Cerita Dewasa Horor: Hantu Seksi Pemikat Sukma

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
1633 views

Cerita Dewasa Horor – Salam para pembaca cerita dewasa horor sekalian. Tanpa banyak cingcong silahkan baca cerita dewasa horor yang terinspirasi dari manga ini. Selamat menikmati!

Langit mulai berwarna jingga sore itu. Aku yang baru pindah ke kamar kost baruku, kini sedang sibuk mengatur ruangan yang nantinya akan kupakai selama beberapa tahun.
Perkenalkan namaku Tomi. Umurku kini 18 tahun. Aku kini adalah seorang mahasiswa di perguruan tinggi swasta di jakarta. Kota metropolitan yang terkenal kejam, kata orang. Sebelumnya aku tinggal bersama mama dan kakakku. Tapi karena kesibukanku kuliah, kini aku menyewa sebuah kamar kost tak jauh dari kampus. Kata mamaku supaya bisa lebih konsentrasi.

Kebetulan aku mendapatkan kamar kost yang cukup murah tarifnya. Enam ratus ribu sebulan, fasilitasnya antara lain kamar mandi dalam, AC, kasur, meja dan sebuah lemari kecil. Kamarku terletak di lantai dua, dan terletak di ujung lorong. Agak aneh pikirku kenapa bisa semurah ini, karena rata-rata tarif kost di jakarta untuk fasilitas yang sama mencapai depalan ratus ribu hingga satu juta rupiah perbulan. Akupun tidak sempat bertanya pada kawan-kawan satu kost. Peduli setan pikirku.

Badanku lelah sekali megangkut barang-barangku walaupun tak seberapa banyak. Aku membawa satu unit TV, pakaian, dan setumpuk buku. Mungkin karena aku jarang berolahraga.
Aku berbaring di kasur yang belum kupasangi sprei baru. Aku memandang ke sekeliling ketika rasa kantuk mulai menghinggapiku. Tak sadar aku tertidur.

Dalam mimpiku aku mendengar seorang perempuan sedang menangis tersedu-sedu. Menyedihkan sekali mendengarnya. Aku berjalan menyusuri lorong menuju sebuah ruangan tempat suara itu berasal. Ketika aku membuka ruangan itu ternyata itu adalah kamar kostku sekarang, suara tangisan itu menghilang. Aneh sekali, mengapa suara itu berasal dari sini, pikirku. Aku masuk ke dalam ruangan itu. Nexiabet

Aku mengenal betul dekorasi kamar kostku. Ada meja di sudut kanan yang telah kuletakkan beberapa buku novel favoritku. Kuambil salah satu buku dan kubalik beberapa halaman,lalu kuletakkan kembali. Disudut kanan ada lemari tempatku membereskan pakaianku. Kubuka lemari itu dan kutemukan pakaianku di dalamnya. Benar-benar sangat identik dengan kamar kostku, tak ada satupun yang berbeda.

Suara tangisan itu terdengar kebali, sangat jelas. Suara itu bergaung di telingaku dan memang berasal dari dalam kamarku. Namun aku belum bisa memastikan asal suaranya.


“halo…. Ada orang?” tanyaku.
Suara tangisan itu tak menjawab panggilanku. Rasa penasaranku muncul, siapa sebenarnya perempuan itu dan apa yang dilakukannya di dalam kamarku.
Perlahan rasa takut mulai menghampiriku. Kurasakan bulu di tengkukku mulai bergetar.
“halo……, kenapa kamu menangis…?” aku memberanikan diri bertanya dengan suaraku yang kini bergetar. Suara tangisan itu mulai mengarah ke kamar mandiku.
Perlahan-lahan kudekati pintu kamar mandiku. Apakah ada seseorang di salam sana, tanyaku dalam hati. Aku mendekat dan mecoba meraih gagang pintu kamar mandi. Sangat perlahan, ak begitu ragu untuk membukanya.
Senti demi senti tanganku mulai mendekat ke gagang pintu yang berwarna kuning itu. Dan sesaat sebelum aku menyentuhnya, tiba-tiba…

Crekkk…..Crekkkk……Crekkkk……
Gagang pintu itu memutar. Seperti ada seseorang yang mencoba membukanya dari dalam.
Aku bergerak menjauh. Rasa takut sudah menyelimutiku.
Aku merayap mundur di atas ranjangku ketika tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
“haloooo……. Siapa di sana….” Suaraku mulai terdengar parau.

