Kisah Seks Istri Juragan Beras

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
1619 views

Duniabola99.org – Aku Hanif lelaki berusia 39 Tahun, Akhir” ini, tiba-tiba aku teringat ketika baru saja selesai menamatkan pendidikan SMA tahun 1984 Sebut saja Kecamatan XXX Pada salah satu kabupaten di Sulsel. Ketika itu aku menghadapi permasalahan yang ampir sama dengan permasalahanku saat ini yakni bentrok dengan keluarga. Hanya saja ketika itu, aku bentrok dengan orang tuaku, sedangkan saat ini aku bentrok dengan istri.

Ceitanya, hanya persoalana sepele yaitu orang tuaku menghendaki agar aku tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi aku tetap ngotot untuk mendaftar pada salah satu perguruan tinggi di Makassar.

Karena tidak didukung orang tua, aku terpaksa meminjam uang dari tetangga sebesar Rp.10.000, buat ongkos mobil ke Makassar dan sisanya buat jajan. Karena aku tidak punya kenalan di Kota Makassar, maka aku terpaksa bermalam di terminal bus sambil mencari kenalan agar aku bisa mendapatkan kerja secepatnya. Kerja apa saja asal halal.

Setekag dua hari aku bergaul dengan orang-orang terminal, akhirnya ketemu dengan seorang tukang batu yang waktu itu sedang merenovasi tembok dan ruang tunggu para penumpang, Aku menawarkan diri mnejadi buruh pada tukang tersebut. dan setelah kuceritakan masalahku yang sebenrarnya. akhirnya ia menerima tawaranku itu. Aku ditawarkan gaji Rp.2.000/Hari tanpa ditanggung makan dan penginapan. Aku langsung setuju saja. sebab jika tidak, aku akan mati kelaparan mengingat uang jajanku telah habis. Namun aku minta agar gajiku dapat kuterima setiap hari dan tukang itupun setuju.

Setelah lima hari aku bekerja dengan tekun dan bermalam bersama dengan sopir-sopir bus malam di terminal. aku dikenalkan dengan seorang pengusaha beras yang kaya oleh salah seorang sopir bus kenalanku di terminal itu. Malam itu aku diantar ke salah satu rumah besar yang beralamat di Jl.SA Aku gemetaran dan nampak kampungan ketika memasuki rumah yang serba  mewah itu.

kalau tidak salah, ada 7 buah mobil truk dan dua mobil sedang serta 3 mobil kijang pick up di parkir di depannya. Seorang pembantu laku-laki setengah baya mempersilahkanku masuk duduk di ruang tamu. Tidak lama kemudian seorang kimcil entah pembantu atau keluarga si pengusaha itu sedang membawa 3 cangkir kopi beserta kue kering. Kue seperti itu rasanya seringkali aku makan di kampungku.

setelah kami duduk kurnag lebih 2 menit di ruang tamu.

toba-tiba: “lyana eddi muaseng elo makkulliah na de’ gaga ongkosona? (ini orangnya yang kamu maksud mau kuliah tapi tidak punya biaya?) ” tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamarnya dengan perawakan tinggi besar, perut gendut dengan warna kulit agak hitam. Ia gunakan bahasa Bugis mirip bahasa yang sehari-hari kugunakan di kampungku. “Iye puang. lyana eddi utihirakki (Yah betul. Inilah orangnya yang saya antar)” jawab si sopir yang mengantarku itu. Selama dirumah itu, kami bercakap dengan memakai bahasa daerah Bugis. Namun, untuk memudahkan dan memperjelas kisahku ini. sebaiknya kugunakan bahasa indonesia sajatanpa mengurangi makna percakapan kami, apalagi bahasa percakapan kami adalah campuran bahasa indonesia dan Bugis.

“Oh yah. masuk saja dulu makan nak, saiapa tahu temanmu itu belum makan malam” katanya pada si sopir itu sambil mempersilahkan kami masuk ke ruang dapur.

