Author: Bokep Mobile

  • Desahan Babysister Pemilik Kost

    Desahan Babysister Pemilik Kost


    1400 views

    Suatu hari setelah 1 bulan si nyonya melahirkan panggilannya Mbak Wulandari, maka datanglah seorang baby sitter yg melamar pekerjaan sesuai iklan dari koran, setelah bercakap-cakap dgn Wulandari, maka baby sitter tsb yg bernama Murni diterima sebagai pengasuh bayi mereka. Aqu pandangi terus itu baby sitter, wah…setelah pakai baju putih kelihatan sexy banget, guratan celana dalamnya tampak samar-samar…. esoknya, ketika aqu mau berangkat kekantor, tiba-tiba ibu kost ku mengenalkan si Murni kepadaqu, sekilas kulihat buah dadanya yg terbungkus bajuputih dibalik BH wow…seru…kira-kira 36 lah..

    Si Murni berumur sekitar 30 tahun, sedangkan ibu kost ku (ibunya si bayi baru sekitar 26 tahun, suaminya kira-kira 30 tahun). Bang…tolong ya..ikut awasin rumah karena ada penghuni baru ( maksudnya baby sitter) sementara aqu sudah harus masuk kerja lagi, maklum kerja di swasta cutiku melahirkan cuma 1 bulan, ucapnya kepada ku…
    Baik Mba, saya jagain lah…

    setelah sekitar 1 minggu si Murni tinggal di rumah kost bersama aqu dan pemilik rumah, aqu mulai curiga dgn gerak-gerik suami Wulandari beberapa hari terakhir ini, Aqu sering melihat dari sela pintu kamar kost ku, sang suami panggilannya mas Adi suka mencuri pandang tubuh si Murni yg sedang ngurus bayi di Box bayi, tentunya tubuhnya membungkuk posisi hampir nungging sehingga guratan CD nya semakin tampak jelas dan bentuk pinggul serta betis yg bikin mupeng semua lelaki, ternyata di usia 30 tahun, si Murni justru bikin gairah lelaki meningkat.

    Suatu hari, Wulandari tak pulang, dia tugas ke jakarta untuk 3 hari, mas adi kelihatannya seneng banget ditinggal isterinya, semakin saja dia menggoda si Murni, dan sempat mengelus punggung si Murni sambil berkata ” emh kasihan Mbak ya…kok masih cantik jadi janda…” si Murni cuma menjawab ” ya nasib mas…” sambil tersenyum. aqu terus mengintip dari celah pintu kamar kost ku apa yg dilaqukan mas adi, dia mulai melaqukan jurusnya karena sudah ber bulan2 tak ketemu lobang kemaluan Wulandari, maklum hamil besar dan baru melahirkan.

    ” Mbak Murni anaknya berapa? tanya mas adi, 1 mas…jawab Murni. sudah berapa tahun menjada..? tanya adi lagi, yah sudah 3 tahunan lah mas…. jawab Murni.

    Mas Adi duduk di sofa dekat box bayi anaknya, sementara tangan kanannya mulai menggosok-gosok batang kemaluannya dibalik training spak yg dia gunakan, sementara si Murni masih tetap membungkuk membelakangi mas adi memberi susu botol kepada sang bayi.

    Tiba-tiba terdengar suara mas adi memanggil aqu,seakan mengajakku untuk nonton TV seperti biasanya, aqu pura-pura tidur dgn pintu tetap ku buka satu senti untuk mengintai apa yg terjadi, lalu mas Adi manggil si-mbok pembantunya yg sudah diatas 50 tahun, ya…den..kata simbok, bikinkan saya kopi terus mbok tidur aja ya istirahat, ya..den…jawab simbok. setelah kopi dihidangkan, keMbali Adi menggosok-gosok batang kemaluannya dibalik training spaknya, aqu terus mengintai dgn lampu kamar yg aqu matikan, setelah si bayi tertidur, adi ngajak Murni untuk duduk disofa sambil lihat TV, si Murni menolak, malu mas…kata si Murni, gak apa-apa ….kata Adi.

    Kamu kan ngerti dong saya sudah 3 bulan tak bersentuhan dgn wMurnita, sini…..ajak adi lagi. dgn ragu-ragu si Murni mulai duduk dilantai dekat sofa tempat adi duduk, aqu semakin nilik-nilik mereka, Murni…sususmu kok masih kencang ya…ucap Adi, ah…masa mas, masih bagus punya Mbak Wulandari dong…jawab Murni, kenapa mas bilang begitu…? tanya Murni. ah…enggak cuma pingin tau aja kalau susu yg sudah pernah di isep bayi berubah bentuk atau tak…? kilah Adi. ya..tergantung perawatan…kata Murni. boleh aqu raba susumu ni…tanya adi. ah…jangan mas…saya kan sudah tua, juga saya malu….jawab Murni.

    Aqu mulai yakin pasti jurus si Adi mengena. sini geser duduknya…kata adi, ah…sudah disini saja mas… kata Murni.gak apa-pa…sini… saya penasaran dgn susu yg sudah di isep bayi, pingin lihat…kata adi lagi, jangan mas ah… malu, nanti Mbak Wulandari tau aqu dimarahin… kata Murni, tak ada yg tau, semua sudah tidur. kata adi, lalu adi menarik lengan si Murni, dan mulai meraba susu Murni dgn halus, si Murni kelihatan berigidig-an, adi terus gencar berusaha memegang susu Murni, sementara Murni terus menangkis tangan adi, ketika si Murni sibuk menangkis tangan adi, aqu melihat kedua paha si Murni yg kadang terkangkang karena sibuk menangkis tangan adi, wow…mulus pahanya, aqu mulai jreng juga, karena ruang tengah cukup terang sehingga sering banget aqu melihat CD Murni yg berwarna ungu muda, dan gundukan kemaluan dibalik CD yg begitu menggiurkan membuat aqu jadi keasyikan nonton dar celah pintu kamar.

    Akhirnya si Murni menyerah di tangan Adi, dan membiarkan tangan adi meng-griliya susunya, dan si Murni pun mulai kegelian sehingga pahanya semakin jelas kulihat karena Murni sudah tak kontrol cara duduknya.

    Aqu mulai terangsang melihat tangan adi dibalik baju putih Murni bergerak-gerak, kebayg empuk dan halus susu yg sedang diobok. kemaluan ku mulai tegang, si Murni semakin meringis dgn sesekali membungkukkan punggunya, kegelian. adi mulai memetik kancing baju si Murni, maka terlihat susu si Murni dibungkus BH warna merah jambu karena si Murni menghadap kamarku dan Adi dibelakang si Murni. tangan adi kemudian mengeluarkan sebelah susu Murni dari BHnya, aqu semakin tegang karena aqu melihat susu yg begitu mulus, puntingnya coklat muda, bahkan aqu lebih terfokus ke celah paha si Murni yg sudah semakin jelas karena rok putihnya sudah sediki demi sedikit tersingkap. kelihatannya si Murni sudah mulai terangsang karena aqu melihat bagian celah kemaluan pada CD si Murni sudah mulai berwarna ungu tua, berarti sudah basah. ketika si Murni agak bergeser duduknya aqu melihat tangan Adi yg kiri memegang kemaluannya yg sudah tegang banget, sementara tangan kanannya mulai meremas halus susu Murni, kelihatannya adi bukan pemain sex brutal, dia mempermainkan susu si Murni begitu lembut sehingga si Murni mulai mendesah dan tangannya mulai mencengkram tangan Adi yg sedang mengelus susu nya.

    Sudah mas…aqu sudah gak tahan…kata si Murni. aqu juga sudah gak tahan Ni…kata si Adi, bantu saya dong Ni…saya pingin keluarkan Sperma yg sudah mengental nih….kata adi dgn nada merayu…jangan mas…aqu gak mau, taqut hamil….kata Murni. tak ni…kita jangan bersetubuh, saya gesek aja ya di antara celana dalam dan kemaluan mu….rayu adi, si Murni pun sudah kelihatan sangat terangsang, tapi dia tak menjawab. sementara aqu sudah semakin tegang aja nih si ujang…dibalik pintu.

    Adi akhirnya turun dari sofa, dan duduk disebelah si Murni di atas karpet, tangan adi mulai mengarah ke kemaluan si Murni, keMbali si Murni meronta, jangan mas…nanti aqu gak tahan…kata si Murni, tenang aja…nanti kita sama-sama enak…kata Adi sambil mulai mengelus CD pas di kemaluan si Murni , Murni mulai kelihatan kejang-kejang kedua kakinya merasakan nikmat, adi terus mengelus kemaluan Murni dari luar CDnya sementara bibirnya mulai menciumi susu kiri si Murni,

    Adegan ini terus berlangsung sekitar hampir 10 menit, kemudian adi melepas training spaknya, dan kelihatan ujang nya si adi yg sudah tegak lurus, tapi si Murni malah membuang pandangannya ke TV, lalu Adi menyingkap rok putih Murni semakin keatas, dan si Murni direbahkan dikarpet, jangan mas…kata si Murni. nggak kok cuma mau dijepitin diantara CD dan Kemaluan kamu…gak dimasukin kok…kata Adi sambil terus menggosok kemaluannya. janji ya..mas…kata Murni. bener kok saya janji kata Adi, kemudian adi berbaring disebelah kiri si Murni, dan benar saja, adi julai menaiki separuh tubuh Murni dan paha sampai kaki kirinya adi menindih paha dan kaki kiri si Murni dan kemaluan adi diselipkan dari samping CD basahnya Murni dekat pangkal paha Murni sementara si Murni tetap terlentang, aqu mulai gak tahan lihatinnya, aqupun mulai meraba-raba kemaluan ku, terus adi mulai mengesek-gesekan kemaluannya diantara CD dan Kemaluan Murni secara perlahan.

    Murni mulai kelihatan menikmati, sambil mengisap punting susu si Murni yg sebelah kiri dan meremas susu Murni yg sebelah kanan adi terus menggesek kemaluannya dicelah CD dan Kemaluan si Murni, Murni mulai mengerak-gerakkan pinggulnya keatas kebawah mengikuti gerakan Adi, aqu yakin bahwa kelentitnya si Murni sudah tersentuh oleh ujung kemaluan si adi, aqu pun taMbah terangsang melihatnya, aqu mulai mempercepat kocokan tangan di kemaluanku, dadaqu terasa semakin dag-dig-dug….semakin lama si Adi semakin mempercepat gerakannya, terus menggesek kemaluan si Murni dgn kemaluannya yg sudah semakin keras, dan si Murni pun mulai mengeluarkan suara desahannya, mas…mas…mas…aduh geli sekali…mas…. aduuuuh… enak sekali mas….lirih si Murni, tekan sedikit mas…biar ujung nya kena kemaluanku…..

    Adi mulai merubah gerakannya, dari menggesek menjadi agak menekan kemaluan si Murni, tangan kanan si Murni mencengkram tangan adi yg sedang meremas susu kanannya, berarti si Murni sudah begitu menikmati gesek-tekan kemaluan si adi. teruuuus… mas…aqu nikmat sekaaaaali…. desah si Murni.
    iyaaa… saya juga Ni….nikmat sekali, punyamu begitu licin dan hangat….adi terus melaqukan gesek-tekan…hingga kurang lebih 15 menit.

    Sudah mau keluar…nih…kata si Adi dgn suara tersendat-sen

    dat, jangan keluarkan dulu mas….tahaaaann…tahan….kata si Murni sambil terus menggerakan pinggulnya…..aduuuh…mas…saya mau keluar juga mas…..kata si Murni (maksudnya mau orgasme). mas..masukin sedikit ujungnya….kata si Murni memohon, terus adi agak menaikin lagi tubuh si Murni hampir menindihnya, dan tangan kanannya menuntun kemaluan menuju lubang kemaluan si Murni, dan ah…aaaahh…jangan dimasukin semua mas…aqu lebih geli kalau ujungnya saja….kata si Murni.
    adi terus menggesek-tekan, dan kelihatan si adi mulai menekan-nekan pantanya dan si Murni semakin bergoyg kekiri dan kekanan dan kadang-kadang menaikan pinggulnya keatas..lalu Murni mulai agak menjerit kecil…Mas…aqu mau keluar mas….
    ya..ya…keluarkan saja ni…biar taMbah licin sahut si Adi…

    Tak terasa kemaluan ku juga mulai mengeluarkan cairan kental sedikit diujungnya…. aqu terus menyaksikan gesekan kemaluan adi di celah antara CD dan Kemaluan si Murni, pinggul Murni semakin cepat bergerak keatas kebawah, bahkan sesekali diangkatnya cukup tinggi…dan…ah..aaaahh…aaaaaaaahhh….mas aqu ke..ke..ke…luaaaaarr…mas ….ah….aduuuuuh…mas enak sekaliiiiii……
    aqu juga ni….aqu juga mau keluar…ni…sambil semakin memepercepat gerakan gesek-geseknya, …aduhh..ni…saya keluar ni….oh…oh…oh….adi menyentak-nyentakkan gesekannya sampai lebih dari 3 kali, aduuuh…mas….hangat sekaliiiii….mas.., gerakan adi mulai semakin pelan dan akhirnya adi tertelungkup diatas tubuh si Murni.

    aqupun mulai terasa gatal diujung kemaluan ku…dan akh….croooot…croooot….sperma kupun muncrat ke daun pintu. aqu jadi lemes..dan mulai aqu berbaring di tempat tidurku sambil tetap meMbaygkan sejoli main adu gesek.

    Sememtara Wulandari belum tiba, kebetulan Adi tugas ke Manado, so…di rumah hanya tinggal siMbok, si Murni, si orok dan aqu.
    Saat si orok tidur, aqu coba godain Murni, hem..ehem…Ni…kelihatannya kamu kesepian yah..ditinggal Mas Adi…? Tanyaqu. Ah…enggaaaaakk…biasa aja…..jawab Murni sambil agak malu-malu.
    Memangnya kenapa Mas….? Tanya balik Murni.
    Kelihatannya kamu sama mas adi kok semakin mesra sih…? Tanya ku lagi.
    Kasihaaannn..mas adi kan sudah lama…eh…maksud saya ditinggal Mbak Wulandari, gak apa-apa kok….jawab si Murni.

    Aqu mulai merasa si Murni agak khawatir kalau aqu mengetahui affairnya dgn Adi.
    Sambil baca majalah dan nonton TV, aqu pandangi tubuh si Murni. Mulai dari kulit lengan, susu, perut, bentuk pinggul, paha dan betis. Wow….memang segar dan cukup bikin mupeng, apalagi karena gak ada bos, si Murni gak pake baju Putih Seragam Baby Sitter, dia Cuma pakai baju tidur kulot dan blus bahan katun biasa, jadi aqu bisa melihat samar-samar lekuk tubuh dan baygan bra and CDnya.
    Si Murni duduk dekat Box bayi sambil menggoyg box, sesekali dia curi pandang kepadaqu seperti ada rasa cemas taqut ketahuan affairnya. Dia agak gelisah. Dalam pikiranku, baikan di “selok” aja dech…..

    Ni, aqu mau pindah kost, kata ku…., lho kenapa mas…..kan Mas adi dan Mbak Wulandari orangnya baik, dan Mas sudah diaqui seperti keluarganya, juga ini rumah bagus dan harga kost nya katanya kekeluargaan…. Jawab si Murni.
    Iya…Ni, tapi aqu gak tahan lihatin kamu ama mas Adi, kok akrab banget…..kata ku.
    Akrab gimana……? Tanya Si Murni agak ketus, ya lah….emang aqu gak tahu kalau kamu sering tiduran di karpet ama mas adi, dan kalau gak salah kamu pernah jalan ama mas adi bawa bayi, ya kan….?

    Si Murni gelagapan, dan dia langsung berdiri dari duduknya menghampiriku, aqu melihat bentuk perut yg sudah agak kendur tapi malah terkesan sexy, kemudian dia duduk disebelahku. Dia bilang : Mas…tolong jangan bilang Mbak Wulandari, aqu kasihan mas Adi dan aqu juga terpengaruh karena aqu sudah lama tak disentuh lelaki, tolong ya mas…. Jawab si Murni memelas. Aqu sementara pura-pura terus baca majalah tapi mata terkadang ngincer-ngincer juga tuh susu yg masih sintal dan kelihatan mulus walau baru tampak separuhnya karena tertutup BRA.

    Ya…kamu harus ingat Ni, karena nila setitik rusak susu dua-dua-nya. Jawabku sambil godain. Yeee si mas, rusak susu sebelanga…ah…jawabnya sambil menyembunyikan malunya.
    Ya…dua-dua-nya Ni…..kalau terus di-uwel-uwel mah….jawab ku.
    Si Murni mencubit perutku, ah..si mas bisa aja. Nih tak cubit…..hayoooo kapok…!!! Si Murni kayak yg greget campur kesel.
    Tapi mas, walaupun bagaimana, aqu belum pernah kok bersetubuh dgn mas Adi, yah….hanya sekedar begitu-begitu aja, yg penting mas Adi bisa “keluar”……bener mas aqu gak bohong. Kata si Murni agak serius.
    Lho….sudah apa belum bagi saya gak masalah Ni, jawab ku.
    Mas kok gitu sih….? Jawab si Murni sambil meraba-raba kedua susunya. Belum mas belum rusak nih…jawab si Murni sambil mengusap kedua susunya. Ya….percaya deh….jawabku. setelah terdiam beberapa saat lalu :
    Ni…pijitin dong pundak saya, tadi saya main golf 18 hole, cukup capek juga…
    Weee…maaf ya…aqu bukan tukang pijat kok….jawab si Murni agak sengit.
    Yah…sudah gak apa-apa, tapi saya juga bukan tukang yg pintar nyimpen rahasia lho…..jawab ku.
    Eeeemmmm….si mas ngancam ya…..ya sudah sini, awas kalau ngomong Mbak Wulandari…..jawab si Murni.

    Aqu duduk di karpet, sementara si Murni berlutut dibelakangku, tangannya mulai pijitin pundak dan bahu bagian atasku, dan selang beberapa menit, aqu merasa ada yg nempel hangat di punggungku, terasa empuk dan kenyal, aqu tebak aja deh ini pasti perut si Murni, aqu pura-pura gak merasa apa-apa walau sudah sekitar 10 menit. Lalu si Murni bertanya : mas kepalanya mau dipijit gak….., o…ya…iya Ni. Jawab ku, kemudian si Murni memijit kepala ku…wah enak banget lho Ni. Kamu kok pintar mijit sih…..
    Ah..biasa aja mas jawab si Murni.

    Kemudian Aqu merasakan ada yg agak lebih empuk lagi menekan dipunggungku, aqu dah nebak deh…ini pasti pubis si Murni, gundukan daging antara perut dan kemaluan. Dia terus menekan…menekan..semakin terasa hangat dan empuk, aqu merasakan kedua pahanya semakin menempel, dia menekan terus dan aqu agak sedikit membungkuk sehingga punggung ku semakin menekan pubis nya.

    Aduh…Ni. Yg dipijit kepala kok yg enak punggungku ….. terus Ni tekan lagi, kata ku. Ah si mas bisa aja…..mau ditekan lagi? Kata si Murni.
    Ya…iya…dong, si Murni terus menekan-nekan pubisnya di punggungku.
    Napasnyapun mulai terdengar mendesah, dan pijitan dikepalaqu mulai melemah, tapi pijitan pubis di punggungku semakin terasa kuat.

    Apanya yg enak mas…tanya si Murni. Punggung ku enak banget Ni, punyamu begitu berdaging dan terasa hangat di punggungku, jawab ku. Sementara si ujang dibalik celana pendek ku mulai menegang dan si Murni secara sengaja terus menekankan pubis nya dipunggung ku.

    Aduh Ni. Punyaqu jadi tegang Ni…….mau pegang nih….? Tanya ku.
    Manaaaa….tanya si Murni. Nih….sudah mulai keras gara-gara punggung keenakan…. Jawab ku.
    Iya…mas, kok tegang ya….tanya si Murni.
    Aqu juga gara-gara mas adi jadi sering cepet geli di anu ku. Aqu jadi sering mudah terangsang, padahal sudah tahunan gak begini, kata si Murni.
    Ni, pijit aja punya ku…..tapi yg enak ya….

    Tanpa bicara lagi si Murni pindah duduk disebelahku, tangannya mulai masuk kesela celana pendekku, dia mulai meraba-raba dgn lembut kemaluan ku, ah….mulai terasa geli, si Murni meremas bagian helm kemaluan ku, dipijit-pijit lembut yg membuat kemaluanku terasa semakin geli dan nikmat sekali, oh….Ni, enak banget, teruuuus Ni, desah ku. Tanganku mulai menyusur kebalik Bra si Murni, perlahan ku elus lembut susunya, pelan-pelan ujung jariku menyusur terus hingga kerasa puting susu yg sudah mengeras tapi lembut kulitnya, aqu elus terus susunya, sesekali agak ku remas lembut, si Murni nafasnya mulai agak tersengal-sengal, aduuuuh…mas, sentuhan tangannya kok lembut banget, aqu semakin nikmat mas….terus tangan kanan si Murni membuka kaitan Bra bagian belakang, dan tangan kirinya masih terus memijit-mijit ujung kemaluan ku.