Sosok bayangan manusia terpantul di dinding. Sebentar lagi aku akan mengetahui siapa sebenarnya yang berada di kamar mandiku.

Piiiipppp…. Piiiipppp…. Piiiipppp…. Piiiipppp…. Piiiipppp….
Jam wekerku berbunyi. Cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela yang gordennya lupa kututup tadi malam. Suara kerumunan orang yang lewat di gang depan kostku terdengar riuh.
Hanya mimpi, pikirku.
Aku mengintip keluar jendela, menikmati cahaya mentari pagi, sambil mengucek mataku yang masih lengket pada pelipisnya. Masih teringat jelas mimpiku semalam. Aku sangat jarang bermimpi buruk, karenanya mimpi tadi malam sangat membekas di batinku. Aku menoleh ke arah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Rasa gentar yang kurasakan dalam mimpiku sudah tidak kurasakan lagi saat ini.
Mana ada hantu di pagi hari, pikirku.
Aku segera bangkit, melepaskan pakaianku untuk bergegas mandi. Kini aku sudah sepenuhnya telanjang. Aku sedikit merenggangkan tubuhku untuk mengusir rasa pegal yang belum juga menghilang.
Pakaianku yang sudah berlumuran peluh kulemparkan kedalam keranjang di sebelah meja. Mungkin karena mimpi tadi malam, sehingga keringatku mengucur deras.

Aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan melakukan ritual masturbasi dipagi hari. Kehidupanku sebagai remaja memang cukup nakal, pikirku. Aku sudah berkali-kali melakukan hubungan sex dengan teman sekelasku waktu SMA dulu. Mungkin karena kecanduan akan kenikmatan itu sehingga hampir setiap pagi aku bermasturbasi ria.

Kugenggam gagang pintu kamar mandi dan kuputar. Kutarik pintu kamar mandinya agar terbuka dan saat itu aku memekik tertahan.
Ada seorang wanita dalam kamar mandiku…

“Aa………..s..ss…siapa..ka.mu…” kataku terbata-bata sambil menutupi kemaluanku yang terpampang karena aku tidak lagi mengenakan celana. Pintu kamar mandi spontan kututup. Wanita itu juga tampak terkejut melihat kehadiranku karena kulhat wanita itu juga tak berbusana.
Mana mungkin ada wanita yang masuk ke dalam kamarku diam-diam dimalam hari. Karena kuyakin pintu kamar sudah aku kunci. Apakah dia sudah berada di kamar ini sebelum aku masuk?, pikirku. Tak mungkin, menurut penuturan ibu kost, kamar ini sudah kosong selama sebulan lebih.
Jadi siapa wanita itu sebenarnya.

Aku merangkak naik ke atas rajangku dan menutupi diriku yang tak berbusana dengan bantal.
Teringat kembali banyangan akan mimpiku semalam. Suara tangisan wanita misterius yang kudengar. Apakah berasal dari dia? Siapa dia? Darimana asalnya?. Beribu pikiran menghampiriku, namun tak satupun bisa kujawab.

Aku menatap tajam kearah pintu kamar mandi yang masih dalam keadaan tertutup. Bulu tengkukku mulai merinding, namun jelas bukan karena suhu AC yang dingin. Serasa seperti air dingin menguyur tubuhku.

“kamu bisa lihat aku….?” Kata suara dari dalam kamar mandi.
“sss…..siapa kamu?” suaraku terbata-bata ketika aku bertanya balik.