Ayo Nif, kita sama-sama makan dulu baru ngobrol lagi” ajakan si sopir itu seolah ia sudah terbiasa di rumah itu.

“Yah..Terima kasih pak. Rasanya aku masih kenyang” kataku pura-pura kenyang meskipun sebenrarnya aku sangat lapar karena belum makan malam.

“Ayo . Masuklah..Jangan malu-malu. Tidak ada siapa-saiapa di rumah ini. Biar sedikit saja di makan” kata sopir bersama dengan si pemilik rumah itu sambil ia berdiri menuntunku masuk ke ruang makan. Ternyata di atas meja telah tersedia makanan lengkap seolah meja itu tidak pernah kosong dari makanan.

Setelah kami duduk di depan meja makan, aku menoleh kiri kanan dalam ruangn itu dan sempat kulihat 3 orang perempuan di rumah itu, Seorang diantaranya sedang cuci piring. Ia sudah cukup tua, yang jika ditaksir usianya sekitar 50 tahun ke atas. Sedangkan yang satunya lagi sedang berbaring di atas salah satu tempat tidur sambil membaca koran. Bila ditaksir usianya antara 30 sampai 40 tahun. Namun seorang wanita lagi sedang asyik nonton TV sambil bersandar pada rosban tempat wanita berbaring sambil baca koran tadi. Ia nampak masih muda. Jika ditaksir usianya sekitar 17 sampai 25 tahun. Nampaknya ia masih kimcil. Selama kami menyantap makanan di atas meja itu. kami tidak pernah bicara sama sekali. Namun aku merasa diperhatikan sejak tadi oleh wanita setengah baya yang sedang baca koran itu. Ia sesekali mengintip aku sambil memegang korannya. Lebih aneh lagi, setiap kami beradu oandangan, wanita itu melempar senyum manis.

Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya, tapi aku tetap membalas dengan senyuman tanpa diperhatikan oleh si sopir teman makanku itu.

Kalau bukan karena si sopiur itu berhenti duluan makan, aku tidak bakal berhenti makan dan aku semakin betah duduk berlama-lama di kursi makan itu berkat lemparan senyum si wanita setengah baya itu.

Stelah kami duduk kembali bersama dengan si sopir itu di ruang tamu, laki0laki berperawakan besar tadi besar tadi kembali duduk di depanku dan berkata,

“Kamu dari daerah mana dan dimana orang tuamu nak?” tanya laki-laki itu.

“Dari Bone Pak. Ornag tuaku tinggal di kampung” jawabku.

“Kamu tinggal di Kota Bone atau desanya?” tanyanya lagi serius.

“Di kampung jauh dari kota Pak” jawabku lagi.

“Saya sudah dengan permasalahanmu dari sopir ini. kalau kamu mau tinggal sama kami, aku siap membiayai kuliahmu jika kamu lulus nanti”

“Terima kasih banyak pak atas budi baik bapak. Aku bersyukur sekalui bisa bertemu dengan bapak” kataku dengan penuh kesopanan.

“Kebetulan sekali kami juga asli Bugis tapi Bugis Sinjai.

Bahkan istri pertamaku tinggal di Kota Sinjai” lanjutnya terus terang.

“Yah kalau begitu, aku sangat beruntung pergi ke Makassar ini.” kataku.

Setelah kurang lebih 3 jam kami ngobrol, laki-laki itu menyuruh kami masuk ke salah satu kamar depan untuk istirahat. Tapi si sopir temanku itu malah minta pamit dengan alasan pagi-pagi mau cari penumpang. Aku mengerti dan laku-laku tadi yang belakangan kuketahui kalau ia adalah majikanku dan kepala rumah tangga dalam keluar ga itu, mengizinkan si sopir tadi pulang ke terminal. Sebelum majukanku itu berangkat utuk mengurus usahanya pada esok harinya, sambil menyantap hidangan pagi bersama istrinya yang emarin kulihat bca koran dan anak satu-satunya di rumah itu yang kemarin nonton TV di ruang makan, ia memperkenalkan seluruh anggota keluarga dan pembantunya di rumah itu, termasuk sopirnya.

