kucium me meknya. Dia menggeliat. Kemudian kujilat dengan lembut sekitar bibir me meknya. Dia mengangkat pantatnya sambil berpegangan pada sepre sambil mendesah, “aaaaaaahhhhhh..”. Aku kemudian menciumi pahanya. Dia melonjak-lonjakan pantatnya beberapa kali. Setelah agak lama menciumi pangkal paha sampat lututnya, aku mulai mengarahkan jilatan pada me meknya. Aku menjilati bibir me meknya. Dia menggelinjang dan mendesah, “auuhhhhhhhhh…….”. Kubuka sedikit bibir me meknya yang sudah basah kuyup, dan segera menjilat it ilnya, “AAAGGGHHHHHHHH……..!!!!!!”, lenguhnya keras dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Kumasukkan lidahku ke dalam me mek nya kemudian kuputar-putar dengan tekanan yang kuat ke sekeliling me meknya. Dia semakin bernapsu. Dijambaknya rambutku sambil menekan kepalaku semakin keras ke arah me meknya. Sesekali aku menggigit it ilnya diselingi dengan sedotan. Napasnya makin tidak beraturan. Dia mendesah-desah dan kadang-kadang menjerit kecil, terutama pada saat it ilnya kugigit-gigit. Akhirnya, kedua kakinya menjepit kepalaku dengan kuat sekali. Kedua tangannya juga menekan kepalaku sekuat tenaga sehingga hidungku pun tenggelam dalam bukit me meknya. Dia mengerang dan menggelinjang. Aku menyedot me meknya sambil menggigit it ilnya terus. Dia terhempas ke kasur dengan mengeluarkan suara dengusan yang kuat. Aku terbebas dari jepitan kakinya. Aku terengah-engah sedang dia tergeletak lemas. Kucium sekali lagi me meknya. dia hanya tersenyum, “mas, luar biasa deh lidahnya, pake lidah saja Fang-fang sudah nyampe, apalagi pake kon tol besar mas ya”.

    aku cuma tersenyum dan turun dari tempat tidur mencari handuk untuk melap mulut dan muka yang berlepotan cairan me meknya. Setelah melap muka , aku kembali ke tempat tidur. Belum sempat naik ke ranjang, dia sudah menyambutku dengan pelukan dan ciuman. Sekarang gilirannya menciumi leher, dada dan pentilku. Lidahnya berputar-putar disekitar pentilku. Kemudian dia mulai menyedot-nyedot dan menggigit-gigit kecil pentilku. Aku jadi keenakan. Dia meluncur kebagian bawah. Dielusnya kon tolku mulai dari pangkal sampai kekepalanya. Kemudian sambil berjongkok, dijilatinya kepala kon tolku. Diputari dengan lidah. Digigit kecil dan dijilati.

    Lama-lama aku tak tahan berdiri kuperlakukan begitu. Akupun duduk di tepi tempat tidur. Dia kembali menjilati kon tolku, dari kepala, batang sampai ke bijinya. Aku jadi merem melek dan mendesah keenakan. Kemudian kepalanya diemutnya. Lidahnya menjilati kepalanya yang sudah masuk mulutnya. Aku sampai bergetar menahan rasa geli-geli nikmat itu. Dan kemudian dengan keras dia menyedot kon tolku. Aku menjepit kepalanya dengan kedua kaki.

    Aku nggak mau kalau sampai ngecret ketika kuemut. Aku berdiri dan menariknya berdiri juga. Aku memeluknya dan mencium bibirnya dengan mesra. “Luar biasa kamu, Fang”, bisikku. Dia cuma tersenyum manja. Akupun membaringkannya di ranjang. Pantatnya kuganjal bantal. “Buat apa mas, kan kon tol mas panjang, masuknya pasti dalem”, tanyanya. Aku diam saja.

    Karena diganjal. me meknya jadi merekah. Aku menjilati me meknya sekali lagi. Dia menggeliat waktu lidahku masuk ke me meknya dan menyentuh it ilnya. Kemudian aku menaiki tubuhnya dan kon tol kutempelkannya di bibir me meknya. Kudorong kepala kon tolku dengan jari supaya masuk ke me meknya. Dia mendesah waktu kepala kon tolku memasuki me meknya. Kemudian aku menggerakkan sedikit maju mundur sehingga dengan pelan tapi pasti seluruh kon tolku terbenam di me meknya. Dia mendesah dan berpegangan erat pada sprei. Setelah kon tolku masuk semua, aku menciumi bibirnya, kemudian agak membungkukkan badanku untuk mengemut pentilnya. “Siap, Fang?”, tanyaku. “Hmmmm..”, dia mengangguk kecil dan tersenyum. Aku meletakkan kedua tanganku di samping bahunya seperti orang push up. Kemudian pelan-pelan mulai mengangkat pantatku. Setengah kon tolku keluar, kemudian kudorong lagi. Semakin lama gerakan naik turun semakin cepat. toketnya terguncang-guncang waktu aku melakukan gerakan memompa ini. Dengan gemas aku mencium, menyedot dan menggigit pentilnya juga. Dia mengimbangi gerakanku dengan memutar pantatnya seirama dengan gerakan pantatku naik turun. Terasa sekali kon tolku seperti mengaduk-aduk me meknya. me meknya sesekali dikejang2kan memijat kon tolku yang sedang keluar masuk dengan cepat.

    Kemudian akupun menegakkan tubuh dengan posisi berdiri di atas lutut. Untuk keseimbangan, aku membuka kakinya lebar-lebar. Sambil berpegangan pada pahanya, akupun memberikan pijatan-pijatan berputar di pangkal paha sampai daerah sekitar me meknya. Dia menjadi mendengus keenakan. Gerakan putaran pantatnya jadi semakin liar. Dengan posisi ini aku bisa memandangi dengan leluasa keluar masuknya kon tolku di me meknya. Kadang-kadang aku merendahkan pantatku sehingga sodokan di bagian atas dinding me meknya lebih terasa. Dia mulai menceracau, gerakan pantatnya sudah mulai melonjak-lonjak tak karuan, aku sengaja menghentikan gerakan maju mundurku. Setelah pantatnya gerakannya pelahan lagi, aku tarik pelan-pelan kon tolku dan kemudian memberikan sodokan yang cepat ke me meknya. Pantatnya langsung melonjak dan berputar lagi dengan keras. Setiap aku menarik kon tolku, terasa bibir me meknya ikut tertarik keluar. Tapi begitu aku menyodokkan kon tolku, bibir me meknya terasa melipat ke dalam dan seperti menelan kontolku.

    Setengah jam kemudian, badanku sudah basah oleh keringat. Kadang-kadang dia mengangkat badannya, menciumku dan kemudian menjatuhkan badannya lagi. Yang jelas sprei tempat tidur sudah tidak beraturan lagi. Dia masih mengelinjang-gelinjang menikmati sodokan-sodokan kon tolku. Akhirnya, dia merenggut leherku dan mendekapnya dengan kuat. Kakinya juga menjepit pinggangkua kuat sekali, sambil mendesah “aaagggghhhhhhh”. Akupun tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kujatuhkannya badannya ke kasur dan kupeluk dengan erat sambil mempercepat pompaannya. Pantatku hampir-hampir tidak bisa bergerak karena jepitan kakinya. Aku mempercepat gerakan kon tolku, dan sekali, dua kali, tiga kali, sampai empat kali aku mengejan, menyemprotkan pejunya didalam me meknya. Badanku menjadi tegang sambil masih berpelukan kuat dengannya. Beberapa saat tubuh kami masih tegang berpelukan sambil menahan nafas berusaha menikmatinya. Akhirnya tubuh kami menjadi lemas dan pelukannyapun mengendor. Kakinya sudah tidak menjepit pinggangku lagi. Tapi aku masih tetap tergeletak di atas tubuhnya. Aku mencium kening, mata, hidung dan bibirnya. Akhirnya kami saling melepaskan pelukan. Dengan pelahan kucabut kon tolku dari me meknya. Dia sedikit menggelinjang waktu aku mencabutnya. “mas, nikmat banget deh dien tot sama mas. Lagian mas mesra banget deh memperlakukan Fang-fang, seperti Fang-fang ini pacar mas saja. Istirahat dulu ya mas, abis itu Fang-fang masih kepingin ngerasain kon tol mas ngaduk2 me mek Fang-fang lagi”, kataku. “Iya sayang, apa sih yang gak boleh untuk kamu”, jawabku sambil tersenyum. Setelah itu kami berpelukan dan tertidur karena kelelahan.

    Paginya dia terbangun karena aku mengusap2 me meknya. “Fang, si kakek pagi gini perlu kamu gak?” tanyaku. “Masa bodo ah, Fang-fang pengen nikmat ma mas lagi”. kon tolku sudah mulai ngaceng lagi. Aku mulai mengusap-usap it il dan me meknya. Rasanya seperti melayang setiap kali aku menyentuh it ilnya. Apalagi ketika aku mulai menjilati pentilnya, dia makin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat akuxmudah me jelajahi me meknya karena menjadi terbuka. Sambil memeluk pinggangnya dengan tangan kiri, aku mulai memainkan jari kanan di me meknya. Dengan ibu jari dan jari tengah, aku membuka me meknya. Jari telunjuk mulai meraba-raba it ilnya. Dia terlonjak setiap aku mengusap it ilnya dibarengi erangannya. Dia meremas-remas sendiri toketnya, sambil menahan kenikmatan di pagi hari. Puas memainkan it ilnya, lidahku mulai berperan. Setiap jilatan membuat dia menjerit. Dia berusaha menjepit kepalaku dengan pahanya, sehingga aku semakin ganas memainkan lidah. Sesekali aku mengisap it ilnya dengan keras. Dia menjadi semakin berisik mengeluarkan erangan. Aku gak perduli karena kamarku lumayan kedap suara.

    Kini gilirannya membelai, mencium, menjilat, dan meremas kon tolku yang sudah ngaceng. Digenggamnya kon tolku yang besar dan keras. Satu kocokan, kini giliran aku yang terpaksa memejamkan mata merasakan nikmatnya genggaman tangannya. Tanpa berlama-lama lagi, dia melumat kon tolku di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, dijilatinya seluruh permukaan kon tolku. Dia hampir tersedak karena ujung kon tolku yang panjang menyentuh pangkal rongga mulutnya, sementara di luar masih tersisa. Dia semakin bernafsu mengulum kon tolku. Pelan tapi pasti dia keluar masukkan kon tolku di mulutnya. Lidahnya disentuhkan ke ujung kon tolku. Pahaku makin terbuka membuat kon tolku makin mengacung kencang. Dia mulai menjilati dan mengulum kantung pelerku. Posisinya yang merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulang keatas. Aku mengusap pantatnya dan kemudian menarik lengannya. Dia kuciumnya sambil kurebahkan keranjang. Aku merebahkan badan disisinya. Berbaring miring, aku mengisap toketnya. Aku mulai bermain lagi di me meknya. Kali ini usapanku sedikit keras dan cepat menggosok it ilnya. Dia menggelinjang karenanya. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, dia kembali nyampe. “mas, sarapannya enak banget deh, mas pinter banget ngilik Fang-fang, sebentar aja Fang-fang dah nyampe”, desahnya.

    Aku tidak menjawab, malah menindih tubuhnya. Dia bisa merasakan bobot tubuhku terutama di bagian bawah pinggangnya. Tanganku sudah tegak di sisi toketnya menopang badanku sendiri. Dia bisa merasakan bagian tubuh bawahku bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan kon tolku. Dia pun langsung meraih kon tolku dan membimbingnya ke me meknya. Aku mendorong kuat pantatku dan dia merasakan rangsekan kon tolku di dinding me meknya. Perlahan cairan me meknya melumasi permukaan kon tolku. Mulai aku menarik kembali kon tolku sedikit dan membenamkannya lagi sampai akhir seluruh kon tolku dilumat me meknya. Sodokan pertama kon tolku masuk seluruhnya. Diapun merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa itu. Apalagi, aku tidak langsung memompa cepat-cepat dan keras. Pertama masuk penuh, aku menahannya dan memandangi wajahnya sambil mengecup bibirnya. Nikmat banget rasanya. Setelah itu, mulailah aku menggerakkan pantatku mengangkat dan menekan yang membuat kon tolku keluar masuk bergesekan dengan me meknya. Dia menyambut setiap gerakan dengan jepitan dan gerakan kecil pantatnya. Dia mengerang makin lama makin keras. Karena erangannya sambil mendongakkan kepala membuatku tambah bernapsu. Semakin kuat dan cepat sodokanku membuatnya merasakan akan nyampe lagi. Dia hanya bisa mencengkram punggungku keras-keras ketika dia mencapai puncak. Kepalanya mendongak keatas hingga kedua bola matanya hanya terlihat tinggal putihnya. Setelah dia nyampe, aku langsung menghentikan gerakan membiarkan kon tolku merasakan cengkraman kuat me meknya. Tindakan ini membuat aku merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini terasa lebih nikmat karena denyutan me meknya tertahan kon tolku, “mas, nikmat sekali…,” katanya sambil memelukku kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundakku. Sekali lagi aku tersenyum, “Enak?”. “Banget, lebih nikmat dari semalem. mas hebat banget deh mainnya”, jawabnya. “Gaya lain…?” tanyaku. Dia langsung mengangguk.

    Aku membalik badannya dan mengangkat badannya bagian bawah dengan memeluk pinggang dari belakang. Tak menunggu lama aku langsung memasukkan kon tolku. Dia menunduk sambil menggigit bibir merasakan seluruh kon tolku terbenam makin dalam di me meknya. Pantatnya terangkat tinggi yang membuat aku langsung mendorong dengan cepat. Dia mengikuti irama dengan mendorong pantatnya ke belakang. Masuk hitungan belasan menit menyodok me meknya, belum ada tanda-tanda doronganku melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat dia juga makin bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi badan, namun baik aku maupun dia justru makin bersemangat. Pantat dan pinggangnya makin bergerak liar membuat aku gak bisa menahan lenguhanku.

    Kemudian ganti dia yang berinisiatif. Dilepaskannya kon tolku dari me meknya dan mendorong aku sampai telentang. Dia langsung menaiki tubuhku dan duduk di atas kon tolku yang masih ngaceng. Ketika dia bergerak naik turun, aku meremas toketnya yang terguncang-guncang. Telapakku yang besar berusaha meraup seluruh permukaan toketnya. Remasannya makin kuat membuat dia makin mempercepat gerakannya. Sekali lagi dia harus mengaku kalah. Karena meski dia telah mencoba berbagai goyangan, justru dia yang kembali yang nyampe duluan. dia langsung ambruk menindihku yang sudah siap menerimanya dengan pelukan dan kecupan. “mas kuat banget sih..”, desahnya.

    “Kamu di bawah lagi ya…?”, jawabku. Dia mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kananku. Aku memasukkan kon tol nya ke mulutnya. Puas mengulum dan menjilati kon tol yang dipenuhi lendir me meknya, dia kembali merebahkan diri. Aku langsung menaikinya dan mendorong kon tolku masuk, dimulai dengan perlahan dan terus semakin lama semakin kuat dan cepat. Kemudian sodokanku menjadi lebih keras dari sebelumnya. Sesaat kemudian aku mengerang panjang dan menyodokkan kon tolku sangat kuat beberapa kali. Diapun bisa merasakan hangatnya pejuku muncrat di dalam me meknya. Aku masih terus menyodok terputus-putus dan semakin melemah. Pejuku mengalir keluar setiap aku menyodokkan lagi kon tolku. Setelah benar-benar selesai, akupun ambruk menindihnya. Aku terdiam sesaat di atasnya. Dia mengusap lembut kepalaku, “Puas mas…?”. aku hanya mengangguk. Badanku terasa lemas. “Fang, nikmatnya benar-benar ngga ada yang nyamain…”. “mas juga hebat. Fang-fang selalu k o duluan. Terima kasih ya mas untuk kenikmatan ini. Fang-fang mau kok ngeladenin napsu mas lagi….”. Aku mengeratkan rangkulanku. Dia pun membalasnya diikuti kecupan di bibir. Setelah semuanya selesai, kami mandi bersama.

  • Foto Ngentot ThreeSome HOT

    Foto Ngentot ThreeSome HOT


    1705 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat Sore Pencinta Bokep, Lagi Pada menunggu udpate terbaru foto ngentot dari duniabola99.org , Jangan khawatir teman-teman kami sudah menyediakan Foto Ngentot Terbaru yang selalu update setiap harinya untuk memanjakan mata anda, Kali ini kami Foto Ngentot yang kami bagikan adalah Threesome dimana ada 3 orang dalam percinta tersebut dan pastinya akan sangat seru, Penasaran? oke kalau begitu langsung saja simak Foto-Foto nya dibawah ini!!! Siap-siap croottt ya di sore hari. 😀

  • Cerita Perjalanan Nikmatku

    Cerita Perjalanan Nikmatku


    1429 views

    Cerita Sex Terbaru –  Jean, adik perempuan mamanya, tiba di rumah Sabtu pagi.
    “Hallo Sweety,” dia berkata. Rick tidak marah, ini memang nama julukan yang dia berikan ketika Rick dilahirkan. Tantenya berpikir bahwa nama julukan tersebut sangat cute Mereka sangat dekat melebihi hubungan keponakan dan tante, dengan gayanya berpikir seperti anak muda, dia bisa menyesuaikan diri untuk dapat lebih memperhatikannya Rick

    “Hallo Jean,” mamanya dan ia berkata bersamaan. “Ada apa?” mamanya menambahkan.

    “Tidakkah kalian berdua ingat? Kalian berjanji untuk membantuku untuk memindahkan beberapa mebel dari gudang di tanah pertanian kakek? Apakah kamu juga lupa Terri?”

    “Oh, aku benar-benar lupa sama sekali, tetapi tidak jadi soal sebab semua sudah di tata di balik kamar tidur.” Dia beralih ke putra nya. “Dapatkah kamu menolong Rick?”

    “Yah,” Rick berkata. “Aku tidak mempunyai rencana apapun hari ini. Tod keluar kota dan Jeff sedang sakit, jadi aku tidak masalah”

    Seperti apa yang dikatakan oleh Rick, banyak pekerjaan yang harus dilakukan, memuat tempat tidur, peti dan kotak-kotak dari rumah tantenya lalu memuatnya ke dalam pickup. Akhirnya setelah dua jam mereka adalah siap untuk pergi. Rick menutup muatan, karena kelihatannya mau hujan dan bahkan mereka harus memindahkan beberapa kotak-kotak di dalam kabin truck untuk memberikan tempat duduk buat Jean.

    “Kamu sepertinya terpaksa duduk di pangkuan Rick,” Jean berkata kepada Terri, “Disini tidak ada cukup tempat untuk duduk.”

    “Apa tidak masalah Rick?” mamanya berkata.

    “Well, Selama berat mama tidak ada satu ton, dan membebani salah satu sisi dari truk,” Rick berkata sambil tertawa.

    Walaupun mamanya telah berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya masih seperti anak-anak SMU, dengan tubuhnya yang masih kencang dan seksi, buah dadanya yang masih membulat sempurna, dan puting susunya yang mungil, serta pantatnya yang padat berisi. Tetapi mama tidak pernah menyombongkan keseksian yang dimilikinya.

    Ia mulai memanjat ke dalam dan menempatkan duduk di pangkuan anaknya.

    Mama hanya mengenakan sebuah pakaian musim panas yang tipis dan Rick dapat melihat, mamanya hanya memakai sebuah celana dalam kecil bergaris dan kutang di bawah pakaian luarnya. Rick merasakan panas dari tubuh nya mengalir ke batang penisnya. Rick kembali memusatkan pikiran pada jalan di depannya. Jean mulai bergerak meninggalkan tempat semula, dan tak lama kemudian mereka sudah ada di jalan utama menuju ke kebun, dua puluh mil jauhnya.

    Jalan tersebut sedang diperbaiki, lebih dari 5 mil, dan truck tersebut mulai berguncang dan begoyang karena melewati gundukan-gundukan tanah di jalanan yang belum terselesaikan.

    Jean dan mamanya mengobrol tentang hal-hal yang berbau wanita, membiarkan Rick dengan lamunannya sendiri. Pada suatu saat Rick menyadari kalau goncangan itu mulai mempengaruhi, pantat mamanya terasa menggesek-gesek hangat di selakangannya, tanpa sadar penisnya mulai berereksi. Ia merasakan panas dingin ketika penisnya bereaksi. Rick mencoba untuk mengalihkan pikirannya dengan hal-hal lain, tetapi semakin banyak ia mencoba memikirkan hal-hal lain, semakin banyak ia merasakan ereksinya. Secara berangsur-angsur, penisnya menjadi lebih lebih keras dan berereksi penuh, padahal mamanya sedang berada di pangkuannya. Gesekan-gesekan pantat mamanya menjadikan penisnya semakin kaku seperti besi baja. Ia bisa merasakan celah diantara kaki-kaki miliknya mamanya, dan akhirnya, dia dapat merasakan belahan vagina mamanya dibalik celana dalam itu.
    Tidak mungkin kalau mamanya belum merasakan keganjilan pada penis Rick, tetapi mama hanya diam dan tidak ada gerakan yang mengindikasikan dia merasakan hal itu. Memang, Terri pada mulanya mengabaikan apa yang terjadi pada penis anaknya, Lalu dengan spontan dia menyesuaikan gerakan, hingga penis anaknya berada tepat di vaginanya. Pada permulaannya, dia tidak berpikir bahwa anaknya akan dapat mangalami ereksi ketika dia duduk dipangkuannya. Terri hampir saja tertawa nyaring. Goyangan tersebut membuat celana dalamnya tersingkap, hingga tanpa sengaja vaginanya tidak terlindungi lagi oleh celana dalamnya.

    Lalu suatu benturan mendadak menggesek penis Rick di belahan vaginanya.

    Satu menit kemudian, berpikir tentang yang barusan terjadi, Terri mengetahui bahwa secara teknis, untuk sekejap , penis anaknya tadi sempat masuk di dalam vaginanya. Benar, walaupun hanya ujungnya saja, dan masih tertutup oleh kain celana tipis, tetapi apa bedanya dengan penis yang terbungkus kondom? Gambaran erotis itu semakin membuat vaginanya makin basah.

    Sama sekali belum pernah terlintas dipikirannya untuk menjadikan anaknya sendiri sebagai pasangan seksualnya, perkawinan dengan suaminya telah membuat ia bahagia, walaupun 3 bulan yang lalu ayah Rick telah divonis oleh dokter terkena serangan Stroke, dan harus berhenti berhubungan seksual selama 6 bulan, tetapi ia sama sekali tidak keberatan.Jari-jari suaminya dan dengan bantuan vibrator telah membantu dia mengatasi nafsu birahinya.

    Satu lonjakan kendaraan, membuat penis Rick kembali membelah bibir vaginanya secara perlahan, menyadarkan dia kembali. Terri berusaha untuk merapatkan kedua pantatnya, untuk menutup belahan vaginanya, tetapi tindakan itu semakin berefek kebalikannya. Mengingatkan dia bahwa penis anaknya rick, yang kini sudah berusia 18 tahun, semakin menggosok belahan bibiir vaginanya.

    Terri sesaat tergoda untuk membiarkan penis anaknya memasui liang vaginanya. Sesaat dia merasakan kemarahan di dirinya sendiri, kenapa Rick seakan-akan sengaja melakukan itu. Walaupun dalam hatinya dia juga mengharapkan hal tersebut.

    Semenit kemudian truck mulai berbelok memasuki lahan pertanian mereka. terri menghela nafas penuh kelegaan. Berhasil menghidari sutu perbuatan yang bisa menghancurkan kehidupan mereka kelak.

    Jalan itu ternyata juga semakin buruk keadaannya. Kendaraan bergoncang ke kiri dan ke kanan menghindari beberapa lubang. Sesaat, gesekan antara kedua selakangan ibu dan anak itu membuat Rick semakin panas dingin. Walaupun belum disebut berhubungan intim, tetapi dia merasakan gesekan-gesekan tersebut hampir membuat dia ber-ejakulasi. Sesaat sebelum itu terjadi, truck ternyata sudah berhenti di lahan pertanian.

    “Nah, itu dia” Jean berkata, “Tidak begitu buruk kan?”

    “Aku rasa itu sempurna” mamanya berkata. Dia memutar pinggulnya lalu bergeser diatas batang penis Rick yang masih mengeras, lalu bergeser ke samping dan meloncat ke bawah. Gerakan tersebut membuat pakaiannya bagian bawah tersingkap keastas sehingga celana dalam mamanya terlihat.

    “Aku rasa Rick masih berpikir tentang hal lain.” Dia berkata begitu sambil mengedipkan mata ke anaknya

    Rick tidak mempercayai apa yang didengar dari bibir mamanya.

    “Ah tidak, aku setuju denganmu ma, ini sangat sempurna” ia berkata.

    “Bagus kalau begitu” Jean berkata. “Ayo masuk dan bertanya kepada ayah dimana barang-barang ini dimasukkan.”

    “Rick” mamanya berkata, “Kenapa kamu tidak menunggu disini saja sambil membuka penutup lalu menurunkan beberapa barang?” Matanya melirik ke selakangan Rick dan kembali ke muka nya. Muka Rick kontan memerah, ketika dia menyadari betapa sulitnya menyembunyikan penisnya yang masih berereksi di dalam calana pendek itu.