    Kemudian ku singkap blusnya dari sekitar perut agar dapat kuraih kedua susunya sementara bra dibukanya pelan-pelan melalui sela-sela lengan bajunya. Wah…benar aja, susunya masih mulus, walaupun sudah agak jatuh, namun kekenyalan dan kelembutan kulitnya masih seperti anak-ABG. Ku singkap terus keatas blusnya, punting susu si Murni yg kiri mengarah agak kesamping kiri dan yg kanan agak kesamping kanan, wah ini tanda susu yg masih berkelenjar bagus, walaupun agak turun tapi masih kencang. Isap mas….pinta si Murni, perlahan kuisap lembut puntingnya, mulai dgn isapan perlahan lama-lama isapanku semakin kuat sehingga si Murni menjerit perlahan Aaaahhh……aduh mas….kok enak sekali….teruuuus…mas….

    Kuisap puntingnya pelan-pelan tapi nyelekit, hingga si Murni terbaring karena tak kuat menahan nikmatnya isapan ku. Dan aqupun meMbaringkan tubuhku di karpet, sementara aqu terus mengisap punting susunya, si Murni mengambil posisi diatas ku dan mulai menempelkan kemaluannya ke kemaluan ku, dia masih mengenakan kulot tipisnya, dia tekan kemaluannya ke kemaluanku, terasa tubuh si Murni agak bergetar ketika dia tekan kemaluannya ke kemaluanku, aqu merasakan begitu empuk dan hangatnya daging kemaluan si Murni, aqu merasakan semakin geli di kemaluanku,

    Murni mulai menggerakan pinggulnya sehingga tekanan berubah jadi gesekan-gesekan yg perlahan tapi serasa ujung kemaluanku mulai nyelip dibelahan kemaluannya walaupun masih terbungkus kulot dan CD, tanganku mulai meraba buah pantatnya dgn menyusurkan tangan diantara celana kulotnya, wah…..lembut dan empuk, pantatnya bukan kencang tapi empuk, kulitnya masih halus. Aqu mulai menyelipkan tanganku kesela CD bagian pantanya, aqu mulai meraba halusnya pantat si Murni, ketika pantatnya ku elus,

    si Murni malah semakin menekan gesekan kemaluannya ke kemaluanku, aqu yakin “G-spot” si Murni disekitar pantatnya, kemudian elusan dipantat si Murni ku coba rubah dgn pijitan-pijitan ujung jari ku, ternyata si Murni semakin terangsang semakin mengesek agak cepat….dan oh….oh….oh….mas….aqu mau keluar mas…….mendengar rintihan si Murni, aqu bantu proses keluar nya si Murni, aqu tekan pantatnya dgn kedua tanganku agar kemaluannya semakin keras menekan kemaluanku, dan aaaaahhh…aaahhh…seeeeepp..seeeppppp…seperti kepedasan makan lombok, maaaasss…..aqu keluar mas…..ah…aaaahhh….si Murni seperti setengah menangis, terasa dikemaluanku kemaluannya berdenyut-denyut beberapa kali, sementara dia menekan susu kirinya ke dadaqu, dia terus merintih…mendesah….kemudian denyutan kemaluannya terasa lagi, nyut..nyuut…nyut…
    wah si Murni mengalami orgasme panjang nih…pikir ku.

    Kemudian sejenak si Murni merebahkan tubuhnya di atas tubuhku, sekitar kira-kira belum semenit, dia mulai menekan-nekan-kan lagi kemaluannya ke kemaluan ku kebetulan kemaluanku masih keras, dia mulai mendesah lagi. Seeeeppp….. seeeppp….. seperti orang kepedasan.
    Ni, nanti dilihat simBok, kekamar aja yuukkk….ajak ku. Ah tak mas, simBok sudah tidur, lagian ini bayi kalau bangun gimana….? Jawab si Murni.
    Ya…sudah buka saja celanamu Ni….. perintahku.
    Jangan mas….gini aja ya….sementara di selipkan kemaluanku kesela CDnya, dan si Murni masih berposisi di atas ku.

    Ketika kemaluanku mulai menyusup disela CD dan kemaluannya, tersa lendir hangat dan licin diujung kemaluanku, dia mulai menggoygkan pinggulnya dan gesekan belahan kemaluan yg hangat dan licin mulai merangsang kemaluan ku, aqu merasakan betapa enaknya kemaluan si Murni, tapi disisi kemaluanku terasa agak sakit kena sisi CD nya si Murni, aduh Ni, CDmu sakit nih….

    Kemudian dia melepas celana kulotnya dan agak menarik CDnya ke bawah, sedangkan aqu mulai melepas celana pendek dan CDku maka kemaluanku mulai nyaman banget, apalagi dia mengambil posisi seperti kodok yg mau loncat, dia mulai lagi menggoygkan pinggulnya perlahan kekiri kekanan..tangan ku mencengkram buah pantatnya dan sesekali kutekan sehingga kemaluanku terasa berada dimuka gawang, kudorong-dorongkan pinggulku naik turun sementara si Murni mengoyg kiri-kanan, variasi goygan semacam ini telah menciptakan rasa geli yg berbeda dgn rasa kalau bersetubuh biasa, kemaluan ku semakin keras, kemaluan si Murni terasa semakin basah kuyup, namun basah kuyup yg membuat rasa geli dikemaluanku semakin nikmat,

    Murni terus bergerak sementara ke dua susunya semakin terasa menggiling dadaqu, kenyalnya hangatnya terasa sekali karena T-shirt ku aqu angkat ke leher dan blusnya si Murnipun sudah terangkat sehingga kedua susunya terasa nempel langsung dikulit dadaqu, dan tangan si Murni yg sedang menahan tubuhnya dilantai kemudian berubah memeluk tubuhku, sehingga susunya semakin menekan di dadaqu, gerakan pinggulnya semakin lembut seolah memposisikan titik-titik tertentu dari kemaluannya di kemaluanku, kelihatannya si Murni berusaha agar kelentitnya tergesek oleh ujung kemaluanku. Dia begitu aktif mencari titik-titik kenikmatan dikemaluannya. Kemudian aqu mulai menekan nekan ujung kemaluanku ketika terasa jika sudah berada aMbang lubang nikmat, aqu tak tahan lagi, ingin sekali aqu menancapkan kemaluanku ke kemaluannya. Ni…kamu dibawah Ni…. Pinta ku.
    Jangan dulu mas, biar lama nikmatnya, soalnya kalau mas di atas pasti mas cepet keluar. Jawabnya dgn kata terputus-putus karena napas si Murni seperti orang yg sedang aerobic.

    Ya…tapi masukan dong Ni. Aqu sudah gak sabar nih….
    Iya…iya…tapi pelan-pelan ya mas….biar terasa nikmat. jawab si Murni.
    Kemudian si Murni menghentikan gerakan pinggulnya. Dan memposisikan ujung kemaluanku tepat dilubang kemaluan yg licin dan hangat. Dia mulai menekan pinggulnya ke bawah, dan kemaluanku pun perlahan mulai menyusup, perlahan banget si Murni menarik lagi pinggulnya keatas, aqu merasakan gesekan lubang kemaluan yg halus, licin dan lembut, dia menekan lagi, dan kira-kira sekitar 5 cm kemaluanku masuk, dia tarik lagi pinggunya keatas, aqu mulai penasaran karena cara seperti ini menimbulkan kenikmatan yg khas banget, gregel-gregel dinding kemaluan si Murni begitu terasa menggelitik karena gerakan perlahan seolah-olah kemaluanku meraba-raba tiap mili dinding lubang kemaluan si Murni, aqupun semakin menikmatinya.

    Kemudian desahan demi desahan terus keluar dari mulut si Murni, dan……ah…aaaahhh….. pelan-pelan si Murni menekan pinggulnya hingga kemaluanku masuk seluruhnya, kemudian dia tarik lagi pelan-pelan…ditekan lagi…..blessss…lagi kemaluanku masuk, begitu terus berulang-ulang hingga sekitar 15 menit, ah… begitu lembutnya permainan si Murni, sesekali terasa olehku denyutan-denyutan halus didalam kemaluan si Murni yg terasa seolah menjepit-jepit ujung kemaluan ku. Kemudian si Murni memasukan lagi kemaluanku dgn menekan pinggulnya, dia tak lagi menarik pinggulnya keatas, tapi dia tekan terus agak lama sehingga begitu dalamnya kemaluanku tertanam didalam kemaluan hangat si Murni, kemudian denyutan-denyutan kemaluannya…aw..terasa begitu nikmat, cenut-cenut….kemudian ada denyutan panjang yg rasanya begitu menjepit ujung kemaluan ku. Ah..mungkin ini yg disebut empot-empot madura dalam pikirku.
    Gaya ML seperti ini terus belangsung hingga kurang lebih ¼ jam, aqu benar-benar merasakan nikmat yg baru kali ini kurasakan dibanding dgn kenikmatan saat ML dgn pacarku.

    Diujung lubang kemaluanku mulai terasa geli sekali seperti hendak keluar sperma, sementara si Murni terus mengayuh pinggulnya perlahan dan tangan kirinya menarik susunya kearah mulut ku, lalu kuisap-isap pelan hingga isapan kuat, si Murni mulai tak dapat mengkontrol gerakannya, dia menggoyg semakin cepat…cepat lagi dan akhirnya jeritan kenikmatan si Murni muncul lagi, dia mencapai orgasme lagi karena terasa oleh kemaluanku jepitan-jepitan kemaluan dan denyutan-denyutannya yg tak beraturan. Dia mendesah dan menggigit dadaqu, dia orgasme panjang. Dan saat kemaluanku dijepit-jepit oleh kemaluan orgasmenya si Murni, aqupun gak tahan, geli sekali dikemaluan ku, sekujur tubuhku terasa geli linu, merinding dan ah…rasanya nikmat sekali, aqu berusaha terus menggerakan pinggulku keatas dan kebawah agar kemaluanku tetap menggesek kemaluan si Murni yg sedang orgasme dan berdenyut-denyut itu,

    Murni pun sadar kalau aqu mau keluar maka dia langsung mengisap punting susuku dan memainkan ujung lidahnya di punting susuku maka kemaluanku semakin terasa geli sekali dan terasa gatal yg teramat sangat diujungnya seolah ingin digaruk terus oleh bagian terdalam kemaluan si Murni, dia semakin aktif mengisap dan memainkan lidahnya di punting susuku dan aqu terus menaik turunkan pinggulku akhirnya aqu pun crot-crot-crot spermaqu muncrat didalam kemaluan si Murni, tanpa sadar si Murni mengaduh keenakan, aduuuuhh…mas…hangat sekali……rintih si Murni, dan aqu merasakn enaknya ketika pertama crot…kemaluan si Murni menjepit, crot kedua kemaluan si Murni berdenyut, dan ketika aqu menekan kemaluan hingga maksimal maka disitulah kenikmatan puncaknya dan tak sadar aqu menarik pinggul si Murni agar kemaluanku menancap semakin dalam dan crot yg terakhir membuat tubuhku bergetar-getar sepeti kejang-kejang, dan si Murni yg sedang orgasme aqu teMbak dgn semprotan spermaqu, maka disinilah impian kenikmatan yg didaMbakan semua wMurnita, hingga selesai proses semprotan spermaqu, kemaluan si Murni masih terus berdenyut-denyut dan terdengar suara si Murni seperti orang menagis, dia benar-benar merasakan orgasme yg luar biasa, begitu juga aqu.

  • Nude Latina masseuse Gina Valentina gives nuru massage before sex with client

    Nude Latina masseuse Gina Valentina gives nuru massage before sex with client


    2013 views

    Duniabola99.orgKumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Chesty brunette pornstar Peta Jensen giving man a massage and handjob

    Chesty brunette pornstar Peta Jensen giving man a massage and handjob


    1970 views

    Duniabola99.orgKumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Majalah Dewasa Edisi Andrea

    Majalah Dewasa Edisi Andrea


    1490 views

    Duniabola99.org– Model pemilik nama lengkap Andrea Thomsont ini lahir 23 Maret. Jika Anda para Pria yang tidak hobi memasak jangan harap bisa mendekatinya.. Selain meritis kariri di dunia foto model Andrea Thomsont  juga bercita-cita ingin menjadi presenter acara kuliner atau traveling. Tidak heran jika dirinya mengidamkan cowok yang hobi memasak.

    Berikut ini foto Andrea Thomsont di majalah Max.

  • Vani Teman Kerja ku Yang Cantik

    Vani Teman Kerja ku Yang Cantik


    1571 views

    2011. Ya, genap satu tahun aku bekerja di tempat penyiaran radio. 1 tahun pula aku mengenal Ochi, yang kini dia dalam tahap persiapan masuk kuliah di kota yang sama, kota hujan. Entah kenapa dia ingin sekali menjadi dokter hewan. Aku tau memang, di rumah ibu nya kucing kesayangan dia dipelihara. Jadi motivasi tersebut yang memberikan dia kemampuan yang memadai untuk melewati tes SPMB untuk masuk ke jurusan kedokteran hewan.

    Ochi yang masih ngekos di tempat tersebut, kini jarang sekali kelihatan karena kampusnya memang diwajibkan untuk memasuki asrama pada tahun pertama. Tetapi setiap weekend, dia sering mengunjungiku dan kadang aku ajak jalan supaya dia tidak bosan dengan suasana kampus yang sepertinya mempunyai warna kesibukan baru untuk Ochi.

    Kali ini aku tidak bercerita tentang Ochi, tetapi akan bercerita tentang teman satu kantorku yang bernama Vania Putri S. atau biasa dipanggil Vani. Vani juga rupanya perantau, tidak jauh dari kota ini, dia berasal dari Bekasi.

    24 September 2011

    “Lho Van, katanya lo sakit?” sambut ku yang sedang merapikan berkas broadcast yang akan aku bawakan nanti siang
    “Iya nih Fer, masih ga enak badan sebenernya. Cuma si Bos minta gw temenin lo broadcast siang nanti. Kebetulan tema yang bakal dibawain nanti siang gw udah paham banget. Jadi ya apa boleh buat”
    “Ohh ternyata lo toh partner gw nanti siang. Wah bakal rame dong nih nanti siang pasti listener nya gara-gara ada lo”
    “Hahaha bisa aja lo”
    “Eh lo udah sarapan belum Van?”
    “Belum nih. Tadi gw bangun agak kesiangan jadi ga sempet nyiapin bekel”
    “Ya udah, nih tolong lo susun sesuai kemampuan lo biar nanti bawain nya enak. Sarapan biar gw beli ke depan. Lo ga usah terlalu banyak aktivitas. Siapin buat nanti siang aja. Oke?”
    “Wah makasih ya fer. Oke deh. Siap BOS!”
    “Haha ya udah gw cabut bentar ya.”
    “Oke”

    Vani adalah salah satu penyiar yang ngasih rating siaran paling tinggi. Bayangin aja, bukan apa-apa yaaa. Kalo kalian denger di radio, yang kalian denger suara kan? Adalah sebutan suara ganteng, adalah suara cantik. Nah walaupun penyiarnya ga ganteng amat, ato ga cantik beneran, tapi suara nya itu yang bikin kuping nyaman. Tapi beda sama Vani, aslinya itu cantik bener. Suara nya cantik juga. Makanya rating siaran yang dia pegang pasti rame bener. Secara fans nya Vani itu bejibun seantero Bogor.

    Siang ini aku dan Vani membahas tentang wisata kuliner yang ada di kota ini. Dari es duren, asinan, roti unyil, pizza kayu bakar, sop buah, es duren, makanan murah, makanan mahal, resto ini itu, dan lainnya. Sudah bisa diprediksi hari ini ramai request yang masuk. Request minta ini itu. Untungnya Vani paham banget sama materi ini, soalnya dia emang hobi nya wisata kuliner. Tapi entah kenapa body nya ga ada melar-melarnya mau porsi makan dia seporsi kuli (kata orang warteg) dan doyan jajan ini itu.

    “Huwaahhh kelar juga Van. Thanks banget ya lo udah bantu n temenin gw siaran siang ini. Kalo ga ada lo entah gimana gw ngadepin listeners. Dan lo juga ga keliatan kaya orang sakit. Semangat banget tadi”
    “Hayah santai aja lagi Fer. Gw juga seneng ko jadi partner lo, soalnya lo juga enak bawain nya. Konyol lo ga garing, jadi gw nya juga semangat. Yaa itung-itung kaya gini nih bikin gw cepet pulih dari sakit. Hehehe thanks ya Fer.”
    “Siipp sama-sama Van. Lo langsung balik abis ini?”
    “Iya Fer, gw sekalian mau istirahat.”
    “Gw anter ya. Gw juga ga ada kesibukan lagi”
    “Eh gpp nih? Ya udah hehehe mau aja gw mah. Biar ga cape ngangkot”
    “Lo sih kenapa ga cicil motor aja sih? Gw aja udah mau jalan 6 bulan nih cicilan”
    “Belum kepikiran gw. Nanti aja deh. Hehe”
    “Yuk deh beberes, kita pulang abis ini.”

    Tiiiiiiiiitttuituit (sfx : bunyi sms)

    “Ka Fer. Ochi minggu ini ga pulang ke kosan. Ada acara di kampus. Satu angkatan diminta hadir soalnya. Maaf ya ka belum bisa nemenin weekend ini.”

    Wahh sepi dong weekend ini ga ada yang bawel bangunin tiap pagi. Tapi ga apalah. Demi dunia baru Ochi yang lebih luas.

    “Oke Ochi. Take care ya di sana. Kaka tunggu minggu depan :*”
    “Oke ka. Miss you :*”
    “Fer, yuk cabut”
    “Ohh ehh iya. Yuk. Btw, lo abis mandi?”
    “Iya barusan panas banget gw. Jadi mandi bentar di kamar mandi staff”
    “Ohh pantes”

    Broadcast hari ini selesai jam 2 siang. Saat itu aku antar Vani pulang ke kosan nya. Tetapi, sepertinya ada yang aneh. Ini mah jalan aku pulang ke kosan.

    “Van, kosan lo yang mana?”
    “Lurus aja, nanti ada bangunan ijo, pager item. Itu kosan gw.”
    “HAH? Jadi lo ngekos di samping kosan gw? Itu kan kosan khusus cewe nya pak Haji Mansur kan?”
    “LOH lo jadi ngekos Haji Mansur juga? Kenapa ga bilang kampret. Tau gitu gw tiap hari nebeng elo Fer. Cape-cape gw naik angkot. Ah”


    “Hahahaha ya lo ga bilang sih. Mana tau gw. Hahaha ya udah deehhh rela gw tiap hari jadi ojek lo.”
    “Nah gitu doong. Kan ongkos nya lumayan buat wiskul (wisata kuliner) lagi”
    “Buseett makan mulu lo. Tapi ga gemuk-gemuk. Tetep aja body lo bagus gitu”
    “Ehh masa body gw bagus? Biasa aja ah. Bisa aja lo”
    “Hehehe ga gombal loh gw. Kenyataan”
    “Hahaha ya udah. Naahh sampe kan. Gw turun dulu ya. Eh fer gw mau liat kosan lo dong sebelah mana. Siapa tau gw bisa main-main kalo lagi bosen”
    “Ya udah yuk masuk. Gw parkir motor sebentar. Lo tunggu di tangga situ dlu ya”
    “Okee”

    Setelah ku parkir motor ku, Vani masih clingak clinguk melihat keadaan sekitar.

    “Fer, ko sepi?”
    “Ya iya lah sepi. Mayoritas kan pada kerja. Kayaknya sih mereka sabtu masih masuk atau entah mereka hangout weekend kali. Kita doang ini yg bisa pulang siang. Yuk naik ke atas”
    “Ehh gw cuma mau liat doang ko. Kamar lo sebelah mana?”
    “Loh ga masuk dulu? Tuh kamar gw yg atas paling pojok”
    “Oh itu. Nanti deh kapan-kapan kalau bosen di kosan gw main ke sini ya. Kebetulan gw udah ada janji sama Selly buat cabut ke Boper beli martabak”
    “Anjir makan lagi. Oke lah tiati aja di jalan”
    “Bukan buat gw odong. Buat Selly tuh katanya ngidam. Hahaha hamil aja kaga, pake ngidam. Dah yaa Fer gw cabut dulu. Byee”
    “Byee..”

    Ga disangka, ternyata Vani menjadi tetangga kosan. Jadi ada temen ngobrol deh.

    25 Oktober 2011

    Sudah sekitar satu bulan kalau jam pulang ku sama dengan Vani, pasti selalu aku antar dia. Tetapi Selasa ini berbeda. Setelah perayaan kecil-kecilan di tempat siaran karena hari ini tepat ulang tahunku yang ke-26, Vani pun ingin ikut ke kosan ku karena kacaunya muka dan pakaian ku akibat terkena lemparan tepung dan cake. Hahaha kaya masih anak muda aja dah.

    “Udah sih lo nyetir aja. Barang lo biar gw yg bawa. Lo sampe berantakan gini. Kenapa sih ga mau pake kamar mandi kantor? Lagian masih jam 7an juga”
    “Lebih pewe di kosan ah Van. Cabut yuk.”
    “Yuk deh”

    Sesampainya di kosan, aku persilakan Vani naik ke kamar ku lebih dulu, sedangkan aku memarkir motor di tempat biasa.