Setelah itu ia tunjukkan kamar tidurku dan jelaskan kerjaku sehari-hari di rumah itu. Aku diminta mnejaga rumah dan membantu istri keduanya ketika ia sedang pergi ke luar kota mengurus perusahaannya. Aku senang sekali mendengar pekerjaan yang dibebankan padaku, apalagi mmebantu istrinya yang kuyakini cukup ramah dan bijaksana. Sejak hari pertama aku sudah cukup akrab dengan anggota keluarga di rumah itu dan aku mengerjakan seluruh pekerjaan di rumah itu, termasuk mencuci, memasak dan menyapu sebagaimana layaknya keluarga atau pembantu umum di rumah itu.

Sikap kami berjalan biasa-biasa saja tanpa ada keanehan hingga hari kedua belas. Namun pada hari ketiga belas, pikiranku mulai terganggu ketika majikan laki-lakiku menyampaikan bahwa ia akan pergi ke Sinjai untuk membeli gabah dan beras untuk beberapa hari. Aku yakin kalau pergaulanku dengan istri keduanya itu bisa t ambah dekat, sebab akhir-akhir ini istrinya itu sering minta aku membersihkan tempat tidurnya dan berpakaian yang sedikit kurang sopan di depanku saat suaminya keluar rumah. Aku justru sangat gembira mendengarnya.

Setelah majikan laki-lakiku itu berangkat bersama sopir pribadinya sekitar pukul 9.00pagi, aku kembali melaksanakan tugas hari-hariku seperti hari-hari sebelumnya yakni mencuci pakaian, piring dan menyapi tempat tidur majikanku. Pembantu rumah itu sedang menyapu di halaman belakang, sementara anak kimcil satu-satunya itu sedang ke sekolah.

“Nif, bisa nggak kami membantu aku seperti suamiku membantuku setiap malam?” tanya istri keduanya itu ketika aku sedang membersihkan tempat tidurnya. Aku sangat kaget dan bingung atas permintaanya itu. Aku tidak segera menjawab karena aku tidak tahu maksudnya dengna jelas.

“Membantu bagaimana yang ibu maksud?” tanyaku penuh ketakutan.

“Memijit kepala dan punggungku sebelum aku tidur, karena mataku tak bisa tertidur sebelum dipijit” katanya sambil sedikit senyum.

“Kalau soal pijit memijit. kurasa sangat mudah Bu’. Aku bisa, tapi..Tapi apa bapak tidak marah nanti kalau ia tahu Bu? tanyaku berbata-bata kalau-kalau ia hanya memancingku.

“Nggak bakal marah kok. kan kamu sudah jadi kepercayaannya.Lagi pula kamu diberi tugas menjaga aku selama ia belum pulang” katanya lagi.

setelah kusetujui permintaanya., ia lalu keluar dan duduk baca koran di ruang tamu, sedang aku ke halaman depan untuk menyapu, lalu istirahat di kamar tidurku. Setelah makan malam, aku bersama pembantu nonton TV di ruang makan, sedangkan ibu majikanku dan anak gadisnya nonton TV Di kamarnya masing-masing. Setelah siaran berita yang kami tonton habis, pembantu itu pergi tidur di kamarnya yang berdekatan dengan ruang dapur. Sedangkan anak kimcil majikanku masih terlihat belajar di kamarnya dengan pintu kamar yang terbuka lebar. Aku kembali teringat dengan perintah ibu majikanku tadi pagi. Aku bertanya-tanya dalam hati kapan perintah itu harus kulaksanakan, karena ibu tidak menjelaskan jam berapa dan dimana. Di ruang makan, atau ruang tamu atau di kamar tidurnya. Aku tunggu saja perintahnya lebih lanjut.