Tiba-tiba sosok bayangan mulai menembus pintu kamar mandi. Wanita itu melayang menghampiriku. Tubuhnya tinggi semampai, payudaranya cukup besar. Kunilai umurnya sekitar 18 tahun sama sepertiku.
“jangan mendekat…… stop” kataku.
Ia tersenyum ramah melihat diriku yang sedang dirundung ketakutan.
“jangan takut…. Kamu beneran bisa lihat aku ya…?” dia bertanya lagi,
Aku mengangguk menjawab pertanyaannya.
“namaku Reni… dulu aku tinggal di kamar ini….” Katanya. Aku masih terdiam membisu, tak tau apa yang harus kukatakan. “yah….. sebelum aku meninggal sebulan yang lalu” katanya.
Dadaku terasa sesak, aku sulit bernapas. Jantungku berdebar tak menentu, seakan sebentar lagi melompat keluar dari dadaku. Aku mencoba mengatur nafas sebisaku, mengusir rasa takutku. Tapi kusadari aku tak memiliki daya untuk itu. Sesosok hantu “asli” kini duduk di ranjangku.
Oh tuhan… cobaan apa yang engkau berikan kepadaku. Selama aku hidup aku tidak pernah melihat, bertemu, dan menyaksikan secara langsung seperti apa hantu itu. Kini tanpa persiapan mental, tiba-tiba yang asli hadir di depan mataku.

Cerita Dewasa Horor | Aku mencoba untuk tegar menghadapi semua ini. Tanganku yang masih gemetaran terlihat jelas. Kurasakan darah seperti berhenti mengalir diwajahku. Wajahku kini pucat seperti dinding-dinding perkantoran.
“jangan ganggu…. Please…… aku masih mau hidup…” kataku.


“hihihi…… maaf ya kalo kehadiranku menggangu kamu. Aku gak maksud sama sekali kok” katanya.
“kamu mau apa?” tanyaku dengan suara yang masih bergetar.
“jangan takut… aku disini terjebak, gak bisa kemana-mana…”
“kenapa?” tanyaku.
Ia menunduk, wajahnya berubah menjadi sedih. Seakan mengingat kejadian dimana ia meninggal.
“aku meninggal sebulan yang lalu, dikamar mandi itu. Waktu itu aku baru ingin mandi, dan tiba-tiba aku terpeleset, aku jatuh dan kepalaku terbentur bibir kloset. Darahku mengalir dari luka di kepalaku. Aku terbaring lemas, tidak bisa berbuat apa-apa. Gak lama setelah itu aku meninggal” katanya.
Air mata mulai menetes dipipinya.
“jangan menangis….”kataku.
Ia mengusap air matanya dengan kedua tangan.
“kamu kost di sini karena mau kuliah ya?” tanyanya.
Aku mengangguk tanpa menjawab.
“aku dulu juga sama…. Impianku dulu, aku mau kuliah disini dan punya pacar.., tapi sekarang semua itu udah gak mungkin bisa…” katanya.
Kini ia memandangku. Wajahnya cantik sekali, rambutnya panjang sepinggang. Tubuhnya sangat indah dengan payudara besar yang mengacung. Putingnya berwarna pink pucat. Kulitnya sangat mulus, kuning langsat.
“kenapa kamu telanjang……” tanyaku. Wajahku kini memerah. Aku memalingkan pandanganku darinya.
“aku kan meninggal pas lagi mandi….” Katanya.
“namaku Reni…. Kamu siapa…” katanya sambil mengulurkan tangan padaku.
Dengan ragu-ragu aku mengulur tanganku menyambut salamnya. Perlahan-lahan kini tanganku sudah sangat dekat dengan tangannya. Tangan kami bersentuhan, tangannya terasa hangat.
Masa sih hantu punya tubuh, pikirku. Kok bisa-bisanya salaman. Peduli amat pikirku.
“aku Tomi….” Jawabku singkat.
“salam kenal ya….” Kata Reni.