    Ckleekk krotak krotak

    “waahh rapi juga kamar lo Fer. Gw pikir semua kamar cowo pasti berantakan”
    “hahaha ngga doong. Gw gitu loh”

    (Padahal harusnya tiap weekdays, kamar ini berantakan. Dan akan rapi tiap weekend. Siapa yang merapikan? Tentu saja dirapikan sendiri, biasanya Ochi dateng. Tapi ngga. Soalnya kalo ga rapi, bisa-bisa kepala ku digetok panci lagi sama Ochi ><)

    Vani melihat lihat sekeliling kamar ku. Dan matanya pun tertuju pada satu bingkai foto. Ya, foto aku dan Ochi.

    “Ehh siapa nih? Pacar lo?”
    “Bukaaann. Itu ade-ade an gw. Tuh samping kamar. Tapi dia masih di kampus. Minggu ini ga balik.”
    “Ahh ade apa adeee.. Udeh sih ngaku aja, pacar lo kan?”
    “Bukan bukan. Gw dan dia saling respect aja. Ga ada niat buat pacaran. Dia juga begitu”
    “Ohh bener nih? Hahahaha oke laahh”
    “Oke kenapa?”
    “Ehh ngg ngga ko gpp. Gw pinjem kasur lo bentar ya. Mau rebahan.”
    “Ya udah pake aja. Gw juga mau mandi sebentar. Bau tepung terigu campur telor gini gw. Digoreng jadi crispy kali yak”
    “Hahaha ya udah sih buruan sana. Biar seger”

    Vani aku tinggal mandi. Tapi sebelum itu aku pasang lagu jazz dari pemusik Saxophone dari Media Player laptop ku.

    “FEEERRRR.. LO ADA PILM BAGUS GAAAA? GW SUNTUK NIH”
    “Ada. Cari aja di drive D folder Film. Ga usah teriaaakk plaud. Gw denger ko.”
    “Hehe maap. Oke thank you”

    Setengah jam kemudian, aku yang sudah selesai mandi dan mematikan keran air, sayup-sayup terdengar suara rintihan. Modyaarrr, jangan-jangan Vani ngeliat koleksi bokep di laptop gara-gara hidden folder nya blm di unhidden lagi. Wah gawat. Tetapi, sepertinya suara desahan itu aku kenal suara nya, Ya! Suara Vani. Itu suara desahan Vani!!!
    Keran air tetap aku nyalakan. Pelan-pelan aku buka pintu supaya tidak menimbulkan suara. Aku intip sebentar ke meja tempat aku menaruh laptop…

    Deggg Vani sedang masturbasi!

    Jeans nya sudah diturunkan di bawah dengkul, tshirt nya sudah terangkat sampai bagian dada nya terbuka. Bra nya sudah terangkat ke atas menunjukkan payudara Vani yang mengkal. Body nya putih mulus, tanpa cacat. Tangan kanan Vani tengah mengocok memek nya, dan tangan kiri nya pun memainkan puting sebelah kiri.

    “Uhhhh mmhhhh duuhh enakkk. Mmmmmhhhhh”

    Aku yang hanya berbalut handuk saja, terpesona dengan pemandangan tersebut. Sehingga kontolku menjadi keras.

    “Uhhh aduuhh cepet mainin memek gw Feerr.. uuuhh ampuunn enak bangettt. Ohhh Feeerrr..”

    DEG

    Aku yang saat itu terpaku, terdengar desahan Vani memanggil Fer. Entah itu aku atau orang lain. Membuat diriku memberanikan diri menghampiri Vani ke belakang kursi meja komputer.

    “Vaann. Lo lagi ngapain?”

    Sapa ku lembut sambil menyentuh pundaknya dengan lembut pula. Tapi Vani terkejut bukan kepalang. Sampai dia terlompat dari kursi

    BRUAKK Dengkul Vani kepentok meja. Merengut kesakitan

    “Aduuhh. Sakiit. Aduhh eehh Fer. Gw lagi.. aduuhh ssshh dengkul gw.. ohh duh sorry Fer..”

    Vani yang antara kesakitan dengkulnya dan tangannya sibuk menutupi selangkangan dan dada nya terihat linglung. Dia terduduk di tepi kasur dengan tangan kanan yang menutupi dada, paha yang dirapatkan dan tangan kiri mengurut dengkul nya.

    “Ya ampun. Lo ga apa-apa Van? Sini rebahan, gw urut dengkul lo. Bunyi kepentok nya kenceng bener”
    “Ehh. Huum deh. Ehh tapi ini. Tutup yaa. Aduuhh malu gw”
    “Hehe gak apa-apa lagi, gw yang sorry udah ngagetin lo. Lo sih ga ngajak-ngajak. Nih lo tutup pake sarung. Buka sekalian celana lo deh Van. Gw mau liat dengkul lo”
    “Ehh humm duh gmn yaa”
    “Yaelah gw udah liat semuanya lo masih aje mikir.”
    “Ehh udah ya? Hehe sorry deh. Ya udah gw buka”
    “Iya”

    DAAANN. Ternyata benar, bagian perbatasan dengkul dan paha Vani membiru kemerahan. Hampir keunguan.

    “Gile Van, memarnya parah bener. Gw ambilin minyak tawon dulu ya”
    “Duh iya, sakit banget sampe ngilu dengkul gw. Sorry ya Fer ngerepotin”
    “Udehh selow. Kaya sama siapa aja lo ah”
    “hehehe”

    Aku yang masih berbalut handuk saja, kini mengurut memar nya Vani. Tentu saja kontolku masih mengeras dan ternyata terlihat oleh Vani karena handuk ku tidak dapat menutupi keras nya selangkangan nakal ini.

    “Feerrr.. itu lo keras ya?”
    “Ehh oh iya Van. Sorry ya. Gw horny barusan ngeliat lo masturbasi. Tapi tenang ko, ga gw perkosa. Hehehe”
    “Diperkosa juga gpp fer. Ikhlas ko gw”
    “Haha apaan sih lo.”
    “Beneraa aaahhh duh duh duh sakit sakit ferrr.. duh duh pelan ngurut nyaaaa”
    “Tahan dikiiitt. Kalo ga gw giniin nanti memarnya berhari-hari”
    “Uhh iya tapi pelanin dikit. Aduuhh ngilu ngilu sakit.”
    “Dah cukup ya. Semoga nanti cepet sembuh. Gw cuci tangan dulu sebentar. Lo beberes aja dulu ya”
    “Oke. Thanks Fer.”

    Vani aku tinggal sebentar ke kamar mandi untuk mencuci tanganku yang masih basah karena minyak tawon. Tetapi sayup terdengar suara desahan Vani. Mungkin dia masih mengeluh sakit akan dengkul nya. Aku intip sebentar memastikan Vani tidak apa-apa. Ku tengokkan kepala ke luar kamar mandi sambil menyabuni tanganku, tetapi hanya dapat terlihat bagian pinggir kasur. Tetapi yang aku lihat adalah baju dan bra Vani yang tergeletak di lantai. Aku yang khawatir cepat-cepat mencuci tangan dan kembali keluar dari kamar mandi.

    Yang aku lihat bukanlah Vani yang mendesah karena sedang kesakitan, tetapi Vani yang melanjutkan masturbasi nya di dalam sarung. Tangan kanan nya kembali memainkan memek nya yang berada di dalam sarung dan tangan kiri nya meremas payudara nya yang terekspos karena tidak tertutup sarung.

    “Vaaan, lo masturbasi lagi?”
    “Uhh ohh iya fer nanggung. Kepala gw pusing banget blom nyampe tadi. Uuhh gpp kan gw numpang masturbasi di sini? Lagian lo juga udah liat gw bugil barusan.. uuhh mmhh”
    “Kalo gw udah liat, ngapain lo masturbasi di dalem sarung? Buka lah sarung nya, ga gerah apa lo Van?
    “Ohh iya deh. Tapi gw malu sama lo”
    “Ngapain malu? Kan gw udah liat”
    “Hehe iya deh. Tapi lo bugil juga dong. Ga fair kan gw doang yang bugil”
    “Loh, nanti kalo kita kenapa napa gmn?
    “Kenapa apanya? ML maksud lo?”
    “Iya”
    “Ya gpp. Sini temenin gw di kasur. Rebahan di samping gw. Jangan kaya patung taman topi berdiri doang disitu. Lagian selangkangan lo udah keras gitu masa didiemin. Gw kan juga mau liat isi nya”
    “Iya deh”

    Ku lepas handuk yang menutupi selangkangan ku. Kontol ku kini terbuka bebas dan tegak lurus ke depan.

    “Nah kan, kalo gitu kan kegantengan lo jadi dua kali lipet Fer.”
    “Hahaha apaan sih lo”
    “Sini rebahan di samping gw, lo liatin gw dulu ya. Dont touch my body. Habis gw nyampe, terserah lo mau apain gw”
    “Siap ratu. Aku pada mu.”
    “Uhhh fer. Hmm enak banget ihh memek gw.. uuhh duh gpp kan gw vulgar. Ga tahan gw.”
    “iyaaa gpp. Bebas di sini mah lo ekspresiin apa yang ada di kepala lo”
    “Ohh uhh thank you fer. Uuhhh mmhhh ahhh aaahhh”

    Vani mulai mengocok memeknya lagi. Kali ini lebih cepat dari sebelumnya. Mungkin karena tidak ada batasan lagi antara kami, dia mulai merasa nyaman. Aku yang sengaja tadi mengambil mouse wireless ku, mencoba memutar mp3 slow jazz yang sepertinya bisa menambah mood Vani di atas kasur. Benar saja, seketika musik jazz berbunyi, Vani makin mempercepat kocokan memek nya.

    “Ooohh oooohhh ferr uuhh tusuk memek gw ferrr. Ooohhhh mmhhhh uuuuhhh aduuhh. Mmhhhh feeerrr ko lo diem ajaaaa. Ooohh ayo dong tusuk memek gw.”
    “katanya tadi ga boleh nyentuh nyentuh”
    “Duuh bodo amat. Uhh gw butuh lo sekarang. Gw butuh kontol lo di memek gw. Sini gw isep dulu kontol lo. Cepeeett siniii”

    Aku bangun, berlutut di samping kepala Vani dan menyodorkan kontol ku ke depan muka nya

    “Duhh gede banget kontol lo. Keras lagi. Uhh mmmhhh sluurrppp mmmpphh sluurrppp”
    “OHHHH uuhh enak Van. Jago banget blowjob lo. Mmhhh”

    Blowjob dari Vani sangat lembut. Baru kali ini aku rasakan kelembutan yang berbeda dibandingkan blowjob yang pernah mantanku berikan maupun Ochi. Lembut bercampur hangat dan basah yang Vani berikan membuat kontolku makin keras dan panas. Aku akui, jika ini dilanjutkan beberapa menit lagi, aku akan orgasme. Jari dari tangan kanan ku mulai menggapai selangkangan Vani. Dengan begini aku harap dia tidak akan terlalu konsentrasi memberikan ku blowjob. Aku buat seenak mungkin kocokan jariku di klitoris Vani.

    “OOOHHHH GOD FERR MEMEK GW LO APAIN?? ADUUHHH TERUSIN OOOOOHHH”
    “ssstt pelan pelan desah nya. Hehehe enak ya? Gw terusin yaa?”
    “Iyahh fer please terusin. Yang cepet. Make me come honey. Please. Uuhh”

    Strategi ku berhasil, kontolku aman untuk sementara karena hanya dikocok tak karuan dan hanya kadang-kadang saja oleh Vani, selebihnya hanya digenggam saja”

    “Ohhh uuhh fer ferr uuhhh ayo cepetin lagii”

    Aku percepat kocokan di kontol ku, sambil sesekali jariku bermain di depan pintu lubang memek nya.

    “Van, lo masih virgin kah?”
    “Ohh uuhh udah ngga fer. Oohh kenapa? Mmhh”
    “Gw masukin jari gw yaa”
    “Uhh iyaahh masukin aja. Kocokin memek gw. Please fer kocokin uuhh”

    Aku yang tak mengira Vani sudah tidak virgin lagi. Karena memeknya seperti memek abg dengan bulu tipis di bagian pubis. Tidak ada terlihat lembaran labia mayor. Hanya garis tipis belahan memek yang sangat indah dan berwarna pink

    Ketika aku masukkan jari ku, cengkraman dinding vagina nya terasa kuat. Aku berpikir sejenak, apa yang membuat Vani tidak virgin lagi sedangkan dinding vagina Vani terasa seperti perawan yang baru saja menerima benda asing masuk ke dalam nya

    “uhh uuhh uuuuuhh oohhhh shitttt cepetin fer cepetin. Gw mau nyampe”

    Aku percepat kocokan tangan ku. Jari tengah ku menyentuh sesuatu yang kasar di dalam dinding vagina Vani bagian atas. Aku percepat sentuhan di bagian kasar tersebut. Aku tahu, itu akan membuat Vani terbang ke langit kenikmatan

    “OHH OOHHH OOOOOHHH AAAAHHH FEEEEERRRR OOHHHH GW NYAMPE. OOOHHHH AAAAAAAHHHHHHH SHIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTT”

    seeeeerrrr

    Vani mengejang dan squirt! Walaupun tidak kencang, tetapi aku melihat semburan pelan air dari memek Vani. Membuat tanganku basah dan kasurku juga basah. Kemudian aku rebahkan badan di samping Vani, kemudian dia menaruh kepala nya di dada ku, memeluk dan mengecup pipi kiri ku.

    “hufffff thanks ya fer. uuuuhhh uuuhhh ohhhh gilaaa. Uuhhh mmmhh lo apain memek gw barusan fer? Uhhh”
    “Ada deehh. Hehehe nikmat ga?”
    “Nikmat banget gila. Uuh blom pernah gw senikmat tadi selama masturbasi”
    “hehehe bagus dong kalo gitu. Siapa tau lo ketagihan service gw, jadi lo sering main ke sini”
    “Main ke kosan lo cuma buat minta dikocokin pake jari. Rugi laahh”
    “Loh ko rugi?”
    “Ya rugi lah. Gw kan mau nya sekalian ML fer. Mau cicip kontol lo yang keras itu. Hihihi siapa tau jauh lebih enak”
    “Emang nya lo udah nyobain berapa kontol Van?”
    “Belom pernah fer, makanya gw penasaran. Berhubung lo sohib gw yg lain gender, scara temen gw di kantor kebanyakan cewe, jadi gw percaya sama lo. Lo pasti bisa ngejaga ini”
    “Pantesan memek lo masih ngegrip banget. Ko virgin lo udah ilang?”

    “Dulu waktu SMA pas gw lagi masturbasi, ga sengaja jari gw masuk ke dalem fer trus berdarah. Sejak saat itu gw takut kalo mau masturbasi, sakit banget pas ga sengaja masuk itu. Tapi libido gw ga ketahan, jadi gw masturbasi di klitoris aja. Ga berani masuk lagi. Takut sakit n berdarah lagi. Walaupun gw tau gw udah ga virgin dan bisa aja jari gw masuk ke dalem, tapi gw masih takut. Kebawa yang dulu soalnya.”

    “ohh gitu. Tapi tadi lo ga takut jari gw masuk?”
    “hmm udah kepalang tanggung sih tadi. Udah enak banget kocokan lo. Jadi lanjutin aja dah”
    “Trus masih mau ML sama gw?”
    “Masih lah”
    “Akhirnya gw bisa ML juga sama cewe cakep”
    “ahahaha gombal lo ih. Ada juga gw bersyukur ML perdana gw sama cowo kece kaya lo fer.”
    “Hahaha gombal juga lo. Mau ML sekarang apa nanti?”
    “Tar dulu fer, gw masih nyaman di pelukan lo. Anget”
    “Lo nya dingin kali, abis orgasme ampe keringetan banjir gini”
    “Hahaha iya fer, kalau gw abis orgasme pasti banjir keringet. Tapi ga bau acem ko. Serius”
    “iyaa iyaa percaya gw”

    Seketika hening. Aku dan Vani sama-sama menikmati pelukan ini.

    “Fer…”
    “yaaa?”
    “MUACH”

    Ntah apa arti kecupan Vani di bibir ku. Tetapi aku merasa sebenarnya ada yang lebih, itu yang aku baca dari guratan mata Vani.

    “Muach. Knp lo tiba-tiba nyium gw?”
    “Hehe gpp. Anggep aja gw say thanks lagi, tapi beda kemasan. Hihi”
    “Ohh hehe”
    “Fer, lo beneran masih jomblo?”
    “Beneran. Emang kenapa sih? Ada temen lo yang suka gw?”
    “Hmm bukan bukan”
    “Trus kenapa?”
    “Bukan temen gw yang suka sama lo. Tapi gw”
    “HEEE, serius lo suka sama gw?”

    Aku yang terkejut Vani bilang seperti itu, langsung duduk dan menatap mata Vani dengan dalam. Apa ini yang aku lihat tadi.

  • Người mẫu Angle (小甜)

    Người mẫu Angle (小甜)


    2315 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

     

  • Koshi Sky Angel Vol 174 Sh

    Koshi Sky Angel Vol 174 Sh


    1349 views

  • Miyu Shiina Sky Angel Vol 160 Sh

    Miyu Shiina Sky Angel Vol 160 Sh


    1774 views

  • Người mẫu Zhou Xi Yan (周熙妍) và Bai Tian (白甜)

    Người mẫu Zhou Xi Yan (周熙妍) và Bai Tian (白甜)


    2377 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

     

  • Người mẫu Bai Tian (白甜)

    Người mẫu Bai Tian (白甜)


    2263 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

     

  • Majalah Dewasa Edisi Lawra Ferlanica

    Majalah Dewasa Edisi Lawra Ferlanica


    1498 views

    Duniabola99.org– Lawra Ferlanica adalah Model kelahiran Jakarta 27 Juni 1991. Lawra mengaku bagian terseksi dari tubuhnya adalah di bibrnya, untuk urusan laki-laki dia mengidolakan cowok yang tidak basa-basi dan apa adanya.

    Penasaran dengan pose seksi dari Lawra Ferlanica di majalah Gress, berikut ini kami hadirkan untuk Anda.

     

  • Memuaskan Mbok Dan Mbah Ku

    Memuaskan Mbok Dan Mbah Ku


    1636 views

    Saya ingin menceritakan kehidupan di masa lalu saya ketika baru tumbuh menjadi anak laki-laki. Saya hanya mampu mengingat kehidupan saya secara lebih lengkap sejak saya berumur 15 tahun.
    Dalam usia itu saya baru kelas 2 SMP di sebuah desa yang berada di pelosok, jauh dari keramaian dan kehidupan modern. Rumah saya hanya terbuat dari dinding anyaman bambu, lantai tanah dan letaknya terpencil di luar kampung.

    Kami keluarga miskin, mungkin jika menurut ukuran pemerintah adalah keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Aku tinggal bersama emakku yang aku panggil simbok dan nenekku yang aku panggil mbah. Kami memang hanya bertiga. Mbok cerai dari Bapak sejak aku lulus SD. Aku tidak tahu apa penyebabnya, tetapi yang kurasa, Bapak pergi meninggalkan rumah dan sampai sekarang tidak tahu keadaannya. Mbah menjanda sudah sekitar 5 tahun karena kakek meninggal.

    Aku ingat Mbah kakung (kakek) meninggal waktu aku masih SD. Jadi hanya aku lah laki-laki dirumah itu, yang harus mengerjakan semua pekerjaan laki-laki. Sementara mbok mencari nafkah dengan memburuh tani bersama mbah. Keduanya masih energik.

    Ketika umurku 15 tahun mbok masih umur 29 tahun dan mbah 42 tahun. Umur segitu kalau di kota besar masih tergolong belum tua, tapi di kampung sudah termasuk uzur. Namun kedua mereka dikaruniai badan yang langsing dan menurut istilah Jawa, singset. Mbokku mewarisi ibunya berbadan langsing. Meski kedua mereka sudah memasuki usia tua menurut ukuran kampung, tetapi tubuh bereka tidak bergelambir lemak, alias singset.

    Wajah mereka biasa-biasa saja tidak terlalu cantik, tetapi juga tidak jelek. Biasa saja lah orang kampung, Cuma wajahnya bersih dari noda bekas jerawat. Sepengetahuanku mereka tidak terlalu repot menjaga tubuh dan wajah, karena makan hanya seadanya dan mandi juga biasa tidak pernah dilulur dan sebagainya

    Baik mak maupun mbah, tumit kakinya kecil dan betisnya langsing. Ini menjadi perhatianku setelah aku dewasa dan mengenal ciri-ciri wanita yang pandai memuaskan suami.
    Agak melenceng sedikit. Kebiasaan di desa kami adalah setiap rumah mempunyai kamar mandi yang disebut sumur berada di luar rumah dan umumnya agak jauh di belakang rumah. Tidak jauh dari sumur terdapat tempat buang hajat besar. Sumur dan wc nayris tidak berdinding penghalang. Yang ada hanya bangunan lubang sumur yang bibirnya ditinggikan sekitar 1 meter, lalu tonggak-tonggak kayu untuk menggantung baju dan handuk.

    Di sekitar sumur dan wc ditumbuhi oleh tanaman rumpun sereh dan tanaman semak yang rimbun sehingga agak terlindung. Aku sebagai laki-laki selalu bertugas menimba dan mengisi air ke ember-ember untuk mandi, cuci piring dan cuci baju. Ritual mandi biasanya dilakukan pada pagi hari ketika mata hari mulai agak terang sekitar pukul 5 pagi.