    “Setujui, aku akan mengurusnya” ia tersipumelanggar.com/.com

    Dia tersenyum dan berjalan mengelilingi truk itu untuk bergabung dengan Jean diperjalanannya menuju ke dalam rumah. Dua puluh menit kemudian, muatan itu sudah ada didalam rumah, dan mereka sudah siap untuk memulai membongkarnya. Tetapi seperti biasanya ketika mereka mengunjungi nenek, dia mendesak mereka membawa beberapa buah kalengan, sehingga mereka mendapatkan dengan tiga karton yang besar penuh. Sama seperti mereka sedang memuat barang-barang tadi, hujan mulai turun.

    Kakek mengusulkan kita menaruhnya di kabin truk itu agar kotak karton tidak basah, maka seperti tadi, kotak-kotak tersebut akhirnya ditaruh tepat dipertengahan tempat duduk truk dan Terri harus berada pangkuan Rick lagi.

    Belum begitu lama, di dalam perjalanan, penis Rick kembali ereksi penuh dan menggosok-gosok belahan vaginanya. Ada keraguan kecil di dirinya ketika secara tidak sengaja penis anaknya yang masih berada di dalam celana, kembali menggosok-gosok klitorisnya setiap kali truk itu bergoncang melalui jalan berlubang.

    Sebenarnya, Teri tanpa sengaja menggeser posisinya hingga demikian. Kemudian meski dia bimbang jika itu tadinya semua adalah ketidak sengajaan, posisi kakinya dia tempatkan dibawah, dan dia sengaja menggerakkan pantatnya sedikit naik dan turun. Menghasilkan hilangnya keseimbangan pada pantatnya, sehingga kini dia bertumpu penuh pada penis Rick yang sedang tegak ber-ereksi, dan mulai membelah bibir vaginanya.

    Perjalanan pulang terasa lebih lambat karena hujan dan berkabut. Mamanya menyesuaikan posisi pantatnya, sehingga penisnya tepat berada diantara belahan selakang mamanya penisnya kini menempel erat di vagina mamanya.
    Sangat sulit dibayangkan, betapa sentakan-sentakan kecil akibat goyangan truck itu terus-menerus membuat penisnya menggosok-gosok lembut belahan vagina mamanya. Sesekali dia menyesuaikan diri dengan goncangan truck sehingga penisnya menyodok lembut belahan vagina mamanya. Kadang-kadang Rick takut ketahuan, bahwa dia dengan sengaja menodok-nyodokan penisnya sendiri di vagina mamanya. Tetapi setelah beberapa saat, Rick menyadari kalau mamanya juga sengaja menyesuaikan diri terhadap sodokan penisnya.

    Pertama kalinya Rick takut kalau gerakan-gerakan tidak wajarnya akan disadari oleh mamanya, tetapi dia menyadari satu gerakan kecil mama yang mendorong pantatnya ke bawah. Sesaat Rick merasa bersalah, tetapi dengan segera ia merasakan satu dorongan kecil oleh mamanya. Ia menjawab dengan suatu daya dorong yang kuat terhadap vaginanya. ternyata mamanya juga menanggapi sentakan itu, dalam sekejab mereka sudah melakukan petting.

    Beberapa kotak-kotak diantara tante dengan dia dan mamanya mencegah tantenya mengetahui apa yang mereka lakukan. Pinggul-pinggul mereka tetap memainkan irama yang sama.Rick yang pertama kali menempatkan kedua tangan di pinggul mamanya, lalu bergeser ke paha mamanya.

    Terri menarik menarik nafas pendek, tetapi dia tetap meneruskan menggesek-gesekkan vaginanya di penis Rick, seakan-akan, tangannya sendiri yang sedang mengocok penis Rick. Rick mulai pelan-pelan menarik tepian rok mamanya keatas. Ia berharap dapat menyentuh celana dalam mamanya. Hampir saja Rick mencapai ejakulasi, mereka telah sampai kembali di rumahnya. Terri kembali lagi berputar di atas penis anaknya lalu turun dari truck, seperti tadi, entah sengaja atau tidak, celana dalamnya kembali terkespos di depan Rick.

    Rick mengikutinya keluar dari kabin, lalu mamanya meraih salah satu diantara kotak-kotak itu dan mengangsurkannya kepada Rick.

    “Ini sayang, tolong letakkan ini di dalam dapur. Senyum mamanya seakan memberi perlindungan agar penisnya yang sedang ereksi tertutup oleh kotak itu.

    “Terima kasih untuk semua bantuan kalian berdua,” Jean berkata sambil tertawa.

    “Hey, tidak masalah kok, kita menyukainya, sangat menyenangkan malah” Terri berkata. “Aku pikir Rick juga sangat menyukai perjalanan tadi.”
    “Yah, Tante Jean, aku benar-benar menyukai pergi ke luar, ke pertanian. Itu adalah kesenangan tersendiri, maksudku lain untuk membandingkan naik truck dan naik mobil. Bergoyang-goyang seperti wahana di Disney Land!”

    “Jika benar kalau naik truck tadi seperti yang ada di Disney Land,” mamanya berkata, “Aku akan senang ke sana beberapa waktu yang lalu.

    “Ah, mama tahu maksudku lah, seperti uji nyali seumur hidup” Rick berkata.

    “Yup, mama setuju sekali” dia berkata. Terri tahu pasti, bahwa kenyataannya itu memang benar-benar menguji nyalinya.

    Rick membawa kotak di dalam dan meletakkannya di meja dapur, lalu memasuki ruang keluarga dan mengambil remote. Ia memencet tombol dua kali dan suara keras MTV langsung terdengar dari pesawat Televisinya. Ia memilih suatu kursi yang lurus, karena ia mengetahui mamanya akan marah jika ia duduk di sofa dengan celana pendek yang kotor. Terri mengikuti dia ke dalam ruangan. Dia berhenti disebelah anaknya.

    “Kamu tidak keberatan jika mama kembali duduk di pangkuan?”
    “Tidak, ma. Seperti aku katakan tadi kepada tante Jean, perjalanan itu adalah ujian nyali seumur hidup.”

    “Dan berat badanku tidak mengganggu kan?”

    “Mam, mama sungguh tidak berat, aku sanggup menahannya dan itu tidak berarti sama sekali bagiku.”

    “Benarkah? berarti kamu tidak keberatan untuk sekali lagi memangku mama?”

    Rick dengan cepat memandang padanya. “Aku… Aku tidak tahu…tapi sungguh tidak apa-apa.”

    Terri terbelalak untuk sekejab. Ya Tuhan, apa yang sedang saya yang lakukan. Ini adalah anakku. Jika aku duduk dalam pangkuan nya, bisa menjadi tak terkendali. Tetapi hati kecilnya meyakinkan kalau dia sudah cukup tua dan bisa mengendalikannya, ini hanyalah gurauan antara mama dan anaknya. Matanya memandang Rick sebentar lalu dia menempatkan posisi di depan dari Rick, dan duduk di pangkuannya. Tetapi kaki-kakinya sekarang berada di sisi luar kaki Rick dan lebih terbuka lebar. Rick tidak percaya bahwa mamanya baru saja mengangkangi dirinya dan duduk dalam pangkuannya. dalam sekejab dia langsung ereksi. Berhadapan langsung dengan vagina mamanya, hanya dibatasi oleh secarik kain tipis celana dalam mamanya dan celananya sendiri. Sebentar kemudian, mamanya kembali melakukan gerakan yang sama, menekan-nekan penisnya, seperti di dalam truck tadi. Rick mendorong dirinya ke belakang. Membuat berpura-pura kecil mendorong penisnya ke vagina mamanya.
    Mamanya kembali menggesek penis Rick dengan vaginanya. Sekarang mereka tidak berpura-pura lagi, mereka sedang melakukan petting. Rick meletakkan tangannya di paha mamanya. Mama hanya memandang dirinya tetapi tidak berkata apa-apa. Dia sedang terengah, karena sensasi yang ditimbulkan karena gesekan alat kelamin keduanya. Rick pelan-pelan mulai menyingkapkan rok mamanya menuju ke pangkal paha mamanya. Terri sedang berkonsentrasi pada penis anaknya yang keras menekan di bibir vaginanya.

    Akhirnya celana dalamnya terlihat, dan pakaiannya disibakkan oleh Rick hingga pada pinggangnya. rick menurunkan tangannya dan mengelus paha mamanya dengan jari-jarinya hingga hampir menyentuh vagina mamanya. Terri membelalak, tetapi tidak berkata apapun. Pelan-pelan tangan-tangannya dinaikkan, dan dia meneguk ludah ketika mereka menjamah gundukan di celana dalamnya. Rick menggosok vagina mamanya dan membuat cairan vagiannya belepotan hingga membasahi celana dalam dan belahan paha mamanya. Jari-jarinya menelusuri ‘celah’ yang terbentuk di celana dalam itu dan yang merupakan bibir vagina mamanya, jarinya menelusur membelah ‘celah’ dari pangkal yang bawah hingga menuju ke klitoris, yang secara langsung terlihat tembus pandang karena kainnya yang basah.

    Ia mempermainkan jari-jarinya di situ, dan Terri mengerang. Rick melepaskan celana dalam mamanya dengan satu tangan, ia menyelipkan lainnya di karet celana dalam yang di perut lalu menarik kebawah melalaui vagina mamanya. Terri mengangkat sedikit pantatnya ketika celana dalam melewati pantatnya dan terus meluncur hingga kelututnya. Rick mengembalikan tangan-tangannya ke vagina mamanya, Terri mengamati dengan perasaan kagum melihat putra nya menyelinapkan jari-jarinya di celah bibir vaginanya, membukanya dan pelan-pelan menyisipkan dua jari-jari nya ke dalam liang vaginanya. Dengan segera Terri mengalami orgasme, dia mengerang hebat.

    “Ya Tuhan, mama orgasme di jari-jarimu. Oh Tuhan, apa yang sudah kita lakukan?”

    Rick tidak menantikan satu jawaban, ia mengangkat pinggul mamanya, memaksanya sebelum mamanya sadar, Rick telah melolosi celananya sendiri, membebaskan penisnya yang besar. Dengan sedikit usaha, dia menarik keluar penisnya sendiri, dan tiba-tiba di sana di bawah Terri, berdiri sepanjang 21 cm dari daging, berambut merah dan berdenyut. Terri tidak menyadari semua tindakan yang dilakukan oleh anaknya, dia masih belum lepas dari intensitas orgasmenya, dan hampir tidak mampu berdiri, Rick memeganginya. Secara perlahan Rick menurunkan pinggul mamanya. Ketika mamanya duduk Rick memposisikan penisnya secara langsung liang basah vagina mamanya. Terri berpikir jari-jari anaknya yang menguak liang vaginanya, tetapi semakin lama liang vaginanya semakin melebar. Akhirnya Terri menyadari keadaan yang akan terjadi. Dia berteriak mencegah, “Rick, jangan! Jangan dimasukkan!”

    Rick melepaskan pegangan pada pinggul mamanya. Dengan dilepaskan pegangan, maka secara otomatis pinggul mamanya turun dan penis Rick perlahan-lahan memasuki liang vaginanya.

    “Ohhhh, Ohh ya Tuhan. Rick, ohh Tuhan, penismu sangat besar. Ohh kamu seharusnya tidak memasukkan penismu, aku adalah mamamu.” Terri sudah benar-benar menduduki penis Rick sepenuhnya. Vaginanya penuh sesak dipenuhi penis gemuk milik anaknya.

    “Unhh,” Terri mengerang. Rick dengan segera mengangkat pinggul mamanya sedikit lalu menjatuhkannya lagi di penisnya. Menenggelamkan dalam-dalam penisnya di dalam liang vagina mamanya. Lalu lagi; kembali, dan lagi begitu seterusnya.

    Beberapa saat kemudian, Terri menggerakkan dirinya sendiri mengikuti irama sodokan anaknya sendiri. Beberapa sodokan kemudian, Terri mulai menggosok-gosok klitorisnya sendiri.
    “Ya Tuhan Ricky, kamu benar-benar perkasa.”

    “Mam, rasanya aku akan keluar, benar-benar akan keluar maaaa…..”

    Terri meletakkan kepalanya dibahu Rick. “Aku juga, sayang. Mama juga. Penismu membikin mama akan orgasme lagi. Semprotkan di dalam vagina mama, sayang, keluarkan di dalam vagina mamamu!”

    “Ohhh, Mommmmmm.” penisnya benar-benar menyemburkan cairan kental di liang vagina mamanya.

    “Yah….yah…begitu sayang….semprotkan di dalam vagina mamamu….! Penuhi vagina mamamu….!”

    “Ya Tuhan, apa yang kalian lakukan?,” Jean menjerit. “Rick, kamu benar-benar menyetubuhi mamamu sendiri!”

    Terri hanya memutar punggungnya, sementara penis Ricky masih terbenam di vaginanya setelah mereka mengalami orgasme yang hebat itu. Dia memutar kepalanya melihat asal suara yang terdengar dari pintu dapur.
    “Tidak benar-benar, Dik,” dia berkata. “Kita memang sedang bersetubuh, dan jika kamu berpikir kalau aku akan membiarkan penisnya keluar dari tubuhku hanya karena kamu memergoki kami, kamu salah! Kamu dapat menonton kami bersetubuh, lalu bermasturbasi dengan jari-jarimu atau kalau tidak suka, silahkan palingkan kepalamu ke arah lain!”

    Terri memutar tubuhnya kembali berhadapan dengan anaknya, Rick, lalu dia mencium dengan mesra bibir anaknya itu, lidahnya meluncur masuk ke dalam mulut Rick. “Penismu masih terasa keras sayang, Setubuhi mamamu lagi! Kita selesaikan masalah ini nanti, setelah kamu menyetubuhi mamamu hingga lepas tulang belulangmu! Kecuali jika tidak mau melakukan ini lagi?”

  • Menjaga Putra Tunggalku

    Menjaga Putra Tunggalku


    1556 views

    Cerita Sex Terbaru – Cerita Ini Kisah Nyata Yang Mau Aku Ceritakan, Berawal Dari Arisan ibu-ibu selalu saja memiliki gosip yang berbagai ragam. Mulai dari gosip berlian, gosip hutan piutang, bahkan gosip seks. Kali ini aku terkejut sekali, ketika seorang teman membisikkan padaku, kalau Ibu Wira itu, suka rumput muda. Justru yang dia sukai adalah laki-laki belasan tahun. Rasany aku kurang percaya. Ap ia? Bu Wira yang sudah berusia lebih 50 tahun masih doyan laki-laki belasan tahun?

    “Woalaaah…Bu Tuty masya enggak percaya sih?” kata Bu Lina lagi.
    Aku sudah janda hampir 10 tahun, sejak perkawinan suamiku dengann istri mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, keculi Julius putra tunggalku harus bersamaku dan rumah yang kami benagun bersama, menjadi milikku. Aku sakit hati sekali sebenarnya. Justru perkawinan suamiku, karena katanya aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak peranakanku diangkat, ketika aku dinyatakan terkena tumor rahim. Suamiku mengakui, kalau permainan seksku masih sangat Ok. Dalam usia 37 tahun, aku masih keliahatan cantik dan seksi.

    “Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik melirik anak bu Tuty terus tuh,” kata Bu Salmah tetanggaku itu. Kini aku jadi agak percaya, ketika aku melihat dengan jelas, Bu Wira mengedipkan matanya ke putra tunggalku Julius. Rasanya aku mau marah, kenapa Bu Wira mau mengincar putraku yang masih berusia hampir 15 tahun berkisar 12 hari lagi.

    Sepulang dari arisan, aku sengaja mendatangi tetangga yang lain dan secara lembut menceritakan apa yang diceritakan Bu Salmah kepadaku. Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari ceritanya, suami bu Wira sudah tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah tahu kelakuannya itu. Bu Wira memang suka burung muda, kata mereka. Bahkan putra tetanggaku titu pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu ribut-ribut, lagi pula anaknya yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan saja.

    “Laki-laki kan enggak apa-apa bu. Kalau anak perempuan, mungkin perawannya bisa hilang. Kalau anak laki-laki, siapa tahu perjakanya hilang,” kata tetanggaku pula. Bulu kudukku berdiri, mendengarkan celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas denga dua informasi itu. Aku bertandang lagi ke tetanggaku yang lain masih di kompleks perumahan …..(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga mengatakan, kalau itu soal biasa sekarang ini.
    Malamnya aku ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius. Julius mengatakan, kalau Tante Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali pernah menyalaminya dan mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan putraku. Pernah sekali juga, kata putraku, Tante Wira mengelus burung putraku dari balik celananya, waktu putraku bermain ke rumah Tante Wira.

    Aku sangat terkejut sekali mendengar pengakuan putraku Julius menceritakan tingkah laku Bu Wira. Tapi tetanggaku mengatakan, itu sudah rahasia umum, dan kini masalah itu sudah biasa. Bahkan tetanggaku mengajakku untuk berburu burung muda bersama-sama.

    Malamnya aku tak bisa tidur. AKu sangat takut, kalau putraku akan menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks itu. Sudah sampai begitu? Semua sudah menjadi rahasia umum dan tak perlu dipermasalahkan? Lamat-lamat aku memperhatikan putraku. Trnyata dia memang ganteng seperti ayahnya. Persis fotocopy ayahnya. Walau masih 15 tahun, tubuhnya tinggi dan atletis, sebagai seorang pemain basket. Gila juga pikirku.

    Rasa takutku marah-marah kepada Bu Wira, karean aku juga mungkin pernah dia lihat berselingkuh dengan teman sekantorku. Mungkin itu akan jadi senjatanya untuk menyerangku kembali, pikirku. Hingga aku harus menjaga anak laki-lakiku yang tunggal, Julius.

    Ketika Julius pergi naik sepeda mootr untuk membeli sesuatu keperluan sekolahnya, aku memasuki kamarnya. Aku melihat majalah-majalah porno luar negeri terletak di atas mejanya. Ketika aku menghidupkan VCD, aku terkejut pula, melihat film porno yang terputar. Dalam hatiku, aku haru semnyelamatkan putraku yang tunggal ini.

    Sepulangnya dari toko, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati.

    “Kamu kan sudah dewasa, nak. Mami tidak marah lho, tapi kamu harus jawab sejujurnya. Dari mana kamu dapat majalah-majalah porno dan CD porno itu,” kataku. Julius tertunduk. Lalu menjawab dengan tenang dan malu-malu kalau itu dia peroleh dari teman-temannya di sekolah.

    “Mama marah?” dia bertanya. AKu menggelengkan kepalaku, karena sejak awal aku mengatakan, aku tidak akan marah, asal dijawab dengan jujur. AKu harus menjadikan putra tunggalku ini menjadi teman, agar semuanya terbuka.

    “Kamu sudah pernah gituan sama perempuan?” tanyaku.
    “Maksud mami?”
    “Apa kamu sudah pernah bersetubuh dengan perempuan?” tanyaku lagi. Menurutnya secara jujur dia kepingin melakukan itu, tapi dia belum berani. Yang mengejutkan aku, katanya, minggu depan dia diajak kawan-kawannya ke lokalisasi PSK, untuk cari pengalaman kedewasaan. Aku langsung melarangnya secara lembut sebagai dua orang sahabat. Aku menceritakan bagaimana bahaya penyakit kelamin bahkan HIV-AIDS. Jika sudah terkena itu, maka kiamatlah sudah hidup dan kehidupannya.

    “Teman-teman Julius, kok enggak kena HIV, MI? Padahal menurut mereka, merekaitu sudah berkali-kali melakukannya?’ kata putraku pula. Ya ampun….begitu mudahnya sekarang untuk melakukan hal sedemikian, batinku.
    “Pokoknya kami tidak boleh pergi. Kalau kamu pergi, Mami akan mati gantung diri,” ancamku.
    “Tapi Mi?”
    “Tapi apa?”
    “Julius akan kepingin juga. Katanya nikmat sekali Mi. Lalu bagaimana dong? Julius kepingin Mi. Katanya kalau belum pernah gituan, berarti belum laki-laki dewasa, Mi?” putraku merengek dan sangat terbuka. Aku merangkul putraku itu. Kuciumi keningnya dan pipinya denga penuh kasih sayang. Aku tak ingin anakku hancur karean PSK dan dipermainkan oleh ibu-ibu atau tante girang yang sering kudengar, bahkan oleh Bu Wira yang tua bangka itu.

    Tanpa terasa airmataku menetes, saat aku menciumi pipi putraku. Aku memeluknya erat-erat. Aku akan gagal mendidiknya, jika anakku semata wayang ini terbawa arus teman-temannya ke PSK sana.

    “Kamu benar-benar merasakannya, sayang?” bisikku.
    “Iya Mi,” katanya lemah. Aku merasakan desahan nafasnya di telingaku.
    Yah…malam ini kita akan melakukannya sayang. Asal kamu janji, tidak mengikuti teman-temanmu mencari PSK, kataku tegas.
    “Berarti aku sama dengan Tony dong, Mi?”
    “Tony? Siapa Tony?” tanyaku ingin tahu, kenapa dia menyamakan dirinya dengan Tony. Menurut cerita Julius putraku, Tony juga dilarang mamanya mengikuti teman-temannya pergi mencari PSK, walau Tony sudah sempat juga pergi tiga kali bersama teman-teman sekelasnya. Untuk itu, secara diam-diam Tony dan mamanya melakukan persetubuhan. Katanya, Tony memakai kondom, agar mamanya tidak hamil. Aku terkejut juga mendengarnya.

    “Kamu tidak perlu memakai kondom, sayang. Mami yakin, kalau mami tidak akan hamil,” kataku meyakinkannya. Seusai makan malam, Julius tak sabaran meminta agar kami melakukannya. AKu melihat keinginan putra begitu mengebu-gebu. Mungkin dia sudah pengalaman melihat CD Porno dan majalah porno pikirku. AKu secepatnya ke kamar mandi mencuci paginaku dan membuka BH dan CD ku. AKu memakai daster miniku yang tipis. Di kamar mandi aku menyisiri rambutku serapi mungkin dan menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuhku. Aku ingin, putraku mendapatkan yang terbaik dariku, agar dia tidak lari ke PSK atau tante girang. Putraku harus selamat. Ini satu-satunya cara, karea nampaknya dia sudah sulit dicegah, pengaruh teman-temannya yang kuat. Jiwanya sedang labil-labilnya, sebagai seorang yang mengalami puberitas.
    Begitu aku keluar dari kamar mandi, putraku sudah menanti di kamar. Dia kelihatan bingung melihat penampilanku malam ini. Tidak seperti biasanya.

    “Kamu sudah siap sayang,” kataku. Putraku mengangguk. Kudekati dia. Kubuka satu persatu pakaiannya. Kini dai telanjang bulat. AKua melapaskan dasterku. Aku juga sudah telanjang bulat. Aku melihat putraku melotot mengamati tubuhku yang telanjang. Mungkin dia belum pernah melihat perempuan telanjang sepertiku di hadapannya. Aku duduk di tempat tidur. Kutarik tangannya agar berdiri di sela-sela kedua kakiku. Aku peluk dia. Aku kecip bibirnya dengan mesara. Pantatnya kusapu-sapu dengan lembut, juga punggungnya. Dengan cepat terasa burungnya bergerak-gerak di perutku. Kujilati lehernya. dia mendesah kenikmatan. Liodahku terus bermain di pentil teteknya. Lalu menjalar ke ketiaknya dan sisi perutnya. Aku merasakan tangan anakku mulai memagang kepalaku. Kuperintahkan dia untuk duduk di pangkal pahaku. Kini dia duduk di pangkal pahaku, dengan kedua kakinya bertumpu ke pinggir tempat tidur. Tiba-tiba aku merebahkan diriku ke tempat tidur. dia sudah berada di atasku. Kuminta agar dia mengisap puting susuku. Mulutnya mulai beraksi. Sementara burungnya terasa semakin keras pada rambut paginaku. Dengan cepat pula, kurebahkan dirinya. Kini aku yang balik menyerangnya. Kujilati sekujur tubuhnya. Batang burungnya, telur yang menggantung di pangkal burungnya. Ku kulum burungnya dan kupermainkan lidahku pada burung itu.

    “Mami…geli,” putraku mendesah.
    “Tapi enakkan, wayang,” tanyaku.


    “Enak sekali Mi,” katanya. Aku meneruskan kocokanku pada burungnya. Dia menggelinjang-gelinjang. Kuteruskan kucokanku. Kedua kakinya menjepit kepalaku dan…croot.croot.crooooooot! Spermanya keluar. Kutelan sepermanya dan kujilati batangnya agar spermanya tak tersisa. Aku senagaja memperlihatkannya kepadanya.

    Kini dia menjadi lemas. Terlalu cepat dia keluar. Mungkin sebagai pemula, dia tak mampu mengontrol diri. Kuselimuti dirinya. 20 menit kemudian, setelah nafasnya normal, aku memberinya air minum segelas. Lalu aku membimbingnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kusabuni burungnya dan kulap pakai handuk. Kini kami sudah terbaring berdua di tempat tidur.