Ia mendekatkan diri kearahku, kini ia duduk disampingku yang masih memeluk bantal dengan erat.
“kamu terganggu ya dengan kehadiran aku…?” tanya Reni.
Aku mengangguk pelan. Ia menunduk, sekan menyesali kehadirannya.
“maaf…. Bukan bermaksud menyinggung. Aku Cuma takut, karena aku belum pernah lihat hantu” kataku.
“iya….. bukan salahmu kok… sebelumnya belum pernah ada yang bisa melihatku, akupun juga kaget waktu kamu membuka pintu dan bisa melihatku.” Katanya.
“aku boleh minta tolong ngak?” tanya Reni.
“minta tolong apa…” ucapanku mulai jelas. Rasa takut yang tadi menghampiriku perlahan mulai menghilang.
“arwahku terjebak disini karena masih ada keinginan yang belum kesampaian.” Katanya.
Aku terdiam mendengarkan ceritanya.
“sewaktu aku sekarat, aku berpikir…. Kenapa aku harus mati sekarang, padahal aku masih perawan.” Katanya.
“kamu mau ngak berhubungan sex sama aku…. Sekali aja… supaya arwahku bisa tenang dan bisa naik ke akhirat…” kata Reni.

Mataku terbelalak. Mulutku terkatub menahan tawa. Jari telunjukku kini mengarah ke tubuh Reni.
“itu alasannya? Hahaha……” kataku. Rasa takutku sudah menghilang sama sekali setelah mendengarkan ceritanya.
“Ihhhh…….. kamu kok ketawain aku sih… ayo dong… please… setubuhi aku,.. masa aku harus terjebak disini selamanya…. Cuma kamu yang bisa lihat dan sentuh aku, jadi Cuma kamu yang bisa nolong aku….. please……” matanya berbinar-binar memandangku.
“kok hantu bisa bersentuhan sama manusia sih…..” tanyaku.
Ia mengangkat bahu.
“aku juga heran…. Makanya…… Cuma kamu yang bisa nolong aku…. Please… ya.. mau ya…., sekali aja ngesex sama aku….”pintanya.
Wajahku mulai serius. Kugenggam tangannya yang berada di samping tubuhku, dan kuletakkan bantal yang sedari tadi kupeluk erat.
“kamu serius….., aku ini udah ga perjaka lho….” Kataku.
“iya… serius… gapapa deh…. Mau perjaka mau ngak….pokoknya perawan aku buat kamu…” katanya tersenyum.
Aku mendekatkan wajahku kearahnya. Kurasakan aroma hembusan nafasnya yang begitu harum layaknya remaja seusianya. Ia merangkulkan tangannya keleherku dan mengecup bibirku.
“Mmmmm…… Ahh….” Lidah kami beradu. Kuraba tubuhnya yang tak tertutup sehelai benang pun. Kupilin puting susunya yang telah mengeras.
“Ahhhh…… geli….. Ahh…..” desahnya.
“toket kamu besar banget….. Mmmm…” kataku sambil tetap melumat bibirnya yang lembut.
Lidah kami beradu, tampak ia masih canggung dan kaku dalam menerima rangsanganku, mungkin karena dia memang masih perawan semasa hidup.
Perlahan tapi pasti dia mulai menikmati apa yang aku lakukan terhadapnya. Ia mulai bisa mengimbangi permainanku. Dilumatnya bibirku dengan liar ketika ia mengusap punggungku dengan kedua tangannya yang lembut.
Perlahan ciumanku turun kelehernya. Kujilat lehernya dengan lidahku dan ia mendesah.
“Ahhh…… Ssssshhh…. Nikmat banget….. Ahhh…” ceracaunya.
“tubuh kamu sexy banget Ren….Ahh…..” aku menjilat lehernya. Kukecup lehernya dengan kuat dan ia mengeliang liar. Tampak bekas cupanganku yang merah menghiasi lehernya yang jenjang.
Kini hasratku melakukan hubungan sex dengannya sudah sangat menggebu-gebu. Tekadku adalah untuk memberikan kepuasan dalam satu hubungan sex yang menjadi impiannya.
Perlahan jilatanku mulai menjalar ke bahunya.
“Ahhhhhhh………Mmmmmm..Ahhh….” desahnya. Nafasnya mulai memburu ketika sapuan lidaku mulai mengeksplorasi setiap detil tubuhnya.
Kujilat lipatan ketiak dan bahunya. Ia terus mendesah, menahan rangsangan yang datang bertubi-tubi. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas.
“Ahhh…. Jilatin lagi donk…. Ahh…. Enak banget.” Katanya.
Jilatanku kini mendarat di ketiaknya yang mulus. Tak ditumbuhi sehelai bulu pun. Perlahan jilatanku bergerak menuju lengan, siku, tangan, dan jemarinya.
“Sssshhh…. Ahhh…. Enak… kau pinter banget nyenengin aku…..” katanya.
Aku tak berkata apapun. Kulanjutkan menghujani tubuhnya dengan sapuan lidahku.