    Sudah sejak kecil aku terbiasa mandi bersama orang tuaku. Tidak ada rasa malu, sehingga kalau kami mandi tidak memakai basahan, atau sarung. Kami mandi telanjang bulat. Mungkin bedanya kalau orang kota mandinya berdiri di bawah shower atau bergayung ria atau tiduran di bath tub. Kalau kami orang desa mandi biasanya jongkok. Hanya beberapa saat saja berdiri untuk mebilas semua tubuh setelah bersabun.

    Di usiaku 15 aku baru mulai tertarik dengan bentuk badan lawan jenis. Yang bisa aku lihat hanya simbok dan mbah saja. Mbok badannya langsing dan kulitnya kencang, payudaranya tidak besar, kakinya juga langsing. Di usianya yang hampir memasuki kawasan 30, teteknya masih kencang membusung. Mungkin karena ukurannya tidak besar jadi buah dadanya tidak mengelendot turun. Jembutnya cukup lebat, rambutnya sebahu yang selalu diikat dan digelung.

    Simbah badannya tidak jauh dari mbok, dan tingginya juga sama sekitar 155 cm, Cuma teteknya sedikit agak turun, tapi masih kelihatan indah. Jembutnya juga tebal. Badannya meski kelihatan lembut, tetapi perkasa karena mungkin pengaruh warna kulit yang tergolong sawo matang. Tetek mbah kayaknya sedikit lebih besar dari simbok. Perut Mbah agak banyak tertutup lemak, sehingga tidak serata perut mbok.

    Aku kenal betul seluk-beluk kedua body mereka karena setiap hari pagi dan sore kami selalu mandi bersama, telanjang bersama dalam waktu yang cukup lama. Jika pagi hari selain mandi mbok dan simbah mencuci pakaian dan peralatan makan semalam. Berhubung tugasku menimba air maka aku tetap berada di posku sampai seluruh pekerjaan mereka selesai. Jika sore mandinya lebih cepat karena acara selingan hanya cuci piring.

    Mohon pembaca jangan protes dulu, karena sekolah kami di desa memundurkan waktu masuk menjadi jam 8 dengan pertimbangan murid-murid umumnya memerlukan waktu untuk membantu pekerjaan rumah tangga di pagi hari dan memberi kesempatan kepada murid yang tinggalnya sekitar sejam jalan kaki dari sekolah.

    Seingatku sejak aku sunat di umur 12 tahun, atau selepas lulus SD sering kali aku malu karena penisku sering berdiri kalau pagi-pagi ketika mandi bersama. Sebetulnya penis berdiri sejak aku bangun pagi, sampai mandi dia tidak surut-surut. Mbok sih cuek-cuek aja, tetapi si mbah sering mengolok-olok, bahkan kadang-kadang menampar pelan penisku dengan menyuruh “tidur”.
    Mulanya aku tidak malu, tapi sejalan bertambah umurku, penisku makin besar dan di sekitarnya mulai ditumbuhi bulu. Anehnya si mbah yang selalu memberi perhatian lalu mgomong ke simbok. Mbok ku lalu menimpali, “ cucumu sudah mulai gede mbah,” katanya.

    Aku sulit mengendalikan penisku, kalau sudah berdiri, dia sulit di layukan, meski aku sirami air dingin. Yang bikin makin menegangkan, si mbah kadang-kadang memegang-megang penisku seolah-olah mengukur perkembangannnya, Si mbok juga disuruh Mbah merasakan perkembangan penisku. Meskipun kedua mereka adalah orang tua ku kandung, tetapi namanya dipegang tangan perempuan, naluri kelaki-lakianku bangkit. Penisku jadi makin mengeras.

    Kadang-kadang aku berusaha menghindar karena malu, tetapi selalu dicegah oleh mbah dan menyuruh aku diam saja. Dibandingkan emak ku, mbah lebih agresif. Di usia 15 tahun aku sudah memiliki tubuh seperti pria dewasa. Tinggiku lebih dari 165 cm dan penisku sudah kelihatan gemuk dan keras serta agak panjang sekitar 15 cm.

    Sebenarnya dengan aku sebesar itu sudah tidak pantas bersama emak dan mbahku mandi telanjang bersama. Tapi karena sudah terbiasa sejak kecil, aku tetap saja dianggap masih anak-anak.
    Entah pantas disebut bagaimana, sialnya atau untungnya, embahku makin suka mempermainkan penisku. Kadang-kadang tangannya dilumuri sabun lalu dikocoknya penisku agak lama lalu dilanjutkan dengan menyabuniku. Emak juga kadang-kadang ikut-ikutan embah, meski penisku sudah berlumuran sabun, dia ikut mengocok dan merabai kantong semarku. Rasanya birahiku terpacu dan rasanya nikmat sekali. Makanya aksi mereka itu aku biarkan. Bahkan jika mandi tanpa ritual itu, aku yang selalu memintanya.

    Tapi seingatku meski dikocok-kocok agak lama kok aku waktu itu tidak ejakulasi. Aku sendiri belum mengetahui cara melakukan onani, maklum anak desa, yang akses informasi ke dunia luar masih sangat terbatas.

    Entah gimana awalnya tetapi setelah seringnya aku dikocok-kocok kami jadi sering mandi saling menyabuni, aku menyabuni seluruh tubuh mak ku dan mbahku. Dalam mengusap sabun tentu saja aku leluasa menjamah seluruh tubuh mereka. Aku senang mencengkram tetek dan memelintir pentil susu. Juga senang mengusap-usap jembut dan menjepitkan jari tengahku ke sela-sela memek. Mungkin itu naluri yang menuntun semua gerakan. Sumpah, aku tidak tahu harus bagaimana memperlakukan perempuan pada waktu itu.

    Namun kesannya mereka berdua senang, bahkan badan mereka sering dirapatkan dan memelukku, sehingga penisku yang menjulang tegang kedepan selalu menerjang bagian pantat atau bagian atas memek. Mbah kadang-kadang menundukkan penisku agar masuk ke sela-sela pahanya sambil memelukku erat. Posisi itu paling aku suka sehingga kepada makku juga aku lakukan begitu. Mereka kelihatan tidak keberatan alias oke-oke saja. Saya pun tidak tahu pada waktu itu bahwa berhubungan badan itu memasukkan penis ke dalam lubang memek.

    Aku sering dipuji mbah dan itu dikatakan kepada mak ku. “ anak mu ini hebat lho nduk (panggilan anak perempuan jawa), kayaknya dia kuat.”

    Terus terang aku tidak mengerti yang dimaksud kuat. Kala itu kupikir yang dimaksud kuat adalah kemampuanku menimba air, membelah kayu bakar dan mengangkat beban-beban berat.
    Mbah ku dan makku tidak kawin lagi setelah mereka berpisah dengan suaminya. Aku tidak pernah menanyakan alasannya, karena aku rasa lebih nyaman hidup bertiga gini dari pada harus menerima kehadiran orang luar. Padahal yang naksir mbah, apalagi emakku lumayan.

    Suatu hari kemudian aku dipanggil emakku setelah mereka berdua berbicara berbisik-bisik di kamar Aku waktu itu sedang asyik meraut bambu untuk membuat layangan di teras rumah. Emakku duduk di sampingku.
    “Le (Tole istilah panggilan anak laki-laki Jawa), kamu nanti malam tidur dikamar bersama mbah dan simbok.” kata mak.
    “Ah gak mau , kan tempat tidurnya sempit, kalau tidur bertiga,” kataku.

    Tempat tidur mereka sebenarnya hanya dua kasur kapuk yang dihampar diatas plastic dan tikar di lantai. Masih ada ruang untuk menggelar tikar tambahan di sisi kiri atau kanannya. Sehingga jika ditambah satu bantal, bisalah untuk tidur bertiga, dengan catatan seorang diantaranya tidur di tikar.
    Selama ini aku tidur di balai-balai bambu di ruang tengah. Di desaku disebut amben bambu. Tidak ada masalah tidur di amben meski tanpa kasur. Aku tidur hanya beralas tikar dan ditemani bantal kumal serta sarung.

    Aku bertanya-tanya, tetapi tidak dijawab mak atau mbah, kenapa malam itu aku harus tidur seranjang dengan mereka. “Udahlah turuti saja, jadi anak yang penurut, jangan suka terlalu banyak tanya,” nasihat mbahku.
    Saking polosnya aku, yang terbayang dalam benakku adalah nanti malam aku bakal tidur bersempit-sempitan dan bersenggolan. Aku paling tidak senang jika tidur bersinggungan dengan orang lain. Tidak terlintas sedikitpun pikiran yang negatif.
    Biasanya aku tidur jam 10 malam, tapi malam itu jam 8 malam aku sudah diseret masuk ke kamar mereka. Aku tidur di kasur bersama mbah, disebelah yang lain mbok ku tidur ditikar.
    Mulanya hanya tidur telentang, Tidak lama lama kemudian mbah tidur memelukku. Terus terang aku merasa risih dipeluk. Tapi mau protes tidak berani, jadi diam saja. Mbah mengusap-usap wajahku, lalu dadaku. Aku mengenakan kaos usang yang di beberapa tempat sudah ada yang sobek. Entah berapa lama diusap-usap, aku menunggu dengan persasaan tegang. Aku tidak tahu kemana tujuan mereka mengajakku tidur bareng dan sekarang mbah tidur memelukku dan mengusap-usap dadaku. Sejujurnya aku sangat risih, tetapi apa daya tidak berani protes. Jika diberi peluang aku akan memilih kembali tidur di luar di amben.

    Tangan kanan mbah yang tadi mengusap dadaku mulai merambat ke bawah ke arah sarungku. Aku terbiasa tidur sarungan dan di dalamnya tidak pakai celana, karena selain untuk menghemat pemakaian celana juga rasanya lebih enak leluasa. Terpeganglah gundukan kemaluanku dri luar sarung. Tangan mbahku meremas-remas, mengakibatkan aku tegang. Bukan hanya penis yang menegang, tetapi perasaanku juga tegang, karena khawatir terhadap kejadian apa yang bakal terjadi selanjutnya. Aku diam saja, selain berdebar-debar, penisku jadi mengembang di remas-remas mbah.
    Ditariknya sarung keatas sehingga terbukalah bagian kemaluanku. Kamar tidur rumah kami hanya bepenerangan lampu minyak yang sejak tadi sudah di kecilkan. Jadi pemandanganku hanya remang-remang.

    Diraihnya kemaluanku lalu digenggamnya penisku yang sudah mengeras sempurna. Nikmatnya luar biasa , tapi juga aku merasa takut, sehingga debaran jantungku makin keras. Penisku di kocok-kocok, sampai akhirnya aku terbuai dan rasa takutku sudah terlupakan. Tanpa sadar aku melenguh nikmat.
    Entah kapan si mbah membuka bagian depan bajunya sehingga ketika kepalaku ditarik ke dadanya wajahku merasakan kelembutan payudaranya. Mulutku diarahkan ke puting susunya dan aku diperintah menjilati dan mengemut susunya. Perintah itu aku turuti dan naluriku juga menuntunnya. Sedap nian rasanya mengemut dan menjilati puting susu yang mengeras.

    Meski tidak ada rasa, tetapi memainkan puting susu lebih nikmat rasanya dari pada mengunyah marshmallow. Setelah bergantian kiri dan kanan aku diminta nenek menaiki tubuhnya. Sarungku sudah dilepasnya sehingga bagian bawahku sudah telanjang. Aku turuti saja perintah si mbah. Aku merasakan bagian bawah mbah juga sudah terbuka. Aku berasa gesekan jembut lebatnya menggerus perutku. Sambil aku menindih mbah penisku dipegang mbah dan diarahkan ke lubang vaginanya. Aku diminta mengangkat badanku sedikit dan ketika ujung peler sudah di depan lubang aku diminta menurunkan badanku pelan-pelan.

    Tidak pernah terbayangkan dan terpikirkan kenikmatan dan sensasi ini. Jiwaku terasa melayang di awang-awang. Aku tidak ingat dan peduli siapa yang ada di bawah tubuhku. Yang kurasakan adalah seorang wanita menggairahkan. Sensasi masuknya penisku perlahan-lahan ke vagina mbah terasa sangat nikmat. Terasa vaginanya licin tapi juga tidak mudah memasukkan penisku. Setelah seluruh batang penisku tengggelam dilahap memek mbah terasa hangatnya lubang vagina mbah. Kami berdiam sebentar dan aku mematung merasakan sensasi kenikmatan luar biasa yang belum pernah akur rasakan selama hidupku.

    Sesaat kemudian mbah agak mendorong tubuhku dan menariknya kembali. Mbah mengendalikan gerakanku dengan memegangi melalui kedua tangannya di bongkahan pantatku. Aku tidak menyangka kenikmatan luar biasa ini. Embah terdengar mendesis dan terkadan mengerang. Aku makin cepat melakukan gerakan seiring dengan makin nikmatnya rasa yang menjalari mulai dari kemaluanku sampai ke seluruh tubuh.

    Seingatku aku tidak terlalu lama bergerak begitu, karena selanjutnya ada gelombang nikmat yang mendera tubuhku dan berujung pada kontraksi di penis dan seluruh otot di bawah. Aku merasa mengeluarkan sesuatu dari lubang kencing. Tanpa diberi komando selama proses pelepasan itu aku membenamkan dalam-dalam penisku ke dalam memek mbah.

    Terasa lega dan plong setelah semua spermaku tumpah. Mbah mendorong tubuhku untuk berbaring di sebelahnya dan seluruh sendi tubuhku terasa lemas. Mbah bangkit dan mengambil lap yang lembab membersihkan seluruh kemaluanku yang penuh berselemak cairan sperma dan cairan dari vagina mbah.

    Penisku layu perlahan-lahan sampai selesai proses pembersihan itu. Mbah kulihat juga membersihkan memeknya dengan lap lain. Setelah kami berdua bersih, mbah beralih pindah ke tikar sementara mak tidur di sebelahku.
    Dia seperti mbah tadi tidur memelukku dan tangannya meremas-remas penisku yang loyo. Remasan mak membuat penisku berkembang per lahan-lahan sampai akhirnya tegang mengeras kembali. Tetapi rasanya tidak sensitif tadi.

    Mengetahui penisku sudah menegang sempurna, mak menyuruhku menindih tubuhnya seperti mbah tadi . Tangannya menuntun penisku untuk memasuki lubang memeknya. Aku sudah paham dan aku segera menekan batang penisku ketika terasa penisku sudah mulai memasuki lubang hangat. “pelan-pelan, sakit,” kata emak.
    Aku turuti perintahnya dan pelan-pelan kutekan penisku memasuki lubang memeknya yang juga terasa hangat dan menjepit. Setelah semua masuk aku mulai menggenjot. Nikmat luar biasa dan aku lupa pada keadaan sekeliling. Perhatianku hanya tertuju pada kenikmatan yang sekarang sedang menjalar ke seluruh tubuhku.

    Aku terus menggenjot makku sampai dia berteriak-teriak seperti orang kesakitan. Tapi ketika aku tanya dia mengkomandoiku agar jangan berhenti dan terus menggenjot. Mak ku sudah seperti orang hilang ingatan. Badannya kelojotan dan bergerak tidak karuan sampai beberapa kali penisku lepas dari memeknya. Dia buru-buru meraih penisku untuk dimaskukkan kembali ke lubang memek. Tiba tiba dia berteriak “ aaaaaah aaaah aduhhh aaaaah aduh. “ kedua tangannya menarik pantatku agar semua batang penisku tenggelam. Aku turuti kemauannya dan penisku merasa seperti berkali-kali dicengkeram oleh memeknya. Aku berdiam sampai agak lama, sampai tidak ada lagi kurasakan kedutan di lubang memeknya.

    Sepertinya mak ku sudah siuman. Dia kutanya dengan penuh keheranan, apakah kesakitan. Dia menggelengkan kepala sambil tersenyum ditariknya wajahku ke wajahnya dan diciuminya seluruh wajahku. Penisku masih tertancap dalam memeknya. Naluriku mendorong aku melakukan kembali gerakan naik turun seperti tadi. Mak kembali mendesah-desah dan menjerit kecil. Aku pun makin semangat memompa dan birahiku makin terangsang mendengar erangan itu. Sepertinya aku akan kembali merasakan sperma akan keluar , gerakanku makin kupercepat dan mak makin keras mengerang, sampai kuingat mbahku mengusap-usap rambut emakku. Aku tidak perduli apapun kecuali segera mencapai puncak kenikmatan.

    Ketika puncak kenikmatan muncul kubenamkan dalam-dalam penisku ke dalam memek mak dan ku tembakkan spermaku berkali-kali. Mak ku menarik tubuhku rapat rapat dan kurasakan penisku dijepit-jepit. Luar biasa sensasi kenikmatan yang kurasakan.
    Aku berdiam sebentar sampai akhirnya penisku keluar dengan sendirinya dari lubang memek karena menyusut. Aku tergolek di samping emakku dan rasa lemas dan ngantuk yang luar biasa. Kulihat makku sudah tertidur dan mendengkur halus. Mbah melakukan tugasnya membasuh penisku dan memek mak ku. Selanjutnya aku tidak ingat lagi.

    Aku terbangun karena desakan ingin kencing. Di sisi dapur rumah kami memang ada semacam wc kecil khusus untuk buang air kecil. Penisku menegang menahan desakan ingin kencing, tetapi setelah air seni dilepas, penisku masih tetap gemuk. Dia makin keras ketika aku mengingat kejadian yang baru aku alami.

    Ketika aku masuk aku melihat mak dan nenekku tidur tanpa penutup di bagian bawah. Makku sudah terkapar, tetapi nenek ku masih manyapaku untuk tidur di sebelahnya. Aku turuti dan aku langsung tidur memeluk nenekku, tanganku langsung meremas kedua bongkahan payudara nenek yang terasa masih kenyal. Puting susunya aku pelintir-pelintir dan kadang-kadang aku usap. Nenek merintih – rintih aku perlakukan begitu. Dia kemudian memintaku untuk menindihnya lagi. Aku sudah semakin paham dan kuarahkan penisku ke lubang di bagian bawah badannya. Pelan-pelan aku tekan sehingga melesak lah seluruh penisku ke dalam memeknya.

    Awalnya aku menggenjot perlahan-lahan, tetapi seiring dengan erangan nenek aku jadi makin bersemangat menggenjot lebih cepat. Nenek sama seperti mbok ku, dia menjerit jerit nikmat dan kemudian kedua kakinya merangkul pinggangku erat sekali sampai aku tidak bisa bergerak. Kurasakan memeknya berkedut-kedut. Aku tidak bergerak sampai nenek melonggarkan kuncian kakinya. Aku kembali mengenjot nenek dengan gerakan lamabat dan cepat. Tidak lama kemudian nenek kembali mengunci tubuhku dan aku kembali merasakan penisku dijepit-jepit oleh memek mbah. Seingatku pada waktu itu mbah berkali-kali begitu sampai akhirnya dia memintaku berjenti, karena katanya dia sudah tidak kuat dan badannya lemas.

    Aku masih penasaran karena belum mencapai puncak, Kulihat emakku tergeletak mengangkang. Aku beralih menindih mak. Dia terbangun hanya dengan membuka matanya. Sementara itu penisku sudah masuk kedalam memeknya. Aku tidak perduli apakah makku sudah bangun atau masih setengah tidur. Aku terus menggenjot sampai kemudian mak juga merintih-rintih. Mak tak lama kemudian juga mengunci tubuhku dengan lilitan kedua kakinya sehingga aku tidak bisa bergerak. Padahal aku merasa sudah hampir mencapai puncak kenikmatan. Terasa memek makku menjepit ketat sekali berkali-kali. Ketika kuncian kakinya agak longgar aku memaksa menggenjot lagi sampai menjelang aku puncak makku kembali melilitkan kakinya dan aku dengan paksa masih menggenjot meski gerakkannya pendek. Tapi itu sudah bisa menghantar puncak knikmatanku. Aku mengejang-ngejang menyemprotkan mani ke dalam memek mak dan mak mengunci tubuhku ketat sekali dan kedua tangannya juga memelukku erat sekali.

    Aku tertidur sebentar dan terbangun karena terasa geli di penisku. Kulirik ke bawah ternyata mbah tengah duduk dan mempermainkan penisku. Keadaan masih gelap. Aku mungkin baru tertidur satu jam, tetapi penisku sudah berdiri lagi. Malam itu aku bermain berkali-kali sampai hari agak terang mungkin aku sudah melepas spermaku 5 kali.

    Paginya kami seperti biasa mandi bersama dan saling menyabuni. Aku tidak berani bertanya banyak, karena mereka sama sekali tidak menyinggung peristiwa tadi malam. Mak ku hanya mengingatkanku agar menjaga rahasia rumah tangga. Hari itu aku tidak sekolah karena apa aku lupa, apakah karena hari minggu atau hari libur sekolah. Mak dan Mbah setelah selesai membereskan urusan rumah tangga mereka membuat masakan sederhana, lalu kami sarapan pagi. Hari itu seingatku mak dan mbah tidak ke sawah, tapi malah masuk kamar tidur-tiduran.

    Aku yang merasa badanku lelah juga tertarik untuk gabung tidur dengan mereka. Kelanjutannya aku kembali ngembat mak dan mbah sampai aku keluar 3 kali. Kami sempat tidur sebentar sebelum bangun karena lapar di siang hari.