    “Enak sayang?” tanyaku. Dia menagngguk.
    “Tapi Mi, kita kan belum begituan. Katanya kalau begituan, burung Julius masuk ke lubang memek Mami,” katanya polos. Aku menganguk. Kamu harus segar dulu. Nanti kita ulangi lagi. Nanti kamu boleh memasukkannya ke lubang Mami, kataku.
    “Kenapa nanti Mi? Kenapa tidak sekarang?” dia mendesak.
    Dia sudah begitu menginginkannya pikirku. Langsung kulumat bibirnya. Kujulurkan lidahku ke dala mulutnya. Dia langsung meresponsnya. Kini dia berganti memberikan lidahnya padaku. Aku mengemutnya dengan lembut. Tanganku terus membelai-belai tubuhnya dan burungnya kuelus-elus. Sebentar saja burung itu bangkit.

    “Naiki Mami, sayang,” kataku. Dia naik ke tubuhku.
    “Masukkan,” pintaku. Dia mencari-cari lubangku. Kuarahkan burungnya dengan tanganku. Setelah burung itu terasa di tengah bibir paginaku, kuminta dia menekannya. Dia menakan burungnya dan langsung masuk, karean paginaku sudah basah. Aku memang sudah sangat lama merindukan ada burung memasuki paginaku. Setelah terhenti 5 tahun perselingkuhanku dengan seorang duda teman sekantorku (sejak dia pindah) aku tak pernah lagi selingkuh.
    Burung yang besarnya cukup itu, terasa sudah mengganjal di liang paginaku. KUkangkangkan kedua kakiku. Aku membiarkan burung itu tenggelam di dalamnya. Tak lama kemudian, aku merasakan putraku sudah mulai menarik-cucuk burungnya. Aku biarkan saja, walaupun sebenarnya aku sudah agak gatal ingin meresponsnya. Lama kelamaan, aku tak tahan juga. Aku pun meresponnya dengan hati-hati, seakan aku hanya melayaninya saja, bukan karean kebutuhanku. Sambil memompa burungnya, kuarahkan mulutnya untuk mengisap-isap pentil payudaraku. Dia melakukannya. AKu sudah melayang di buatnya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kenikmatan itu, sementara usia yang 37 tahun, masih membutuhkannya. Kujepit kedua kakiku ke tubuh putraku. Aku orgasme dengan cepat. Aku tidak memperlihatkan, kalau aku sudah orgasme. Perlahan-lahan aku tetap meresponsnya, sampai aku normal kembali.

    “Jangan digenjot dulu, sayang. Mami Capek. Isap saja tetek mami, sayang,” pitaku. Aku tak ingin dia sudah orgasme, sementara aku masih jauh. Dia menjilati tetekku dan mengisap-isapnya. Atas permintaanku, sekali-sekali dia juga menggigit putingku. Libidoku bangkit. Aku mulai melayang. Aku mulai menggoyang tubuhnya dari bawah. Dia merespons dengan kemabli menggejotku, menarik dan mencucuk burungnya ke dalam liang paginaku. Aku mendengar, suara begitu becek pada paginaku. Aku sedikit malu, karena selama ini, aku sudah tidak merawat lagi paginaku. Tapi dia semakin semangat mengocokkan burungnya.

    “Mami…aku sudah mau keluar nih…” katanya. Saat itu aku juga sudah mau muncrat. Aku percepat goyanganku, agar aku lebih dulu sampai pada puncak kenikmatan itu. Dan…dia memelukku erat sekali. Bahuku digigitnya dan sebelah tangannya mencengkeram rambutku. Ternyata kami bisa sama-sama sampai. Aku masih mampu mengatur irama permainan ini, pikirku.

    Aku keringat dan putraku juga berkeringat. Perlahan dia ku baringkan ke sisiku dan aku menyelimuti tubuh kami dengan selimut tipis, sekaligus melap tubuh kami dari keringat. Setelah 15 menit aku bangkit dan meneguk segelas air putih. Segelas kuberikan kepdanya.
    Julius berjanji untuk merahasiakan ini kepada siapa saja, termasuk kepada teman dekatnya. Walau menurut Julius, temannya sudah berhubungan dengan beberapa wanita di lokalisasi PSK, namun behubungan dengan ibunya jauh lebih nikmat. Aku juga memberi yang terbaik buat putraku, demi keselamatan hidupnya, terhidar dari PSK dan tante giang.

    Aku menyangupi, memberinya cara lain bermain seks, seperti yang dia lihat di CD porno dan majalah-majalah, seperti doggystyle dan sebagainya. Malam itu, Julius juga bersumpah, tidak akan pergi mencari PSK, walau pun teman-temannya menuduhnya laki-laki Kuper dan ketinggalan zaman, karea dia sudah mendapatkannya dariku dengan baik.
    Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara teratur, tidak serampangan. Tenatu saja di tempat tidur, di dapur, di sofa dan tempat-tempat lai di rumah kami dengan suasana yang indah. Bahkan kami pernah juga melakukannya di hotel, ketika kami wisata ke bogor. Semua orang memuji kegantengan putraku yang wajahnya imut-imut dan manja itu.

    Kini putraku sudah SMA, AKu sudah persis 40 tahun. Orang bilang aku masih tetap cantik, karean aerobik. Sebeanranya, selain aerobik, aku juga melakukan hubungan seks yang sangat teratur.

  • Nikmatnya Ngentot Gadis Cantik Dan Menjilati Memek Mulusnya

    Nikmatnya Ngentot Gadis Cantik Dan Menjilati Memek Mulusnya


    2214 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat siang, Pada sedang menunggu udpate terbaru foto ngentot dari duniabola99.org , Jangan khawatir teman-teman kami sudah menyediakan berbagai Foto Ngentot Terbaru yang selalu update setiap harinya untuk memanjakan mata anda, oke daripada menunggu lama langsung saja scrool ke bawah untuk melihat mulusnya memek cantik abg barat yang 1 ini. Cekidot!!!!

  • Nikmatnya Ngentot Di Pagi Hari

    Nikmatnya Ngentot Di Pagi Hari


    1887 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat Pagi, baru bangun tidur dan sedang menunggu udpate terbaru foto ngentot dari duniabola99.org , Jangan khawatir kami sudah menyediakan berbagai Foto Ngentot Terbaru yang Salah Satu nya di beri Judul “Desahan Yang Semakin Membuatku Bernafsu” dan yang pastinya bagi anda yang melihat akan membangunkan nafsu anda di pagi hari, tidak perlu menunggu berlama lagi langsung saja scrool ke bawah!!!!

  • Desahan Yang Semakin Membuatku Bernafsu

    Desahan Yang Semakin Membuatku Bernafsu


    1781 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat Pagi, baru bangun tidur dan sedang menunggu udpate terbaru foto ngentot dari duniabola99.org , Jangan khawatir kami sudah menyediakan berbagai Foto Ngentot Terbaru yang Salah Satu nya di beri Judul “Desahan Yang Semakin Membuatku Bernafsu” dan yang pastinya bagi anda yang melihat akan membangunkan nafsu anda di pagi hari, tidak perlu menunggu berlama lagi langsung saja scrool ke bawah!!!!

  • Semakin Perkasanya Mantan Yang Pernah saya Ngentot

    Semakin Perkasanya Mantan Yang Pernah saya Ngentot


    1428 views

  • Desahan Nikmat Yang Tak Tertahan Lagi

    Desahan Nikmat Yang Tak Tertahan Lagi


    1385 views

  • Memuaskan Tante Rani & Adik nya

    Memuaskan Tante Rani & Adik nya


    1417 views

    Cerita Sex Terbaru – Sudah menjadi cita-citanya sejak kecil untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi. Apalagi kenyataan yang ada di kampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang telah duduk di bangku perguruan tinggi. Bukan karena tidak ada kemauan, tetapi dari semua itu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada digaris kemiskinan. Selain itu jarak antara perguruan tinggi yang ada sangat jauh, sehingga bila ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus berganti mobil angkot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua yaitu ojeg.

    Sangat beruntung bagi Arie bisa sampai menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tapi lepas dari SMA kebingungan menyertainya, karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tetap besar. Namun semua itu tentunya sangat berhubungan dengan biaya. Apalagi kalau kuliahnya harus pulang pergi, tentunya biaya akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan segala kegelisahan yang ada, akhirnya semuanya diceritakan di hadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijaksana menerangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengan akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya.

    Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membuat semangat Arie bertambah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya bisa dikatakan mapan untuk ukuran orang-orang yang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah satu tokoh di kampung itu.

    “Arie..” sapa ibunya ketika Arie sedang merapikan beberapa pakaian untuk dibawa ke kota. Ini ada surat dari ayahmu untuk Oom di kota nanti. Sebuah surat yang mungkin penegasan dari ayah Arie untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk sementara waktu di rumah Oomnya. Sebetulnya orang tua Arie sudah menelepon Tuan Budiman tetapi karena Tuan Budiman dan Arie sangat jarang sekali bertemu maka orang tua Arie memberikan surat penegasan bahwa anaknya akan tinggal di Bandung, di rumah Oomnya untuk sementara waktu.

    Oomnya yang bernama Budiman memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dari empat keluarga. Oomnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai beberapa usaha dibidang jasa, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangat berhasil.

    Hubungan antara Oomnya yang bernama Budiman dan kedua orang tua Arie sebetulnya tidak ada masalah, hanya karena kedua orang tua Arie yang sering memberikan nasehat karena kelakuan Oomnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti-ganti istri itu sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana. Menurut ibu Arie, Oomnya telah berganti istri sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda. Dari keempat istri tersebut Budiman dianugerahi empat anak, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yang kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budiman tidak mempunyai anak.

    Anak Om Budiman yang paling bungsu di bawah Arie dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usia Om Budiman kira-kira sekarang berada diatas limapuluh tahun.

    Sesampainya di kota Bandung yang begitu banyak aktivitas manusia, Arie langsung masuk ke sebuah kantor yang bertingkat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ramah. Belakangan diketahui namannya Asep dari papan nama yang dikenakan di bajunya.

    “Selamat siang Pak,” Tegur Arie kepada salah satu satpam yang ada dua orang.
    “Selamat siang Dik, ada yang bisa dibantu,” jawab satpam yang bernama Asep.
    “Anu Pak, apa Bapak Budiman ada?”
    “Bapak Budiman yang mana Dik,” tegas satpam Asep, karena melihat suatu keraguan bahwa tidak mungkin bosnya ada bisnis dengan anak kecil yang baru berumur dua puluh tahunan.
    “Anu Pak, apa ini PT. Rido,” tanya Arie menyusul keraguan satpam. Karena sebetulnya Arie juga belum pernah tahu di mana kantor-kantor Oomnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya.
    “Iya.. Benar Dik, dan Bapak Budiman itu adalah pemilik perusahaan ini,” tegas satpam Asep menjelaskan tentang keberadaan PT.Rido dan siapa pemiliknya.
    “Adik ini siapa,” tanya satpam kepada Arie, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah.
    “Saya Arie Pak, keponakan dari Bapak Budiman dari desa Gunung Heulang.”
    “Keponakan,” tegas satpam, sambil terus mengangkat telepon menghubungi Pak Dadi kepercayaan Tuan Budiman.

    Selang beberapa menit kemudian Pak Dadi datang menghampiri Arie sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. “Arie.. Apa masih ingat sama Bapak,” kata Pak Dadi sambil duduk seperti teman lama yang baru ketemu.
    Mimik Arie jadi bingung karena orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya.
    “Maaf Pak, Arie Sudah lupa dengan Bapak,” kata Arie sambil terus mengigat-ingat.
    Pak Dadi terus menerangkan dirinya, “Saya yang dulu sering mancing bersama Tuan Budiman ketika Arie berumur kurang lebih lima tahun.”
    Arie jadi bingung, “Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, itu kan sudah bertahun-tahun.”

    Selanjutnya obrolan dengan Pak Dadi yang belakangan ini diketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Tuan Budiman. Bapak Dadi mengetahui apa pun tentang Tuan Budiman. Kadangkala anak Om Budiman sering minta uang pada Pak Dadi bila ternyata Om Budiman sedang keluar kota. Malah belakangan ini Om Budiman membeli sebuah rumah dan di belakangnya dibuat lagi rumah yang tidak kalah besarnya untuk Pak Dadi dan istrinya sedangkan yang depan dipakai oleh istri mudanya yang kurang lebih baru berumur 35 tahun.

    “Aduh Dik Arie, Bapak tadi dapat perintah dari Tuan Budiman bahwa ia tidak dapat menemani Dik Arie karena harus pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan saya diperintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Arie. Nah, sekarang kamu mau langsung pulang atau kita jalan-jalan dulu,” sambung Pak Dadi melihat ekpresi Arie yang sedikit kecewa karena ketakutan akan tempat tinggal. Melihat gelagat itu Pak Dadi langsung berkomentar, “Jangan takut Dik Arie pokoknya kamu tidak akan ada masalah,” tegur Pak Dadi sambil menegaskan akan tidur dimana dan akan kuliah dimana, itu semunya telah diaturnya karena mempunyai uang dan uang sangat berkuasa dibidang apapun.

    Mendengar itu Arie menjadi tersenyum, sambil melihat-lihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan sudah dimulai. Begitu banyak karyawati yang cantik-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yang mengunakan rok mini. Keberadaan Arie sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Arie yang atletis dan wajah yang gagah membuat para karyawati semakin banyak yang tersenyum bila melewati Arie dan Pak Dadi yang sedang asyik ngobrol.

    Mereka tersenyum ketika bertatap wajah dengan Arie dan ia segaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan oleh Pak Dadi karena takut dimarahi oleh Tuan Budiman. Memang tempat lobby itu banyak orang lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan semua itu membuat Arie menjadi betah sampai-sampai lupa waktu karena keasyikan cuci mata.

    Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dadi mengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah mobil sedan dengan merek Mesri terbaru, melaju ke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yang terletak di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat kota. Sebuah kompleks yang sangat mengah dan dijaga oleh satpam.

    Laju mobil terhenti di depan rumah biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yang sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara rumah yang sering didiami Om Budiman dan rumah yang didiami Pak Dadi dan Istrinya. Sedangkan pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Ade penjaga rumah dan istrinya Bi Enung yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budiman. Ketika mobil telah berhenti, dengan sigap Mang Ade membawa semua barang-barang yang ada di bagasi mobil. Satu tas penuh dibawa oleh Mang Ade dan itulah barang-barang yang dibawa Arie. Bi Enung membawa ke ruang tamu sambil menyuruhnya duduk untuk bertemu dengan majikannya.

    Pak Dadi yang sejak tadi menemaninya, langsung pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budiman tetapi masih satu pagar dengan rumah Om Budiman. Pak Dadi meninggalkan Arie, sedangkan Arie ditemani oleh Bi Enung menuju ruang tengah. Setelah Tante Rani datang sambil tersenyum menyapa Arie, Bi Enung pun meninggalkan Arie sambil terlebih dahulu menyuruh menyiapkan air minum untuk Arie.

    “Tante sudah menunggu dari tadi Arie,” bisiknya sambil menggenggam tangan Arie tanda mengucapkan selamat datang.

    “Sampai-sampai Tante ketiduran di sofa”, lanjut Tante Rani yang pada waktu itu menggunakan rok mini warna Merah. Wajah Tante Rani yang cantik dengan uraian rambut sebahu menampakkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.
    “Tante sudah tahu bahwa Arie akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budiman tidak dapat menemanimu karena dia sedang sibuk.”
    Obrolan pun mengalir dengan punuh kekeluargaan, seolah-olah mereka telah lama saling mengenal. Tante Rani dengan penuh antusias menjawab segala pertanyaan Arie. Gerakan-gerakan tubuh Tante Rani yang pada saat itu memakai rok mini dan duduk berhadapan dengan Arie membuat Arie salah tingkah karena celana dalam yang berwarna biru terlihat dengan jelas dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat indah dan menantang dari balik CD-nya. Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Arie pusing tujuh keliling. Meskipun Tante Rani telah yang berumur Kira-kira 35 tahun tapi kelihatan masih seperti gadis remaja.

    “Nah, itu Yuni,” kata Tante Rani sambil membawa Arie ke ruang tengah. Terlihat gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat dengan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Rani memperkenalkan Arie kepada Yuni. Mendapat teman baru dalam rumah itu Yuni langsung bergembira karena nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk mengerjakan PR-nya bila tidak dapat dikerjakan sendiri. “Nanti Kak Arie tidurnya sama Yuni ya Kak.” Mendapat pertanyaan itu Arie dibuatnya kaget juga karena yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dengan Arie. Adik kakak yang sama-sama mempunyai badan sangat bangus dan paras yang sangat cantik. Lalu Tante Rani menerangkan kelakuan Yuni yang meskipun sudah besar karena badannya yang bongsor padahal baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Arie hanya tersenyum dan sedikit heran dengan postur badannya padahal dalam pikiran Arie, ia sudah menaruh hati pada Yuni yang mempunyai wajah yang cantik dam putih bersih itu.

    Setelah selesai berkeliling di rumah Om Budiman dengan ditemani oleh Tante Rani, Arie masuk ke kamarnya yang berdekatan dengan kamar Yuni. Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan tiap kamar terdapat kamar mandi. Tante Rani menempati kamar yang paling depan sedangkan Arie memilih kamar yang paling belakang, sedangkan kamar Yuni berhadapan dengan kamar Arie.

    Setelah membuka baju yang penuh keringat, Arie melihat-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja terlihat dengan jelas Pak Dadi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV. Tangan kanannya memeluk istrinya yang bermana Astri. Sedangkan tangan kirinya menempel sebatang rokok. Keluarga Pak Dadi dari dulu memang sangat rukun tetapi sampai sekarang belum dikeruniai anak dan menurut salah satu dokter pribadi Om Budiman, Pak Dadi divonis tidak akan mempunyai anak karena di dalam spermanya tidak terdapat bibit yang mampu membuahinya.

    Hari-hari selanjutnya Arie semakin kerasan tinggal di rumah Om Budiman karena selain Tante Rani Yang ramah dan seksi, juga kelakuaan Yuni yang menggemaskan dan kadang-kadang membuat batang kemaluan Arie berdiri. Arie semakin tahu tentang keadaan Tante Rani yang sebetulnya sangat kesepian. Kenyataan itu ia ketahui ketika ia dan tantenya berbelanja di suatu toko di pusat kota Bandung yang bernama BIP. Tante Rani dengan mesranya menggandeng Arie, tapi Arie tidak risih karena kebiasaan itu sudah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang. Tapi yang membuat kaget Arie ketika di dalam mobil, Tante Rani mengatakan bahwa ia sebetulnya tidak bahagia secara batin. Mendengar itu Arie kaget setengah mati karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tante Rani menceritakan bahwa Om Budiman sekarang itu sudah loyo saat bercinta dengannya.

    Arie tambah bingung dengan apa yang harus ia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan kebutuhan itu meskipun selama ini ia sering menghanyalkan bila ia mampu memasukkan burungnya yang besar ke dalam kemaluan Tante Rani. Ketika mobil berhenti di lampu merah, Tante Rani dengan berani tiduran di atas paha Arie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini dan dia pun bercerita bahwa cerita ini baru Arie yang mengetahuinya.

    Sambil bercerita, lipatan paha Tante Rani yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mininya melorot ke bawah. Arie dengan jelas dapat melihat gundukan hitam yang tumbuh di sekitar kemaluan Tante Rani yang terbungkus CD nilon yang sangat transparan itu. Arie menelah ludah sambil terus berusaha menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi. Ketika Arie akan memindahkan gigi perseneling, secara tidak segaja dia memegang buah dada tantenya yang telah mengeras dan saat itu pula bibir tantenya yang merekah meminta Arie untuk terus merabanya.

    Arie menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, “Aku tidak mungkin bisa melakukan itu Tante,” Tante Rani hanya berkata, “Arie, Tolong dong.. Tante sudah tidak kuat lagi ingin gituan, masa Arie tidak kasihan sama Tante.” Tangan Tante Rani dengan berani membuka baju bagian atas dan memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap. Melihat Arie yang tidak ada perlawanan, akhirnya Tante Rani memakai kembali bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba di rumah. Perjalanan itu membuat Arie jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu.

    Kedekatan Arie dengan Yuni semakin menjadi karena bila ada PR yang sulit Yuni selalu meminta bantuan Arie. Pada saat itu Yuni mendapatkan kesulitan PR matematika. Dengan sekonyong-konyong masuk ke kamar Arie. Pada saat itu Ari baru keluar dari kamar mandi sambil merenungkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang menolak melakukan itu. Arie keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang kemaluan Arie yang mengerut kedinginan. Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Yuni membalikkan badannya. Arie hanya tersenyum sambil berkata, “Mangkanya, kalau masuk kamar ketok pintu dulu,” goda Arie sambil menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan agar batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas.

    Arie bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang sangat putih dan berbulu-bulu kecil. “Ahh, geli Kak Arie.. Kak Arie sudah pake celana yah,” tanya Yuni.
    “Belum,” jawab Arie menggoda Yuni.
    “Ahh, cepet dong pake celananya. Yuni mau minta tolong Kak Arie mengerjakan PR,” rengek Yuni sambil tangan kirinya meraba belakang Arie.
    Melihat rabaan itu, Arie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yuni hanya meraba-raba sambil berkata, “Ini apa Kak, kok kenyal.” Mendapat rabaan itu batang kemaluan Arie semakin menengang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuni aku mau tapi kalau dengan kakakmu meskipun sama-sama cantiknya tapi aku juga masih punya pikiran yang betul, masa tenteku digarap olehku.

    Rabaan Yuni berhenti ketika batang kemaluan Arie sudah menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Arie kaget dan hampir saja tali kolornya yang terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang.

    Tangan yang tadi digunakan meraba batang kemaluan Arie kembali digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan terlihat Arie sudah memakai celana pendek. “Nah, gitu dong pake celana,” kata Yuni sambil mencubit dada Arie yang menempel di susu kecil Yuni. “Udah dong meluknya,” rintih Yuni sambil memberikan buku Matematikanya.

    Saling memeluk antara Arie dan Yuni sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Arie merasakan kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak merasakan apa-apa mungkin karena Yuni masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor. Arie langsung naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Arie segaja memilih itu karena Yuni sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang kemaluan Arie terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Arie, Yuni tiduran di dada Arie. Pada saat itu Yuni menggunakan daster yang sangat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuni tidak merasa risih dengan kedaan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang dilakukan bersama Arie.

    Sambil mengerjakan PR, pikiran Arie melayang-layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuni bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuni. Tapi apakah dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta biasanya syahwatnya juga pasti bergejolak bila diperlakukan seperti yang sering dilakukan oleh Arie dan Yuni.

    PR pertama telah diselesaikan dengan cepat, Yuni terseyum gembira. Terlihat dengan jelas payudara Yuni yang kecil. Pikiran Arie meliuk-liuk membayangkan seandainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat hangat. Ketegangan Arie semakin menjadi ketika batang kemaluannya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Arie menerangkan tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni sering bergerak-gerak karena sifatnya yang agresif.

    Gerakan badan Yuni yang agresif itu membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpalan kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat nafas Arie naik turun. Yuni tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang kemaluan Arie, malah Yuni semakin terus bermanja-manja dengan Arie yang terlihat bermalas-malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Arie semakin kalang kabut ketika Yuni mengerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Arie meraba gundukan kemaluan Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan Yuni yang hangat membuat Arie semakin bernafsu dan membuat nafasnya semakin terengah-engah.

    “Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh susah.”
    Arie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuni tepat menempel di batang kemaluan Arie. Dalam keadaan itu Yuni hanya mendekap Arie sambil terus berkata, “Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya.”
    “Boleh, tapi ada syaratnya,” kata Arie sambil terus merapatkan batang kemaluannya ke bukit kemaluan Yuni yang masih terbungkus CD warna Putih. Pantat Yuni terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yang putih membuat Arie semakin panas dingin dibuatnya. Yuni hanya bertanya apa syaratnya kata Yuni sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Arie. Dalam posisi seperti itu batang kemaluan Arie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit kemaluan Yuni yang terasa hangat. Arie tidak kuat lagi dengan semua itu, ia langsung mencium mulut Yuni. Yuni hanya diam dan terus menghidar ciuman itu. “Kaak… apa dong syaratnya”, kata Yuni manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit kemaluannya terus menyentuh-nyentuh batang kemaluan Arie. Gila anak ini belum tahu apa- apa tentang masalah seks. Memang Yuni tidak merasakan apa-apa dan ia seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun. “Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya.”

    Mendengar itu Yuni hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harus pus-up 1000 kali. Konsenterasi Arie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang kemaluannya agar tetap berada di bawah bukit kemaluan Yuni yang sering terlepas karena Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha menyelesaikan PR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Arie sambil kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Arie.

    Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Arie menggerak-gerakkan pantatnya sehingga berada tepat di atas bukit kemaluan Yuni. Arie semakin tidak tahan dengan kedaaan itu dan langsung meraba-raba pantat Yuni. Ketika Arie akan meraba payudara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah Arie, sambil berkata, “PR-nya sudah Kaak.. Arie,” sambil Menguap.

    Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Arie, Yuni langsung memeluk Arie erat-erat seperti memeluk bantal guling karena syaratnya itu. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Arie begitu saja, Arie langsung memeluk Yuni berguling-guling sehingga Yuni sekarang berada di bawah Arie. Mendapat perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, “Masa Kakak meluk Yuni nggak bosan-bosan.” Berbagai alasan Arie lontarkan agar Yuni tetap mau di peluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekan batang kemaluan Arie bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni berhasil lepas dari pelukan Arie sambil pergi dan tidak lupa melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.

    “Aduh, Gila si Yuni masih tidak merasakan apa-apa dengan apa yang barusan saya lakukan,” guman Arie dalam hati sambil terus memengang batang kemaluannya. Arie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar tidak terlalu tegang. “Tenang ya jago, nanti kamu juga akan menikmati kepunyaan Yuni cuma tinggal waktu saja. Nanti saya akan pura-pura memberikan pelajaran Biologi tentang anatomi badan dan di sanalah akan saya suruh buka baju. Masa kalau sudah dibuka baju masih belum terangsang.”

    Arie memang punya prinsip kalau dalam berhubungan badan ia tidak mau enak sediri tapi harus enak kedua-duanya. Itulah pola pikir Arie yang terus ia pertahankan. Seandainya ia mau tentunya dengan gampang ia memperkosa Yuni.

    Ketegangan batang kemaluan Arie terus bertambah besar tidak mau mengecil meskipun sudah diguyur oleh air. Untuk menghilangkan kepenatan Arie keluar kamar sambil membakar sebatang rokok. Ternyata Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil melihat TV dan meminum susu yang dibuatnya sendiri. Tante Rani yang menggunakan daster warna biru dengan rambut yang dibiarkan terurai tampak sangat cantik malam itu. Lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas dan kedua payuadaranya pun terlihat dengan jelas tanpa BH, juga pahanya yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya. Keadaan itu terlihat karena Tante Rani duduk di sofa yang panjang dengan kaki yang putih menjulur ke depan.

    Ketenganan Arie semakin memuncak melihat keidahan tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu.
    “Kamu kenapa belum tidur Ari,” kata Tante Rani sambil menuangkan segelas air susu untuk Arie.
    “Anu Tante, tidak bisa tidur,” balas Arie dengan gugup.
    Memang Tante Rani yang cantik itu tidak merasa canggung dengan keberadaan Arie, ia tidak peduli dengan keberaan Ari malah ia segaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di hadapan Arie yang sudah sangat terangsang.

    “Maaf ya, Tante tadi siang telah berlaku kurang sopan terhadap Arie.”
    “Tidak apa-apa Tante, Arie mengerti tentang hal itu,” jawab Arie sambil terus menahan gejolak nafsunya yang sudah diluar batas normal ditambah lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang kemaluannya semakin menegang tidak tentu arah.
    “Oom ke mana Tante, kok tidak kelihatan,” tanya Arie mengisi perbincangan.
    “Kamu tidak tahu, Oom kan sedang ke Bali mengurus proyek yang baru,” jawab Tante Rani.
    Memang Om Budiman sangat jarang sekali ada di rumah dan itu membuat Ari semakin tahu akan kebutuhan batin Tante Rani, tapi itu tidak mungkin dilakukannya dengan tantenya.

    Arie dan Tante Rani duduk di sofa yang besar sambil sesekali tubuhnya digerak-gerakkan seperti cacing kepanasan. Tak diduga sebelumnya oleh Arie, Tante Rani membuka dasternya yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukkan tangannya di seputar gundukan kemaluannya. Mata Arie melongo tidak percaya. Dua kali dalam satu hari ia melihat paha Tante Rani, tapi yang ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam mobil, sekarang Tante Rani tidak menggunakan celana dalam. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus menggaruk-garuk di seputar kemaluannya itu karena merasa ada yang gatal.

    Melihat itu Arie semakin gelisah dan tidak enak badan ditambah lagi dengan ketegangan di batang kemaluannya yang semakin menegang.
    “Kamu kenapa Arie,” tanya Tante Rani yang melihat wajah Arie keluar keringat dingin.
    “Nggak Tante, Arie cuma mungkin capek,” balas Arie sambil terus sekali-kali melihat ke pangkal paha putih milik Tante Rani.

    Setelah merasa agak baikan di sekitar kemaluannya, Tante Rani segaja tidak menutup pahanya, malah ia duduk bersilang sehingga terlihat dengan jelas pangkal pahanya dan kemaluannya yang merekah. Melihat Arie semakin menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Arie untuk meminum susu yang dituangkan di dalam gelas itu.

    Ketegangan Arie semakin memuncak dan Arie tidak berani kurang ajar pada tantenya meskipun tahu bahwa tantenya segaja memperlihatkan kemulusan pahanya itu. “Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara segar.” Melihat Arie yang sangat tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam pikirannya sebentar lagi kamu akan tunduk padaku dan akan meminta untuk tidur denganku.

    Sebelum sampai ke paviliun belakang Arie jalan-jalan dulu di pinggiran kolam lalu ia duduk sambil melihat kolam di depannya. Sambil terus berusaha menahan gejolaknya antara menyetubuhi tantenya atau tidak. Sambil terus berpikir tentang kejadian itu. Tidak segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebetulan kamar Pak Dadi. Arie terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan Paviliun. Arie mengendus-endus mendekati jendela dan ternyata jendelanya tidak dikunci dan dengan mudah Arie dapat melihat adegan suami istri yang sedang bermesraan.

    Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu, Arie melihatnya leluasa karena hanya terhalang oleh tumpukan pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya ternyata Pak Dadi dengan istrinya sedang bermesraan. Istri Pak Dadi yang bernama Astri sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan penuh birahi Astri terus melahap dan mengulum batang kemaluan Pak Dadi yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Arie. Astri terus mengulum batang kemaluan Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih menggunakan pakaian dan celananya yang telah melorot ada di lantai dengan posisi duduk terus mengerang-erang kenikmatan yang tiada bandingnya sedangkan Astri jongkok di lantai. Terlihat Astri menggunakan CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membuat batang kemaluan Pak Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri.

    Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang dipakainya karena melihat suaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Terlihat dengan jelas buah dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Dadi membantu membuka BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. Astri yang masih melekat di bandan Pak Dadi meminta Pak Dadi supaya duduk di samping ranjang. Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan pantatnya diganjal oleh bantal sehingga dengan jelas terlihat bibir kemaluan Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadi.

    Sebelum memasukkan batang kemaluannya, Pak Dadi mengoleskan air ludahnya di permukaan bukit kemaluan Astri. Dengan kaki yang ada di pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum melihat hasil karyanya yaitu batang kemaluan suaminya tercinta telah mampu bangkit dan siap bertempur. Dengan perlahan batang kemaluan Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang kemaluan Astri, terlihat Astri merintih saat merasakan kenikmatan yang tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tangannya terus meraba-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali meraba buah dadanya. Memang beradunya batang kemaluan Pak Dadi dengan liang senggama Astri terasa cukup lancar karena ukurannya sudah pas dan kegiatan itu sering dilakukannya. Erangan-erangan Astri dan Pak Dadi membuat tubuh Arie semakin Panas dingin, entah sudah berapa menit lamanya Tante Rani memainkan kemaluan Arie yang sudah menegang, ia tersenyum ketika tahu bahwa di belakangnya ada orang yang sedang memegang kemaluannya.

    “Tante, kapan Tante datang”, suara Arie perlahan karena takut ketahuan oleh Pak Dadi sambil berusaha menjauh dari tempat tidur Pak Dadi. Tangan Tante Rani terus menggandeng Arie menuju ruang tengah sambil tangannya menyusup pada kemaluan Arie yang sudah menegang sejak tadi. Sesampainya di ruang tengah, Arie duduk di tempat yang tadi diduduki Tante Rani, sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada seputar pangkal paha Arie dengan posisi pipi kanannya menyentuh batang kemaluan Arie yang sudah menegang.

    “Kamu kok orang yang sedang begituan kamu intip, nanti kamu jadi panas dingin dan kalau sudah panas dingin susah untuk mengobatinya. Untung saja kamu tadi tidak ketahuan oleh Pak Dadi kalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi kalau ketahuan sama Oommu bisa-bisa Tante ini, juga kena marah.” Tante Rani memberikan nasehat-nasehat yang bijak sambil kepalanya yang ada diantara kedua selangkangan Arie terus digesek-gesek ke batang kemaluan Arie. “Tante tahu kamu sekarang sudah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan seks. Tapi kamu pura-pura tidak mau,” goda Tante Rani, “Dan kamu sudah tahu keinginan Tantemu ini, kamu malah mengintip kemesraan Pak Dadi,” nasehat-nasehat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah, dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekkan pada batang kemaluan Arie.

    Arie semakin tidak dapat lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan tekanan voltage yang berada diluar batas kemanusiaan. “Tante jangan gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti kalau oom sampai tahu.” Mendengar elakan Arie, Tante Rani malah tersenyum, “Dari mana Oommu tahu kalau kamu tidak memberitahunya.”

    Gila, dalam pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani semakin menjadi ditambah lagi kaki kirinya diangkat sehingga daster yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan bersih terlihat merekah. Bukit kemaluan Tante Rani terlihat dengan jelas dengan ditumbuhi bulu-bulu yang sudah dicukur rapi sehingga terlihat seperti kemaluan gadis seumur Yuni.

    Arie sebetulnya sudah tahu akan keinginan Tante Rani. Tapi batinnya mengatakan bahwa dia tidak berhak untuk melakukannya dengan tantenya yang selama ini baik dan selalu memberikan kebutuhan hidupnya. Tanpa disadari tantenya sudah menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang kemaluan Arie terangkat dengan bebas dan menyentuh pipi kirinya yang lebut dan putih itu. Melihat Keberhasilanya itu Tante Rani membalikkan badan dan sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan kemaluannya yang merekah segaja diganjal oleh bantal sofa.

    Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. “Aduh punya kamu ternyata besar juga,” bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan batang kejantanan Arie dengan kedua tangannya. “Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikan reaksi apa pun Riee,” bisik Tante Rani dengan nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Arie semakin berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan membuktikan pada tantenya itu bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi.

    Mulut Tante Rani yang merekah telah mengulum batang kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. “Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Tante dengan begini… ayo dong gerakin tanganmu.” Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Arie semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu tapi ingin karena sudah sejak tadi batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba pantatnya dengan penuh kasih sayang.

    Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan penuh nafsu yang sudah lama dipendam. Sedotan bibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang kemaluan Arie. Mendapat serangan yang sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya ke atas sehingga posisi Arie dan tantenya seperti huruf T.

    Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan kemaluan tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu. “Ahkkk, nikmat..” Tantenya mengerang sambil terus merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika ia merasakan akan orgasme. “Arie… Tante sudah tidak tahan lagi nich..” diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh tantenya itu karena tantenya ternyata sangat mahir dalam mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-sisi batang kemaluan Arie sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya.

    “Aduh . aduh.. Tante nikmat sekalii…” erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil mengerang. “Aduuh Rieee.. terus tekan-tekan pantat Tante..” desah Tante Rani sambil terus menggesek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata kemaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. “Ariee… nah itu terus Riee.. terus..” erang Tante Rani sambil tidak henti-hentinya mengulum batang kemaluan Arie.

    “Kamu kok kuat sekali Riee,” bisik tante rRni dengan nafas yang terengah-engah sambil terus mengulum batang kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan kuluman yang dilakukannya karena belum mampu membuat Arie keluar sperma. Arie berguman, “Belum tahu dia, ini belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari empat kali terbukti dengan bantal yang digunakan untuk mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang keluar seperti air hujan yang sangat deras.”

    Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani semakin bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka baju Arie yang masih melekat di badannya. “Buka yaa Sayang bajunya,” pinta Tante Rani sambil membuka baju Arie perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante Rani membuka juga celana pendek Arie agar posisinya tidak terganggu.

    Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di depan Arie. Melihat dua gunung yang telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Ari menelan ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai tubuh yang indah. Ditambah lagi ia sangat terampil dalam memainkan batang kemaluan laki-laki.

    Masih dengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas permadani dan ia langsung menghisap kembali batang kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba sisi batang kemaluan Arie dan terus mengulumnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh gairah. Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang kemaluan Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat sambil berkata, “Aduh Tante.. terus Tante..” Mendengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung mempercepat gesekannya. Melihat Arie yang akan keluar, Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan mengulum batang kemaluan dengan sangat liar. Sehingga warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah-merahan dan di dalam batang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiada tara sambil berkata, “Terus Tante.. terus Tante..”, Dan Arie pun mendekap kepala tantenya agar masuk ke dalam batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah. Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan langsung menelannya dan menjilat semua yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie meraung-raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya memang sudah berpengalaman karena bila sperma sudah keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka akan semakin nikmat dan semakin membuat badan menggigil.

    Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedot batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi slurp…, slurp…, akibat sedotannya. Setelah puas menjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan Arie, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan Arie dengan mulutnya yang seksi.

    Melihat batang kemaluan Arie yang masih memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, “Gila kamu Rieee.. kamu masih menantang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih menantangnya.” Mendengar tantangan itu, Arie hanya tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke hadapan Arie sambil mengarahkan liang kewanitaannya untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan batang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani terlebih dahulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan Arie pun membalasnya dengan hangat. Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila sehingga liang kewanitaannya yang tadinya menempel di atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke belangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang telah basah itu.

    Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. “Aduuh Tante…” sambil melepaskan pagutan yang telah berjalan cukup lama. “Clepp…” suara yang keluar dari beradunya dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan itu perlahan-lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus mendorong pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani telah berhasil menelan semua batang kemaluan Arie. Tante Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara.

    “Arieee…” rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika liang senggamanya telah melahap semua batang kemaluan Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil menikmati batang kemaluan Arie yang sudah terkubur di dalam liang kewanitaannya.

    “Riee, Tante sudah tidak kuat lagi… Sayang..” desah Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh, mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan permainan itu Arie mendesir, “Aduh Tante… terus Tante..” mendengar itu Tante Rani terus menggeser-geserkan pantatnya. Di dalam liang senggama tantenya ada tarik-menarik antara batang kemaluan Arie dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat batang kemaluan Arie dengan liang senggama Tante Rani. Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang kemaluan Arie jauh lebih besar bila dibandingkan dengan milik Om Budiman.

    Goyangan pantatnya semakin liar dan Arie mendekap tubuh tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar itu. Kucuran keringat telah berhamburan dan beradunya pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi yang sangat menggairahkan, “Prut.. prat.. pret..” Tangan Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka semakin liar dan semakin membuat saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang kemaluan Arie. Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan Arie. “Arieee…” suara Tante Rani bergetar, “Kamu kalau mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaaah”. “Iya Tante…” jawab Arie.
    Selang beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan tantenya mengetahui, “Kamu mau keluar yaaa.” Arie merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tidak membuat ia melupakan gigitannya terhadap batang kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara Arie keluar dengan keras, “Tanteee.. Tanteee..” dan begitu juga Tante Rani mengerang keras, “Rieee…”. Sambil keduanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannya sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang kemaluan Arie masuk ke dalam liang senggama Tante Rani.

    Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat menikmati semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Arie. Tante Rani tersenyum, “Kamu hebat Arie seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebih besar dari suaminya dan sangat menggairahkan.”

    “Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tante dari dulu ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa..” goda Tante Rani. Arie hanya tersenyum di goda begitu. Tante Rani lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang kemaluan Arie yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie. Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Tante Rani tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang kemaluannya masih berdiri maka ia harus terus berusaha membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk menyakinkannya itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setelah dipijit-pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri lagi.

    “Aduh untung batang kemaluanmu Rieee… tidak hidup lagi,” bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Arie, “Soalnya kalau masih berdiri, Tante sudah tidak kuat Rieee” lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di sebelah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing.

    Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena mungkin sudah kebiasaannya bangun pagi, meskipun badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek. Akhirnya Arie jalan-jalan di taman untuk mengisi kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya badannya dapat diajak untuk tidur kembali karena pada hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi yang sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak dilakukannya karena badannya terasa masih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya.

    Lalu Arie pun berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie. Tante Rani mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum dan berkata, “Nggak ah Tante, Saya malas ke atasnya.” Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum, soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidak menggunakan celana renang. “Sudahlah pakai celana dalam aja,” pinta Tante Rani. Tantenya yang terus meminta Arie untuk berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana pendeknya yang tinggal melekat hanya celana dalamnya yang berwarna biru.

    Celana dalam warna biru menempel rapat menutupi batang kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat indah diperlihatkan oleh Arie sambil mendekati Tante Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Arie. Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereka saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani dapat juga tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan Arie membuat Tante Rani tidak dapat lagi menghindar.

    “Udah akh Arie.. Tante capek,” seru mesra Tante Rani sambil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. “Kamu tidak kuliah Rieee,” tanya Tante Rani. “Tidak,” jawab Arie pendek sambil meraba bukit kemaluan Tante Rani. Terkena rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan ciuman yang sangat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie. Mendapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada akhirnya tantenya tertangkap juga. “Sudah ah… Tante sekarang mau ke kantor dulu,” kata Tante Rani sambil sedikit menjauh dari Arie.

    Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani tertawa geli melihat Arie yang celana dalamnya telah melorot di antara kedua kakinya dengan batang kemaluannya yang sudah bangkit dari tidurnya. “Kamu tidak sadar Arie, celana dalammu sudah ada di bawah lutut..” Mendengar itu Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. Tante Rani hanya tersenyum. “Kasihan kamu, adikmu sudah bangun lagi, tapi Tante tidak bisa membantumu karena Tante harus sudah pergi,” kata Tante Rani sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah menegang kembali.

    Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. “Akhh, Tante masa tidak punya waktu hanya beberapa menit saja,” kata Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renang Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya diam dan ia terus mencium Arie sambiil berkata, “Iyaaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat.”

    Tante Rani membuka celana renangnya dan memegangnya sambil merangkul Arie. Batang kemaluan Arie langsung masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang sudah dibuka lebar-lebar dengan posisi kedua kakinya menempel di pundak Arie. Beberapa detik kemudian, setelah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap semua batang kemaluan Arie dan dirasakannya batang kemaluan Arie sudah menegang. Tante Rani menciumnya dengan cepat dan langsung mendorong Arie sambil pergi dan terseyum manis meninggalkan Arie yang tampak kebingungan dengan batang kemaluannya yang sedang menegang.

    Mendapat perlakuan itu Arie menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan ia berjanji kalau ada kesempatan lagi ia akan menghabisinya sampai ia merasa kelelahan. Lalu Arie langsung pergi meninggalkan kolam itu untuk membersihkan badannya.

    Setelah di kamar, Arie langsung membuka semua bajunya yang menjadi basah itu, ia langsung masuk kamar mandi dan menggosok badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air yang ada di kamar mandinya ternyata tidak berjalan seperti biasanya. Dan langsung Arie teringat akan keberadaan kamar Yuni. Arie lalu pergi keluar kamar dengan lilitan handuk yang menempel di tubuhnya. Wajahnya penuh dengan sabun mandi. “Yuni.. Yuni.. Yuni..” teriak Arie sambil mengetuk pintu kamar Yuni. “Masuk Kak Ariee, tidak dikunci.” balas Yuni dari dalam kamar.

    Didapatinya ternyata Yuni masih melilitkan badan dengan selimut dengan tangannya yang sedang asyik memainkan kemaluannya. Permainan ini baru didapatkannya ketika ia melihat adegan tadi malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia merasakan tentang sesuatu yang selama ini diidam-idamkan oleh setiap manusia.

    “Ada apa Kak Arie,” kata Yuni sambil terus berpura-pura menutup badannya dengan selimut karena takut ketahuan bahwa dirinya sedang asyik memainkan kemaluannya yang sudah membasah sejak tadi malam karena melihat kejadiaan yang dilakukan kakaknya dengan Arie. “Anu Yuni.. Kakak mau ikut mandi karena kamar mandi Arie airnya tidak keluar.” Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Arie dipenuhi oleh sabun tapi yang diperhatikan Yuni bukannya badan tapi Yuni memperhatikan diantara selangkangannya yang kelihatan mencuat.

    Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan handuk itu. Mendengar pertanyaan itu niat Arie yang akan menerangkan tentang biologi ternyata langsung kesampaian dan Arie pun langsung memperlihatkannya sambil memengang batang kemaluannya, “Ini namanya penis.. Sayang,” kata Arie yang langsung menuju kamar mandi karena melihat Yuni menutup wajahnya dengan selimut.

    Melihat batang kemaluan Arie yang sedang menegang itu Yuni membayangkan bila ia mengulumnya seperti yang dilakukan kakaknya. Keringat dingin keluar di sekujur tubuh Yuni yang membayangkan batang kemaluan Arie dan ia ingin sekali seperti yang dilakukan oleh kakaknya juga ia melakukannya. Mata Yuni terus memandang Arie yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak mengusap-usap kemaluannya.

    Akhirnya karena Yuni sudah dipuncak kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya itu telah berhasil dirasakannya .Dengan beraninya Yuni pergi memasuki kamar mandi untuk ikut mandi bersama Arie. Melihat kedatangan Yuni ke kamar mandi, Arie hanya tersenyum. “Kamu juga mau mandi Yun,” kata Arie sambil mencubit pinggang Yuni.

    Yuni yang sudah dipuncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras. “Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu,” bisik Yuni sambil menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya seperti meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie kesakitan.

    “Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah.” Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari membatunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus lalu batang kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya. Yuni hanya menatapnya tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulumnya seperti mengulum permen karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula-mula ia mengulum kepala batang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni terbatuk-batuk karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya terlalu besar.

    Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kaki Arie. Melihat kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni dan langsung mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa liptik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan. Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti patung tapi akhirnya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Arie yang bisa dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang telah berpengalaman.

    Kecupan Yuni kadang kala keluar suara yang keras karena kehabisan nafas. “Pek.. pek..” suara bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie semakin terangsang. Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie dengan terampil telah membuka daster putih yang dipakai Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar duduk di pinggir ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu. Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya.

    Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie, dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan menggesek-gesekkan sekenanya. Erangan panjang keluar dari mulut Yuni. “Auuu…” sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, terlihat Yuni sedikit tenang iapun kembali membalikkan Yuni sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni.

    Arie menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie. Pagutan Arie beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan kecilnya yang telah basah oleh cairan. Harum bukit kemaluan perawan membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya tapi Arie kasihan melihat Yuni karena kemaluannya belum juga merekah. Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang baru pertama kali didapatkanya.

    Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang kemaluannya yang sudah telalu lama menengang. Arie menarik tubuh Yuni agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang. Kaki Yuni menyentuh lantai dan Arie berdiri diantara kedua paha Yuni.

    Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas. Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir kemaluan Yuni. Sambil menggesek-gesek batang kemaluan, Arie kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi dari mulut Yuni. “Aduhh… Kaak…” erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, “Kak.. aduh sakit, Kak…”

    Mendengar rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu ternyata membantunya dan sekarang menjadi tambah nikmat.

    Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni, tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie kembali berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. “Aduh.. aduh.. aduh.. Kak,” Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. “Kamu sakit Yuni,” bisik Arie di telinga Yuni. “Nggak tahu Kaak ini bukan seperti sakit biasa, sakit tapi nikmat..”

    Mendengar penjelasan itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sehingga sekarang kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie. Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat. “Aduhhh…” dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat merasakan hal itu melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang keluar dari tubuh mereka berdua.

    Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie lalu memasukkan semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. “Preeet…” Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan selain dengan Arie. “Auh.. auh.. auh..” suara itu keluar dari mulut kecil Yuni setelah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Yuni. “Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas,” kata Yuni sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. Mendengar itu lalu Arie membalikkan tubuh Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni seperti pasrah dan tidak melakukan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang baru kali ini dirasakannya.

    Yuni dan Arie terdiam kurang lebih lima menit. “Yuni, sekarang bagaimana badanmu,” kata Arie yang melihat Yuni sekarang sudah mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. “Udah agak enakan Kak,” balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan serangan itu Arie langsung mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah.

    Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, mulut Yuni tetap mengaduh, “Aduhhh…” Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri membuat Arie kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin menjepit seperti tang yang sedang mencepit paku agar paku itu putus. Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan eratnya dan batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas membuat pantat Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengeram, “Aduhh… aduh.. Kak..”

    Selang beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata Yuni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni membuat Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu panjang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya.

    Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie. Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang kemaluan Yuni dan setelah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni.

    Mendengar itu Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie mendambakan istri seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selamat bobo kepada Yuni yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung keluar dari kamar Yuni setelah Arie menggunakan pakaiannya kembali.

    Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambil sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai tantenya. Tante Rani dibuat kaget karena Arie langsung meraba liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. “Tante sudah pulang,” tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih. “Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu yang tadi Tante tinggalkan dalam keadaan menantang,” jawab Tante Rani sambil tersenyum. “Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatkan sarang yang baru ya..” Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. “Ah Tante, mau cari sangkar di mana,” jawab Arie mengelak. “Arie kamu jangan mengelak, Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu telah bermain gila bersama Yuni dan Tante.”

    Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi Yuni seperti yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum. “Pasti adikku dibuatnya KO sama kamu yaa… Buktinya burung kamu tidak mau berdiri,” goda Tante Rani. “Ahh nggak Tante, biasa saja kok.”

    Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti agar menikahi adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama tetapi dengan tanpa melalui KUA karena Yuni masih dibawah umur.

  • Kontolku Di Hisap Sampai Ke Ujung Ujung nya

    Kontolku Di Hisap Sampai Ke Ujung Ujung nya


    1401 views

  • Ngentot menggunakan Minyak

    Ngentot menggunakan Minyak


    1512 views

  • Sesi Pemotretan Yang Panas

    Sesi Pemotretan Yang Panas


    1597 views

    Cerita Sex Terbaru – Nama saya yudha, umur saya 21 tahun dan saya adalah seorang mahasiswa di sebuah kota yang terkenal dengan gadis cantiknya. cerita ini merupakan cerita pribadi sehingga saya tidak akan menyebutkan nama asli. saya memiliki hobi yaitu fotografi, saya senang untuk mengambil gambar dalam bentuk foto maupun video, suatu hari saya mendapat pekerjaan untuk memotret seorang gadis yang hasilnya akan dipamerkan dalam sebuah pameran. singkat cerita gadis tersebut saya ajak bertemu untuk pertama kalinya dengan maksud untuk menjelaskan bagaimana proses pemotretan nati yang akan ditempuh.

    Secara fisik gadis tersebut sangat proposional untuk seorang model, tinggi, proposional, cantik, ramah, berkepribadian menarik dan yang membuat saya kepincut adalah rambut pendeknya.. dia terlihat sangat cocok dengan potongan rambut yang menggantung diatas pundaknya itu. setelah selesai mengobrol cukup lama akhirnya kami putuskan untuk pulang karena waktu juga sudah larut, karena keadaan taman tempat kami mengobrol gelap dan sepi maka saya mendampinginya berjalan, saya sempat berjalan dibelakanganya dan memperhatikan lekuk tubuhnya yang indah dari belakang belum lagi kakinya yang jenjang amat sangat terlihat menggugah, bentuk kakinya amatlah bagus karena didukung tinggi badannya, terlintas pikiran membayangkan bagaimana bila dapat membuka kedua kaki tersebut dan melihat yang ada diantaranya. yah wajar namanya juga laki-laki melihat wanita menarik ada saja sepintas terpikir yang tidak-tidak, atau mungkin efek dari parfum yang dia gunakan yang tercium karena saya berjalan dibelakangnya sehingga saya berpikir melayang jauh seperti itu. akhirnya dia pamit setelah sampai diparkiran kami berdua berpisah karena membawa kendaraan masing-masing. setelah sampai dirumah saya mengecek ponsel karena terasa bergetar selama di perjalanan, ternyata gadis tadi (mungkin agar lebih mudah panggil saja rany) menanyakan perihal baju yang harus dia gunakan esok hari pada saat pemotretan. saya hanya memberitahu besok pakai dress saja, lalu janjian untuk saya jemput esok paginya.

    keesokan harinya akhirnya setelah menunggu cukup lama rany pun muncul dari samping trotoar tempat saya menunggu sambil menunggangi motor saya, dia hanya menyapa “hai” lalu tersenyum, lalu saya balas

    saya: “hai, udah siap?”

    rany: “yaa, ayo langsung berangkat, maaf bikin nunggu”

    tanpa basa-basi sayapun tancap gas ke tempat yang dituju, yaitu sebuah gedung tua berlantai 10, gedung tersebut masih berpenghuni, ada 2 lantai yang digunakan untuk tempat hiburan seperti karaoke dan tempat pijat dan spa. kami akhirnya tiba dilantai 8 dan saya bersiap” memasang alat” untuk pemotretan.

    lalu rany bertanya

    “dimana toiletnya? aku harus ganti baju kan”

    “oia ada dilantai bawah, mau sekalian diantar?”

    “boleh”

    karena gedung tersebut sudah tua, ruang toilet yang adapun sudah rusak semua, hanya satu ruangan yang memiliki pintu, itupun tidak bsa ditutup dengan benar, selama rany didalam berganti baju sebenarnya saya curi-curi kesempatan melihat bagian tubuhnya yang terpantul di cermin toilet, untung cermin tersebut pecah sebagian hingga hanya menyorot bagian dari dada hingga perutnya saja, dari situ saya memperhatikan bentuk payudaranya yang indah, putingnya berwarna merah muda dengan ukuran yang cukup besar, mungkin karena badannya kurus sehingga payudaranya terlihat menggantung indah saat dia sedang mengikat rambut dengan kedua tangannya, kulitnya pun putih sekali. saya tidak lama” mengintip karena takut ketahuan, tidak lama kemudian dia keluar sambil membawa baju di genggaman tangannya, dan ternyata dengan gaun hitam berpotongan rok pendek tersebut dia terlihat sangat cantik.

    saat mengantarnya kembali keatas dia tidak sadar bahwa dalemannya jatuh, mau ga mau saya ambil lalu saya kembalikan, dalam hati saya berpikir “wahh berani amat ga pake daleman apa-apa”

    selama prosesi pemotretan sebenarnya cukup terganggu karena roknya sering terangkat dan memperlihatkan bagian dalamnya, ya sekali lagi kakinya yang indah itu kini terlihat cukup telanjang karena dia tidak menggunakan alas kaki jadi sekilas terlihat hingga pangkal paha dalamnya yang putih dan mulus itu. selama dua jam pemotretan dia nampak sudah terlihat lelah, dan minta istirahat sambil membenarkan kembali make upnya. karena hanya ada saya seorang maka saya ikut membantu menata rambutnya.. karena sekarang posisi kami berhadapan, dia sedang memakai lipstik merah dan saya menata rambutnya, entah bagaimana secara selintas terpikir untuk nekat langsung menyambar bibirnya yang merah merona tersebut, saya pikir toh tidak akan ada orang yang sadar juga, karena kami berada dilantai 8 dan 2 lantai dibawah kami ramai oleh suara musik karaoke sehingga ketika rany kaget dan melepaskan sambaran saya lalu berteriak seketika juga dia sadar bahwa itu semua percuma.. karena tubuhnya kecil saya mudah untuk menahan tangannya agar dia tidak kabur, setelah meronta minta tolong namun akhirnya dia menyerah juga, dia hanya bisa menangis dan memohon agar saya tidak memperkosanya..

    rany: “please..apapun ambil saja asal jangan perkosa aku” sambil menangis terisak

    saya: “ssst.. memang siapa yang mau merkosa kamu? aku cuman tidak tahan melihat kamu yang begitu cantik hingga tadi aku tiba-tiba mencium bibir kamu”

    rany:”tapi aku gamau…”

    belum beres berbicara aku sambar lagi bibirnya sambil mendorongnya kepojok ruangan dan saya menindihnya sambil memegang kedua tangannya agar tidak bisa kabur, karena dia tidak membalas ciuman saya akhirnya saya mencari cara lain agar dia rileks, sayapun teringat bahwa dibalik kain dress tipisnya itu dia tidak menggunakan daleman lagi, langsung saja saya sambar payudaranya untuk saya hisap, disitulah rany mulai menggelinjang nampaknya dia sangat sensitif di daerah tersebut..

    rany: “ohh.. jangan disitu please..hnngg”

    sengaja saya berlama” dibagian dadanya tersebut hingga akhirnya terdengar nafasnya mulai terengah dan terasa tubuhnya mulai rileks, mulai lah saya naik menjilat dari bagian tengah dadanya yang terbuka naik hingga leher, dagu dan akhirnya dia menyambut lidah saya dan menghisapnya keras, kamipun berpagutan ciuman dan saling menghisap lidah satu sama lain..

    rany: “hmm..ah..enak ri..”

    selintas saya mendengar dia meracau seperti itu.. sambil terus french kissing saya pun memeluk tubuhnya yang ramping dengan tangan sebelah kiri dan tangan kanan saya bergerilya masuk kedalam dress bagian dadanya dan mulai meremas dadanya sambil membuka bagian atas dressnya karena mudah hingga akhirnya rany topless.. diapun terengah dengan manuver tadi..

    rany: “hnngg…ah! jangan aku malu…”

    saya: “gpp ran.. yang kamu bagus kok.. bulat dan padat”

    sambil memilin putingnya yg merah muda

    rany: “akh..hnngg..ahh!”

    melihat dia seperti itu nampaknya dia pasrah..

    akhirnya kedua payudaranya saya mainkan dengan dipilin satu sama lain, dicium dan dihisap, ranypun mulai semakin terengah-engah dan kewalahan.. terkadang karena terlalu berisik saya harus membungkamnya dengan ciuman dibibirnya..

    dan karena kulitnya yang putih, terlihat bahwa dia sudah sangat horny karena bagian mukanya sangat merah, dan kedua dadanya juga memerah karena banyak dihisap oleh saya.. dengan matanya yg sayu yang terlihat menikmati memandang wajah saya sambil terengah”.. sayapun membelai kakinya yang indah hingga pangkal pahanya.. lalu menyentuh bagian diantara pangkal pahanya tersebut yang ternyata telah basah sekali.. lalu mengusap”nya..

    rany mengkerenyitkan alisnya, sambil menggigit bagian bawah bibirnya sambil terengah engah setiap kali ku elus dan ku tekan bagian tersebut..

    rany: “hhhnngg..hmmm..ah..ehhnngg”

    akhirnya kugulung semua bagian dressnya kebagian tengah badannya dan kini terlihat seluruh tubuhnya yg hanya bagian missVnya saja yg terbungkus cd warna krem..

    sambil terus ku usap-usap.. saya turunkan pelan-pelan cdnya.. dia menolak dengan menahan cdnya..

    rany: “kamu mau ngapain?” dengan nada kecil yang terdengar mengerang..

    saya: “sssstt.. ga ngapangapain kok ran” sambil ku cium bibirnya dan langsung menarik cdnya hingga antara lututnya tanpa dia sempat sadar..

    mulailah jariku meraba bagian missVnya sambil terus berciuman.. namun ada sesuatu yang berbeda, ternyata bulunya tercukur rapih.. dengan begitu entah mengapa saya merasa beruntung karena jujur saja saya suka wanita yang mencukur jembutnya hingga polos seperti itu..

    saya terus memainkan bagian missVnya hingga basah sekali.. dan memilin” payudaranya bergantian.. ranypun terasa semakin menikmati karena terus terengah dan terdengar desahannya mulai menderu-deru

    rany: “ahh..hahhteruss..terus..iyahh..hngg..ahh”

    ku masukan sedikit-sedikit jariku kedalam missVnya yang semakin basah.. dan tanpa diduga tiba” tangan rany menggapai bagian penisku yg masih terbungkus celana..

    rany: “aku mau ini…cepet..” dengan wajah memelas..

    tanpa pikir panjang kubuka celanaku yang daritadi didalamnya sudah tegang tidak karuan.. kembali rany menggenggam mrP ku dan menuntunnya ke mulut missVnya.. dan dia berbisik..

    rany: “masukin pelan-pelan saja..”

    dengan sedikit kesusahan saya mencoba menerobos missVnya yang masih sangat sempit itu.. dan setelah masuk sebagian saya memompanya sedikit demi sedikit.. hingga akhirnya rany mendesis keenakan..

    rany: “sssh..ahh iya gituu ahh..hnngg”

    akhirnya secara keseluruhan missPku masuk semua.. namun tidak keluar darah dari lubang missV rany.. melihatku sedikit bingung rany menarik leherku lalu menciumku dengan bernafsu dan menggerakan pinggulanya sehingga memancingku untuk mengikuti iramanya tersebut.. kamipun kini saling mendesah keenakan..

    rany: “terus kaya gituu..hhhnnngg..ahh..ahhiyaa..iya.haah..terus..sshhhah”

    saya: “ran..enak banget..hngg..ahh.. kamu..padet..ahh..sekali..”

    sambil terus memompa dengan tempo yg berirama..lambat..ke cepat..

    rany: “aaakhh..hhnngg..hmmm..ahh..shh..aaahkh”

    kini rany mulai menjerit keenakan.. dan entah kenapa kini pinggulnya berhenti bergerak..dan dia mulai membuka lebar” kedua kakinya yang jenjang tersebut..

    sedangkan dengan posisi tersebut semakin membuat ku leluasa untuk menaikan tempo sodokan mrP ku didalam missVnya yang terasa hangat,basah dan padat tersebut.. sambil kadang memberinya ciuman dan kuhisap payudaranya keras”

    rany: “aaakkhh..akuu..dikit lag..hh..iiihh..ahhh”

    melihat dia mulai merangkul punggungku dan memeluku dengan wajah sangat merah dan memejamkan mata tersebut saya tau sebentar lagi dia keluar.. sayapun menaikan tempo sodokan mrPku.. dan tiba” “aaaaaaakkhhh…aaaaaaaah” pelukan rany mengeras sambil berteriak mengerang.. kukunya terasa mencakar punggungku.. seluruh tubuhnya menggelinjang tegang.. terasa ada cairan hangat menyelimuti mrPku dan sebagian lagi terasa meleber keluar.. tidak lama kemudian saya mulai memompa kembali mrP pelan” dengan keadaan rany yang terkulai lemas..rambut pendeknya terlihat acak”an menutupi setengah wajahnya yang cantik.. nafasnya terengah” kelelahan.. melihat kondisi tersebut saya malah semakin horny..

    saya: “rany sayang… dikit lagi yah..” sambil terus memompa dari pelan hingga cepat.. tidak ada balasan yg ada hanyalah erangan dan desahan sisa” tenaga rany.. terlihat mulutnya kadang menggigit dinding bibirnya dan meringis keenakan..

    saya: “dikit lagi ran..ahh..ranyy..hnngg..ahh..keluar..dikit lagi…”

    ketika sedang cepat memompa missVnya tiba” rany mencoba menggapai mrPku.. dia bangun sambil mengocok” mrPku..

    rany: “jangan didalam please..” dengan wajah memelas.. lalu tiba mengulum seluruh mrPku.. sambil terus mengocoknya.. dia terlihat lihai dan menikmati.. hingga akhirnya tanpa bisa ditahan lagi tiba” semua cairan dari mrP ku keluar di dalam mulutnya… rany berhenti sejenak.. membiarkan seluruh cairan yang ku keluarkan masuk ke dalam mulutnya lalu melanjutkan mengulum mrPku sambil kadang memijatnya sehingga terasa nikmat sekali..

    setelah itu saya mencium bibirnya.. memeluknya dari belakang sambil bersandar ditembok karena kami berdua butuh istirahat sebelum harus pulang karena hari mulai gelap dan tempat tersebut semakin sepi..

    setelah kami berpakaian.. kamipun pulang.. kini rany memelukku sambilku bonceng dimotor.. dia bercerita selama perjalanan.. dirinya tidak lagi virgin karena pernah kecelakaan bukan karena pernah diperkosa.. justru pacarnya pernah memerkosanya karena tau hal tersebut dan mereka baru saja putus hingga membuat rany sangat sedih, diapun trauma dengan kejadian pemerkosaan tersebut. selama perjalanan dia memainkan dan memijat” penisku dari luar celanaku sambil memeluku dari belakang..

    itulah pengalaman hubungan sexku.. semoga pembaca terhibur.

  • Bokep Lesbian Terpanas 2018

    Bokep Lesbian Terpanas 2018


    1422 views

  • Majalah Dewasa Edisi Eka Lim

    Majalah Dewasa Edisi Eka Lim


    1596 views

    Duniabola99.org – Eka Lim adalah model yang sudah malang melintang di sejumlah majalah dan menjadi model freeland di beberapa event pemotretan. Pemilik tatoo sayap di bagian punggung ini menjadi peserta pemilihan Miss Popular 2015 sesion Maret 2015, Eka Lim saat ini telah mendapatkan suara / vote sebanyak 41.4 %.

     

  • Hari-Hari Terakhir Bersama Istri Kedua Ku

    Hari-Hari Terakhir Bersama Istri Kedua Ku


    1379 views

    Cerita Sex Terbaru – Aku tersenyum puas, aku memang nggak egois, biar Rita dulu yang terkulai lemas menikmati klimaksnya, aku bisa menyusul kemudian dan Rita selalu melayaniku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

    Kubalikkan tubuhnya, kujilati dengan kulumat lendir-lendir di vaginanya, kujilat, kugigit sayang klitoris dan vaginanya, dia menggelinjang kegelian. Kutelan semua lendir Ritaku, sementara itu penisku masih berdiri tegak.

    “Cepat masukin penisnya sayang, Mamah mau bobo nich.., lemas, ngantuk”, kicaunya. Setelah kubersihkan vaginanya dengan handuk kecil, kumasukkan lagi penisku, aduh ternyata lubang vaginanya menyempit kering lagi, menambah nikmat terasa di penisku.
    “Mmaahh, eennaak.. Maahh, oogghh, sempit lagi Maahh..” sambil terus kutekan ke atas dan ke bawah penisku.

    Aku sedikit mengangkat badanku tanpa mencabut penisku yang terbenam penuh di vagina Rita, kemudian kaki kanan Rita kuangkat ke atas dan aku duduk setengah badan dengan tumpuan kedua dengkulku. Rita memiringkan sedikit badannya dengan posisi kaki kanannya kuangkat ke atas.

    Dengan posisi demikian, kusodok terus penisku ke luar dan ke dalam lubang vaginanya yang merah basah. Rita mulai melenguh kembali dan aku semakin bernafsu menusukkan penisku sampai dasar vaginanya. “Oogghh, Maahh, oogghh.. nikmat sekali sayang”, lenguhku sambil memejamkan mataku merasakan kenikmatan vagina Rita yang menyut-menyut dan menyedot-nyedot.

    “Paahh.. Mamah enaak lagi, oogghh.. Paahh”, dia mulai melenguh lagi keenakan. Aku semakin bersemangat menusukkan penisku yang semakin tegang dan rasanya air maniku sudah naik ke ujung penisku untuk kusemburkan di dalam kemaluan Rita yang hangat membara.

    Kubalikkan tubuhnya supaya tengkurap dan dengan bertumpu pada kedua dengkulnya aku mau bersenggama dengan doggy style, supaya penisku bisa kutusukkan ke vaginanya dari belakang sambil melihat pinggul dan pantatnya yang putih dan indah. Dalam posisi senggama menungging begitu, aku dan Rita merasakan kenikmatan yang sangat sempurna dan dahsyat. Apalagi aku merasakan lubang vaginanya semakin sempit menjepit batang penisku dan sedotannya semakin menjadi-jadi.

    “Paahh.. teruuss genjoott.. Paahh..” Rita mulai mengerang lagi keenakan dan pantatnya semakin mundur maju sehingga lubang vaginanya terlihat jelas melahap semua batang penisku. “Blleess, shhoott.. bleess.. sroott, sreett crreeckk..” gesekan penisku dan vaginanya semakin asyik terdengar bercampur lenguhan yang semakin nyaring dari dua anak manusia yang saling dilanda cinta.

    “Maahh, oogghh.. adduuhh, Yaangg.. emghh, Papah enaakk, ooghh!” aku tergoncang-goncang dan dengkulku semakin lemas menahan kenikmatan dan nafsuku yang semakin menggelegak. Sementara itu keringatku semakin bercucuran membasahi kasur meskipun AC cukup dingin di kamar hotel itu.

    “Paahh, oogghh, teruuss tusuuk Paahh..” Rita merintih-rintih ke asyikan, kelihatannya akan klimaks lagi. Rupanya Rita nggak mau tahu kalau posisi persetubuhan saat itu akan berakhir 2-1 untuk kemenanganku, dan entah akan menghasilkan skor berapa sampai pagi hari nanti, soalnya mumpung ketemu sebelum dia dikawinkan.

    Rita memintaku untuk telentang lagi dan sementara dia berada jongkok di depanku, sehingga vaginanya yang merah basah sampai ke bulu-bulunya terlihat jelas di depan mataku. Aku memberi kode agar Rita mendekatkan vaginanya ke mukaku.

    Sesaat kemudian vaginanya sudah ditindihkan di mulutku dan kulumat habis cairan asin bercampur manis yang ada di selangkangan dan mulut vagina dan bulunya. Kujilati habis dan kutelan dalam-dalam. Rita melenguh keasyikan sambil menggoyangkan pinggulnya ke atas ke bawah dan membenamkan vaginanya ke mukaku.

    “Paahh.., ooghh, Paahh.., nikmaatt, yaangg.. teruuss, aduuhh.., oogghh, eemmhh, gilaa.., emmhh”, mulai ramai lagi dia dengan lenguhannya yang semakin menambah semangatku untuk terus melumat, menjilat, menggigit-gigit kecil kemaluan dan klitorisnya, lidahku terus menggapai-gapai ke dalam kemaluannya dan sesekali menjilat lubang pantatnya, sehingga dia menggeliat dan melenguh keenakan. Lenguhan Rita kalau sedang senggama itu tak bisa kulupakan sampai saat ini.

    Rita adalah isteriku yang sesungguhnya, meskipun secara resmi tidak dapat dilakukan karena keadaan kami masing-masing. Terkadang kami bingung apakah cinta kasih kami akan terus tanpa akhir sampai takdir memisahkan kami berdua? Rita kembali kuminta telentang, karena sudah kebiasaanku kalau aku klimaks harus melihat wajahnya dan mendengar lenguhannya di depan mataku, dan rasanya semua perasaan cintaku dan spermaku tumpah ruah di dalam vaginanya kalau aku ejakulasi sambil berada di atas tubuhnya yang mulus montok, terkadang sambil meremas buah dadanya yang putih padat.

    Kumasukkan lagi segera penisku yang sekeras besi dan berwarna coklat mengkilap itu kelubang vaginanya, “Blleess.” Aku sudah tak tahan lagi menahan gumpalan spermaku di ujung penisku. Kugenjot penisku keluar masuk vaginanya sampai ke ujung batang penisku, sehingga rambut kemaluan kami terasa bergesekan membuat semakin geli dan nikmat rasanya. Kuangkat kaki kanan Rita ke atas, sehingga aku semakin mudah dan bernafsu memaju mundurkan pinggulku dan penisku, Rita meringis dan melenguh keenakan.

    “Paahh.. teruuss Paahh.. oogghh, penis Papah eaakk.. oogghh, eemmhh.. emmhh.. aduuhh.” Keringat kami semakin bercucuran membasahi sprei, masa bodoh sudah bayar mahal ini. Aku semakin bernafsu menyodok dan menarik batang penisku dari vagina Rita yang semakin licin tapi tetap sempit seperti perawan.

    “Ooogghh.. Maahh.. oogghh.. Maahh.. ikut goyang dong Sayaang.., ooghh.. Papaahh maauu keluuaarr..” aku semakin gila saja dibuatnya, keringat semakin bercucuran, nikmat dan nikmat sekali setiap bersetubuh dengan Ritaku sayang.

    Air maniku rasanya tinggal menunggu komando saja untuk disemprotkan habis-habisan kelubang vagina Rita. “Paahh, aduuhh, bareng yuu.. Paahh.. Mamah mmoo keluaarr lagi”, Rita minta aku menindihnya dan menciumnya. Segera kutimpa dia dari atas sambil melumat mulut, bibir dan lidahnya.

    “Ooogghh.. yuu.. baraeeng.. Paahh.. aiiaaogghh.. aduhh.. yuu Maahh.. Paahh..” badan kami saling meregang, berpelukan erat seakan tak mau lepas lagi. Air maniku kusemprotkan dalam-dalam ke lubang vagina Rita, rasanya nggak ada lagi tersisa. Kami terkulai lemas dalam pelukan hangat dan puas sekali.

    Sesekali penisku kutusukan ke dalam vaginanya, Rita menggelinjang geli dan melenguh “Paahh.. udaahh.. Mamahh geli..” matanya terpejam puas. Kuciumi dia, kubersihkan lagi vaginanya dengan jilatan lidah dan mulutku, ketimbang pakai handuk. Vaginanya tetap harum, manis dan wangi laksana melati.

    Sepulang dari Singapore, aku dan Rita masih selalu bertemu di beberapa motel di Jakarta dan sekitarnya. Aku seakan tidak rela melepas kekasihku untuk dikawinkan dengan lelaki lain. Tapi memang tidak ada jalan lain, sebab meskipun Rita telah menyatakan keikhlasannya untuk menjadi istri kedua ku, namun aku juga sangat cinta keluarga terutama anak-anakku yang masih butuh perhatian.

    Rita sangat maklum hal itu, namun dia juga tidak bisa menolak keinginan orangtuanya untuk segera menikah mengingat hal itu bagi seorang wanita adalah sesuatu yang harus mempunyai kepastian karena usianya yang semakin meningkat. Waktu itu Rita sudah berusia hampir 26 tahun dan untuk wanita seusia itu pantas untuk segera berumah tangga.

    Tanpa terasa hari pernikahan Rita sudah tinggal tersisa satu bulan lagi, bahkan undangan pesta pernikahan sudah mulai dicetak, dan dia memberitahukan aku bahwa resepsi pernikahannya akan diselenggarakan di Balai Kartini. Hatiku semakin merasa kesepian, dari hari ke hari aku semakin sentimentil dan sering marah-marah termasuk kepada Rita.