Ia mendekap kepalaku ketika aku menjilati payudaranya yang lebut. Kujilati seluruh bagian payudaranya selagi jemari tanganku memilin lembut putingnya yang kemerahan.
“Ooooowhhhh…..Ahhhhh……” desahnya.
Rangsanganku di payudaranya sepertinya membuatnya tak dapat menahan diri. Tubuhnya menggeliat liar ketika aku menghisap putingnya yang mengeras. Kuhisap dengan kuat kedua putingnya bergantian.
“Ahhhhhhh………..terus….Ahhh….. enak banget….”
Rangsanganku kini beranjak dari dadanya. Perlahan kujilat seluruh lekuk tubuhnya yang indah.
Kulitnya yang kuning langsat benar-benar seperti kanvas putih yang belum dilukis. Sungguh indah tuhan menciptakan seorang wanita.

Kujilat pusarnya sementara tanganku meremas kuat kedua payudaranya yang mengacung.
“Ohhh…..Shhh… Ahhhhhh….. jangan berhenti sayang….” Ia mengeliat dengan liar. Seakan sangat haus dengan rangsangan.
Jilatanku mulai turun ke vaginanya. Belahan daging berwarna kemerahan itu sungguh indah. Tak ditumbuhi sehelai bulu pun. Tak seperti kebanyakan wanita yang sudah kutiduri selama ini. Apalagi jika dibandingkan dengan wanita-wanita panggilan yang sering kugunakan menyalurkan hasrat biologisku.
Kukecup lubang vaginanya dengan mulutku dan kumainkan lidahku disana.
“Ohhhh….Ohhhh…. Ahhh…… Ahhh….. terus sayang…..” ceracaunya ketika ia mengeliang tak tentu arah.
Cairan kewanitaanya kini mulai membasahi vaginanya yang kemerahan. Gurih sekali rasanya.
Kulihat tonjolan daging sebesar biji jagung di atas lubang vaginanya.
Kujilat klitorisnya sambil kutekan kuat dan sesekali kugigit pelan.
“Ahhhhhhhhhhhhhh…………….Ahhhhhhhhhhhhhhhh…… “ ia semakin tidak terkendali. Desahannya kini mulai berubah mirip sebuah teriakan nikmat.
Kuhentikan rangsanganku pada klitorisnya.

“Ahhh….. Ah…. Kok berhenti sayang…?” tanya Reni.
“Sssssttt…jangan keras-keras… nanti ada yang dengar…”kataku.
Ia pun tersenyum.
“yang bisa dengar aku kan Cuma kamu…..” katanya.
“ohh gitu ya… oke deh kulanjutkan….” Kataku.

Cukup lama foreplay yang kulakukan pada tubuhnya. Berharap pengalaman sexnya yang pertama kali dan terakhir cukup untuk memuaskan harapannya.
Penisku sudah menegang, keras sekali. Seakan meronta ingin menerobos masuk ke liang vagina berwarna kemerahan itu.
Kugenggam penisku dan kuarahkan ke liang vaginanya. Reni yang terkulai lemas terlihat sudah siap menerima penisku. Ia tersenyum.