    Mak dan mbah hanya mengenakan kemben sarung menyiapkan makan siang, Kami makan siang di amben tempat tidurku. Perutku terasa kenyang dan mata kembali mengantuk.
    Aku memilih tidu di kasur empuk tempatnya mak dan mbah biasa tidur. Entah berapa lama aku tertidur lalu terbangun karena terasa ada yang menggelitik di kemaluanku. Ternyata mak dan mbahku memainkan penisku. Mereka berdua menimang-nimang penisku. Akhirnya sampai waktu petang aku sempat menyemprotkan dua kali spermaku.

    Malamnya aku masih sempat menyemprotkan sperma setelah bergantian menindih mak dan mbahku. Selanjutnya hampir tiap malam aku harus melayani nafsu kedua orang tuaku sampai aku dewasa. Kami menyimpan rahasia itu serapat mungkin. Herannya mak dan mbahku tidak sampai hamil oleh hubungan kami. Mereka memiliki resep rahasia untuk melakukan KB.
    Meskipun keluarga kami miskin. Tetapi kehidupan kami sangat bahagia. Aku meneruskan seolah sampai akhirnya bisa meraih S-1. Sejak aku kuliah aku jarang bertemu mereka, karena kau harus pindah ke kota. Tapi setiap bulan aku mengunjungi mereka dan menghabiskan waktu akhir pekan dengan melampiaskan nafsu.

    Sejak aku kuliah aku sempat merasakan beberapa memek cewek yang sebaya dan lebih muda dari ku. Harus diakui bahwa memek cewek-cewek ku masih kalah nikmat dibanding memek mak dan nenekku.
    Nenekku meski usianya kemudian sudah memasuki 50 tahun dan sudah menopause, tetapi kelegitan memeknya masih luar biasa. Mak ku memeknya juga legit banget. Mungkin karena tubuh kedua orang tuaku yang kencang dan tidak gemuk, maka berpengaruh pada jepitan memeknya. Selain itu jika kuperhatikan cairan memek mereka agak kental dan lengket, berbeda dengan cewek-cewek lainnya yang lebih cair dan licin.

    Sejak aku kuliah aku membawa berbagai teknik baru dalam berhubungan dengan mereka seperti mengoral dan melakukan persetubuhan dengan berbagai posisi. Mulanya mak dan Nenek risih ketika kujilati memeknya, tetapi lama-lama karena nikmat mereka jadi ketagihan

  • Anak Kawan Ku Bernama Rina

    Anak Kawan Ku Bernama Rina


    1548 views

    Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di Bandung, dan sekarang sudah tingkat akhir. Untuk saat ini aku tidak mendapatkan mata kuliah lagi dan hanya mengerjakan skripsi saja. Oleh karena itu aku sering main ke tempat abangku di Jakarta.

    Suatu hari aku ke Jakarta. Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Rina, duduk di kelas 2 SMP.

    Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.

    Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Firman. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.

    “Hallo, Oom Ryan..!” Rina yang baru masuk tersenyum.
    “Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Rina sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”
    Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.

    Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Rina duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Mia memandang kepadaku dan tertawa geli.
    “Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”
    Gugup aku menjawab, “Rina.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”
    “Aahh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem.”

    Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.

    Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.

    Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.

    Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.

    “Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!”
    “Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
    Mia mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
    “Yang bener.. Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!”
    “Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!”
    Mia meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!

    Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.

    Nafas Rina makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
    “Uuuhh.. mmhh..” Rina menggelinjang.
    Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya.
    Aahh..! Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!

    Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Rina yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.

    “Ehh.. mmaahh..,” tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
    Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
    “Ooohh.. aduuhh..,” Rina mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
    Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Rina akan terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.

    Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Rina.
    “Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..,” ketika Rina membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.
    Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.

    Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Rina dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.

    Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Rina, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Rina menekan pantatku dari belakang.
    “Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm..”
    Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.

    Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.

    Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Rina mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau.
    “Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm..”
    Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Rina sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.

    Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.

    Setelah tubuh Rina melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.

    Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
    “Aduh, Oom.. Rina lemes. Tapi enak banget.”
    Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih amat kencang.

    Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Rina kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.

    Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Rina pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD.

  • Majalah Dewasa Edisi Bebby Keysa

    Majalah Dewasa Edisi Bebby Keysa


    1427 views

    Duniabola99.org– Bebby Keysa adalah model sekaligus seorang Female DJ, sebuah profesi yang umumnya banyak dijalani oleh seorang foto model majalah dewasa. Dalam dunia DJ Bebby Keysa hobi memainkan musik dengan Beat yang penuh energi.

    Bagaimana pose seksi dari Bebby Keysa di majalah Gress edisi 27, simak berikut ini.

     

  • Mariko Hunter File 04 Sh

    Mariko Hunter File 04 Sh


    1454 views

  • European amateur bitch with hairy snatch gets drilled hard in various poses

    European amateur bitch with hairy snatch gets drilled hard in various poses


    1590 views

    Duniabola99.orgKumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Hairy brunette amateur Anna Teilor enjoying getting her cunt licked

    Hairy brunette amateur Anna Teilor enjoying getting her cunt licked


    1602 views

    Duniabola99.orgKumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Amateur girl gets her hairy twat impaled on a big cock gets cum on her muff

    Amateur girl gets her hairy twat impaled on a big cock gets cum on her muff


    1749 views

    Duniabola99.orgKumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Majalah Model Singapore

    Majalah Model Singapore


    1459 views

    Saya adalah seorang model sebuah majalah porno di Singapore. Yah, seperti yang kedengarannya, bekerja di majalah porno sebagai model tidak membutuhkan baju yang bagus dan make-up yang tebal. Yang penting adalah menjaga tubuh agar tetap seksi juga perawatan wajah. Aku tidak perlu ke Singapore untuk difoto, karena di Jakarta juga terdapat studio foto untuk mengambil gambar model-model dari Indonesia yang kemudian dikirimkan dan diterbitkan di Singapore.

    Mungkin anda heran, bagaimana saya dapat terjun dalam dunia seperti itu. Baiklah, akan saya ceritakan masa lalu saya. Pada saat usia saya menginjak 16 tahun, kedua orangtua saya meninggal dalam kecelakaan. Saya sangat terpukul dengan kejadian itu. Pada saat itu saya sangat bingung dengan keadaan ini, karena saya tidak tahu harus kemana. Saya tidak punya keluarga lain selain keluarga saya sendiri, sementara saya adalah anak tunggal.

    Namun tidak lama kemudian, teman bisnis ayah saya, anggap namanya Pak Mori, berusia sekitar 50 tahun, datang menawarkan saya untuk tinggal di apartemennya dan beliau berjanji akan membiayai sekolah saya sampai saya lulus SMA. Dalam keadaan bingung, akhirnya saya menerima tawaran beliau. Saya lalu tinggal di apartemen beliau, hanya berdua dengannya.

    Beberapa bulan kemudian saya tinggal dengannya, tiba-tiba pada suatu malam, Pak Mori masuk ke dalam kamar saya. Saat itu saya baru saja masuk kamar dan belum sempat menguncinya. Saya kaget karena beliau tidak mengetuk kamar saya dulu, dan pada saat itu saya hanya mengenakan daster kuning polos yang tipis. Di dalamnya saya tidak mengenakan BH dan hanya mengenakan CD saja. Sejenak Pak Mori terkesiap melihat saya, namun beliau kemudian mendekati saya. Spontan saya memeluk bantal untuk menutupi dada saya.

    Pak Mori lalu berkata kepada saya, “Sally, tolong Bapak, Nak, istri Bapak sudah lama meninggal, Bapak sudah lama tidak dilayani. Bapak tidak minta macam-macam. Bapak hanya minta agar Sally bersedia melayani Bapak.”
    Wajahnya terlihat sayu dengan keringat di dahinya. Saya tidak tega melihatnya. Saya pikir beliau telah baik mau membiayai sekolah saya. Lagipula keperawanan saya telah hilang sejak saya masih kecil ketika jatuh dari sepeda.

    Pak Mori terus memandang dan menunggu jawaban saya, sedangkan saya tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Pak Mori meraih bantal yang saya peluk untuk menutupi dada saya dan meletakkannya di tempat tidur. Kemudian beliau diam dan memandang saya.
    Melihat saya diam, beliau lalu berkata, “Kalau Nak Sally diam, Bapak rasa jawaban Sally ‘iya’.”
    Beliau masih memandangi saya. Tiba-tiba beliau meraih dan memeluk tubuh saya dan mengusap-usap punggung saya.
    “Terima kasih, Nak.” beliau berkata sambil menatap hangat pada saya.

    Setelah itu beliau mulai menciumi kening saya dan kedua pipi. Lalu menjulurkan lidah sambil mencium telinga dan bibir saya. Kubalas ciumannya, lidahnya bermain liar di dalam mulut saya, begitupun saya. Tangannya yang dari tadi memeluk punggung saya mulai turun mengelus-elus pantat dan meremasnya. Kemudian kepalanya turun ke leher saya, menciumi dada saya yang masih tertutup daster kuning. Saya mulai terangsang. Apalagi ketika mulutnya berhenti di puting saya yang hanya ditutupi daster kuning polos yang tipis itu. Beliau mengulum dan menggigit puting saya itu.

    “Uuh.. aahh.. Pak.. Uh..!” saya sudah tidak kuat lagi.
    Geli rasanya dada ini dipermainkan seperti itu oleh Pak Mori. Spontan saya membuka 4 kancing daster yang terletak di depan itu, dan terlihatlah kedua bukit kembar saya yang montok itu, berukuran 36B dengan puting berwarna pink gelap dan mencuat menantang ke wajah Pak Mori. Beliau langsung melumatnya, menggigit kecil, kemudian memasukkan semua ke dalam mulutnya. Ternyata mulut Pak Mori lebar juga, buktinya bukit dada saya yang 36B masuk semua ke dalam mulutnya.
    “Aduuh.. Pak, geli ah.. enaa..gh..!” saya meraung-raung keenakan.

    Pak Mori menurunkan daster terus ke bawah dan sambil menciumi perut saya yang rata karena sering sit-up itu. Tangan kirinya bergerak menurunkan daster, dan tangan kanannya mengelus-elus pantat dan paha saya yang mulus. Setelah daster turun semua, tangan kirinya mengangkat kaki kanan saya dan melipatnya ke atas tempat tidur. Lalu beliau berjongkok dan tangan kirinya membuka sebagian kain CD yang menutupi bukit kemaluan saya. Seketika itu langsung terlihatlah bukit kemaluan saya yang bulu-bulunya sedikit itu, sehingga beliau tidak perlu susah-susah menjilati kelentit saya.

    “Oohh.. Pak.. enaakk..!” kata saya sambil memegangi kepalanya.
    Saya tidak perduli lagi siapa dia. Pak Mori terus menjilati kelentit saya dan memasuki satu jari tangan kanannya ke dalam vagina, dan menggerakkannya keluar masuk. Saya betul-betul keenakkan. Saya menggerakkan pantat turun naik mengikuti gerakan jarinya itu. Tiba-tiba sesuatu meledak dalam diri saya.
    “Aaa..gh.. aku mau kelua.. ar..!” air kenikmatan saya membasahi jari dan mulutnya. Beliau menghisapnya habis.

    Kemudian yang tidak disangka, beliau merobek sebagian kain celana dalam saya yang menutupi bukit kemaluan saya dan kemudian membuka CD-nya. Terlihatlah senjatanya yang besar ditumbuhi bulu-bulu yang sangat tebal. Saya sudah tidak tahan lagi melihatnya.
    “Ooh.. masukkan, Pak, cepat Pak..!” kata saya sambil mengelus-elus bukit kemaluan saya yang telah basah itu.
    Ternyata Pak Mori pun sudah tidak kuat. Beliau langsung menghujamkan penisnya masuk ke dalam vagina saya.
    “Aaah.. sakiit..! Enaaggh..!” kata saya yang mulai merasa nyeri tapi sangat enak di bagian bawah itu.

    Pak Mori menaik-turunkan penisnya dengan cepat. Ternyata melakukan sambil berdiri enak juga. Kedua tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Tangan saya pun tidak mau kalah dan meremas-remas kedua pantatnya. Tidak lama saya mendapat orgasme yang kedua, dan tidak lama kemudian beliau pun juga. Akhirnya kami tertidur berpelukan di tempat tidur. Keesokkan harinya, kami melakukannya lagi di kamar mandi. Kami masing-masing orgasme dua kali. Setelah itu saya pergi ke sekolah dan beliau pun pergi ke kantor.

    Sejak itu hidup saya berubah. Kami seperti selayaknya suami istri di dalam apartemen kami. Ternyata untuk orang seusianya, beliau masih sangat kuat melakukannya berjam-jam. Bahkan saya dilarangnya mengenakan baju bila di dalam apartemennya itu. Tapi saya selalu menggodanya dengan hanya mengenakan sehelai kain di tubuh. Misalnya, hari ini saya hanya memakai BH saja, sedangkan bagian tubuh yang lain polos mengoda. Lalu kemudian saya duduk di depannya dengan membuka lebar-lebar selangkangan, sehingga kemaluan saya menantang dirinya. Beliau selalu tidak tahan dan mengajak bermain lagi.

    Besok harinya saya hanya mengenakan CD saja yang berwarna hitam dan bahannya bolong-bolong, sehingga bulu kemaluan yang sedikit itu keluar dan klitoris yang berwarna pink itu juga terlihat bila saya mengangkang, sedangkan payudara saya bergelantungan dengan indahnya di dada. Bila seperti itu, beliau lalu memeluk dan menggendong saya ke tempat tidur sambil mulutnya mengulum payudara dan menarik-narik putingnya. Ini kami lakukan hampir tiap hari seperti selayaknya pengantin baru sampai saya lulus SMA. Namun Pak Mori ini seperti tidak pernah mati kekuatannya untuk melakukan hubungan seks dengan seorang gadis belia seperti saya, dan saya selalu dibuat puas olehnya.

    Suatu hari ketika saya baru selesai mandi, seperti biasa saya keluar dari kamar tanpa menggunakan busana, dan sambil mengeringkan rambut yang masih basah, saya pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tanpa saya sadari, ternyata ada dua orang teman Pak Mori yang bertamu. Mereka berdua terlihat kaget melihat saya yang telanjang bulat itu. Begitu pun saya. Tapi rasa kaget saya tidak saya perlihatkan dan langsung saya pergi ke dapur cepat-cepat.

    Malam harinya ketika hendak tidur, Pak Mori berkata pada saya, “Sally, mau gak jadi model..?” tangannya mengelus-elus puting saya.
    “Model..? Model seperti di majalah-majalah itu..?” tanya saya.
    “Yah, tapi ini berbeda. Begini, teman-teman Bapak yang tadi itu berasal dari Singapore. Yang satu namanya Pak Ramen, yang satu lagi Pak Davis. Pak Ramen sebenarnya orang Indonesia, tapi tinggal di Singapore. Beliau adalah editor majalahnya, sedangkan Pak Davis adalah direkturnya.”

    “Jadi maksudnya majalah Singapore..?”
    “Yah begitu. Mereka berdua setelah melihatmu menjadi tertarik dan menawarimu menjadi model. Tapi kamu tidak perlu ke Singapore. Kamu cukup tinggal di Indonesia, karena studio fotonya ada di Indonesia.”
    “Tapi Sally malu, tadi Sally telanjang di depan mereka.”
    “Em.., begini Sally tidak perlu malu, karena.. eh.. majalah mereka adalah majalah porno.. eh tapi itu terserah Sally, mereka hanya menawari karena tertarik dengan Sally. Kalau Sally tidak mau, itu juga tidak apa-apa.”
    Saya mengerti. Mereka telah melihat tubuh saya dan mereka tertarik. Saya bingung sekali.

    “Honornya lumayan gede lho, Sal. Bapak tidak akan minta kok. Kalau Sally nanti mau, honornya tetap buat Sally, karena kan Sally yang bekerja. Makanya Bapak terserah Sally saja. Kalau mau dicoba saja.” lanjutnya.
    Saya mulai tertarik.
    “Sally harus datang kemana, Pak..?” beliau tersenyum dan memberitahu alamatnya.

    Keesokkan harinya saya datang ke studio foto itu. Tempatnya seperti rumah biasa, cukup besar dengan pagar tinggi yang menutupi rumah tersebut. Seperti bukan kantor atau studio foto. Lalu saya masuk dan bertanya pada resepsionist hendak bertemu dengan Pak Davis. Seseorang mengantar saya ke kantor Pak Davis. Pak Davis terseyum menyambut saya. Ternyata beliau seorang pemuda berusia 30 tahunan. Tidak begitu ganteng tapi di tubuhnya yang putih ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Terlihat dari tangan dan dadanya yang bidang. Namun senyumnya terlihat menarik.

    “Selamat siang, Sally, silakan duduk..!”
    Saya duduk di depan mejanya. Ia pun duduk.
    “Singkat saja, jadi kamu tertarik..?”
    “Iya, Pak.”
    “Jangan memanggilku Pak. Panggil aku Abang saja. Aku sebenarnya berasal dari Indonesia juga. Semua orang memanggilku Bang Davis.” saya tersenyum.
    “Oke, kita kembali ke pokok semula. Begini Sally, untuk menjadi model ada beberapa syarat. Yang pertama, kami harus mengedit tubuhmu dulu.”
    “Mengedit tubuhku..?”
    “Yah, kami harus tahu bagaimana tubuhmu, apa kekurangannya dan kelebihannya. Kekurangannya akan ditutupi, kelebihannya akan ditonjolkan. Jadi nanti bila difoto akan baik jadinya. Mengerti..?”
    Saya mengangguk.

    “Sekarang buka seluruh pakaianmu, aku akan memanggil editor kami, Bang Ramen.” Ia keluar dari ruangannya.
    Saya merasa kikuk. Tapi akhirnya saya buka baju satu persatu sampai tinggal BH dan CD. Tiba-tiba mesuklah Bang Ramen dan Bang Davis.
    “Lho, kok, CD dan BH-nya tidak dibuka..? Tidak perlu malu. Pekerjaanmu nanti tidak memerlukan baju. Kurasa, Pak Mori sudah menjelaskannya bukan..?”
    Saya mengangguk seperti orang bodoh. Lalu membuka CD dan BH saya. Saya memang tidak perlu malu, toh mereka pun sudah melihat saya telanjang bulat di apartemen Pak Mori.

    Setelah telanjang bulat, saya berdiri menantang. Mereka melihat saya tanpa berkedip. Saya tahu ‘adek-adek’ mereka sudah berdiri melihat saya. Tiba-tiba saya merasa percaya diri. Ini merupakan permainan yang menyenangkan. Lagipula saya senang menggoda Pak Mori. Mengapa saya tidak bisa menggoda mereka juga? Saya lalu melepas jepitan rambut dan terurailah rambut saya yang sangat lebat dan indah. Saya berdiri menggoda di depan mereka sambil memainkan sedikit rambut saya di dalam mulut. Bang Ramen mulai mendekat. Ia mengelus tangan saya, lalu pipi. Lalu ia memutari tubuh saya dan mengelus punggung dan pantat saya. Lalu tangannya mulai memegang payudara saya yang 36B itu beserta puting yang mencuat ke depan itu. Lalu ia berjongkok dan mengelus paha dan membuka selangkangan saya. Lalu ia berdiri lagi, tiba-tiba ia mencium leher saya.

    Tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Saya mulai terangsang. Lalu tangan kirinya beralih ke selangkangan saya yang sudah mulai basah itu dan berhenti pada klitoris. Ia mengelus-elus klitoris saya. Tangan kanannya mengelus anus saya.
    “Uuhh.. eehh.. ahh..!” tidak sengaja saya meraung-raung, tanpa saya sadari ternyata Bang Davis telah ikutan menghisap puting saya dan tangan kanannya memegang puting yang satu lagi.
    Tangan kiri Bang Ramen dimasukkan ke dalam vagina saya dan bergerak keluar masuk. Kami melakukannya sambil berdiri seperti ketika pertama kali saya melakukannya dengan Pak Mori. Saya benar-benar terangsang.

    Bang Ramen mencium bibir saya dan memainkan lidahnya di mulut saya. Erangan saya tertahan di dalam mulutnya. Lalu Bang Ramen berjongkok dan mencium klitoris dan memainkan lidahnya di sana, namun jarinya masih bermain di vagina. Posisi Bang Ramen digantikan oleh Bang Davis yang mencium dan melumat-lumat bibir saya. Tiba-tiba saya merasa ada yang keluar. Walaupun erangan saya tertahan oleh bibir Bang Davis, tapi mereka tahu bahwa saya orgasme pertama kali dari getaran tubuh saya.

    Lalu Bang Ramen membuka celananya, juga Bang Davis. Penis Bang Ramen sangat besar dan hitam. Bang Davis pun juga besar tapi putih. Masih dalam posisi berdiri, Bang Ramen memasukkan penisnya ke dalam anus saya. Rasanya sakit sekali. Saya mengerang kesakitan, namun tiba-tiba Bang Davis memasukkan penisnya ke vagina. Rintih saya berubah menjadi keenakan. Mereka berdua memainkan penis mereka keluar masuk anus dan vagina saya. Rasanya enak sekali disetubuhi dua pria sekaligus. Permainan kami cukup lama.

    Saya sudah orgasme tiga kali ketika mereka berdua orgasme untuk pertama kalinya. Akhirnya mereka mencabut penis mereka dan merebahkan tubuh mereka di bangku sofa. Sedangkan saya bersenderan pada tembok dan memejamkan mata. Saya merasa lemas sekali melayani dua pria sekaligus. Tiba-tiba Bang Davis memegang bahu saya.
    “Kamu diterima, Sally..!”
    Saya tadinya hampir marah karena untuk diterima saya harus melayani mereka berdua terlebih dahulu. Tapi ketika mengingat kenikmatan yang baru saja saya terima, saya dapat menahan amarah.