    Aku begitu tak rela dan rasanya merasa cemburu dan dikalahkan oleh seorang laki-laki lain calon suami Rita yang sebenarnya tidak dia cintai. Tapi itulah sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan. Itulah adat ketimuran kita, adat leluhur dan moyang kita.

    Barangkali kalau aku dan Rita hidup di sebuah negara berkebudayaan barat, hal ini tidak bakalan terjadi, sebab Rita bisa menentukan pilihannya sendiri untuk hidup bahagia bersamaku di sebuah flat tanpa bisik-bisik tetangga dan handai-taulan di sekitar kita.

    Tanpa terasa pula aku sudah menjalin cinta dan berhubungan intim dengan Rita hampir empat tahun lamanya, seperti layaknya suami isteri tanpa seorang pun yang mengetahui dan hebatnya Rita tidak sampai mengandung karena kami menggunakan cara kalender yang ketat sehingga kami bersenggama jika Rita dalam keadaan tidak subur.

    Pada suatu sore, Rita meneleponku minta diantarkan untuk mengukur gaun pengantinnya di sebuah rumah mode langganannya di kawasan Slipi. Kebetulan aku sedang agak rindu pada dia. Kujemput dia di sebuah toko di Blok M selanjutnya kami meluncur ke arah Semanggi untuk menuju ke Slipi. Di mobil dia agak diam, tidak seperti biasanya.

    “Rit, kok tumben nggak bersuara”, kataku memecah hening.
    Dia menatap mukaku perlahan, tetap tanpa senyum. Air matanya terlihat samar di pelupuk matanya.
    “Mah, kenapa sayang? kok kelihatannya bersedih”, kataku sekali lagi.
    Dia tetap menunduk dan air matanya mulai meluncur menetes di tanganku yang sedang mengelus mukanya.
    “Bertambah dekat hari pernikahanku, aku bertambah sedih Pah”, ujarnya.

    “Mamah membayangkan malam pengantin yang sama sekali tidak Mamah harapkan terjadi dengan lelaki lain. Sayang sekali kamu sudah milik orang lain. Kenapa kita baru dipertemukan sekarang?” Rita berceloteh setengah bergumam. Aku merasa iba, sekaligus juga mengasihani diriku yang tidak mampu berbuat banyak untuk membahagiakannya.

    Kugenggam tangannya erat-erat seolah tak ingin terlepaskan. Tanpa terasa, mobilku sudah memasuki pekarangan rumah mode yang ditunjukan Rita. Hampir setengah jam aku menunggu di mobil sambil tiduran, mesin dan pendingin mobilku sengaja tak kumatikan.

    Laser disk dengan lagu “Love will lead you back” mengalun sayup menambah suasana sendu yang menyelimuti perasaanku. Aku dikejutkan Rita yang masuk mobil dan membanting pintunya. Setelah berada di jalan raya kutanya dia mau ke mana lagi dan dia menjawab terserahku.

    Kuarahkan mobilku kembali ke jembatan Semanggi dan belok kiri ke jalan Jenderal Sudirman dan masuk ke Hotel Sahid. Sementara aku mengurus check-in di Reception Desk, Rita menungguku di lobby hotel. Kemudian kami naik lift menuju kamar hotel di lantai dua.

    “Pah, Mamah serahkan segalanya untukmu, Mamah khawatir sebentar lagi Mamah dipingit, nggak boleh keluar sendirian lagi, maklum tradisi kuno kejawen masih ketat.” Tanpa malu-malu lagi karena kami memang sudah seperti suami isteri, dia membuka satu persatu pakaian yang melekat di badannya sehingga kemontokan tubuhnya yang tak bisa kulupakan terlihat jelas di hadapanku.

    Tanpa malu-malu pula dia mulai memelorotkan celana panjang sampai celana dalamku, sehingga batang penisku yang masih tiduran terbangun. Tanpa menungguku membuka baju dan kaus singlet, Rita sudah membenamkan batang penisku ke mulutnya dan melumatnya dalam-dalam. Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa dan batang penisku mulai mengembang besar dan keras seperti besi.

    “Ogghh.. Maahh.., isep terus yaang ooghh, aduuhh.. gelli”, aku mulai melenguh nikmat dan Rita semakin cepat mengulum penisku dengan memaju-mundurkan mulutnya, penisku semakin terasa menegang dan aliran darah terasa panas di batang penisku dan Rita semakin semangat melumat habis batang penisku.

    “Ogghh, Paahh, enaakk asiin.. Paahh.” Wah, batang penisku makin terasa senut-senut dan tegang sekali rasanya cairan spermaku sudah berkumpul di ujung kepala penisku yang semakin merah mengkilat dikulum habis Rita. Aku minta Rita menghentikan hisapannya dulu, kalau tidak rasanya spermaku sudah mau muncrat di mulutnya.

    “Ooogghh, Maahh, sudah dulu doong, Papaahh moo.. keluaar!” Rita menuruti eranganku dan beranjak rebah dan telentang di tempat tidur. Aku mengambil nafas dalam-dalam untuk menahan muncratnya spermaku. Aku ikut naik ke tempat tidur dan kutenggelamkan mukaku ke tengah selangkangannya yang mulus putih tiada cela tepat di depan kemaluannya yang merekah merah. Kujulurkan lidahku untuk kemudian dengan meliuk-liuk memainkan kelentitnya, turun ke bawah menjilat sekilas lubang pantatnya. Rita melenguh kegelian dan mulai menaik-turunkan pantatnya yang putih dan gempal.

    Kutarik ke atas lidahku dan kujilat langit-langit vaginanya yang mulai basah dan terasa manis dan asin. Kutegangkan lidahku agar terasa seperti penis, terus kutekan lebih dalam menyapu langit-langit vagina Rita. Rita semakin memundur-majukan pinggulnya sehingga lidahku menembus lubang vaginanya semakin dalam. Aku sebenarnya ingat bahwa hasil operasi selaput daranya tempo hari di Singapore bisa jebol lagi, tapi aku tak peduli kalau kenikmatan bersenggama dengan Rita telah memuncak ke ubun-ubunku.

    “Paahh.. ooghh.. woowww.. ooghh.. paahh, terus paahh.. enaakk.. paahh lidahnya kayaak kontooll..” Goyangan pinggul Rita semakin menggila, aku pun tambah semangat membabi buta memainkan lidah dan mulutku melumat habis vagina dan klitorisnya sampai cairan Rita semakin banyak mengalir. Kuhisap dan kutelan habis cairan vagina Rita yang asin manis itu sehingga lubang vaginanya selalu bersih kemerahan.

    Rita terus menyodok-nyodokkan vaginanya ke mukaku sehingga lidahku terbenam semakin dalam di lubang vaginanya, sampai mulai terasa pegal rasanya lidahku terus kutegangkan seperti penis. “Paahh.. sudah naik sayaang, Mamah sudah nggak tahan, masukkan penisnya sayang.” Rita menarik tanganku ke atas supaya aku segera menaikkan badanku di atas badannya.

    Penisku memang sudah terasa panas dan tegang sekali. Rita tak sabar memegang penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah karena lendir kemaluan bercampur ludahku. Maka “bleess”, “Ogghh.. Paahh.. tekan terus sayaang, Mamah udaahh rinduu.. oogghh emmgghh.. Paah.. terus goyaang sayaang.. ooghh..” Pantat Rita mulai bergerak naik turun dengan liar dan penisku sebentar masuk sebentar keluar dari lubang vaginanya yang menyedot-nyedot lagi.

    Kunaikkan kaki kanannya dan dengan posisi setengah miring dan posisiku setengan duduk aku sodok vagina Rita dari belakang. Aku semakin bernafsu kalau melihat pantat dan pinggul Rita yang putih. Penisku semakin ganas dan tegang menyodok mantap vaginanya dari belakang.

    Rita membalikkan tubuhnya sehingga menungging membelakangiku dan penisku tak kucabut dari vaginanya. “Paahh.. teruuss doong, Mamaah nikmaa.. ogghh.. teruuss.. sodook sayaang.. ogghh.. Paahh.. aaogghh.. uugghh..” Pantatnya semakin menggila mundur maju dan aku pun semakin menggila menyodokkan penisku sampai rasanya mau patah.

    Memang setiap senggama sama Rita rasanya habis-habisan. Kutumpahkan semua kemampuan dan keperkasaanku untuk membahagiakan Ritaku. Dia pun demikian, tidak ada yang tersisakan kalau kami bersenggama. Harus habis-habisan supaya puas. Keringat kami membanjiri sprei hotel seperti habis mandi.

    “Mmaahh.. ooghh, teruuss goyaang.. oogghh.. Maahh.. Papaahh moo keluaarr.. gila Maahh.. vaginanyaa.. ooghh.. nikmaat.. sekalii..” Aku mulai ribut dan Rita melenguh semakin panjang. Mungkin tamu kamar sebelah mendengar lengkingan dan lenguhan kami.

    Masa bodoh! “Pahh.. emmghh.. oogghh.. Paapaahh.. adduuhh.. Paahh.. adduuhh.. Mamaahh.. mmoo kelluuaarr.. emmgg.. adduhh.. Paahh aduuhh.. Paahh.. adduuhh”, Kugenjot terus penisku keluar masuk, vagina Rita yang semakin banjir dengan cairan vaginanya, terus kugenjot penisku sampai pegel aku tak peduli. Keringat kami terus membanjiri sprei.

    Kuminta Rita telentang kembali karena dengkulku mulai lemas. Dia tersenyum sambil tetap memejamkan matanya. Oh, cantiknya bidadariku, rasanya ingin kukeluarkan seluruh isi penisku untuknya. Rita baru sadar bahwa hasil operasi selaput daranya mungkin jebol lagi. Rita bilang masa bodoh, yang penting semuanya telah diberikan buat Papah.

    Biar saja suaminya curiga atau marah atau bahkan kalau mau cerai sekalipun kalau tahu dia nggak perawan lagi. Kali ini kami nggak menunggu waktu ketika Rita sedang tidak subur, karena Rita ingin mengandung anakku dan orang tidak akan curiga karena Rita akan punya suami. Memang kasihan nasib suami Rita nanti, tapi bukan salah kami karena dia merebut cinta kami, ya kan?

    “Cepat pah masukan lagi ach.. jangan mikirin orang lain!” Tuh kan betapa dia nggak ambil peduli tentang hari pernikahannya dan calon suaminya, sebab bagi dia akulah suami sesungguhnya dalam hati sanubarinya. Bleess.., “Ooogghh.. Paahh, enaak.. Paahh.. aaoogghh.. uuhhgg.. uughh.. genjot terus Paah”, Aku tekan penisku sekuat-kuatnya sampai tembus semuanya ke lubang paling dalam vaginanya sampai terasa mentok.

    “Ooogghh.. mmaahh.. nikmaatt.. istrikuu.. sayaangg.. oogghh.. aagghh.. eemmgghh..” aku setengah berdiri lagi dengan tumpuan ke dua dengkulku dan kurenggangkan kedua kaki Rita, kusodokkan terus penisku keluar masuk vaginanya, bleess.. sreett.. blleess.. sreet.., vaginanya menimbulkan suara yang semakin memancing gairah kami berdua. Rita memejamkan dan mengigit-gigit bibirnya dan mencakar-cakar punggung dan tanganku ketika mulai meregang.

    “Ooogghh.. Paappaahh.. emmgg.. oogghh.. aduuhh.. Mamaah moo keeluuarr.. ooghh.. Paahh.. teruuss.. saayyaang, keluuaarriinn barreenng oogghh”,
    “Hayyoo.. Maahh.. oogghh.. hayoo.. baarr.. ooghh.. reenng.. Maahh.. ooghh”, teriakanku tak kalah serunya.

    Kami menggelepar, meregang, mengejang bersama-sama, serasa nafasku mau copot dan Rita melenguh panjang sambil merasakan cairan air maniku tertumpah ruah di lubang kemaluannya, terasa nikmat dan hangat katanya.

    Biasanya sehabis merasakan klimaks yang sangat dahsyat Rita selalu memukul dan mencubit sayang badanku, terus kelelahan mau tidur sehingga terbaring lunglai dengan keringat bercucuran. Aku selalu memeluk dan menciumi keningnya, hidungnya, mulutnya, rambutnya sampai ke pantatnya, biasanya dia menggelinjang dan marah-marah karena geli.

  • Enaknya Ngentot Memek Mulus Jennifer

    Enaknya Ngentot Memek Mulus Jennifer


    2196 views

    Foto Ngentot Terbaru – Memang nikmat rasanya jika menikmati hiburan dewasa di tengah malam yang dingin seperti ini. Apalagi kami sudah menyediakan gambar-gambar terbaru dan terpanas dari yang muda-muda sampai tante-tante girang yang ngentot hot banget dan bisa membuat anda crot ramai-ramai malam ini. Simak langsung Foto Ngentot Memek Mulus Jennifer.

  • Desahan Babysister Pemilik Kost

    Desahan Babysister Pemilik Kost


    1458 views

    Cerita Sex Terbaru – Aqu pernah kost disebuah rumah mewah di Makassar, pemilik rumah tergolong elite dan termasuk sibuk dgn bisnisnya. sedangkan si isteri kerja disalah satu bank swasta.

    Suatu hari setelah 1 bulan si nyonya melahirkan panggilannya Mbak Wulandari, maka datanglah seorang baby sitter yg melamar pekerjaan sesuai iklan dari koran, setelah bercakap-cakap dgn Wulandari, maka baby sitter tsb yg bernama Murni diterima sebagai pengasuh bayi mereka. Aqu pandangi terus itu baby sitter, wah…setelah pakai baju putih kelihatan sexy banget, guratan celana dalamnya tampak samar-samar…. esoknya, ketika aqu mau berangkat kekantor, tiba-tiba ibu kost ku mengenalkan si Murni kepadaqu, sekilas kulihat buah dadanya yg terbungkus bajuputih dibalik BH wow…seru…kira-kira 36 lah..

    Si Murni berumur sekitar 30 tahun, sedangkan ibu kost ku (ibunya si bayi baru sekitar 26 tahun, suaminya kira-kira 30 tahun). Bang…tolong ya..ikut awasin rumah karena ada penghuni baru ( maksudnya baby sitter) sementara aqu sudah harus masuk kerja lagi, maklum kerja di swasta cutiku melahirkan cuma 1 bulan, ucapnya kepada ku…
    Baik Mba, saya jagain lah…

    setelah sekitar 1 minggu si Murni tinggal di rumah kost bersama aqu dan pemilik rumah, aqu mulai curiga dgn gerak-gerik suami Wulandari beberapa hari terakhir ini, Aqu sering melihat dari sela pintu kamar kost ku, sang suami panggilannya mas Adi suka mencuri pandang tubuh si Murni yg sedang ngurus bayi di Box bayi, tentunya tubuhnya membungkuk posisi hampir nungging sehingga guratan CD nya semakin tampak jelas dan bentuk pinggul serta betis yg bikin mupeng semua lelaki, ternyata di usia 30 tahun, si Murni justru bikin gairah lelaki meningkat.

    Suatu hari, Wulandari tak pulang, dia tugas ke jakarta untuk 3 hari, mas adi kelihatannya seneng banget ditinggal isterinya, semakin saja dia menggoda si Murni, dan sempat mengelus punggung si Murni sambil berkata ” emh kasihan Mbak ya…kok masih cantik jadi janda…” si Murni cuma menjawab ” ya nasib mas…” sambil tersenyum. aqu terus mengintip dari celah pintu kamar kost ku apa yg dilaqukan mas adi, dia mulai melaqukan jurusnya karena sudah ber bulan2 tak ketemu lobang kemaluan Wulandari, maklum hamil besar dan baru melahirkan.

    ” Mbak Murni anaknya berapa? tanya mas adi, 1 mas…jawab Murni. sudah berapa tahun menjada..? tanya adi lagi, yah sudah 3 tahunan lah mas…. jawab Murni.

    Mas Adi duduk di sofa dekat box bayi anaknya, sementara tangan kanannya mulai menggosok-gosok batang kemaluannya dibalik training spak yg dia gunakan, sementara si Murni masih tetap membungkuk membelakangi mas adi memberi susu botol kepada sang bayi.

    Tiba-tiba terdengar suara mas adi memanggil aqu,seakan mengajakku untuk nonton TV seperti biasanya, aqu pura-pura tidur dgn pintu tetap ku buka satu senti untuk mengintai apa yg terjadi, lalu mas Adi manggil si-mbok pembantunya yg sudah diatas 50 tahun, ya…den..kata simbok, bikinkan saya kopi terus mbok tidur aja ya istirahat, ya..den…jawab simbok. setelah kopi dihidangkan, keMbali Adi menggosok-gosok batang kemaluannya dibalik training spaknya, aqu terus mengintai dgn lampu kamar yg aqu matikan, setelah si bayi tertidur, adi ngajak Murni untuk duduk disofa sambil lihat TV, si Murni menolak, malu mas…kata si Murni, gak apa-apa ….kata Adi.

    Kamu kan ngerti dong saya sudah 3 bulan tak bersentuhan dgn wMurnita, sini…..ajak adi lagi. dgn ragu-ragu si Murni mulai duduk dilantai dekat sofa tempat adi duduk, aqu semakin nilik-nilik mereka, Murni…sususmu kok masih kencang ya…ucap Adi, ah…masa mas, masih bagus punya Mbak Wulandari dong…jawab Murni, kenapa mas bilang begitu…? tanya Murni. ah…enggak cuma pingin tau aja kalau susu yg sudah pernah di isep bayi berubah bentuk atau tak…? kilah Adi. ya..tergantung perawatan…kata Murni. boleh aqu raba susumu ni…tanya adi. ah…jangan mas…saya kan sudah tua, juga saya malu….jawab Murni.

    Aqu mulai yakin pasti jurus si Adi mengena. sini geser duduknya…kata adi, ah…sudah disini saja mas… kata Murni.gak apa-pa…sini… saya penasaran dgn susu yg sudah di isep bayi, pingin lihat…kata adi lagi, jangan mas ah… malu, nanti Mbak Wulandari tau aqu dimarahin… kata Murni, tak ada yg tau, semua sudah tidur. kata adi, lalu adi menarik lengan si Murni, dan mulai meraba susu Murni dgn halus, si Murni kelihatan berigidig-an, adi terus gencar berusaha memegang susu Murni, sementara Murni terus menangkis tangan adi, ketika si Murni sibuk menangkis tangan adi, aqu melihat kedua paha si Murni yg kadang terkangkang karena sibuk menangkis tangan adi, wow…mulus pahanya, aqu mulai jreng juga, karena ruang tengah cukup terang sehingga sering banget aqu melihat CD Murni yg berwarna ungu muda, dan gundukan kemaluan dibalik CD yg begitu menggiurkan membuat aqu jadi keasyikan nonton dar celah pintu kamar.

    Akhirnya si Murni menyerah di tangan Adi, dan membiarkan tangan adi meng-griliya susunya, dan si Murni pun mulai kegelian sehingga pahanya semakin jelas kulihat karena Murni sudah tak kontrol cara duduknya.

    Aqu mulai terangsang melihat tangan adi dibalik baju putih Murni bergerak-gerak, kebayg empuk dan halus susu yg sedang diobok. kemaluan ku mulai tegang, si Murni semakin meringis dgn sesekali membungkukkan punggunya, kegelian. adi mulai memetik kancing baju si Murni, maka terlihat susu si Murni dibungkus BH warna merah jambu karena si Murni menghadap kamarku dan Adi dibelakang si Murni. tangan adi kemudian mengeluarkan sebelah susu Murni dari BHnya, aqu semakin tegang karena aqu melihat susu yg begitu mulus, puntingnya coklat muda, bahkan aqu lebih terfokus ke celah paha si Murni yg sudah semakin jelas karena rok putihnya sudah sediki demi sedikit tersingkap. kelihatannya si Murni sudah mulai terangsang karena aqu melihat bagian celah kemaluan pada CD si Murni sudah mulai berwarna ungu tua, berarti sudah basah. ketika si Murni agak bergeser duduknya aqu melihat tangan Adi yg kiri memegang kemaluannya yg sudah tegang banget, sementara tangan kanannya mulai meremas halus susu Murni, kelihatannya adi bukan pemain sex brutal, dia mempermainkan susu si Murni begitu lembut sehingga si Murni mulai mendesah dan tangannya mulai mencengkram tangan Adi yg sedang mengelus susu nya.

    Sudah mas…aqu sudah gak tahan…kata si Murni. aqu juga sudah gak tahan Ni…kata si Adi, bantu saya dong Ni…saya pingin keluarkan Sperma yg sudah mengental nih….kata adi dgn nada merayu…jangan mas…aqu gak mau, taqut hamil….kata Murni. tak ni…kita jangan bersetubuh, saya gesek aja ya di antara celana dalam dan kemaluan mu….rayu adi, si Murni pun sudah kelihatan sangat terangsang, tapi dia tak menjawab. sementara aqu sudah semakin tegang aja nih si ujang…dibalik pintu.

    Adi akhirnya turun dari sofa, dan duduk disebelah si Murni di atas karpet, tangan adi mulai mengarah ke kemaluan si Murni, keMbali si Murni meronta, jangan mas…nanti aqu gak tahan…kata si Murni, tenang aja…nanti kita sama-sama enak…kata Adi sambil mulai mengelus CD pas di kemaluan si Murni , Murni mulai kelihatan kejang-kejang kedua kakinya merasakan nikmat, adi terus mengelus kemaluan Murni dari luar CDnya sementara bibirnya mulai menciumi susu kiri si Murni,

    Adegan ini terus berlangsung sekitar hampir 10 menit, kemudian adi melepas training spaknya, dan kelihatan ujang nya si adi yg sudah tegak lurus, tapi si Murni malah membuang pandangannya ke TV, lalu Adi menyingkap rok putih Murni semakin keatas, dan si Murni direbahkan dikarpet, jangan mas…kata si Murni. nggak kok cuma mau dijepitin diantara CD dan Kemaluan kamu…gak dimasukin kok…kata Adi sambil terus menggosok kemaluannya. janji ya..mas…kata Murni. bener kok saya janji kata Adi, kemudian adi berbaring disebelah kiri si Murni, dan benar saja, adi julai menaiki separuh tubuh Murni dan paha sampai kaki kirinya adi menindih paha dan kaki kiri si Murni dan kemaluan adi diselipkan dari samping CD basahnya Murni dekat pangkal paha Murni sementara si Murni tetap terlentang, aqu mulai gak tahan lihatinnya, aqupun mulai meraba-raba kemaluan ku, terus adi mulai mengesek-gesekan kemaluannya diantara CD dan Kemaluan Murni secara perlahan.

    Murni mulai kelihatan menikmati, sambil mengisap punting susu si Murni yg sebelah kiri dan meremas susu Murni yg sebelah kanan adi terus menggesek kemaluannya dicelah CD dan Kemaluan si Murni, Murni mulai mengerak-gerakkan pinggulnya keatas kebawah mengikuti gerakan Adi, aqu yakin bahwa kelentitnya si Murni sudah tersentuh oleh ujung kemaluan si adi, aqu pun taMbah terangsang melihatnya, aqu mulai mempercepat kocokan tangan di kemaluanku, dadaqu terasa semakin dag-dig-dug….semakin lama si Adi semakin mempercepat gerakannya, terus menggesek kemaluan si Murni dgn kemaluannya yg sudah semakin keras, dan si Murni pun mulai mengeluarkan suara desahannya, mas…mas…mas…aduh geli sekali…mas…. aduuuuh… enak sekali mas….lirih si Murni, tekan sedikit mas…biar ujung nya kena kemaluanku…..

    Adi mulai merubah gerakannya, dari menggesek menjadi agak menekan kemaluan si Murni, tangan kanan si Murni mencengkram tangan adi yg sedang meremas susu kanannya, berarti si Murni sudah begitu menikmati gesek-tekan kemaluan si adi. teruuuus… mas…aqu nikmat sekaaaaali…. desah si Murni.
    iyaaa… saya juga Ni….nikmat sekali, punyamu begitu licin dan hangat….adi terus melaqukan gesek-tekan…hingga kurang lebih 15 menit.