Setelah terdenga rpintu kamar anak kimcil majikanku itu tertutup dan terkunci rapat sebagai tanda ia sudah mau tidur, maka terdenga pula pintu kamar majikanku terbuka pertanda ia mau keluar dari kamarnya. Aku pura-pura tidak memperhatikannya. Namun tibatiba ibu majikanku itu duduk tidak juah di disampingku sambil nonton TV bersamaku.

“Nif, sudah lupa yah permitnaanku tadi pagi?” tanyanya setengah berbisik yang membuat aku kaget dan gemetar.

” Ti..tidaak Bu’. Mmaaf Bu’. aku hampir lupa” jawabku ketakutan.

“Kalau begitu ayolah. Tunggu apa lagi. kan sudah laru malam” ajaknya.

“Ta..tapi di mana Bu?” tanyaku singkat.

“Tentu dikamarku donk. Tidak mungkin disini atau di kamarmu” jawbanya. Aku sebenarnya sangat takut kalau ada orang lain yang mencurigai aku. Tapi akrena ini adalah perintah majikan, lagi pula semua orang di rumah itu pada tidur, maka apapn resikonya aku harus jalankan. Ibu majikanku berjalan dengan pelan seolah takut pula diketahui orang lain dan ia menuju kamar tidurnya, sementara ku ikut di belakangnya dengan pelan dan hati-hati pula.

Setelah masuk kamar, ia lalu menutup dan mengunci pintunya dengan rapat. Lalu ia membuka daster yang dipakainya dan terus telungkup tanpa memakai baju, melaunkan hanya BH dan celana tipis yang agak pendek di badannya.

“Ayo Nif, silahkan dipijit kepala dan leherku bagian belakang lalu punggungku” pintanya seolah tak sabar menunggu lagi. Aku segera duduk di dpinggir tempat tidurnya, lalu secara pelan dan hati-hati  menyentuh kepalanya bagian belakang, terus turun ke leher belakangnya. Setelah aku mencoba menekan dan mengeraskan sedikit tinggi,

“Wah.. Kenapa tidak pakai minyak gosok Nif. Ambil di dkolom rosban?”

“Yha..Yah.. Maaf Bu;. Aku tidak melihatnya tadi” kataku dengan suara agak tinggi pula.

“Jangan terlalu besar suaranya Nif. Nanti kedengaran orang” kata ibu. setelah ibu majikanku melarangku bersuara agak keras, ia lalu berbisik.

“Punggungku juga Nif, biar aku bisa tidur nyenyak”.

Menyentuh kepala dan rambut serta lehernya saja aku sudah cukup terangsang dibuatnya. Apalagi memijit kulit punggungnya yang setengah telanjang itu. Tapi karena itu adalah perintah majikan, maka aku segera laksanakan ketika aku menurunkan kedua tanganku dan menggosok-gosok punggungnya, terasa hangat sekali. Kulit tubuhnya sangat putih dan halus. Sesekali aku meletakkan tanganku di bawah ketiaknya dan dipinggir atas celananya. Bahkan sempat tanganku tidak bergerak seejnak ektika konsentrasiku mulai mengarah ke balik pakaiannya itu.

“Nif, kenapa diam. Ada apa, sehingga kamu tidak menggerakkan tanganmu itu?” tanyanya sambil mbergerak dan sedikit berbalik, sehingga aku sempat melihat sebagian daging empuk yang ada di balik BH-nya itu.

“Ti..tidak apa-apa Bu’/ Hanya takut?” Jawabku dengan nafas terputus.