    Lalu hanya dengan mengenakan BH saja, saya dibawa Bang Ramen ke sebuah ruangan yang berisi semacam bar di situ. Di dalamnya terlihat banyak wanita yang tidak menggunakan baju sama sekali. Ruangan itu ternyata jadi satu dengan studio fotonya, sehingga model-model yang merasa haus dapat langsung memesan minum di situ. Saya disuruh duduk di bangku bar yang tinggi dan disuruh mengisi lembaran formulir dan lembaran kerjasama. Lalu Bang Ramen meninggalkan saya sendiri di situ.

    Ketika saya sedang mengisinya, seseorang mencolek saya dari belakang. Ketika saya menoleh, terlihat seorang pemuda memandang saya sambil tersenyum. Tanpa basa basi lagi, pemuda tadi mendekatkan wajahnya ke vagina saya dan menjilat klitoris saya. Saya kaget dan ingin menghindar. Tapi bangku bar yang tinggi yang membuat saya kesulitan menapakkan kaki saya ke lantai, sehingga membuat selangkangan saya yang tanpa CD itu terbuka lebar membuat saya kesusahan untuk turun. Pemuda itu tetap menjilati selangkangan saya. Vagina saya yang masih merasa geli akibat serangan Bang Ramen tadi akhirnya basah lagi dan saya mulai merasa keenakan.

    Tidak lama saya orgasme lagi di tempat duduk bar itu, sehingga tempat duduk yang terbuat dari kulit itu menjadi basah oleh cairan kenikmatan saya itu.
    “Salam kenal, Mbak. Saya Roy, model pria di sini. Mbak namanya siapa?” tanyanya kemudian.
    “Sally” kata saya lemas.
    “Nanti kita akan selalu ketemu, dan kita pasti akan melakukannya lagi.”
    Saya tidak sanggup berkata apa-apa lagi dan mulai mengisi formulir itu lagi.

    Tidak lama Bang Ramen datang dan mengambil formulir yang telah saya isi itu. Ia menunjukkan honor saya dan pekerjaan saya. Untuk pertama kali pada hari pertama itu saya difoto bugil di depan banyak orang. Ternyata inilah pekerjaan baru saya. Menyenangkan sih, asal tidak hamil saja. Karena ketika difoto berpasangan, tidak jarang kami menyatukan alat kelamin kami, sehingga fotonya lebih bagus dan tidak terlihat kaku.

    Kadang-kadang saya juga main dengan Bang Ramen atau Bang Davis atau kedua-duanya. Namun di rumah saya tetap menjadi ‘istri’ Pak Mori. Itulah pengalaman saya. Foto-foto saya banyak dipampang di majalah porno di Singapore, dan tentu saja tidak dijual bebas. Hanya golongan tertentu yang menerimanya.

    TAMAT

  • Mao Miyabi Sky angel ol 176 Sh

    Mao Miyabi Sky angel ol 176 Sh


    1924 views

  • Rion Nishikawa Sky Angel Vol 183 Sh

    Rion Nishikawa Sky Angel Vol 183 Sh


    1576 views

  • Kisah Denok Penari Jalanan

    Kisah Denok Penari Jalanan


    1415 views

    Ibükota memang keras. Semüa orang di dalamnya mesti berjüang dan berkorban biar tidak tersingkir, dan tidak semüa jalan yang bisa dilalüi itü terang-benderang…Izinkan saya menceritakan kisah hidüp saya. Nama saya Darmini, tapi orang nggak banyak yang mengenal nama asli saya. Bapak dan Simbok memanggil saya Denok, itü panggilan biasa üntük anak perempüan di kampüng saya, tapi artinya nggak cüma itü. Denok jüga berarti montok alias sintal, dan rüpanya arti itü yang lebih diingat banyak orang dalam kehidüpan saya di Ibükota.

    Masa kecil saya dihabiskan di kampüng. Saya anak semata wayang, sekelüarga petani penggarap yang tak berpünya. Sejak kecil saya diajari menari oleh Simbok, karena beliaü sendiri waktü müda adalah seorang penari, dan masih sering ditanggap kalaü ada acara di kampüng. Sayang, kehidüpan kami yang damai di kampüng terhenti ketika süatü hari saya dan Simbok dapati Bapak gantüng diri.

    Ternyata Bapak pünya banyak ütang gara-gara gila jüdi, dan bapak tidak mampü bayar ütangnya itü. Kami jelas sedih karena Bapak südah tidak ada, tapi jüga bingüng karena beberapa hari setelah Bapak dimakamkan, kami diüsir dari rümah karena rümah kami disita bandar jüdi yang memberi ütang kepada Bapak. Kami tak pünya tempat tüjüan, dan üang simpanan kami tak seberapa. Simbok akhirnya nekat mengajak saya pindah ke Ibükota mencari penghidüpan

    “Denok, kita ndak bisa apa-apa lagi di sini, di kota kita bisa coba cari uang, mudah-mudahan di sana mendingan daripada di sini,” kata Simbok.

    Saya cuma lulusan SMP, Simbok lulusan SD. Kami sama-sama nggak sadar hidup di Ibukota begitu beratnya. Melamar kerja kesana-kemari, nggak diterima karena dianggap pendidikan kurang tinggi. Cari kerja yang nggak perlu ijazah, saingan banyak sekali. Akhirnya setelah cukup lama mencermati berbagai kesempatan yang ada, Simbok memutuskan untuk memanfaatkan keahlian kami. Dengan bermodal pakaian dan perlengkapan yang kami bawa dari kampung, serta radio tape bekas dan kaset-kaset musik tradisional yang kami beli dari pasar loak dengan sisa uang, mulailah kami berdua menjadi penari jalanan.

    Waktu gadis-gadis seumur saya yang di kota sedang siap-siap ujian akhir SMA atau menjalani tahun pertama kuliah, dan yang di desa menunggu dijodohkan oleh orangtuanya, saya mulai menjalani kehidupan baru, menjajakan keahlian seni tari bersama Simbok. Awalnya kami berkeliling Ibukota, sekadar mencari keramaian di mana kami bisa memperoleh beberapa lembar rupiah demi menyambung hidup.

    Kami biasa mulai pagi-pagi, menjajaki jalan-jalan Ibukota untuk mencari orang-orang yang mau kami hibur dengan tarian kami. Ternyata nggak gampang juga mencari uang dengan cara seperti ini, paling-paling yang kami dapatkan hanya cukup untuk makan kami berdua, satu atau dua kali pada hari itu. Dan nggak di semua tempat kami bisa mendapat penonton yang bersedia membayar, kadang-kadang kami malah diusir atau dihardik. Setelah cukup lama, kami ketemu tempat di mana kami bisa selalu dapat penonton dan uang: satu pasar induk yang cukup besar, dan lingkungan di sekitarnya.

    Kami pun menyewa satu kamar kontrakan murah di dekat Pasar. Banyak orang di Pasar, yang berasal dari kalangan menengah ke bawah, haus hiburan murah yang bisa bikin mereka ingat kampung masing-masing. Kehadiran kami di sana selalu disambut senyum, tawa, dan lembar-lembar uang yang kumal hasil perasan keringat mereka. Walaupun tak jarang lembar-lembar itu diberikan kepada kami dengan kurang sopan misalnya dengan diselipkan ke pakaian kami.

    Apa saya dan Simbok memang menggoda? Entah ya. Saya sendiri tidak merasa cantik. Sebagai anak petani yang sering main di luar sejak kecil, kulit saya jadi agak gelap terbakar matahari. Tapi Simbok juga dari dulu selalu mengajari dan mengingatkan saya untuk merawat tubuh biarpun dengan cara sederhana, jadi biarpun sawo matang, kulit saya tetap mulus dan tidak jerawatan apalagi bopeng-bopeng lho.

    Oh ya, tadi kan saya sudah cerita arti nama panggilan saya, Denok. Dipikir-pikir benar juga sih kalau dibilang saya montok. Enggak tahu kenapa, biarpun rasanya dari kecil makanan saya bergizi pas-pasan, kok tetap saja badan saya bisa jadi ya. Sebelum remaja saja tetek saya sudah tumbuh, dan sekarang jadinya subur gumebyur sampai-sampai saya selalu kuatir dengan kemben saya tiap kali menari. Bokong saya juga kencang gara-gara dibentuk latihan olah tubuh dalam tarian.

    Ada yang bilang bahenol, saya sih matur nuwun saja kalau ada yang anggap begitu. Herannya, biarpun atas bawah gede, tengahnya tidak ikut gede, perut dan pinggang saya masih singset. Saya anggap masih singset soalnya kayaknya nanti badan saya akan jadi seperti badan Simbok, tengahnya mulai ikutan lebar. Nah, kalau Simbok itu memang cantik. Sampai umur segitu pun beliau tetap cantik. Apalagi kalau sudah pakai sanggul dan rias, wuihh. Semua orang nengok dan nggak lihat apa-apa lagi.

    Saya sendiri selalu merasa jelek lho kalau tampil bersama Simbok. Ah, tapi sedunia cuma saya sendiri yang nganggap muka saya jelek. Selain Simbok, orang-orang yang biasa nonton kami menari kok semuanya bilang saya cantik. Saya pikir, itu sih pinter-pinternya Simbok mendandani saya aja. Waktu pertama kali didandani buat ngamen, saya protes, kok repot amat. Rambut mesti disasak, disanggul, disunggar, pakai tusuk dan kembang. Muka mesti dibedaki tebal-tebal, sampai beda warna dengan badan. Mungkin tinggal tahi lalat di pipi saya saja yang nggak ketutupan. Alis saya yang sudah tebal dibikin tambah tebal. Bibir juga dikasih gincu warna merah mentereng. Saya waktu itu ngeluh,

    “Kok sudah kayak penganten aja, Mbok.”

    Simbok menjawab, “Yang namanya penari itu nggak boleh biasa-biasa aja, nduk. Mesti kinclong, manglingi. Kita mesti bikin senang yang nonton.”

    Lama-lama saya biasa juga memakai riasan seperti itu, malah saya jadikan guyonan sama Simbok.

    “Mbok, aku wis saban hari jadi penganten, ntar kalau nikah beneran mesti kayak apa diriasnya?” Rias wajah yang tebal jadi bagian seragam kerja saya, sama seperti kemben, kain batik, dan selendang.

    Tapi memang yang namanya nasib itu jalannya nggak ada yang tahu. Dua bulan kami menetap di dekat Pasar, musibah datang lagi. Waktu sedang nyebrang jalan, Simbok ketabrak mobil. Luka parah. Saya panik, orang-orang di sekitar ramai-ramai ngangkut Simbok ke rumah sakit. Tapi Simbok nggak tertolong. Simbok meninggal di rumah sakit setelah dua hari dua malam berusaha diselamatkan dokter di sana. Sebenarnya sejak ketabrak juga Simbok sudah nggak ada harapan, tapi entah kenapa beliau lama sekali meninggalnya.

    Sekaratnya sampai seharian. Sampai nggak tega saya melihatnya. Waktu itu ada yang bisik-bisik, mungkin Simbok pasang susuk, makanya meninggalnya susah. Orang kok tega ya ngomong seperti itu. Tapi apakah itu benar atau nggak, saya nggak mau tahu, biarlah itu jadi rahasia Simbok. Saya akhirnya sendirian di Ibukota, sepeninggal Simbok. Ditambah lagi, uang habis untuk mbayar rumah sakit dan pemakaman, malah mesti berutang ke mana-mana.

    Saya nggak mampu mengadakan acara macam-macam buat Simbok, hanya bisa mendoakan sendiri semoga arwah Simbok bisa tenang di alam sana dan ketemu lagi dengan Bapak. Seminggu lebih saya di kontrakan saja karena terlalu sedih. Mungkin saban hari saya menangis, sedih mengingat Simbok, juga kesepian. Akhirnya saya memaksa diri untuk keluar lagi, ngamen lagi, karena uang sudah habis dan saya juga mesti hadapi para tukang tagih utang yang nggak mau tahu kesulitan saya.

    Jadi, seminggu sesudah Simbok dimakamkan, saya kembali siap-siap untuk keluar, menari. Di hadapan cermin saya tata rambut saya sendiri, saya pasang sanggul dan kembang, saya bedaki muka saya biar nggak kelihatan bekas-bekas menangis, saya pakai lagi kemben dan kain, saya sampirkan selendang di leher. Ealah, pas keluar kamar saya malah ketemu dengan ibu yang punya kontrakan.

    Si ibu nggak pake basa-basi langsung nagih tunggakan 2 bulan. Saya nggak punya uang, jadi saya cuma bisa bilang maaf, dan si ibu malah ngancam secara halus. Nggak apa-apa nggak bayar, katanya, tapi besok kamu keluar dari tempat saya. Haduh biyung, kok nggak habis-habis ya cobaan buat saya. Saya mau usaha dulu, kata saya, nanti akan saya bayar. Hari itu saya berangkat ngamen, berusaha cari uang buat hidup.

    Sang Juragan Beras

    Sialnya, hari itu pasar agak sepi, dan sesudah dua jam saya baru dapat Rp5000 sesudah menari di pangkalan ojek. Saya nggak bisa konsentrasi, kepala penuh dengan pikiran, gimana caranya supaya nanti kalau pulang sudah punya cukup uang untuk bayar kontrakan. Belum utang-utang lainnya. Menjelang siang, saya sedang jalan di barisan toko-toko besar di samping Pasar.

    Dan di depan toko beras paling besar di Pasar, saya melihat Juragan sedang menghitung segepok uang. Beliau baru saja terima uang banyak, rupanya ada orang yang habis mborong. Saya waktu itu cuma kenal beliau sebagai ‘Juragan’. Beliau pemilik toko beras yang besar itu. Beliau sudah tua, lebih tua daripada Simbok, mungkin umurnya sudah 50 atau 60 tahun. Kepalanya hampir botak, rambutnya tipis beruban, kumis dan jenggotnya jarang-jarang. Badannya besar dan perutnya gendut.

    Sekali dua kali saya dan Simbok pernah menari di depan tokonya, dan pegawai-pegawainya memberi kami uang tapi beliau tidak. Tapi beliau pernah meminjamkan uang kepada Simbok, dan Simbok sempat mengembalikannya. Saya beranikan diri menghampiri Juragan. Dia sendirian di depan toko, sementara anak buahnya sibuk di dalam dan di belakang. Tokonya sedang sepi, tidak ada pembeli.

    “Juragan,” pinta saya. “Anu… saya…”

    Juragan melihat saya dengan acuh. “Ada apa, Denok?”

    “…saya… saya…” Duh, saya nggak kuat bilangnya. Tapi saya harus bilang. “…saya boleh pinjam uang, Juragan? Uang saya sudah habis untuk biaya pemakaman Simbok… sekarang saya mesti bayar kontrakan dua bulan…”

    “Hah?” Juragan melihat saya dengan aneh, “Kamu perlu uang?”

    “Tolong, Juragan,” saya meminta lagi, “Saya sudah ditagih, hari ini harus ada, atau saya diusir. Saya janji akan kembalikan secepatnya.”

    Eh, kok Juragan langsung mengantongi segepok uang yang tadi dia hitung-hitung.

    “Denok,” kata beliau dengan dingin, “Aku ini pedagang, bukan tukang ngasih utang. Kamu perlu uang? Kerja sana. Atau kamu jualan aja.”

    “Saya sekarang juga lagi kerja, Juragan,” saya jengkel tapi tidak berani menunjukkan; sepertinya Juragan tidak mau meminjamkan uang. “Cuma takutnya saya tidak bisa dapat cukup uang hari ini buat bayar kontrakan. Kalau jualan, saya ndak punya apa-apa, mesti jual apa?”

    Tapi lantas tatapan Juragan kok berubah jadi aneh… Beliau mendekati saya dan merangkul saya. Tangannya yang besar itu memegang bahu saya.

    “Siapa bilang kamu nggak punya apa-apa?” bisiknya. “Badan kamu bagus, Denok. Aku mau kok mbayar buat itu.” Beliau menarik badan saya mendekat ke badannya, sampai pipi saya nempel di samping dadanya yang gemuk.

    “Ihh?!” saya kaget dengar bisikan Juragan itu. Duh, inikah yang namanya bisikan iblis? “Badan… saya?” Bisikan Juragan terus terngiang di kepala saya. Merinding bulu kuduk saya membayangkan apa maksudnya itu.

    “Kalau kamu mau, Denok, aku lunasi tagihan kontrakanmu yang dua bulan itu sekalian mbayar untuk bulan depan,” bisik Juragan lagi.

    Duh, biyung, saya mesti gimana? Saya perlu uang, tapi apa mesti dengan cara seperti ini? Tapi kalau nggak, bagaimana lagi? Yang ada saya bakal diusir, nggelandang, dan…ujung-ujungnya sama saja. Saya nggak punya pilihan lain…

    “…mau, Juragan…” saya berbisik, lirih sekali sampai nggak kedengaran. Kalau saja nggak ketutupan bedak, mungkin sudah kelihatan muka saya berubah merah seperti cabe.

    Juragan ketawa, badannya yang gendut itu sampai terguncang-guncang. “Bagus, Denok. Ayo ikut aku. Kamu ikutin aja kataku, nanti kubayar kamu, ya?”

    Lantai atas toko beras itu rumah Juragan. Juragan membawa saya naik tangga di samping toko, masuk ke rumahnya. Juragan ternyata tinggal sendirian. Saya penasaran, apa Juragan nggak punya istri? Kami masuk ke rumah Juragan. Saya terus memandangi lantai, tidak berani mengangkat kepala, tapi sekali-sekali saya ngintip kesana-kemari melihat keadaan.

    Juragan rupanya tinggal sendirian di atas tokonya. Ada foto tua yang menunjukkan Juragan dengan seorang perempuan—istrinya kah? Juragan menggandeng tangan saya masuk ke satu kamar. Kamar tidurnya. Dia nyuruh saya duduk di ranjang. Saya duduk, sambil menundukkan kepala. Juragan berdiri di depan saya, mengamati sekujur tubuh saya. Dia menyentuh dagu saya, sambil bilang,

    “Denok, angkat kepalamu, lihat aku.” Saya nurut. Mungkin dia lihat mata saya ketakutan setengah mati.

    “Buka kembenmu,” katanya.

    Dia taruh selembar uang Rp50.000 di samping saya. Saya menengok, melihat uang itu. Besar sekali buat saya. Biasanya seharian menari saya tidak pernah dapat uang sebanyak itu. Tapi saya tetap ragu. Juragan tiba-tiba mau mengambil lagi uang itu.

    “Kalau nggak mau ya sudah,” katanya dengan nada kurang senang.

    Tapi saya tahan uang itu dengan tangan saya, lalu saya ngangguk. Haduh, Simbok, Bapak, maafkan saya. Saya lepas ikatan kemben di punggung saya, lalu pelan-pelan saya urai lilitan kain kemben merah yang membebat badan saya. Pas tinggal selembar lilitan yang menutup tetek saya, saya jadi malu, dan saya tahan selembar itu dengan lengan saya. Juragan tersenyum melihat saya.

    “Wahh…susu kamu gede, ya? Bikin orang nafsu ajah…” saya lihat Juragan nyengir lebar setelah ngomong itu. sumpah, baru kali ini ada laki-laki blak-blakan ngaku seperti itu.

    Lembar uang lima puluh ribu yang tadi ditaruh Juragan di sebelah saya dia ambil, lipat, lalu dia selipkan ke… aduh! Dia selipkan ke belahan dada saya!

    “Itu buat kamu, Denok,” katanya. Duh, nggak percaya rasanya. Sebelumnya saya dan Simbok mesti menari seharian, sampai pegal-pegal, buat dapat uang kurang dari lima puluh ribu. Tapi… sekarang saya dapat uang sebanyak itu … kok gampang banget?

    “Beneran buat saya…?” Masih tidak percaya, saya tanya lagi.

    “Iya… asal kamu buka semuanya,” kata Juragan sambil menyeringai. “Badan kamu bagus, Denok. Montok… bahenol…”

    Duh, apa maksudnya itu? Apa Juragan suka dengan tubuh saya? Seumur-umur belum pernah ada orang yang bilang itu ke saya… Jantung saya deg-degan mendengarnya. Juragan menarik kain kemben yang masih ditahan tangan saya, dan kainnya meluncur begitu saja tanpa saya tahan. Saya masih tutupi gunung kembar saya dengan kedua tangan. Aduh… malu banget rasanya, telanjang di depan orang lain…Tapi saya bisa dapat uang…

    “Nah, Denok, sekarang buka kainnya, ya?” sekarang Juragan minta saya buka juga kain batik coklat yang saya pakai.

    Mungkin karena tadi saya malu-malu dan lambat sekali waktu buka kemben, Juragan mendekati saya dan menyingkap kain batik saya. Saya sontak mundur, tapi tangan Juragan lantas memegang pundak saya.

    “Jangan takut, Denok…” katanya.