“ayo masukin sayang….. puasin aku….” Katanya.
Aku tersenyum dan mengangguk. Kutekan perlahan penisku masuk ke lubang kenikmatan itu.
“Aaaaaakkkhh……” ia memekik tertahan. Menahan rasa sakit ketika penisku mengoyak selaput daranya.
Kucabut penisku yang baru sekitar satu sentimeter masuk kedalam vaginanya, lalu kutekan lagi. Kini semakin dalam.
“Aaaaa….. sakit….” Pekiknya.
“sabar ya…. Memang begini kalau masih perawan” kataku berusaha menenangkannya.
Kuulangi gerakanku. Perlahan-lahan kutekan penisku. Makin lama makin dalam. Sampai kini seluruh penisku sudah tertanam dalam vaginanya.
“Ahhh…… memek kamu rapet banget Ren….nikmat banget”kataku.
“Ssssshhhh… Ahhh…..” desahnya.
Tampak ia masih menahan rasa sakitnya ketika penisku yang besar menerobos bagian paling sensitivnya.
Kugerakkan perlahan penisku, maju mundur.
“Ahhh…… Ahhhh…. Ahhh…..” Reni mendesah seirama dengan gerakanku.
Kupertahankan ritme gerakanku sampai ia cukup menikmati sensasi pada vaginanya.

“Ahhhh…… lebih cepat sayang….. aku udah gak tahan….” Ceracaunya.
Kupercepat gerakanku menusuk vaginanya.
“Ahh… Ahhh….. Ahhh…. “ ia kembali mendesah. Menahan kenikmatan yang kini sudah mengambil alih dirinya. Raut wajah menahan rasa sakit kini sudah tak namak lagi pada wajahnya yang cantik.
Aku mempercepat lagi irama gerakanku. Kini penisku sudah menghujam kuat di vaginanya. Berkali-kali kutekan penisku dengan liar.
“Ahhhh….. Ahhhh…… enak……. Ba…nget…. Ahhh…” ceracaunya.
Hasratku semakin menggelora. Nafsu birahi sudah mengambil alih nalar dan logikaku. Tak peduli manusia atau hantu, tubuh indah ini tak akan aku sia-siakan begitu saja, pikirku.

Hujaman penisku di vaginanya membuat tubuh Reni bergerak maju mundur. Ranjangku bergerak liar seakan tak mampu menahan luapan nafsu yang menguasai pikiranku.
“Ahhhh……Ahhhhh……terussssss………”ceracaunya.
Kurasakan cengkeraman vaginanya mulai menguat. Vaginanya berdenyut, menciptakan sensasi nikmat tiada tara pada batang penisku.
Nafsu yang sudah menguasaiku membuatku semakin liar. Kuhujamkan penisku berkali-kali ke dalam liang vaginanya. Menciptakan bunyi khas seperti genangan air yang di lewati langkah kaki.

“Ahhhhhhh……Ahhhhh…. Terus sayang….Ahhh….” tubuh Reni mengeliang kuat.
Aku sudah tak mampu lagi membendung nafsu birahiku. Kurasakan spermaku sudah berada di ujung penisku. Tak lama lagi spermaku akan keluar, pikirku. Kutahan nafsuku, aku ingin Reni mecapai orgasme terlebih dahulu.
Pikiranku melayang, setelah persetubuhan ini berakhir Reni akan pergi dari ruangan ini. Perasaanku mulai berkecamuk. Seakan tidak rela wanita ini pergi dari kehidupanku.

Tubuh Reni menegang kuat.
“Aaaaahhhh…..Aaaaahh….. hampir sampai…..” pekiknya.
Kuhujamkan penisku semakin kuat kedalam vaginanya. Tubuh reni bergerak maju mundur. Ia mengeliang tak tentu arah.
Keringat sudah mengalir deras ditubuhku. Entah sampai kapan aku mampu menahan spermaku tetap didalam, pikirku.
“Ahhhhhhhhhhhhhhh………………Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh…………”
Reni melenguh panjang. Orgasmenya yang kunantikan sejak tadi akhirnya datang. Aku yang sudah tak kuasa menahan gejolak denyutan pada penisku segera mempercepat gerakanku. Mengejar puncak kenikmatan yang sebentar lagi kuraih.

“Ahh…. Sssssshh….Ahh…” aku mendesah pelan. Khawatir akan ada orang yang mendengar desahanku. Kuhujamkan penisku sedalam mungkin keliang vaginanya.
(sfx : Croooootttt…Croooottt….Croooottttt)
Spermaku tumpah dalam rahim Reni. Hasrat yang mengebu-gebu dalam diriku kini telah terlampiaskan. Kurasakan denyutan vaginanya masih belum berhenti. Aku belum mengeluarkan penisku yang masih menancap erat di vaginanya.