    Sudah mau keluar…nih…kata si Adi dgn suara tersendat-sendat, jangan keluarkan dulu mas….tahaaaann…tahan….kata si Murni sambil terus menggerakan pinggulnya…..aduuuh…mas…saya mau keluar juga mas…..kata si Murni (maksudnya mau orgasme). mas..masukin sedikit ujungnya….kata si Murni memohon, terus adi agak menaikin lagi tubuh si Murni hampir menindihnya, dan tangan kanannya menuntun kemaluan menuju lubang kemaluan si Murni, dan ah…aaaahh…jangan dimasukin semua mas…aqu lebih geli kalau ujungnya saja….kata si Murni.
    adi terus menggesek-tekan, dan kelihatan si adi mulai menekan-nekan pantanya dan si Murni semakin bergoyg kekiri dan kekanan dan kadang-kadang menaikan pinggulnya keatas..lalu Murni mulai agak menjerit kecil…Mas…aqu mau keluar mas….
    ya..ya…keluarkan saja ni…biar taMbah licin sahut si Adi…

    Tak terasa kemaluan ku juga mulai mengeluarkan cairan kental sedikit diujungnya…. aqu terus menyaksikan gesekan kemaluan adi di celah antara CD dan Kemaluan si Murni, pinggul Murni semakin cepat bergerak keatas kebawah, bahkan sesekali diangkatnya cukup tinggi…dan…ah..aaaahh…aaaaaaaahhh….mas aqu ke..ke..ke…luaaaaarr…mas ….ah….aduuuuuh…mas enak sekaliiiiii……
    aqu juga ni….aqu juga mau keluar…ni…sambil semakin memepercepat gerakan gesek-geseknya, …aduhh..ni…saya keluar ni….oh…oh…oh….adi menyentak-nyentakkan gesekannya sampai lebih dari 3 kali, aduuuh…mas….hangat sekaliiiii….mas.., gerakan adi mulai semakin pelan dan akhirnya adi tertelungkup diatas tubuh si Murni.

    aqupun mulai terasa gatal diujung kemaluan ku…dan akh….croooot…croooot….sperma kupun muncrat ke daun pintu. aqu jadi lemes..dan mulai aqu berbaring di tempat tidurku sambil tetap meMbaygkan sejoli main adu gesek.

    Sememtara Wulandari belum tiba, kebetulan Adi tugas ke Manado, so…di rumah hanya tinggal siMbok, si Murni, si orok dan aqu.
    Saat si orok tidur, aqu coba godain Murni, hem..ehem…Ni…kelihatannya kamu kesepian yah..ditinggal Mas Adi…? Tanyaqu. Ah…enggaaaaakk…biasa aja…..jawab Murni sambil agak malu-malu.
    Memangnya kenapa Mas….? Tanya balik Murni.
    Kelihatannya kamu sama mas adi kok semakin mesra sih…? Tanya ku lagi.
    Kasihaaannn..mas adi kan sudah lama…eh…maksud saya ditinggal Mbak Wulandari, gak apa-apa kok….jawab si Murni.

    Aqu mulai merasa si Murni agak khawatir kalau aqu mengetahui affairnya dgn Adi.
    Sambil baca majalah dan nonton TV, aqu pandangi tubuh si Murni. Mulai dari kulit lengan, susu, perut, bentuk pinggul, paha dan betis. Wow….memang segar dan cukup bikin mupeng, apalagi karena gak ada bos, si Murni gak pake baju Putih Seragam Baby Sitter, dia Cuma pakai baju tidur kulot dan blus bahan katun biasa, jadi aqu bisa melihat samar-samar lekuk tubuh dan baygan bra and CDnya.
    Si Murni duduk dekat Box bayi sambil menggoyg box, sesekali dia curi pandang kepadaqu seperti ada rasa cemas taqut ketahuan affairnya. Dia agak gelisah. Dalam pikiranku, baikan di “selok” aja dech…..

    Ni, aqu mau pindah kost, kata ku…., lho kenapa mas…..kan Mas adi dan Mbak Wulandari orangnya baik, dan Mas sudah diaqui seperti keluarganya, juga ini rumah bagus dan harga kost nya katanya kekeluargaan…. Jawab si Murni.
    Iya…Ni, tapi aqu gak tahan lihatin kamu ama mas Adi, kok akrab banget…..kata ku.
    Akrab gimana……? Tanya Si Murni agak ketus, ya lah….emang aqu gak tahu kalau kamu sering tiduran di karpet ama mas adi, dan kalau gak salah kamu pernah jalan ama mas adi bawa bayi, ya kan….?

    Si Murni gelagapan, dan dia langsung berdiri dari duduknya menghampiriku, aqu melihat bentuk perut yg sudah agak kendur tapi malah terkesan sexy, kemudian dia duduk disebelahku. Dia bilang : Mas…tolong jangan bilang Mbak Wulandari, aqu kasihan mas Adi dan aqu juga terpengaruh karena aqu sudah lama tak disentuh lelaki, tolong ya mas…. Jawab si Murni memelas. Aqu sementara pura-pura terus baca majalah tapi mata terkadang ngincer-ngincer juga tuh susu yg masih sintal dan kelihatan mulus walau baru tampak separuhnya karena tertutup BRA.

    Ya…kamu harus ingat Ni, karena nila setitik rusak susu dua-dua-nya. Jawabku sambil godain. Yeee si mas, rusak susu sebelanga…ah…jawabnya sambil menyembunyikan malunya.
    Ya…dua-dua-nya Ni…..kalau terus di-uwel-uwel mah….jawab ku.
    Si Murni mencubit perutku, ah..si mas bisa aja. Nih tak cubit…..hayoooo kapok…!!! Si Murni kayak yg greget campur kesel.
    Tapi mas, walaupun bagaimana, aqu belum pernah kok bersetubuh dgn mas Adi, yah….hanya sekedar begitu-begitu aja, yg penting mas Adi bisa “keluar”……bener mas aqu gak bohong. Kata si Murni agak serius.
    Lho….sudah apa belum bagi saya gak masalah Ni, jawab ku.
    Mas kok gitu sih….? Jawab si Murni sambil meraba-raba kedua susunya. Belum mas belum rusak nih…jawab si Murni sambil mengusap kedua susunya. Ya….percaya deh….jawabku. setelah terdiam beberapa saat lalu :
    Ni…pijitin dong pundak saya, tadi saya main golf 18 hole, cukup capek juga…
    Weee…maaf ya…aqu bukan tukang pijat kok….jawab si Murni agak sengit.
    Yah…sudah gak apa-apa, tapi saya juga bukan tukang yg pintar nyimpen rahasia lho…..jawab ku.
    Eeeemmmm….si mas ngancam ya…..ya sudah sini, awas kalau ngomong Mbak Wulandari…..jawab si Murni.

    Aqu duduk di karpet, sementara si Murni berlutut dibelakangku, tangannya mulai pijitin pundak dan bahu bagian atasku, dan selang beberapa menit, aqu merasa ada yg nempel hangat di punggungku, terasa empuk dan kenyal, aqu tebak aja deh ini pasti perut si Murni, aqu pura-pura gak merasa apa-apa walau sudah sekitar 10 menit. Lalu si Murni bertanya : mas kepalanya mau dipijit gak….., o…ya…iya Ni. Jawab ku, kemudian si Murni memijit kepala ku…wah enak banget lho Ni. Kamu kok pintar mijit sih…..
    Ah..biasa aja mas jawab si Murni.

    Kemudian Aqu merasakan ada yg agak lebih empuk lagi menekan dipunggungku, aqu dah nebak deh…ini pasti pubis si Murni, gundukan daging antara perut dan kemaluan. Dia terus menekan…menekan..semakin terasa hangat dan empuk, aqu merasakan kedua pahanya semakin menempel, dia menekan terus dan aqu agak sedikit membungkuk sehingga punggung ku semakin menekan pubis nya.

    Aduh…Ni. Yg dipijit kepala kok yg enak punggungku ….. terus Ni tekan lagi, kata ku. Ah si mas bisa aja…..mau ditekan lagi? Kata si Murni.
    Ya…iya…dong, si Murni terus menekan-nekan pubisnya di punggungku.
    Napasnyapun mulai terdengar mendesah, dan pijitan dikepalaqu mulai melemah, tapi pijitan pubis di punggungku semakin terasa kuat.

    Apanya yg enak mas…tanya si Murni. Punggung ku enak banget Ni, punyamu begitu berdaging dan terasa hangat di punggungku, jawab ku. Sementara si ujang dibalik celana pendek ku mulai menegang dan si Murni secara sengaja terus menekankan pubis nya dipunggung ku.

    Aduh Ni. Punyaqu jadi tegang Ni…….mau pegang nih….? Tanya ku.
    Manaaaa….tanya si Murni. Nih….sudah mulai keras gara-gara punggung keenakan…. Jawab ku.
    Iya…mas, kok tegang ya….tanya si Murni.
    Aqu juga gara-gara mas adi jadi sering cepet geli di anu ku. Aqu jadi sering mudah terangsang, padahal sudah tahunan gak begini, kata si Murni.
    Ni, pijit aja punya ku…..tapi yg enak ya….

    Tanpa bicara lagi si Murni pindah duduk disebelahku, tangannya mulai masuk kesela celana pendekku, dia mulai meraba-raba dgn lembut kemaluan ku, ah….mulai terasa geli, si Murni meremas bagian helm kemaluan ku, dipijit-pijit lembut yg membuat kemaluanku terasa semakin geli dan nikmat sekali, oh….Ni, enak banget, teruuuus Ni, desah ku. Tanganku mulai menyusur kebalik Bra si Murni, perlahan ku elus lembut susunya, pelan-pelan ujung jariku menyusur terus hingga kerasa puting susu yg sudah mengeras tapi lembut kulitnya, aqu elus terus susunya, sesekali agak ku remas lembut, si Murni nafasnya mulai agak tersengal-sengal, aduuuuh…mas, sentuhan tangannya kok lembut banget, aqu semakin nikmat mas….terus tangan kanan si Murni membuka kaitan Bra bagian belakang, dan tangan kirinya masih terus memijit-mijit ujung kemaluan ku.

    Kemudian ku singkap blusnya dari sekitar perut agar dapat kuraih kedua susunya sementara bra dibukanya pelan-pelan melalui sela-sela lengan bajunya. Wah…benar aja, susunya masih mulus, walaupun sudah agak jatuh, namun kekenyalan dan kelembutan kulitnya masih seperti anak-ABG. Ku singkap terus keatas blusnya, punting susu si Murni yg kiri mengarah agak kesamping kiri dan yg kanan agak kesamping kanan, wah ini tanda susu yg masih berkelenjar bagus, walaupun agak turun tapi masih kencang. Isap mas….pinta si Murni, perlahan kuisap lembut puntingnya, mulai dgn isapan perlahan lama-lama isapanku semakin kuat sehingga si Murni menjerit perlahan Aaaahhh……aduh mas….kok enak sekali….teruuuus…mas….

    Kuisap puntingnya pelan-pelan tapi nyelekit, hingga si Murni terbaring karena tak kuat menahan nikmatnya isapan ku. Dan aqupun meMbaringkan tubuhku di karpet, sementara aqu terus mengisap punting susunya, si Murni mengambil posisi diatas ku dan mulai menempelkan kemaluannya ke kemaluan ku, dia masih mengenakan kulot tipisnya, dia tekan kemaluannya ke kemaluanku, terasa tubuh si Murni agak bergetar ketika dia tekan kemaluannya ke kemaluanku, aqu merasakan begitu empuk dan hangatnya daging kemaluan si Murni, aqu merasakan semakin geli di kemaluanku,

    Murni mulai menggerakan pinggulnya sehingga tekanan berubah jadi gesekan-gesekan yg perlahan tapi serasa ujung kemaluanku mulai nyelip dibelahan kemaluannya walaupun masih terbungkus kulot dan CD, tanganku mulai meraba buah pantatnya dgn menyusurkan tangan diantara celana kulotnya, wah…..lembut dan empuk, pantatnya bukan kencang tapi empuk, kulitnya masih halus. Aqu mulai menyelipkan tanganku kesela CD bagian pantanya, aqu mulai meraba halusnya pantat si Murni, ketika pantatnya ku elus,

    si Murni malah semakin menekan gesekan kemaluannya ke kemaluanku, aqu yakin “G-spot” si Murni disekitar pantatnya, kemudian elusan dipantat si Murni ku coba rubah dgn pijitan-pijitan ujung jari ku, ternyata si Murni semakin terangsang semakin mengesek agak cepat….dan oh….oh….oh….mas….aqu mau keluar mas…….mendengar rintihan si Murni, aqu bantu proses keluar nya si Murni, aqu tekan pantatnya dgn kedua tanganku agar kemaluannya semakin keras menekan kemaluanku, dan aaaaahhh…aaahhh…seeeeepp..seeeppppp…seperti kepedasan makan lombok, maaaasss…..aqu keluar mas…..ah…aaaahhh….si Murni seperti setengah menangis, terasa dikemaluanku kemaluannya berdenyut-denyut beberapa kali, sementara dia menekan susu kirinya ke dadaqu, dia terus merintih…mendesah….kemudian denyutan kemaluannya terasa lagi, nyut..nyuut…nyut…
    wah si Murni mengalami orgasme panjang nih…pikir ku.

    Kemudian sejenak si Murni merebahkan tubuhnya di atas tubuhku, sekitar kira-kira belum semenit, dia mulai menekan-nekan-kan lagi kemaluannya ke kemaluan ku kebetulan kemaluanku masih keras, dia mulai mendesah lagi. Seeeeppp….. seeeppp….. seperti orang kepedasan.
    Ni, nanti dilihat simBok, kekamar aja yuukkk….ajak ku. Ah tak mas, simBok sudah tidur, lagian ini bayi kalau bangun gimana….? Jawab si Murni.
    Ya…sudah buka saja celanamu Ni….. perintahku.
    Jangan mas….gini aja ya….sementara di selipkan kemaluanku kesela CDnya, dan si Murni masih berposisi di atas ku.

    Ketika kemaluanku mulai menyusup disela CD dan kemaluannya, tersa lendir hangat dan licin diujung kemaluanku, dia mulai menggoygkan pinggulnya dan gesekan belahan kemaluan yg hangat dan licin mulai merangsang kemaluan ku, aqu merasakan betapa enaknya kemaluan si Murni, tapi disisi kemaluanku terasa agak sakit kena sisi CD nya si Murni, aduh Ni, CDmu sakit nih….

    Kemudian dia melepas celana kulotnya dan agak menarik CDnya ke bawah, sedangkan aqu mulai melepas celana pendek dan CDku maka kemaluanku mulai nyaman banget, apalagi dia mengambil posisi seperti kodok yg mau loncat, dia mulai lagi menggoygkan pinggulnya perlahan kekiri kekanan..tangan ku mencengkram buah pantatnya dan sesekali kutekan sehingga kemaluanku terasa berada dimuka gawang, kudorong-dorongkan pinggulku naik turun sementara si Murni mengoyg kiri-kanan, variasi goygan semacam ini telah menciptakan rasa geli yg berbeda dgn rasa kalau bersetubuh biasa, kemaluan ku semakin keras, kemaluan si Murni terasa semakin basah kuyup, namun basah kuyup yg membuat rasa geli dikemaluanku semakin nikmat,

    Murni terus bergerak sementara ke dua susunya semakin terasa menggiling dadaqu, kenyalnya hangatnya terasa sekali karena T-shirt ku aqu angkat ke leher dan blusnya si Murnipun sudah terangkat sehingga kedua susunya terasa nempel langsung dikulit dadaqu, dan tangan si Murni yg sedang menahan tubuhnya dilantai kemudian berubah memeluk tubuhku, sehingga susunya semakin menekan di dadaqu, gerakan pinggulnya semakin lembut seolah memposisikan titik-titik tertentu dari kemaluannya di kemaluanku, kelihatannya si Murni berusaha agar kelentitnya tergesek oleh ujung kemaluanku. Dia begitu aktif mencari titik-titik kenikmatan dikemaluannya. Kemudian aqu mulai menekan nekan ujung kemaluanku ketika terasa jika sudah berada aMbang lubang nikmat, aqu tak tahan lagi, ingin sekali aqu menancapkan kemaluanku ke kemaluannya. Ni…kamu dibawah Ni…. Pinta ku.
    Jangan dulu mas, biar lama nikmatnya, soalnya kalau mas di atas pasti mas cepet keluar. Jawabnya dgn kata terputus-putus karena napas si Murni seperti orang yg sedang aerobic.

    Ya…tapi masukan dong Ni. Aqu sudah gak sabar nih….
    Iya…iya…tapi pelan-pelan ya mas….biar terasa nikmat. jawab si Murni.
    Kemudian si Murni menghentikan gerakan pinggulnya. Dan memposisikan ujung kemaluanku tepat dilubang kemaluan yg licin dan hangat. Dia mulai menekan pinggulnya ke bawah, dan kemaluanku pun perlahan mulai menyusup, perlahan banget si Murni menarik lagi pinggulnya keatas, aqu merasakan gesekan lubang kemaluan yg halus, licin dan lembut, dia menekan lagi, dan kira-kira sekitar 5 cm kemaluanku masuk, dia tarik lagi pinggunya keatas, aqu mulai penasaran karena cara seperti ini menimbulkan kenikmatan yg khas banget, gregel-gregel dinding kemaluan si Murni begitu terasa menggelitik karena gerakan perlahan seolah-olah kemaluanku meraba-raba tiap mili dinding lubang kemaluan si Murni, aqupun semakin menikmatinya.

    Kemudian desahan demi desahan terus keluar dari mulut si Murni, dan……ah…aaaahhh….. pelan-pelan si Murni menekan pinggulnya hingga kemaluanku masuk seluruhnya, kemudian dia tarik lagi pelan-pelan…ditekan lagi…..blessss…lagi kemaluanku masuk, begitu terus berulang-ulang hingga sekitar 15 menit, ah… begitu lembutnya permainan si Murni, sesekali terasa olehku denyutan-denyutan halus didalam kemaluan si Murni yg terasa seolah menjepit-jepit ujung kemaluan ku. Kemudian si Murni memasukan lagi kemaluanku dgn menekan pinggulnya, dia tak lagi menarik pinggulnya keatas, tapi dia tekan terus agak lama sehingga begitu dalamnya kemaluanku tertanam didalam kemaluan hangat si Murni, kemudian denyutan-denyutan kemaluannya…aw..terasa begitu nikmat, cenut-cenut….kemudian ada denyutan panjang yg rasanya begitu menjepit ujung kemaluan ku. Ah..mungkin ini yg disebut empot-empot madura dalam pikirku.
    Gaya ML seperti ini terus belangsung hingga kurang lebih ¼ jam, aqu benar-benar merasakan nikmat yg baru kali ini kurasakan dibanding dgn kenikmatan saat ML dgn pacarku.

    Diujung lubang kemaluanku mulai terasa geli sekali seperti hendak keluar sperma, sementara si Murni terus mengayuh pinggulnya perlahan dan tangan kirinya menarik susunya kearah mulut ku, lalu kuisap-isap pelan hingga isapan kuat, si Murni mulai tak dapat mengkontrol gerakannya, dia menggoyg semakin cepat…cepat lagi dan akhirnya jeritan kenikmatan si Murni muncul lagi, dia mencapai orgasme lagi karena terasa oleh kemaluanku jepitan-jepitan kemaluan dan denyutan-denyutannya yg tak beraturan. Dia mendesah dan menggigit dadaqu, dia orgasme panjang. Dan saat kemaluanku dijepit-jepit oleh kemaluan orgasmenya si Murni, aqupun gak tahan, geli sekali dikemaluan ku, sekujur tubuhku terasa geli linu, merinding dan ah…rasanya nikmat sekali, aqu berusaha terus menggerakan pinggulku keatas dan kebawah agar kemaluanku tetap menggesek kemaluan si Murni yg sedang orgasme dan berdenyut-denyut itu,

    Murni pun sadar kalau aqu mau keluar maka dia langsung mengisap punting susuku dan memainkan ujung lidahnya di punting susuku maka kemaluanku semakin terasa geli sekali dan terasa gatal yg teramat sangat diujungnya seolah ingin digaruk terus oleh bagian terdalam kemaluan si Murni, dia semakin aktif mengisap dan memainkan lidahnya di punting susuku dan aqu terus menaik turunkan pinggulku akhirnya aqu pun crot-crot-crot spermaqu muncrat didalam kemaluan si Murni, tanpa sadar si Murni mengaduh keenakan, aduuuuhh…mas…hangat sekali……rintih si Murni, dan aqu merasakn enaknya ketika pertama crot…kemaluan si Murni menjepit, crot kedua kemaluan si Murni berdenyut, dan ketika aqu menekan kemaluan hingga maksimal maka disitulah kenikmatan puncaknya dan tak sadar aqu menarik pinggul si Murni agar kemaluanku menancap semakin dalam dan crot yg terakhir membuat tubuhku bergetar-getar sepeti kejang-kejang, dan si Murni yg sedang orgasme aqu teMbak dgn semprotan spermaqu, maka disinilah impian kenikmatan yg didaMbakan semua wMurnita, hingga selesai proses semprotan spermaqu, kemaluan si Murni masih terus berdenyut-denyut dan terdengar suara si Murni seperti orang menagis, dia benar-benar merasakan orgasme yg luar biasa, begitu juga aqu.

  • Nikmatnya Menikmati Memek Ashlyn Molloy

    Nikmatnya Menikmati Memek Ashlyn Molloy


    2044 views

    Foto Ngentot Terbaru – Selamat malam, belum tidur atau sedang menunggu udpate terbaru foto ngentot dari duniabola99.org , Kali ini admin akan update foto ngentot di jamin deh hot banget.  Penasaran? Tidak perlu lama-lama  lagi berikut foto ngentot Ashlyn Molloy.

  • Mbak Desy Pelampisan Sex ku

    Mbak Desy Pelampisan Sex ku


    1534 views

    Cerita Sex Terbaru – Nama aku Randi 19 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 5 tahun lebih tua dariku. Aku ngin menceritakan kejadian yang menimpa kehidupan seks aku 3 tahun yang lalu.

    Pada waktu itu aku berumur 16 tahun masih 1 smu, sedangkan kakak aku berusia 22 tahun dan sudah kuliah. Kakakku orangnya memakai jilbab. Meskipun kakakku memakai jilbab dia sangat sexy, orang bilang mukanya sexy banget, demikian pula postur tubuhnya, tinggi 160 cm, kulit putih dan bra aku kira 36-an, tapi yang paling menyolok dari dia adalah pantatnya yang bulat besar dan bahenol, ini dapat aku nilai karena aku sering mengintip dia waktu dia sedang mandi atau sedang ganti pakaian.

    Jika berjalan ke mal ataupun kemanapun dia pergi, dia selalu pakai baju yang agak ketat meskipun dia memakai jilbab, orang selalu memandang goyangan pinggul dan pantatnya. Sampai-sampai aku sebagai adik kandungnyapun sangat menyukai pantat dan pinggul kakakku itu.Meskipun kakakku memakai jilbab, kebetulan kakakku menyukai baju-baju model agak ketat dan celana agak ketat pula sehingga agak mencetak kemontokan dan keindahan tubuhnya. Apalagi jika dirumah, meskipun dia selalu memakai jilbab atau kerudung, dia selalu memakai baju tidur yang panjang tapi agak tipis sehingga agak terlihat belahan pantat dan celana dalamnya.

    Sebagai remaja yang baru puber dan juga olok-olok dari teman-temanku diam-diam aku sangat terangsang bila melihat pinggul kakakku. Sebaga efek sampingnya aku sering melakukan onani di kamarku atau di kamar mandi sambl membayangkan gimana rasanya kemaluanku dijepit diantara pantat montoknya.Keinginan itu kurasakan sejak aku duduk di bangku 1 smu ini, aku sering mencuri-curi pandang untuk mengitip CD-nya apabila dia memakai rok. Dia mempunyai pacar yang berumur setahun lebih muda dari padanya. Aku sering memergoki mereka pacaran di ruang tamu, saling meremas tangan sampai mereka berciuman.

    Suatu hari aku memergoki pacarnya sedang menghisap buah dada kakakku di kamar tamu meskipun baju dan jilbabnya tetap terpasang di badannya, kakakku hanya mengeluarkan buah dadanya dari kancing yang terlepas sebagian, mereka langsung belingsatan buru-buru merapihkan bajunya. Malam harinya kakakku mendatangi kamarku dan memohon kepadaku agar tidak menceritakan apa yang aku lihat ke orang-orang terutama pada ayah dan ibuku.Dik, jangan bilang-bilang yah, abis tadi si Hendra (pacarnya) memaksa Mbak, katanya.

    Aku Cuma mengganguk dan melongo karena kakakku masuk kekamarku menggunakan jilbab dan baju yang longgar(daster) tetapi agak tipis sambil membawa sebuah novel, sehingga paha dan dadanya yang montok terlihat karena dikamarku agak gelap sedangkan diluar lampu terang benderang. “hai, kok melongo???? “ …aku jadi gelagapan dan bilang “ia- ia mbak, aku ngga akan bilang-bilang” kataku.Tiba-tiba dia rebahan di ranjangku dengan tertelungkup sambil membaca novel, aku memandanginya dari belakang membuat kemaluanku ngaceng karena pantat kakakku seolah-olah menantang kemaluanku. Berkali-kali aku menelan ludah. Dan pelan-pelan aku meraba kemaluanku yang tegang.

    Sampai kira-kira lima menit, dia menoleh ke arahku dan aku langsung melepas tanganku dari kemaluanku dan berpura-pura belajar. Kakakku mengajakku lari pagi besok hari dan dia memintaku menbangunkannya jam 5 pagi. Aku mengiakannya. Ketika dia keluar kamarku, aku melihat goyangan pinggulnya sangat sexy, dan begitu dia menutup pintu, aku langsung mengeluarkan kemaluanku dan mengocoknya, tapi sialnya tiba-tiba kakakku balik lagi dan kali ini da melihatku mengocok kemaluanku. Dia pura-pura tidak melihat dan berkata “jangan lupa bangunin mbak jam 5 pagi “. Lagi-lagi aku gelagapan “ia- ia – ia” kataku.