:Takut sama siapa? kan tidak ada orang lain disini. Capek yahh?” setelah berakta begitu, ibu majikanku tiba-tiba berbalik arah sehingga ia telentang di depanku, Terpaksa kedua tanganku menyentuh tonjolan BH-nya tanpa sengaja. Ia hanya sedikit tersenyum dan berkata,

“Tidak keberatan kan jika kamu juga mengurut perutku, biar tubuhku lebih segar lagi. Ayolah Nif..” katanya sambil meraih kedua tanganku dan melatakkannya di atas pusarnya. Jantungku terasa hampir copot ketika ibu majikanku itu mengangkat BH-nya sehingga bukit kembarnya nampak jelas menantang di bawah kedua batang hidungku. Aku tak mampu bersuara dan mengatur nafas, bahkan aku sedikit malu mentapnya, tapi.

“Jangan takut dan malu Nif. ini adalah Rezkimu, kesempatanmu dan kamu pasti menginginkannya” katanya ketika aku mulai agak menghindar.

“Bbba..Bagaimana ini Bu’, kek.. Kenapa bisa begini?? Tanyaku penuh ketakutan dan nafasku sulit lagi kuatur. Sebagai laku-laki normal yang hanya pernah mendengar dalam cerita, tentu aku tidak mampu menolak dan menyia-nyiakan kesempatan ini, kenyataan inilah yang harus kualami, apalagi ini adalah perintah majikan.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menjatuhkan kedua tanganku di atas bukit kembar itu. Mula0nula hanya kusentuh, kuraba dan kuelus-elus saja, tapi lama kelamaan aku mencoba memberanikan diri untuk memegang dan menekan-nekannya. Ternyata nikmat juga rasanya menyentuh benda kenyal dan hangat, apalagi milik majikanku. Ibu majikanku kelihatan juga menikmatinya, terlihat dari nafasnya yang mulai pula tidak teratur. Desiran mulutnya mulai kedengaran seolah tak mampu menyembunyikannya di depanku.

” Auhh.. terus Nif, ikmat sayang, tekan , ayo..Teruss.. Aaakkhh… isap Niff..Jilat dong..” itulah erangan ibu majikanku sambil meraih kepalaku dan membawanya ke payudaranya yang kenyal, empuk dan tidak terlalu besar itu. Aku tentu saja tidak menolaknya, Bahkan sangat berkeinginan menikmati pengalaman pertama dalam hidupku ii. Aku segera menjilat-jilat putingnya, mengisap dan kadang sedikit menggigit sambil tetap memegangnya dengan kedua tanganku. Aku tiadak tahu kapan ia membuka celananya, tapi yang jela sketika aku sedikit melepas putingnya dari mulutku dan mengangkat kepalam tiba-tiba kulihat seluruh tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun di badannya.

Ayo Nif, Kamu tentu tahu apa yang harus kamu perbuat setelah aku bugil begunu, Yah kan??” pintanya sambil meraih kedua tanganku dan membwanya ke selangkangannya. Lagi-lagi aku tentu mengikuti kemauannya. Aku mengelus-elus bulu-bulu yang rumbuh agak tipis di atas kedua bibir lubang kemaluannya yang sedikit mulai basah itu. AKu rasanya tak ingin memindahkan mulutku dari bukit kenyalnya itu, tapi karena ia menarik kepalaku turun ke selangkangannya dimana tanganku bermain-main itu, maka aku dengna senang hati menurutinya.

“Cium dong. Jilat sayang. Kamu nggak jijik kan?” tanyanya.

“Ngga Bu” Jawabku singkat, meskipun sebenarnya aku merasa sedikit jijik karena belum pernah melakukan hal seperti itu, tapi aku pernah dengar cerita dari temanku sewaktu di kampung bahwa orang barat kesukaannya menjilat dan menghisap cairan kemaluan wanita, shingga akupun ingin mencobanya. Ternyata benar. kemaluan wanita itu harum dan semakin lama semakin merangsang. Entah perasaan itu juga bisa di temukan pada wanita lain atau hanya pada ibu majikanku karena ia merawat dan menyemprotkan parfum pada vaginanya. Pinggul ibu majikanku semakin lama kujilat, semakin cepat goyangannya, bahkan nafasnya