Kupandangi vagina Reni. Bercak merah menghiasi bibir vaginanya. Darah keperawanan itu menjadi bukti bahwa harapannya kini telah terwujud.
“makasih ya Tom… kamu udah nolongin aku…” katanya dengan nafas yang masih terengah.
“aku gak tau apa jadinya kalau kamu gak datang ke kamar ini… mungkin aku terjebak disini selamanya…” lanjutnya.
“apa kamu sekarang sudah akan pergi?” tanyaku.
“ya….. maaf ya sudah ganggu kamu…..” kata Reni.
“ngak kok… maaf ya tadi aku takut… sekarang ngak lagi…. Kamu benar-benar fantastic” kataku
Reni tersenyum mendengarnya.

Tubuh Reni kini berpendar. Menyala seperti kunang-kunang dimalam hari. Perlahan, pendaran itu mulai pecah. Titik demi titik cahaya itu terbang dan menguap ketika sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kamarku.
Sesaat sebelum cahaya itu hilang sepenuhnya aku mendengar suaranya.
“terima kasih….”

Aku masih bersimpuh di ranjangku tanpa busana. Aku memandang kosong ke ranjangku.
Tanpa kusadari air mataku menetes. Seakan tidak rela Reni meninggalkanku.

Kuusap air mata itu. Karena aku yakin,itu adalah yang terbaik baginya. Sungguh aneh pikirku, aku yang sudah menganggap kegiatan sex seperti hal yang biasa. Aku yang sudah bergonta ganti lawan sex sampai tak dapat kuingat lagi jumlahnya. Kini menangis karena kehilangan seseorang yang baru saja kukenal.
Apakah ini yang namanya cinta?.
Pertanyaan itu tak mampu kujawab.

Cukup lama aku termenung saat itu sampai kuputuskan untuk bergegas menuju kampus.
Hari pertamaku dikampus berjalan membosankan. Tutorial pengenalan kampus tak kuhiraukan. Sampai saat dimana aku pulang. Kembali ke kamar kost, tempat dimana kenanganku dengan Reni berawal.

Kubuka kunci kamarku dan bergegas masuk ke dalam ruangan kamar yang kurasakan begitu hampa tanpa kehadiran Reni.
Aku melemparkan tasku keranjang dan duduk di sudutnya. Memandang ke langit sore itu yang sudah mulai gelap. Mengenang kembali raut wajah Reni yang tidak mungkin kulupakan.

“kamu sudah pulang….?”
Terdengar suara seorang wanita dibelakangku.
Aku tersentak dan menoleh kearah suara itu berasal.
Kulihat Reni sedang berdiri, memandang dan tersenyum kepadaku.

Air mataku kembali menetes tak terbendung. Kuhampiri dia dan kupeluk erat tubuhnya.

“jangan pergi….”kataku.
“aku gak akan kemana-mana kok…..” kata Reni.
“tapi kamu bilang kamu bakal pergi setelah harapanmu terkabul?” tanyaku.
Reni tersenyum dan menggelengkan kepala.
“harapanku telah berubah…., sewaktu kita berhubungan sex tadi pagi, aku berharap bisa mengulangi hal itu lagi sama kamu…” katanya.
“jadi kamu akan tetap disini…?” tanyaku.
Reni mengangguk.
“sampai kapan?”
“sampai kamu melupakan aku……” katanya.

Aku memeluk tubuh Reni erat-erat. Bagiku baru kali ini ada wanita yang begitu berarti dalam hidupku. Well…. Apakah ini yang namanya cinta pada pandangan pertama?

Jawabku, SIAPA YANG TAU…….

-END-

Cerita Lainnya:   Cerita Dewasa-Vonny Dan Nadya
Category: Cerita Seks Tags: , , ,
VIP579 SLOT258 SLOT161 FASTBET99 STARBET99 HOKIBET99 NEXIABET

Related video