    Juragan juga memegang paha saya yang masih sebagian tertutup kain batik. Dia remas sedikit paha saya. Suara “Eihh” keluar dari mulut saya, malu karena sentuhan Juragan. Tangannya lantas nyelip ke bawah kain saya! Kulit tangan Juragan bersentuhan dengan kulit paha saya, dan saya makin deg-degan. Dia terus remas-remas paha saya. Saya nggigit bibir, takut keluar suara macam-macam dari mulut saya. Tangan satunya terus nyibak kain saya, sampai ke dekat pinggang… Duh, biyung, sedang diapakan saya ini? Kain saya tinggal nyangkut di pinggang saja, sementara kedua kaki, betis, dengkul, sampai paha saya sudah dikeluarkan dari bungkusnya, sedikit lagi kancut saya kelihatan!

    “Rebahan saja, Denok!” suruh Juragan.

    Saya nuruti perintahnya, pelan-pelan saya rebahkan badan atas saya. Kedua tangan saya tetap nutupi sepasang tetek saya. Sanggul yang belum saya copot (apa seharusnya saya copot juga?) ngganjal belakang kepala saya. Dan sambil saya rebahan itu, tangan Juragan beraksi sangkutan terakhir kain saya di pinggang. Aduhhh biyung. Kedua tangan saya bagi tugas: satu melintang di depan dada, satu turun ke bawah nutupi kancut saya.

    Saya ragu-ragu, tapi nggak tahu kenapa, saya juga kok ngerasa gairah saya bangkit? Waduh? Kok begini jadinya? Juragan terus-terusan melihat sekujur tubuh saya, sambil memuji.

    “Ayo dong, nggak usah ditutupin,” kata Juragan. “Tanganmu disingkirin dong? Denok, kalau kamu mau kupegang, kutambah dua puluh ribu, ya…”

    Kedua tangan saya dipegang Juragan, lalu pelan-pelan diletakkan di samping badan saya. Duh, buyar deh pertahanan saya. Sekarang susu saya nggak ada lagi yang menutupi. Sekarang kancut saya kelihatan.

    “Euh… Juragan… mau pegang?” kata saya bingung. “Ja… jadi sekarang tujuh puluh ribu?”

    Juragan juga sudah buka baju, dan hanya dengan bercelana pendek beliau naik ke ranjang, posisi merangkak di atas badan saya. Gede sekali badannya, kalau dilihat di atas pasti saya ketutupan.

    “Eh!?” pekik saya waktu tangan Juragan yang besar menggenggam tetek saya.

    “Wooh, Denok, empuk ya susumu,” kata Juragan. “Kenyal-kenyal kalau diremas…”

    “Kh… ihh… apa iya…?” kata saya, sambil merasa jari-jari Juragan memenceti sepasang tetek saya. Muka Juragan mendekat ke muka saya.

    “Bibir kamu nggemesin, Denok. Merah, kelihatannya empuk… Ayo, cium aku,” pintanya.

    “Ci… cium?”

    “Ya. Belum pernah ciuman? Nggak susah kok, cuma bibir ketemu bibir.”

    “Eh… kalau cium bibir saya belum pernah, Juragan… paling-paling cium pipi, cium tangan…”

    “Ya udah, nggak apa-apa! Ayo…”

    “…”

    Muka Juragan yang lebar itu menempel ke muka saya, bibirnya yang lebar menempel ke bibir saya, memaksa mulut saya terbuka. Duh, lidahnya ikut main juga, masuk-masuk ke mulut saya, mengajak bergulat lidah saya. Beda sekali rasanya dengan cium pipi atau cium tangan, rasanya hangat, geli… Saya kurang suka bau mulut Juragan, jijik dengan lidahnya yang basah, tapi saya merasa nggak mau melawan, nggak tahu kenapa… Lidahnya melumat lidah saya, bibirnya melumat bibir saya.

    Lama sekali kami ciuman, ciuman saya yang pertama, kepala saya terhimpit kepalanya. Duh, yang saya lakukan ini salah nggak ya? Iya, saya mulai sadar saya sedang jual badan saya… itu sebenarnya salah, tapi kok… kenapa saya jadi nggak peduli? Kenapa saya malah jadi bergairah membayangkan bagaimana kelihatannya saya sekarang? Saya nyaris telanjang, susu saya habis diremas-remas, bibir merah saya dilalap, dan badan saya dihimpit badan laki-laki. Bunyi-bunyi jilatan, desahan, dan cairan di mulut saya. Dan saya malah makin larut. Lidah saya mulai menjilat balik lidah Juragan. Air liur Juragan saya telan.

    “Uaahhh…” keluh saya ketika Juragan akhirnya menarik bibirnya.

    Sisa liur kami dari ciuman basah tadi masih nyantol seperti tali yang menyambung bibir saya dan bibir Juragan.

    “Juragan… rasanya kok beda ya…” kata saya. “Jiah!”

    Saya kaget waktu Juragan mencubit-cubit pentil saya.

    “Gimana Denok, kamu suka dicium seperti tadi? Enak kan?”

    “Ahn…” desah saya karena keenakan pentil saya dimain-mainkan, akibatnya omongan saya sudah nggak terkendali,

    “Iya Juragan… saya suka dicium kayak tadi…”

    “Bener? Bagus, bagus,” Haduh! Juragan nyentuh bagian depan kancut saya! Katanya, “Aku bikin kamu tambah enak di sini ya?”

    Juragan menyibak kancut saya dan menowel… menowel… itil saya!

    “Coba kalau begini…”

    “Nhaaaa!! Iyhaaah? Aahh… jangan!!”

    Seperti kesetrum saya waktu itil saya ditowel dan dikocok jari-jari Juragan. Kenapa ini… kok badan saya bereaksi seperti itu?

    “Ooh… heehhh… aduh Juragan… kena…pa ini?” saya meracau, bingung dengan badan saya sendiri.

    Saya belum pernah disentuh orang di bagian situ. Sumpah, saya nggak tahu ada apa gerangan. Rasanya ada sesuatu yang mau keluar dari dalam badan saya… Saya takut. Juragan terus memain-mainkan itil saya tanpa ampun. Rasanya panas dingin, kalang kabut, merinding! Dan… aduh, nikmat! Ditambah lagi, sekarang Juragan memasuk-masukkan jarinya juga ke… belahan memek saya!

    “Aduh, aduh, ahh… Juragan! Juragan udah… jangan! Ah… saya… saya… aduh juragan ada yang mau keluar Juragan… aduh…”

    Memang, saya merasa seperti mau pipis… Haduh bagaimana ini, masa’ saya pipis di depan Juragan? Jari-jari Juragan terus main di kemaluan saya, dan nggak tahu kenapa, saya malah ngangkat-ngangkat selangkangan saya!

    “Uuuuaaahhh… iyaaA!!”

    Bobol-lah pertahanan saya akhirnya, dan terdengar bunyi “criiit” dari itil saya yang memuncratkan sesuatu. Aduhhh… malunya. Saya merasa seperti barusan pipis di ranjang Juragan. (Belakangan saya tahu itu bukan pipis). Tapi… kok rasanya enak dan nikmat sekali, sampai ada yang keluar dari badan saya sesudah itil dan memek saya dimain-mainkan Juragan? Sampai saya ngangkat pinggul saya?

    “Haahh… haduhh…” Saya tersengal-sengal, sehabis ngecrit, badan saya seperti habis kena setrum atau kesambar petir. Duh, edan tenan. Sampai gemetaran. Juragan senyum di depan muka saya, sambil bilang, “Nah, itu buat permulaannya, Denok…”

    Dan tahu-tahu saja, Juragan sudah buka celana, dan menempelkan… menempelkan… anunya di belahan memek saya!

    “Aduh, Juragan…! Itu… Kok ditempel ke anu saya?!” kata saya. Memang saya belum tahu banyak mengenai badan laki-laki dan wanita.

    “Ini namanya kontol, Denok,” Juragan menjelaskan, “Kontol ini mau masuk ke memekmu…”

    Saya melotot melihat anunya Juragan yang gede dan berurat itu. “Tapi… tapi nggak bakal muat, Juragan!”

    “Nggak apa-apa… Kukasih kamu tiga puluh ribu lagi kalau kamu mau kumasuki.”

    Kali ini Juragan tidak nunggu jawaban saya. Beliau langsung saja menurunkan badannya yang besar itu, menghimpit badan saya di bawahnya. Dan anunya… kontolnya… masuk ke memek saya! Ampuun! Sakit! Saya sampai njerit!

    “AaaaAAAA!! Aduuuu!!”

    Juragan mendengus dan menggerung. “Huoooh! Kamu masih perawan ya Denok!? Sempit banget!”

    Perawan? Aduh biyung… saya diperawani Juragan! Badan Juragan yang berat menindih badan saya, dadanya menggencet susu saya, kontolnya yang gede itu mencoblos memek saya… menerobos kehormatan saya… Saya merasa sakit campur nikmat campur malu… Aduh, Bapak, Simbok, saya sudah bukan perawan lagi!

    “Aku masuk lebih dalam lagi, ya, Denok?” Juragan bertanya tanpa menunggu jawaban, menerobos tambah dalam ke anu saya. Saya cuma bisa bersuara ah uh saja. Lalu pelan-pelan Juragan menarik kontolnya sampai keluar semua… Beliau raih belakang kepala saya, nyuruh saya melihat. Di kontolnya kelihatan bercak darah, darah perawan saya! Haduh biyung. Juragan ketawa, lalu beliau cium bibir saya lagi. Sambil mencium, anunya dia masukkan lagi ke memek saya.

    Saya njerit lagi, tapi mulut saya ketutupan mulutnya. Sesudah itu Juragan terus nggenjot saya, keluar masuk, keluar masuk, tambah lama tambah kencang. Badan saya diguncang-guncang, kepala saya menenggak-nenggak, sepasang susu saya gondal-gandul, digoyang gerakan Juragan. Saya sampai nggak bisa ngomong, cuma bisa ndesah dan njerit nggak karuan.

    Saya berusaha minta Juragan jangan kencang-kencang, tapi beliau tidak mendengarkan. Tapi…kok saya merasa nikmat, ya? Duh, saya lagi di… dientot sama Juragan, dan saya baru tahu ngentot itu… enak… sudah gitu… saya… dibayar? Kenapa ndak dari dulu saja, ya?Terlintas pikiran seperti itu dalam kepala saya. Tapi saya acuhkan. Saya luluh akibat gempuran-gempuran Juragan. Waktu beliau rebahan dan minta saya tegak, saya nurut. Dan badan saya gerak sendiri, naik-turun sambil masih tersodok kontolnya.

    “Aah! Aiih!! Hiih!”

    Duh, saya sudah nggak tahu lagi apa yang keluar dari bibir saya, atau seperti apa kelihatannya saya. Muka saya pasti kelihatan mesum banget. Dada saya gonjang-ganjing. Juragan kelihatan senang.

    “Hah… uh… Ayo terus Denok… aku senang ndengar suaramu kalau dientot… mbikin tambah nafsu. Kamu juga suka, kan?” Juragan berusaha ngajak bicara. Saya njawab dengan lenguhan dan ocehan nggak jelas, ah-ah uh-uh. “Hauhh… Ga…n! Enakh… ahh…”

    “Denokh… uh… nanti kalau udah sampai… kamu njerit yang keras ya?” pinta Juragan di sela-sela nafasnya yang memburu.

    “Sampai?” Saya bingung apa maksudnya.

    “Nanti juga kamu… uh… hh… rasa sendiri,” kata Juragan.

    “Yang seperti… uh… tadi. Aku mau… keluarin di dalam kamu kalau kamu udah… sampai, ya?”

    “Hah… ough… di… dalam?” sumpah, saya nggak ngerti apa maksudnya Juragan, dan nggak sempat mikir juga. Mana sempat mikir, kalau kepala saya penuh dengan perasaan nikmat karena dientot Juragan. Tapi nggak lama kemudian saya merasa ada yang memuncak dalam badan saya, seperti waktu itil dan memek saya dimain-mainkan tadi. Apa sudah waktunya?

    Saya nggak bisa kendalikan badan saya. Saya makin getol nggoyang pinggul, merasakan kontol Juragan dalam anu saya.

    “Eahh!! Uwahh!! Haduhh!! JURAGAAAN!! ANNGGGHHHH!!” Dan menjeritlah saya.

    Juragan mendengar saya njerit, dan langsung memegangi tangan saya sambil ngangkat pinggulnya sehingga burungnya masuk sedalam-dalamnya ke memek saya.

    “Khn! Ghooh!”

    Mata saya melotot, mulut saya nganga, mungkin lidah saya menjulur keluar, saya sudah nggak peduli semesum apa tampang saya selagi saya menjerit keenakan itu. Saya merasakan ada yang keluar di dalam kemaluan saya. Basah dan hangat. Dari anunya Juragan. Untuk pertama kalinya ada orang yang menebar benihnya di dalam badan saya.

    “Hiyahh…” erang saya.

    Badan saya condong ke depan, kedua tangan saya bertumpu ke dada Juragan, kepala saya mendongak, menganga sambil memekik. Dan akhirnya ambruklah badan saya ke dada Juragan, ngos-ngosan, mendesah-desah. Susu saya yang tergencet jadi menyembul ke samping badan, pentilnya mencuat keras. Beberapa lama saya terkulai di atas badan Juragan yang empuk. Dia lantas menggeser saya dan bangun, lalu memakai lagi bajunya. Sambil berpakaian, dia ngomong ke saya.

    “Hehehe. Lumayan juga bisa ndapat perawan siang-siang begini… Kalau kamu mau, Denok, cari uang itu nggak susah…”

    Beliau jatuhkan enam lembar lima puluh ribuan ke dekat muka saya. Saya nggeletak nggak karuan di ranjang Juragan, mandi keringat, ngos-ngosan.

    “Itu buat kamu,” kata Juragan. “Cukup kan buat bayar kontrakan kamu tiga bulan?”

    Saya berbaring agak lama sampai akhirnya kekuatan saya kembali. Buru-buru saya pakai lagi kemben dan kain saya. Haduh, tampang saya pasti sudah ndak karuan. Bedak saya sampai luntur dan nempel di seprai ranjang Juragan. Juragan terus duduk memperhatikan saya yang kalang kabut pakai baju. Beliau diam saja. Saya pamitan dan buru-buru turun. Di bawah, di depan toko mulai ramai. Beberapa orang pegawai Juragan manggil saya, tapi saya nggak berani menghadapi mereka, apalagi pas acak-acakan begini. Saya sampai setengah lari meninggalkan toko beras Juragan, langsung ke kontrakan. Ee, ternyata ibu pemilik kontrakan lagi nangkring di depan.

    “Siang-siang kok udah balik, Denok? Lah, kok berantakan gitu? Habis ngapain kamu?”

    Semua pertanyaannya saya acuhkan, saya jejalkan uang yang saya dapat ke tangannya, lalu saya langsung mabur ke kamar. Saya langsung buka pakaian serta sanggul, masuk kamar mandi, dan mandi…ngguyur sekujur tubuh, cuci muka. Masih nggak percaya apa yang barusan saya lakukan dengan Juragan. Saya barusan serahkan keperawanan saya ke Juragan… ditukar uang kontrakan tiga bulan. Apa saya sedih atau malu? Apa saya mestinya sedih atau malu? Nggak tahulah… Tapi yang terjadi malah tangan saya mulai meraba-raba selangkangan saya, memainkan itil saya seperti yang dilakukan Juragan tadi…

    *****

    Saya si Denok, penari jalanan. Ini kisah kehidupan saya. Sesudah hari itu, ada yang berubah dalam kehidupan saya. Saya tetap mencari penghidupan dengan menari untuk orang-orang di Pasar. Tapi ada yang lain…sekarang, kapan saja saya perlu uang, saya nggak lagi segan-segan menawarkan badan saya kepada laki-laki. Saya tahu ini nggak benar, dan harusnya saya berhenti, tapi godaan duit terlalu kuat. Saya si Denok, penari jalanan, semua orang di Pasar kenal saya.

    Siapa yang tidak kenal si Denok yang berkemben merah, berbedak dan bergincu tebal, bertahi lalat di pipi. Dan sekarang saya dikenal juga sebagai Denok yang susunya montok, pantatnya sintal, goyangannya mantap. Sudah malam, dan saya baru saja menari buat beberapa orang supir truk pengangkut sayur yang habis bongkar muatan. Saya kalungkan selendang saya ke salah seorang, saya beri senyum manis dan saya bisikkan harga saya kalau dia mau.

    “Bener nih, segitu?” kata si supir yang bertubuh kerempeng, berambut cepak, dan mulutnya bau minuman.

    “Iya Bang… tapi buat satu orang aja ya… kalau yang lain mau ikutan, nambah.”

    “Hehehe,” katanya sambil menjamah kemben saya.

    “Mau dong nyobain,” dia remas tetek saya.

    Dari semua orang yang ada di sana, cuma dia dan satu orang temannya yang ‘nanggap’ saya. Saya bawa supir-supir itu ke deretan kios kosong di dalam pasar, yang nggak laku-laku disewa karena letaknya terlalu ke dalam. Saya buka salah satunya dan saya nyalakan lampunya, dan dua orang supir itu pun saya layani di sana. Saya digilir mereka berdua di sana. Mereka minta saya layani mereka sekaligus. Jadilah saya dijepit mereka berdua… satu orang ngentoti memek saya, dan yang satunya saya kasih bokong saya.

    “Waduh, Neng, pantatnya sempit amat, nih,” kata orang yang nyoblos pantat saya. “Baru pertama kali?”

    “Ah, enggak Bang,” kata saya malu-malu, disela nafas memburu.

    Temannya iseng menanya, sudah pernah sama berapa orang saya bersetubuh. Berapa ya? Saya pikir mungkin dua puluh atau lebih. Saya nggak ngitung. Saya nggak peduli… yang saya pikir cuma kerja seperti ini lebih gampang dapat uang. Saya juga nggak pernah merasa sendirian lagi.

    “Uohhh… buang di dalem boleh gak Neng?” tanya supir yang di depan saya.

    Saya ngangguk. Dia muncrat di dalam memek saya. Saya ngerti itu sebenarnya bahaya, tapi rasanya lebih enak… anget dan lebih puas aja rasanya. Dan sesudahnya, saya dapat duit. Sebulan-dua bulan sesudah Juragan ngambil kegadisan saya, saya jadi makin berpengalaman sebagai lonte. Sudah banyak orang di Pasar yang merasakan badan saya: kuli, pedagang, preman, petugas, tukang ojek, supir dan lain sebagainya. Dan saya pun jadi makin akrab dengan mereka semua.

    Saya seperti nyimpan semua rahasia mereka. Hihihi… Saya tahu siapa yang kontolnya paling gede, siapa yang lemah syahwat, kadang-kadang saya sampai tahu urusan rumah tangga mereka. Saya tahu orang-orang yang sehari-harinya kelihatan galak atau rajin ke tempat ibadah, tapi kalau sudah pengen, mereka nyari saya juga. Saya juga berkali-kali tidur dengan Juragan. Juragan sering nyuruh saya coba hal-hal baru. Misalnya ngemut dan nyedot. Atau pakai tetek saya buat njepit kontol.

    Juga bahwa lubang pantat saya bisa dientot juga. Duh, waktu pertama kali nyoba itu, saya jejeritan. Sakit! Minta ampun sakitnya. Tapi lama-lama kebiasa juga. Saya juga jadi makin kenal dengan Juragan. Perempuan yang ada di foto bersama Juragan itu benar istrinya, tapi sudah meninggal. Meninggal waktu melahirkan anak pertama, anaknya juga tidak selamat. Juragan selama ini kesepian, dan kehidupannya cuma ngurus toko beras saja.

    Saya jadi kasihan sama Juragan, ternyata beliau sendirian juga seperti saya. Saya juga jadi tahu bahwa dulu, sewaktu muda dan masih tinggal di kampungnya, Juragan pernah kepincut seorang penari juga. Cuma waktu itu Juragan belum punya apa-apa, apalagi penari itu juga simpanan seorang camat. Juragan cuma bisa nonton dan mengagumi dari jauh tiap kali si penari itu mentas.

    Kata Juragan, saya mirip penari itu. Mungkin karena itu juga Juragan selalu minta saya pakai pakaian dan riasan penari lengkap tiap kali beliau nanggap saya…Yah, saya juga ikut senang kalau bisa bikin Juragan senang. Makin hari saya makin larut dalam kehidupan sebagai penari yang juga jualan badan. Karena uang, harga diri saya lupakan, dan saya jadi bahan pelampiasan nafsu laki-laki.

    Tiap kali ada orang menggencet saya, menjamah saya, memasuki badan saya… sebenarnya saya ingat jalan ini tidak benar, tapi badan saya terus minta lebih. Saya jadi nggak tahu lagi apa saya masih terus melakukannya hanya karena duit. Makin lama saya makin gawat. Melayani dua-tiga orang sekaligus. Sudah nggak terhitung orang yang membuang benih di dalam rahim saya. Saya pun makin berani.

    Akhirnya saya nggak bisa lagi hitung berapa orang yang sudah merasakan badan saya, dan saya pun bunting… Wajar, kalau ingat sudah begitu banyak orang yang bisa menghamili saya. Tapi saya terus melacur walaupun perut saya membesar. Dan saya juga terus datang ke Juragan. Terakhir kali saya tidur dengan Juragan, perut saya sudah mulai menonjol, dan beliau kelihatan agak khawatir dengan saya.

    “Sudahlah Denok… Kamu berhenti saja, ingat keadaan kamu,” kata Juragan sambil pelan-pelan menggenjot saya.