    Kakakku langsung pergi lagi sambil ngelirik ke-arah kemaluanku dan tersenyum. Malam itu aku ngga jadi beronani karena malu dipergoki kakakku.Pagi harinya jam 5 pagi aku ke kamarnya dan kudapari dia sedang tidur mengakang…. Lagi-lagi aku melotot melihat pemandangan itu dan aku mulai meraba-raba pahanya, sampai kira-kira 2 menit dan ku-remas paha montoknya dia terbangun danku buru-buru melepaskan tanganku dari pahanya.

    Singkat cerita kami lari pagi, dia mengenakan jilbab atau kerudung sedangkan bajunya dia mengenakan training yang agak ketat sehingga setiap lekuk pinggul dan pantatnya terlihat sexy sekali dan tiap laki-laki yang berpapasan selalu melirik pantat itu. Begitu selesai lari pagi, kita pulang naik angkutan bus dan kebetulan penuh sesak, akibatnya kita berdesak-desak. Entah keberuntungan atau bukan, kakaku berada di depanku sehingga pantat montoknya tepat di kemaluanku.

    Perlahan-lahan kemaluanku berdiri dan aku yakin kakakku merasakannya. Ketika bus semakin sesak, kemaluanku makin mendesak pantatnya dan aku pura-pura menoleh ke-arah lain. Tiba-tiba kakakku mengoyangkan pantatnya, karuan aku kenikmatan. ‘dik, kamu kemarin ngapain waktu mbak ke kamar kamu?” katanya “kamu onani yah??? Katanya lagi aku diam seribu basa karena malu. ‘makanya buru-buru cari pacar” katanya. “emang kalo ada pacar bisa digini yah?” kataku nekat sabil menonjokkan kemaluanku dipantatnya. “setidaknya ada pelampiasan” timpal kakakku. . “wah enak dong mbak ada pelampiasan?”tanyaku. “tapi ngga sampe gini” kata kakakku lagi sambil menggoyangkan lagi pantatnya. “kenapa” tanyaku.

    Sebelum dia menjawab kami sudah sampai tempat tujuan.Pada sore hari itu, ketika aku pulang sekolah, kudapat rumah sepi sekali dan perlahan-lahan aku masuk rumah dan ternyata kakakku dan pacarnya sedang diruang tamu saling cium dan saling raba. Aku terus mengintip dari balik pintu, selembar demi selembar pakaian pacar kakakku terlepas sedangkan kakakku masih memakai jilbab dan baju jubahnya masih terpasang tetapi sudah tersingkap sampai sebatas perut, sehingga terlihat CD hitamnya yang mini dan sexy dan pacarnya sudah tinggal memakai CD saja.

    Kulihat tangan kakakku menelusup ke dalam CD pacarnya dan meremas serta mengocok kemaluan pacarnya yang tegang.Pelan-pelan tangan pacarnya membuka CD kakakku dan terbukalah pantat bahenol nan montok milik kakakku. Pacarnya meremas-remas sambil meringis karena kocokan kakakku pada kemaluannya. ‘oh, aku udah ngga tahan” kata pacarnya “aku pengen masukin ke memekmu” katanya sambil mendorong kakakku sehingga tertelungkup di sofa. Ku lihat dia semakin mengangkat baju kakakku tetapi jilbabnya tetap terpasang tetapi sudah agak kusut dan menindihinya dari belakang kan berusaha menyodokan kemaluannya ke kemaluan kakakku dari arah belakang.

    Tapi begitu nempel di pantatnya, kuliha ar maninya tumpah ke pantat kakakku. “ohhh” dia melenguh dan kakakku menoleh kebelakang” kok udah” tanyanya Pacarnya bilang “maaf aku ngga tahan” katanya . Tiba-tiba lampu padam dan telepon HP sang pacar berdering dan di balik pintu aku sedang beronani ria sambil melihat kemontokan tubuh kakakku. Setelah menerima HP, sang pacar menyalakan sebatang lilin kecil diatas lemari dan dia berpakaian dan buru-buru pamit. “Aku ngga anterin kedepan pintu yah “ kata kakakku sambil tetap tertelungkup di sofa….. Begitu sang pacar hilang , nafsuku sudah ke ubun-ubun, di kegelapan remang-remang aku mendekati kakakku dan setelah dekat, dari jarak kira-kira satu meter aku memandangi bagian belakang tubuh telanjang kakakku, berkali-kali menelan ludah melihat pantat bahenol kakakku.

    Karena udah ngga tahan, aku pelan-pelan membuka celanaku sampai copot dan kulihat kemaluanku yang besar dan panjang (itu menurut teman-temanku sewaktu kami berenang dan membandingkan kemaluan kami) berdenyut-denyut minta pelampiasan. Aku langsung menindihinya dari belakang, dan untungnya kakakku mengira sang pacar belum pulang dan masih ingin ngentot dia. “aw…., dra (nama pacarnya hendra) kok ngga jadi pulang” tanyanya , karena kondisi ruangan sangat gelap sehingga dia tidak menyadari bahwa adiknya sedang berusaha menempelkan kemaluannya ke kemaluanya. “aw dra jangan dimasukan aku masih perawan katanya ditempelin aja dra aku masih perawan’ katanya memohon. Karena aku udah tahan, maka pelan-pelan ku bimbing tangannya untuk menggengam kemaluanku dan agar ditutun ke kemaluannya.

    Begitu dia megang “dra, kok gede amat sih”katanya heran (soalnya punya pacarnya jauh lebih kecil daripada punyaku)sambil membimbing kemaluanku dan menempelkan kekemaluannya. “gosok pelan-pelan dra”, aku menekan dan gila bener-bener nikmat. Setelah kira kira dua menit aku menggosokkan kemaluanku ke kemaluan kakakkut akhirnya aku mencapai klimaksnya dan crot…crot..crot…spermaku menyembur ke pantat kakakku.Aku tetap memeluk tubuh kakakku dan pelan-pelan aku meninggalkannya. “dra, mau kemana?” teriaknya aku buru-buru memungut celana dan memasuki kamarku dan masih celana dan CD ku belum kupakai aku rebahan di ranjangku sambil kututupi dengan selimut tipis membayangkan kenikmatan yang barusan terjadi.Tba-tiba telepon berdering dan lampu menyala. kudengar kakaku menerima telepon itu dia herannya setengah mati karena yang menelepon adalah pacarnya si henra.

    “dra, kok kamu udah ada di rumah lagi jangan main-main yah kamu dimana, udah enak langsung lari” Beberapa saat kemudian kudengar bunyi telpon dibanting. Dan dikamarku, aku cepat-cepat mematikan lampu dan pura-pura tidur. Semenit kemudian kakakku masuk ke kamarku dan melihat aku tidur berselimut dia menghampriku dan duduk di tepi ranjangku. Di kegelapan kamarku kuintip kakakku masih memakai pakai dan jilbab yang tadi dia pakai,dia ngga berani membagunkanku malahan rebahan disampingku. Kesunyian sekitar 15 menit, kemudian kuintip ternyata kakakku tertidur. Akupun tertidur sampai keesokan harinya.

    Setelah kejadian hari itu aku selalu membayangkan betapa enaknya tubuh kakakku meskipun hanya menempelkan dan menggosokan kemaluanku pada kemaluannya saja. Pada suatu siang, aku ingin meminjam kaset lagunya. Karena sudah biasa, aku pun masuk tanpa mengetuk pintunya. Dan betapa terkejutnya aku ketika kulihat mbak Desi kakakku sedang tidur-tiduran sambil memejamkan matanya. Tangannya masuk kedalam CD nya sedangkan jilbab dan bajunya masih terpasang, hanya bajunya sudah tersingkap sebatas perut. Spontan, ia terkejut ketika melihatku. Aku segera keluar.Tak sampai satu menit, mbak Desi keluar (pakaiannya sudah rapi meskipun jilbabnya agak kusut). Ia memintaku agar merahasiakan hal itu dari ayah ibuku. Lalu kujawab:“Aku janji ga bakal bilangin hal ini ke ayah ibu koq.”“Thank’s ya dik.”“Eh, emangnya onani itu dosa ya?”Bukan jawaban yang kudapatkan, malah tatapan kakaku yang lain dari biasanya. Bagai disihir, aku diam saja saat dia menempelkan bibirnya ke bibirku.

    Dilumatnya bibirku dengan lembut. Dikulumnya, lalu lidahnya mulai menembus masuk ke dalam mulutku. Aku segera menarik diri darinya, tapi ia malah memegang tanganku lalu mengarahkannya ke dadanya dan kurasakan betapa empuknya buah dada kakakku. Refleks aku berontak karena aku malu. Tetapi kakakku bilang,”lakukanlah dik seperti yang kau lakukan tempo hari padaku”.Aku kaget “ja..jadi mbak tahu apa yang kulakukan pada mbak tempo hari.” jawabku gugup.“ya” jawab kakakku.“maafkan aku mbak…” ucapkuBelum selesai aku berkata, ia sudah melumat bibirku. Dan kali ini lidahnya berhasil memasuki mulutku. Kami berciuman sangat lama. Setelah puas berciuman, Ia malah menarikku ke kamarnya. Disana aku direbahkan, dan ia membuka celana dan CD ku.

    Kakakku tersenyum melihat kemaluanku yang sudah mengacung tegak. Ukurannya sekitar 18 cm. Lebih panjang dari punya pacar kakakku, Hendra.Melihat kakakku tersenyum, aku mulai menarik ke atas baju kakakku. Rupanya kakakku sudah membuka Branya sehingga akupun bisa langsung melihat payudaranya yang berukuran 36B itu. Kumulai menyentuh dan meremas Payudara kakakku yang lembut, sementara baju dan jilbabnya masih terpasang walaupun agak kusut. Kakakku menggelinjang merasakan kenikmatan dan mendesah keenakan.Setelah aku melihat kakaku sudah terangsang, Aku membuka CD warna hitam kakakku sehingga kini terpangpanglah kemaluan kakakku yang berbulu lebat tapi halus itu.

    Sekarang aku memegang kemaluanku dan mengarahkan kemaluanku ke mulutnya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.“Ayo donk mbak! Isep! Kayak mbak ngelakuinnya buat pacar mbak.”“Koq kamu tahu?”“Ya tahu donk..kan aku sering ngintipin mbak begituan ama pacar mbak”“Ayo mbak.” Rengekku.Kakakku pun mulai tertantang mempraktekkan kemampuan lidahnya. Kemaluanku segera diaremas-rems. Setelah itu dijilati dengan penuh gairah, seolah itu adalah lollipop yang manis. Kakakku pun mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Tidak bisa semua, tapi setidak-tidaknya sudah setengah yamg masuk. Di gigit-gigit kecil kepala kemaluanku sambil memainkan buah pelirnya.

    Akupun memejamkan mata keenakan.Kakakku melepaskan kemaluanku dari mulutnya, tangannya mengangkat baju panjangnya dan menempelkan kemaluanku ke payudaranya aku pun membuka mataku. Lalu meraih kuraih kemaluanku, kuarahkan kemaluan itu ke kekemaluannya yang sedari tadi sudah basah. Kugosok-gosoknya ke klitorisnya, aku jadi merinding dibuatnya. Desahan tak karuan pun keluar dari mulutku. Di satu sisi aku tahu ini salah, tapi di sisi lain, aku benar-benar menikmatinya.Setelah puas bermain-main dingan klitorisnya, kemaluanku segera ku arahkan ke lubang kemaluannya.

    Tetapi kakakku bilang “Jangan dimasukan, aku masih perawan. Ditempelkan dan digosokan aja seperti tempo hari”Akupun mengangguk dan segera ku tempelkan dan kugosokan kemaluanku ke kemaluan kakakku. Setelah beberapa saat kemaluanku ku tekan tekan ke lubang kemaluan kakakku maka crot…crot.. crott spermaku menyembur di perut kakakku.Dengan kemaluan masih menempel di perut kakakku, kami mulai bercumbu lagi, kujilat payudara kakaku sampai perutnya. Setelah itu kami mengambil posisi 69.

    Aku pun mulai menjilati kemaluannyanya yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya. Sementara ia menjilati kemaluanku.Kami saling berpelukan bugil, setelah puas bermain, kami pun menuju kamar mandi, namun belum sempat bermain di kamar mandi, kudengar suara mobil orangtuaku. KAmi cepat-cepat kembali ke kamar dan berpakaian. Saat orangtua kami masuk, aku sudah berpakaian lengkap sedang kakaku pun sudah berpakaian lengkap dengan jilbabnya. Sejujurnya saat itu aku sedang tegang dan gugup.

    Untunglah orangtuaku tak curiga. Kami pun ternsenyum berdua dengan penuh arti. Sejak saat itu kami saling memuaskan walupun tidak sampai memasukan kemaluanku kedalam kemaluannya karena aku takut kakakku kehilangan keperawanannya. Kadang-kadang kami juga main di sofa, di lantai, dan kamar mandi.

  • Foto Ngentot Terpanas Lyra Louvel

    Foto Ngentot Terpanas Lyra Louvel


    2017 views

    Foto Ngentot Terbaru – Memang nikmat rasanya jika menikmati hiburan dewasa di tengah malam yang dingin seperti ini. Apalagi kami sudah menyediakan gambar-gambar terbaru dan terpanas dari yang muda-muda sampai tante-tante girang yang ngentot hot banget dan bisa membuat anda crot ramai-ramai malam ini. Simak foto nya di bawah ini!!

  • Perkosa Gadis Cantik Penjaga Toko Swalayan

    Perkosa Gadis Cantik Penjaga Toko Swalayan


    2331 views

    Cerita Sex Terbaru – Diah yang masih berumur 23 tahun tidak menyadari bahayanya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada yang beroperasi 24 jam di Jakarta. Tapi karena semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa kuatir melihat putriya sering mendapat giliran jaga di malam hari hingga pagi hari.

    Diah lebih suka bekerja pada shift di jam tersebut, Karena dari saat tengah malam sampai pagi biasanya jarang sekali ada pembeli, sehingga Diah bisa belajar untuk materi kuliahnya siang nanti. Sampai akhirnya pada suatu malam terjadilah pemerkosaan itu, Diah mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong (sebut saja Gading) , dan yang satu lagi tubuhnya Kurus (sebut saja si Karjo ). Mereka berdua, menerobos masuk membuat Diah yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.

    “Keluarin uangnya cepet !” perintah si Gading, sementara si Karjo memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Diah gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali. Setelah beberapa saat,

    Diah berhasil membuka laci itu dan memerikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Gading, Diah tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Gading merampas uang itu, Diah langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.
    “Masa cuma segini?!” bentak si Gading.

    “Buka lemari besinya! Sekarang!” Mereka berdua menggiring Diah masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Diah mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.

    “Cepat!!!” bentak si Karjo,
    Diah merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Diah berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Diah yang ketakutan, mereka berdua percaya.

    “Brengsek!!!! Nggak sebanding sama resikonya! Ayo…Iket dia, biar dia nggak bisa panggil polisi!!!” Diah di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Diah juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Karjo kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Diah.

    “Beres! Ayo cabut!”
    “Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia boleh juga ya?!”.
    “Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!”.
    “Aku pengen liat bentar aja!”.

    Mata Diah terbelalak ketika si Gading mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Diah yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Diah meronta-ronta dalam ikatannya.
    “Wow, oke banget!” si Gading berseru kagum.
    “Oke, sekarang kita pergi!” ajak si Karjo, tidak begitu tertarik pada Diah karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.

    Tapi si Gading tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Diah lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Diah. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Diah ditariknya, tubuh Diah ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Diah terputus dan sekarang payudara Diah bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.

    “Jangan!” teriak Diah. Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Diah mulut si Gading menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Diah menjerit ketika si Gading mengigit puting susunya.

    “diam! Jangan berisik!” si Gading menampar Diah, hingga berkunang-kunang. Diah hanya bisa menangis.
    “Aku bilang diam!”, Sambil berkata itu si Gading menampar buah dada Diah, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Diah. Kemudian si Gading bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Diah terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Gading terus memukuli buah dada Diah sampai akhirnya bulatan buah dada Diah berwarna merah.

    “Ayo, cepetan !”, si Karjo menarik tangan si Gading.
    “Kita musti cepet minggat dari sini!” Diah bersyukur ketika melihat si Gading diseret keluar ruangan oleh si Karjo. Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Diah bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Diah berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.

    “Hey, Brooo! Tokonya kosong!”.
    “Masa, cepetan ambil permen!”.
    “Goblok Banget lo, cepetan ambil bir tolol!”.

    Tubuh Diah menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Diah mengeluarkan suara minta tolong.

    “ssssstt! Lo denger nggak?!”.
    “Cepetan kembaliin semua!”.
    “Ayooo….lari, lari! Kita ketauan!”.
    Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Diah, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.
    “Buset!” berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.
    “Hei, liat nih! Ada kejutan!”

    Diah berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester.

    Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Diah, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.

    “Gila! Cewek nih!”.
    “Dia telanjang!”.
    “Tu liat susunya! susu!”.
    “Mana, mana Aku pengen liat!”.
    “Aku pengen pegang!”.
    “Pasti alus tuh!”.
    “Bawahnya kayak apa yaaa?!”.

    Cerita Dewasa – Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Diah yang sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Diah, tangan-tangan meraih tubuh Diah. Diah tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Diah.

    “Ayooo, kita lepasin dia dari kursi!” Mereka k emudianmelepaskan ikatan pada kaki Diah, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Diah. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Diah keluar menuju bagian depan toko. Diah meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya.

    Mereka menarik-narik jeans Diah sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Diah terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Diah sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Diah merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Diah melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!

    “Hei….Bangun! Bangun!” ia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat pinggangnya. Sebuah garis merah timbul di pantat Diah. Diah berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Diah.

    “Bangun! naik ke sini!” berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Diah berusaha bangun tapi tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Diah berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri. Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. “Kalo dia gerak, pukul aja!”

    Langsung saja Diah mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Diah hingga berbaring telentang di atas meja.

    Pertama ia melepaskan tangan Diah kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Diah sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja. Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Diah dan mengikatkan kaki-kaki Diah ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Diah berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.

    “Waktu Pesta!” berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Diah terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Diah dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.

    “Waktunya masuk!” ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Diah. Diah melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk.

    Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Diah, membuat Diah sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Diah ditariknya hingga lepas. Diah berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya.

    Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Diah. Pandangan Diah langsung berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba saja mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit sekali . Semprotan demi semprotan masuk ke mulut Diah, tanpa bisa dimuntahkan lagi oleh Diah. Ia terus menelan cairan tadi agar bisa terus bernafas.

    Tiba-tiba saja Berandal yang duduk di atas dada Diah turun, lalu berandal memasukkan penisnya ke vagina diah dan mendorong diah di pinggir meja lalu menggenjot memek Diah Dengan tempo makin cepat. Ia juga memukuli perut Diah, membuat Diah mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Diah sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks.

    Tangannya langsung meremas dan menarik buah dada Diah ketika tubuhnya bergetar dan sperma tiba-tiba menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Diah. Sedangkan berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi, Dan ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Diah.

    Beberapa saat berlalu dan Diah tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya.

    Diah meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Diah berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi nih.

    “Wah, wah, waaaaah!!!” terdengar suara laki-laki yang berdiri di pintu depan. Diah sangat terkejut dan berusaha menutupi buah dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.
    “Tolong saya!” ratap Diah.
    “Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa Pak! Tolong saya Pak, cepat panggilkan polisi!”
    “Nama lu Diah kan?” tanya laki-laki tadi.

    “Ba…bagaimana bapak tahu nama saya?” Diah bingung dan takut.
    “Aku Adit. Orang yang dulunya kerja di toko ini sebelum kau rebut!”.
    “Tapi saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahunya dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolonglah saya pak!”.
    “Gara-gara kamu ngelamar ke sini Aku jadi dipecat! Aku nggak heran kamu diterima kalo liat bodi mu”.

    Diah kembali merasa ketakutan saat melihat Adit, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Diah kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia menyambar tangan Diah dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Diah betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Diah kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.

    “Lepaskan!!!! Sakit!!!! aduuhh!!!! Saya tidak memecat bapak!!!! Kenapa saya diikat Pak?!!”
    “Sebenarnya Aku tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya Aku udah keduluan. Jadi baiknya Aku rusak aja deh nih toko”.
    Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Diah sehingga sekarang Diah duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Dan diikatnya lagi dengan plester.

    Dan Adit mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Lalu Adit juga menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Diah. Es krim beterbangan dilempar oleh Adit. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Diah, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya.

    Cerita Sex – Di depan, Es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Diah. Rasa dingin langsung menempel di buah dada Diah, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Adit selesai, tubuh Diah bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.

    “Kamu keliatannya kedinginan!” ejek si Adit sambil menyentil puting susu Diah yang mengeras kaku.
    “Aku harus ngasihh kamu sesuatu yang anget.”

    Adit kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Diah melihat Adit mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap.

    “Jaaaangaann!” Diah berteriak ketika Adit membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan. Vagina Diah sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Diah menangis karena kesakitan akibat uap panas dari sosis tersebut.

    “Keliatannya nikmat Nih….Ha..Ha…!” Adit tertawa.
    “Tapi Aku lebih suka bermain dengan mustard!” Kemudian Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu.

    Cairan mustard langsung keluar menyemprot ke vagina Diah. Diah menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.
    Sambil tertawa Adit melanjutkan usahanya dengan menghancurkan isi toko itu. Diah berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya sangat tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Diah bergerak lunglai jatuh.

    “Hei!! Kamu kalo kerja jangan tidur!” bentak Adit sambil menampar pipi Diah.
    Kamu tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm.”

    Diahpun meronta ketakutan melihat Adit yang memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya sangat keras sekali. Adit segera mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Diah, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Diah.

    Diah menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Adit juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Diah bercucuran di pipi.

    Kemudian Adit mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, lalu mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Adit hingga membuka keluar, Diah merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.

    “Nah…..,Hmmm… udah jadi. sekarang pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi Aku sekarang pergi dulu, terus nanti Aku pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!”

    “Jaaaaaangan! saya mohoon! Jangan! jangan! jangan! ampun!”
    Aditpun tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Diahpun menangis ketakutan, Dan puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia terlihat meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Diah berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil.

    Beberapa saat kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Diah melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Diah, telanjang dengan buah dada mengacung. Segera saja Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Si Gelandangan langsung meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.

    Diah langsung menjerit “Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”, tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Diah menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.

    Tapi Diah tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Dan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang. Cerita Bokep

    Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Diah merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang.

    Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Diah menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.

    “Ja…Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi.”
    “Habisnya pantat Mbak kan belom diituin.” gelandangan itu berkata tidak jelas.
    “Jangaaaaan!” Diah meronta, ketika penis si gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anusnya Diah. Lalu ia langsung berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Diah.

    Diah menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Diah tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Diah bisa membesar. Setelah beberapa Lama tiba-tiba gelandangan tadi mencabut botol tersebut. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Diah, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus

    Diah yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandangan tadi mulai bergerak kesenangan, rasanya sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Diah merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Diah terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin,

    tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Diah, membuat Diah menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin.

    Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Diah merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Diah.

    “Makasih yaaa Mbak! Saya puas sekaliiiii! Makasih.” gelandangan tadi melepaskan ikatan Diah. Kemudian ia mendorong Diah duduk dan kembali mengikat tangan Diah ke belakang, kemudian mengikat kaki Diah erat-erat. Kemudian tubuh Diah didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.

    Sambi terus mengumam terima kasih Dan sigelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Diah terus saja menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Diah jatuh pingsan karena kelelahan dan shock Berat. Dan tersadar ketika Ia ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 7 pagi.

  • Model Jepang Marica, dalam air mani menjadi basah

    Model Jepang Marica, dalam air mani menjadi basah


    1566 views

    Foto Ngentot Terbaru – Memang nikmat rasanya jika menikmati hiburan dewasa di tengah malam yang dingin seperti ini. Apalagi kami sudah menyediakan gambar-gambar terbaru dan terpanas dari yang muda-muda sampai tante-tante girang yang ngentot hot banget dan bisa membuat anda crot ramai-ramai malam ini. Salah satu nya adalah foto ngentot Marica Model asal  Negeri Sakura. Simak foto nya di bawah ini!!

  • Adegan panas Ngentot Kazumi Okuhara

    Adegan panas Ngentot Kazumi Okuhara


    1703 views

    Foto Ngentot Terbaru – Ketika pria yang penuh kasih itu sedang meraba-raba pacarnya yang mungil, dia bisa merasakan orgasme menguasai tubuhnya. Segera setelah si rambut coklat ingin membalas kekasihnya, dia mulai mengisap ayam gemuknya ( kontol ) yang besar yang dan bertanggung jawab untuk orgasme keduanya.

  • Foto Ngentot Izumi Nakamura

    Foto Ngentot Izumi Nakamura


    1786 views

    Foto Ngentot Terbaru – Bagi kamu yang berfantasi bisa melihat memek cewek Jepang, maka inilah saatnya untuk memuaskan birahi anda dimana kali ini kami menyajikan foto ngentot terbaru adegan panas Mizutama ReIzumi. Langsung saja scrool mouse anda ke bawah. CROTT!!!