semakin cepat keluarnya seolah ia dikejar hantu.
Kali ini aku beriNifiatif sendiri menguak dengan lebar kedua pahanya, lalu
menatap sejenak bentuk kemaluannya yang mengkilap dan warnanya agak kecoklatan
yang di tengahnya tertancap segumpal kecil daging. Indah dan mungil sekali. Aku
coba memasukkan lidahku lebih dalam dan menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke
kanan, lalu ke atas dan ke bawah. Pinggul ibu majikanku itu semakin tinggi terangkat
dan gerakannya semakin cepat. Aku tidak mampu lagi mengendalikan gejolak
nafsuku. Ingin rasanya aku segera menancapkan penisku yang mulai basah ke
lubangnya yang sejak tadi basah pula. Tapi ia belum memberi aba-aba sehingga
aku terpaksa menahan sampai ada sinyal dari dia.
“Berhenti sebentar Nif, akan kutunjukkan sesuatu”
perintahnya sambil mendorong kepalaku. Lalu ia tiba-tiba bangkit dari tidurnya
sambil berpegangan pada leher bajuku. Kami duduk berhadapan, lalu ia segera
membuka kancing bajuku satu persatu hingga ia lepaskan dari tubuhku. Ibu
majikanku itu segera merangkul punggungku dan menjilati seluruh tubuhku yang
telanjang. Dari dahi, pipi, hidung, mulut, leher dan perutku sampi ke pusarku,

ia menyerangnya dengan mulutnya secara bertubi-tubi sehingga membuatku merasa
geli dan semakin terangsang.
“Nif, aku sekalian buka semuanya yach,” pintanya sambil
melepaskan sarung dan celana dalamku. Aku hanya mengangguk dan mebiarkannya
menjamah seluruh tubuhku sesuai keinginannya.
Setelah aku bugil seperti dirinya, ia lalu meraih tongkatku
yang sejak tadi berdiri dengan kerasnya di depannya, lalu dengan cepat
memasukkan ke mulutnya. Sikap dan tindakan ibu majikanku itu membuat aku
melupakan segalanya, baik masalah keluargaku, penderitaanku, tujuan utamaku
maupun status dan hubunganku dengan majikannya. Yang terpikir hanyalah
bagaimana menikmati seluruh tubuh ibu majikanku, termasuk menusuk lubang
kemaluannya dengan tongkatku yang sangat tegang itu.

“Bagaimana Nif,? Enak yach?” tanyanya ketika ia berhenti sejenak
menjilat dan memompa tongkatku dengan mulutnya. Lagi-lagi aku hanya mampu
mengangguk untuk mengiyakan pertanyaannya. Ia mengisap dan menggelomoh penisku
dengan lahapnya bagaikan anjing makan tulang.
“Aduhh.. Akhh.. Uuhh..” suara itulah yang mampu kukeluarkan
dari mulutku sambil menjambak rambut kepalanya.
“Ayo Nif, cepat masukkan inimu ke lubangku, aku sudah tak
mampu menahan nafsuku lagi sayang,” pintanya sambil menghempaskan tubuhnya ke
kasur dan tidur telentang sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya untuk
memudahkan penisku masuk ke kemaluannya. Aku tak berpikir apa-apa lagi dan tak
mengambil tindakan lain kecuali segera mengangkangi pinggulnya, lalu secara
perlahan menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vaginya yang menganga lagi basah
kuyup itu. Senti demi senti tanpa sedikitpun kesulitan, penisku menyerobot
masuk hingga amblas seluruhnya ke lubang kenikmatan ibu majikanku itu.
Mula-mula aku gocok, tarik dan dorong keluar masuk secara pelan, namun semakin
lama semakin kupercepat gerakannya, sehingga menimbulkan suara aneh seiring
dengan gerakan pinggul kami yang seolah bergerak/bergoyang seirama. Plag..
Pligg.. Plogg, decak.. decikk.. decukk. Bunyi itulah yang terdengar dari
peraduan antara penisku dan lubang vagina ibu majikanku yang diiringi dengan
nafas kami yang terputus-putus, tidak teratur dan seolah saling kejar di
keheningan malam itu.

Aku yakin tak seorangpun mendengarnya karena semua orang di
rumah itu pada tidur nyenyak, apalagi kamar tempat kami bergulat sedikit
berjauhan dengan kamar lainnya, bahkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul
11.00-12.00 malam.
“Bu’, Bu’, aku ma, mau.. Kk” belum aku selesai berbisik di
telinganya, ibu majikanku tiba-tiba tersentak sambil mendorongku, lalu berkata,
“Tunggu dulu. Tahan sebentar sayang” katanya sambil memutar
tubuhku sehingga aku terpaksa berada di bawahnya. Ternyata ia mau mengubah
posisi dan mau mengangkangiku. Setelah ia masukkan kembali penisku ke
lubangnya, ia lalu lompat-lompat di atasku sambil sesekali memutar gerakan
pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Akibatnya suara aneh itu kembali mewarnai
gerakan kami malam itu. Decik.. Decakk.. Decukk. Setelah beberapa menit
kemudian ibu majikanku berada di atasku seperti orang yang naik kuda, ia
nampaknya kecapean sehingga seluruh badannya menindih badanku dengan
menjulurkan lidahnya masuk ke mulutku. Aku kembali merasakan desakan cairan
hangat dari batang kemaluanku seolah mau keluar. Aku merangkul punggung ibu
majikanku dengan erat sekali.
“Akk.. aakuu tak mampu menahan lagi Bu’. Aku keluarkan saja
Bu’ yah” pintaku ketika cairan hangat itu terasa sudah diujung penisku dan
tiba-tiba ibu majikanku kembali tersentak dan segera menjatuhkan badannya di
sampingku sambil telentang, lalu meraih kemaluanku dan menggocoknya dengan
keras serta mengarahkannya ke atas payudaranya. Cairan hangat yang sejak tadi
mendesakku tiba-tiba muncrat ke atas dada dan payudara ibu majikanku. Iapun
seolah sangat menikmatinya. Tarikan nafasnya terdengar panjang sekali dan ia
seolah sangat lega.
Tindakan ibu majikanku tadi sungguh sangat terkontrol dan
terencana. Ia mampu menguasai nafsunya. Maklum ia sangat berpengalaman dalam
masalah sex. Terbukti ketika spermaku sudah sampai di ujung penisku, ia seolah
tahu dan langsung dicabutnya kemudian ditumpahkan pada tubuhnya. Entah apa maksudnya,
tapi kelihatannya ia cukup menikmati.

Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

“Nif, anggaplah ini hadiah penyambutan dariku. Aku yakin kamu belum pernah menerima hadiah seperti ini sebelumnya. Yah khan?” katanya
seolah sangat puas dan bahagia ketika kami saling berdamping dalam posisi tidur
telentang. Setelah berkata demikian, ia lalu memelukku dan mengisap-isap
bibirku, lalu berkata,

“Terima kasih yah Nif atas bantuanmu mau memijit tubuhku.
Mulai malam ini, Kamu kujadikan suami keduaku, tapi tugasmu hanya menyenangkan
aku ketika suamiku tidak ada di rumah. Mau khan?” katanya berbisik.
“Yah, Bu’. Malah aku senang dan berterima kasih pada ibu atas budi baiknya mau menolongku. Terima kasih banyak juga Bu’” jawabku penuh bahagia, bahkan rasanya aku mulai sedikit terangsang dibuatnya, tapi aku malu mengatakannya pada ibu majikanku, kecuali jika ia memintanya.

Sejak saat itu, setiap majikan laki-lakiku bermalam di luar kota, aku dan ibu majikanku seperti layaknya suami istri, meskipun hanya berlaku antara jam 21.00 sampai 5.00 subuh saja. Sedang di luar waktu itu, kami seolah mempunyai hubungan antara majikan dan buruh di rumah itu. Aku sangat disayangi oleh seluruh anggota keluarga majikanku karena aku rajin dan patuh terhadap segala perintah majikan, sehingga selain aku diperlakukan layaknya anak atau keluarga dekat di rumah itu, juga aku dibiayai dalam mengikuti pendidikan pada salah satu perguruan tinggi swasta di kota Makassar, bahkan aku diberikan
sebuah kendaraan roda dua untuk urusan sehari-hariku.
Sayang aku dikeluarkan dari perguruan tinggi itu pada semester 3 disebabkan aku tidak lulus pada beberapa mata kuliah akibat kemalasanku belajar dan masuk kuliah. Karena aku sangat malu dan berat padamajikan laki-lakiku atas segala pengorbanan yang diberikan padaku selama ini, terpaksa aku meninggalkan rumah itu tanpa seizin mereka dan aku kembali ke kota Bone untuk melanjutkan pendidikanku pada salah satu perguruan tinggi yang ada di kotaku tersebut. Untung aku punya sedikit tabungan, karena selama kurang
lebih 2 tahun tinggal bersama majikanku, aku rajin menabung setiap diberikan
uang oleh majikanku.

Selama 4 tahun mengikuti kuliah di kotaku ini, akhirnya aku lulus dengan predikat baik berkat ketekunan dan kerajinanku belajar. sejak aku selesaikan pendidikan tahun 1991 hingga tahun 1994, aku belum pernah kembali ke kampung asliku dan berkumpul bersama keluarga karena malu dan takut pada orangtua. Namun pada Sepetember 1995, pikiranku
mulai terpengaruh kembali oleh wanita, bahkan beberapa kali aku ingin menikmati
apa yang pernah kunikmati bersama dengan ibu majikanku dulu, tapi aku takut
resiko dan dosa. Karena aku merasa sudah punya biaya dan matang untuk berumah
tangga, akhirnya kuputuskan untuk kembali kampung membicarakan dengan orang
tuaku.

Orangtuaku sangat bangga dan bersyukur serta berterima kasih
atas keberhasilanku memperoleh sarjana sekaligus merestui niatku untuk berumah
tangga, bahkan menyerahkan penuh padaku untuk memilih pasangan sendiri. Tahun
itupula aku kawin dengan pilihanku sendiri, biaya dan urusannya tidak
kubebankan orangtuaku. Sejak tahun itu sampai tahun ini, hubunganku dengan
istri berjalan harmonis, bahkan kami telah dikaruniai 2 orang putra dan seorang
putri. Tapi gara-gara kehilangan pekerjaan, kami seringkali cekcok dan bentrok
dengan istri. Akhirnya kuputuskan meninggalkan rumah dan pergi ke salah satu
kota di Sulsel untuk mencari pekerjaan. Tiba-tiba aku ketemu dengan teman
kuliah yang sudah menjadi pengusaha besar dan lagi-lagi pengusaha beras.
Anehnya lagi, temanku itu tinggal bersama istri keduanya, sebab istri pertamanya
tinggal di kota Bone. Tawaran temanku itu hampir sama dengan tawaran majikanku
dulu yakni menjaga keluarganya dan membantu mengurus usahanya ketika ia ke luar
kota. Pikiranku mulai aneh-aneh dan ingin kembali mengulang sejarah masa lalu,
apalagi istri temanku itu belum dikarunia seorang anak dan ia cantik lagi ramah
padaku.

 

Cerita Lainnya:   Foto Ngentot Anak Sekolahan
Category: Foto Bokep
VIP579 SLOT258 SLOT161 FASTBET99 STARBET99 HOKIBET99 NEXIABET

Related video