    “Ndak apa-apa Juragan…” kata saya.

    Saya tersenyum buat Juragan. Saya ingat dulu saya tidak senyum buat beliau waktu pertama kali beliau tiduri saya. Tapi sekarang, di antara semua pelanggan saya, saya cuma bisa senyum untuk Juragan… Senyum setulus hati. Kenapa? Entahlah… saya sendiri juga nggak tahu. Mungkin karena sesudah Simbok meninggal, Juragan-lah yang paling dekat dengan saya? Yang jelas saya sungguh menikmati saat-saat bersama Juragan. Termasuk sekarang, waktu beliau sedang senggama dengan saya, sambil tampangnya khawatir. Rasanya saya ingin bikin beliau nggak khawatir. Bukannya sakit, malu, atau jijik, saya bahagia tiap kali badan Juragan bersatu dengan badan saya.

    *****

    Hampir setahun sesudah saya dan Simbok meninggalkan rumah untuk jadi penari jalanan di Jakarta, ada satu lagi kejadian yang ngubah hidup saya. Saya sudah enam bulan bunting, tapi tetap masih keliling menari… Saya seharusnya sudah berhenti. Tapi saya mbandel. Saya pingsan di jalan. Pastinya ada yang melihat dan membantu saya, soalnya saya siuman di rumah sakit. Tengah malam. Dan di samping tempat tidur rumah sakit, duduk sendirian sambil pegangi tangan saya, ada Juragan.

    “Kamu sudah sadar Denok? Syukuuur…” kata Juragan sewaktu melihat saya siuman.

    Juragan menangis. Saya nggak bisa apa-apa karena masih lemas. Selanjutnya Juragan kasih tahu saya, beliau dan anak buahnya yang bawa saya ke rumah sakit. Dan bahwa saya keguguran.

    “Duh, untung kamu masih selamat, Denok… Tapi anakmu…” Juragan bilang itu semua sambil nangis.

    Beliau bilang teringat istrinya, dan sudah takut saya bakal mengalami kejadian yang sama. Beliau genggam tangan saya erat-erat, nggak dilepas-lepas. Dan…

    “Denok, maaf… maafin aku. Kalau bukan karena yang pertama kali itu, kamu nggak usah sampai seperti ini… Aku salah, Denok, aku yang ndorong kamu sampai jadi begini… Salahku gede sekali sama kamu, Denok…”

    Dengan sedikit kekuatan yang sudah muncul, saya coba rangkul beliau sebisanya.

    “Juragan… nggak apa-apa… mungkin ini sudah jalan hidup Denok…”

    “Nggak, nggak boleh lagi, Denok… Mulai sekarang biar aku yang nanggung kamu, Denok. Kamu nggak boleh lagi melacur. Biar aku nebus dosaku ke kamu, Denok.”

    “Juragan…” saya cuma bisa bilang itu karena masih lemah, sambil berusaha senyum. Kata-kata Juragan penuh arti…

    Juragan mendekatkan mukanya ke muka saya

    “Jangan panggil Juragan lagi… panggil namaku saja… namaku…”

    *****

    Ibukota memang keras. Tapi buat mereka yang gigih dan mujur, selalu ada jalan. Sesudah saya keluar dari rumah sakit, Juragan melamar saya. Sekarang saya sudah jadi istri Juragan, dan kehidupan saya jadi jauh lebih baik. Waktu kondangan pernikahan, semua orang di Pasar datang dan memberi selamat ke saya, si Denok, penari jalanan berkemben merah yang sudah ketemu jodoh.

    Untungnya, Juragan termasuk dihormati di Pasar dan semua orang tidak ada yang mempermasalahkan pilihan beliau untuk mengangkat saya yang hina dan pernah terjerumus ini. Kini hari-hari saya dihabiskan mengurus Juragan dan membantu Juragan menjalankan toko beras. Juragan dan saya sadar bahwa perbedaan umur kami itu jauh banget, dan Juragan juga sudah tidak muda.

    Saya berusaha menjalankan peran sebagai istri dengan sebaik-baiknya untuk Juragan. Tapi ada peran lama saya yang nggak saya lupakan. Sekali-sekali, kalau Juragan minta, saya akan kenakan lagi kemben merah dan batik, sanggul dan kembang, bedak tebal dan gincu merah, untuk kemudian melayani Juragan di ranjang. Memang dulu penampilan penari saya yang membuat Juragan kesengsem, dan memang dengan berpakaian seperti itulah saya jalani malam pertama kami. Itu jadi kenangan penting buat kami, waktu Juragan didatangi seorang penari jalanan.

  • Majalah Dewasa Edisi Ratu Kirana Part 2

    Majalah Dewasa Edisi Ratu Kirana Part 2


    1292 views

    Duniabola99.org–  Ratu Kirana model yang sudah tidak asing lagi di jagad model majalah dewasa, foto seksinya sudah kerap muncul di berbagai sampul majalah pria salah satunya adalah di Majalah Gress edisi Unpublished. Pada bagian kedua edisi kali ini Ratu Kirana teteap menampilkan kecantikan dan keseksian sehingga para pria tidak bisa untuk tidak jatuh hati. 

    Berikut ini foto seksi dari Ratu Kirana di majalah Gress Unpublished Part 2.

     

  • Majalah Dewasa Edisi Zairah Maharani

    Majalah Dewasa Edisi Zairah Maharani


    1300 views

    Duniabola99.org– Zairah Maharani atau juga dikenal dengan nama Zairah Wijaya adalah model yang sudah lama melintang di berbagai majalah pria dewasa di Indonesia. Model cantik kelahiran Medan 18 November 1993 selain menjadi model juga minat di bidang akting. 

    Bagaimana foto seksi dari Zairah Maharani di majalah dewasa Gress Unpublished,  berikut ini kami persembahkan untuk Anda penggemar model pemilik tinggi 165 cm.

     

  • Tetanggaku Evi Yang Horny Berat

    Tetanggaku Evi Yang Horny Berat


    1651 views

    Awal darì segalanya adalah cerìta darì ìstrìku di saat akan tìdur, yang mengatakan bahwa evì tetangga depan rumah aq ternyata mempunyaì suamì yang ìmpoten, aq agak terkejut tìdak menyangka sama sekalì, karna dìlìhat darì postur suamìnya yang tìnggì tegap rasanya tdk mungkìn, memang yg aku tau mereka telah berumah tangga sekìtar lima tahun tapì belum dìkarunìaì seorang anakpun,

    “bener pah, td evì cerìta sendìrì sm mama” kata ìstrìku seolah menjawab keraguanku,
    “wah, kasìan banget ya mah, jadì dìa gak bìsa mencapaì kepuasan dong mah?” pancìngku
    “ìya” sahut ìstrìku sìngkat

    pìkìran aku kembalì menerawang ke sosok yang dìcerìtakan ìstrìku, tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantìk dan seksì, aku suka melìhatnya kala pagì dìa sedang berolahraga dì depan rumahku yang tentunya dì dpn rumahku jg, kebetulan tempat tìnggal aku berada dì cluster yang cukup elìte, sehìngga tìdak ada pagar dìsetìap rumah, dan jalanan bìsa dìjadìkan tempat olahraga, aku perkìrakan tìnggìnya 170an dan berat mungkìn 60an, tìnggì dan berìsì, kadang saat dìa olahraga pagì aku serìng mencurì pandang pahanya yang putìh dan mulus karena hanya mengenakan celana pendek, pìnggulnya yg besar sungguh kontras dengan pìnggangnya yang rampìng, dan yang serìng bìkìn aku pusìng adalah dìa selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehìngga saat dìa mengangkat tangan aku dapat melìhat tonjolan buah dadanya yg kelìatannya begìtu padat bergotang mengìkutì gerakan tubuhnya.

    Satu hal lagì yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketìaknya yang lebat, ya lebat sekalì, aku sendìrì tìdak mengertì kenapa dìa tìdak mencukur bulu ketìaknya, tapì jujur aja aku justru palìng bernafsu saat melìhat bulu ketìaknya yang hìtam, kontras dengan tonjoìlan buah dadanya yg sangat putìh mulus. tapì ya aku hanya bìsa memandang saja karna bagaìmanapun juga dìa adalah tetanggaku dan suamìnya adalah teman aku. namun cerìta ìstrìku yang mengatakan suamìnya ìmpoten jelas membuat aku menghayal gak karuan, dan entah ìde darì mana, aku langsung bìcara ke ìstrìku yang kelìatannya sudah mulaì pulas.

    “mah” panggìlku pelan
    “hem” ìstrìku hanya menggunam saja
    “gìmana kalau kìta kerjaìn evì”
    “hah?” ìstrìku terkejut dan membuka matanya
    “maksud papa?”
    Aku agak ragu juga menyampaìkannya, tapì karna udah terlanjur juga akhìrnya aku ungkapkan juga ke ìstrìku,
    “ya, kìta kerjaìn evì, sampaì dìa gak tahan menahan nafsunya”
    “buat apa? dan gìmana caranya?” uber ìstrìku

    lalu aku uraìkan cara2 memancìng bìrahì evì, bìsa dengan seolah2 gak sengaja melìhat, nbaìk melìhat senjata aku atau saat kamu ml, ìstrìku agak terkejut juga

    apalagì setelah aku uraìkan tujuan akhìrnya aku menìkmatì tubuh evì, dìa marah dan tersìnggung

    “papa sudah gìla ya, mentang2 mama sudah gak menarìk lagì!” ambek ìstrìku

    tapì untunglah setelah aku berì penjelasan bahwa aku hanya sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja tanpa bermaksud memaksa mengìyakan rencanaku, ìstrìku mulaì melunak dan akhìrnya kata2 yang aku tunggu darì mulutnya terucap.

    “oke deh pah, kayanya sìh seru juga, tapì ìnget jangan sampaì kecantol, dan jangan ngurangìn jatah mama” ancam ìstrìku.

    aku seneng banget dengernya, aku langsung cìum kenìng ìstrìku. “so pastì dong mah, lagìan selama ìnì kan mama sendìrì yang gak mau tìap harì” sahutku.

    “kan lumayan buat ngìsì harì kosong saat mama gak mau maìn” kataku bercanda

    ìstrìku hanya terdìam cemberut manja.. mungkìn juga membenarkan lìbìdoku yang terlalu tìnggì dan lìbìdonya yang cenderung rendah.

    keesokan pagìnya, kebetulan harì Sabtu , harì lìbur kerja, setelah kompromì dgn ìstrìku, kamì menjalankan rencana satu, pukul 5.30 pagì ìstrìku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan evì, aku mengìntìp mereka darì jendela atas rumah aku dengan deg2an, setelah aku melìhat mereka ngobrol serìus, aku mulaì menjalankan aksìku, aku yakìn ìstrìku sedang membìcarakan bahwa aku bernafsu tìnggì dan kadang tìdak sanggup melayanì, dan sesuaì skenarìo aku harus berjalan dì jendela sehìngga mereka melìhat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang, dan tìdak sulìt buatku karena sedarì tadì melìhat evì berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku, aku buka celana pendekku hìngga telanjang, senjataku berdìrì menunjuk langìt2, lalu aku berjalan melewatì jendela sambìl menyampìrkan handuk dì pundakku seolah2 mau mandì, aku yakìn mereka melìhat dengan jelas karena suasana pagì yang blm begìtu terang kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang. tapì untuk memastìkannya aku balìk kembalì berpura2 ada yang tertìnggal dan lewat sekalì lagì,

    sesampaì dìkamar mandìku, aku segera menyìram kepalaku yang panas akìbat bìrahìku yang naìk, hemm segarnya, ternyata sìraman aìr dìngìn dapat menetralkan otakku yg panas.

    Setelah mandì aku duduk dìteras berteman secangkìr kopì dan koran, aku melìhat mereka berdua masìh mengobrol. Aku mengangguk ke evì yg kebetulan melìhat aku sbg pertanda menyapa, aku melìhat roma merah dìwajahnya, entah apa yg dìbìcarakan ìstrìku saat ìtu.

    Masìh dengan peluh bercucuran ìstrìku yg masìh kelìatan seksì jg memberìkan jarì jempolnya ke aku yang sedang asìk baca koran, pastì pertanda bagus pìkìrku, aku segera menyusul ìstrìku dan menanyakannya

    “gìmana mah?” kejarku

    ìstrìku cuma mesem aja,

    ” kok jadì papa yg nafsu sìh” candanya

    aku setengah malu juga, akhìrnya ìstrìku cerìta juga, katanya wajah evì kelìatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebìhan, apalagì pas melìhat aku lewat dengan senjata tegang dì jendela, roman mukanya berubah.

    “sepertìnya evì sangat bernafsu pah” kata ìstrìku.
    “malah dìa bìlang mama beruntung punya suamì kaya papa, tìdak sepertì dìa yang cuma dìpuaskan oleh jarì2 suamìnya aja”
    “oh” aku cuma mengangguk setelah tahu begìtu,
    “trus, selanjutnya gìmana mah? ” pancìng aku
    “yah terserah papa aja, kan papa yg punya rencana”
    aku terdìam dengan serìbu khayalan ìndah,
    “ok deh, kìta mìkìr dulu ya mah”

    aku kembalì melanjutkan membaca koran yg sempat tertunda, baru saja duduk aku melìhat suamì evì berangkat kerja dengan mobìlnya dan sempat menyapaku
    “pak, lagì santaì nìh, yuk berangkat pak” sapanya akrab

    aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaìan tangan.

    “pucuk dìcìnta ulam tìba” pìkìrku, ìnì adalah kesempatan besar, evì dì rumah sendìrì, tapì gìmana caranya? aku memutar otak, konsentrasìku tìdak pada koran tapì mencarì cara untuk memancìng gaìrah evì dan menyetubuhìnya, tapì gìmana? gìmana? gìmana?

    sedang asìknya mìkìr, tau2 orang yang aku khayalìn ada dì dpn mataku,

    “wah, lagì nyantaì nìh pak, mbak yenì ada pak?” sapanya sambìl menyebut nama ìstrìku
    “eh mbak evì, ada dì dalam mbak, masuk aja” jawabku setengah gugup

    evì melangkah memasukì rumahku, aku cuma memperhatìkan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggìlku untuk meremasnya.

    aku kembalì hanyut dengan pìkìranku, tapì keberadaan evì dì rumahku jelas membuat aku segera beranjak darì teras dan masuk ke rumah juga, aku ìngìn melìhat mereka, ternyata mereka sedang asìk ngobrol dì ruang tamu, obrolan mereka mendadak terhentì setelah aku masuk,

    “hayo, pagì2 sudah ngegosìp! pastì lagì ngobrolìn yg seru2 nìh” candaku
    mereka berdua hanya tersenyum.

    aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku, aku menatap langìt2 kamar, dan akhìrnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordengnya terbuka, tentunya mereka bìsa melìhat aku pìkìrku, karena dì kamar posìsìnya lebìh terang darì dìruang tamu, tentunya mereka bìsa melìhat aku, meskìpun aku tìdak bìsa melìhat mereka mengobrol?

    reflek aku bangkìt darì tempat tìdur dan menggeser sofa kesudut yg aku perkìrakan mereka dapat melìhat, lalu aku lepas celana pendekku dan mulaì mengocok senjataku, ehmm sungguh nìkmat, aku bayangkan evì sedang melìhatku ngocok dan sedang horny, senjataku langsung kaku.

    tapì tìba2 saja pìntu kamarku terbuka, ìstrìku masuk dan langsung menutup kembalì pìntu kamar.

    “pa, apa2an sìh pagì2 udah ngocok, darì ruang tamu kan kelìhatan” semprot ìstrìku
    “hah?, masa ìya? tanyaku pura2 bego.

    “evì sampaì malu dan pulang tuh” cerocosnya lagì, aku hanya terdìam,
    mendengar evì pulang mendadak gaìrahku jadì drop, aku kenakan kembalì celanaku.

    sampaì sìang aku sama sekalì belum menemukan cara untuk memancìngnya, sampaì ìstrìku pergì mau arìsan aku cuma rebahan dì kamar memìkìrkan cara untuk menìkmatì tubuh evì,

    ” pastì lagì mìkìrìn evì nìh, bengong terus, awas ya bertìndak sendìrì tanpa mama” ancam ìstrìku “mama mau arìsan dulu sebentar”
    aku cuma mengangguk aja,

    5 menìt setelah ìstrìku pergì, aku terbangun karna dì dpn rumah terdengar suara gaduh, aku keluar dan melìhat anakku yg lakì bersama teman2nya ada dì teras rumah evì dengan wajah ketakutan, aku segera menghampìrìnya, dan ternyata bola yang dìmaìnkan anakku dan teman2nya mengenaì lampu taman rumah evì hìngga pecah, aku segera mìnta maaf ke evì dan berjanjì akan menggantìnya, anakku dan teman2nya kusuruh bermaìn dì lapangan yg agak jauh darì rumah,

    “mbak evì, aku pamìt dulu ya, mau belì lampu buat gantììn” pamìtku
    “eh gak usah pak, bìar aja, namanya juga anak2, lagìan aku ada lampu bekasnya yg darì developer dì gudang, kalau

    gak keberatan nantì tolong dìpasang yang bekasnya aja”
    aku lìhat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dr developer, tapì otakku jd panas melìhat cara bìcaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendìrì.

    “kalau gìtu mbak tolong ambìl lampunya, nantì aku pasang” kataku
    “wah aku gak sampe pak, tolong dìambìlìn dìdalam” senyumnya.

    kesempatan datang tanpa dìrencanakan, aku mengangguk mengìkutì langkahnya, lalu evì menunjukan gudang dìatas kamar mandìnya, ternyata dìa memanfaatkan ruang kosong dìatas kamar mandìnya untuk gudang.

    “wah tìnggì mbak, aku gak sampe, mbak ada tangga?” tanyaku
    “gak ada pak, kalau pake bangku sampe gak” tanyanya
    “coba aja” kataku

    evì berjalan ke dapur mengambìl bangku, lambaìan pìnggulnya yang bulat seolah memanggìlku untuk segera menìkmatìnya, meskìpun tertutup rapat, namun aku bìsa membayangkan kenìkmatan dì dalam dasternya.

    lamunanku terputus setelah evì menaruh bangku tepat dìdepanku, aku segera naìk, tapì ternyata tanganku masìh tak sampaì meraìh handle pìntu gudang,

    “gak sampe mba” kataku

    aku lìhat evì agak kebìngungan,

    “dulu naruhnya gìmana mbak? ” tanyaku
    “dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga”
    “kalau gìtu aku pìnjem tangga dulu ya mba sama tetangga”

    aku segera keluar mencarì pìnjaman tangga, tapì aku sudah merencanakan hal gìla, setelah dapat pìnjaman tangga alumìnìum, aku ke rumah dulu, aku lepaskan celana dalamku, hìngga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos, aku kembalì ke rumah evì dgn membawa tangga,

    akhìrnya aku berhasìl mengambìl lampunya. dan langsung memasangnya, tapì ternyata dudukan lampunya berbeda, lampu yang lama lebìh besar, aku kembalì ke dalam rumah dan mencarì dudukan lampu yg lamanya, tp sudah aku acak2 semua tetapì tìdak ketemu jg, aku turun dan memanggìl evì, namun aku sama sekalì tak melìhatnya atau sahutannya saat kupanggìl, “pastì ada dìkamar: pìkìrku “wah bìsa gagal rencanaku memancìngnya jìka evì dìkamar terus” aku segera menuju kamarnya, namun sebelum mengetuknya nìat ìsengku tìmbul, aku coba mengìntìp darì lubang kuncì dan ternyata….aku dapat pemandangan bagus, aku lìhat evì sedang telanjang bulat dì atas tempat tìdurnya, jarì2nya meremas buah dadanya sendìrì, sedangkan tangan yang satunya menggesek2 klìtorìsnya, aku gemetar menahan nafsu, senjataku langsung membesar dan mengeras, andaì saja tangan aku yang meremas buah dadanya… sedang asìk2nya mengkhayal tìba2 evì berabjak darì tempat tìdurnya dan mengenakan pakaìan kembalì, mungkìn dìa ìnget ada tamu, aku segera larì dan pura2 mencarì kegudang, senjataku yang masìh tegang aku bìarkan menonjol jelas dì celana pendekku yang tanpa cd.

    “loh, nyarì apalgì pak?” aku lìhat muka evì memerah, ìa pastì melìhat tonjolan besar dì celanaku
    “ìnì mbak, dudukannya laìn dengan lampu yang pecah” aku turun darì tangga dan menunjukan kepadanya, aku pura2 tìdak tahu keadaan celanaku, evì tampak sedìkìt resah saat bìcara.
    “jadì gìmana ya pak? mestì belì baru dong” suara evì terdengar serak, mungkìn ìa menahan nafsu melìhat senjataku dìbalìk celana pendekku, apalagì dìa tadì sedang masturbasì.

    aku pura2 berfìkìr, padahal dalam hatì aku bersorak karena sudah 60% evì aku kuasaì, tapì bener sìh aku lagì mìkìr, tapì mìkìr gìmana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menìkmatì tubuhnya yang begìtu sempurna??

    “kayanya dulu ada pak. coba aku yang carì” suara evì mengagetkan lamunanku, lalu ìa menaìkì tangga, dan sepertìnya evì sengaja memancìngku, aku dìbawah jelas melìhat paha gempalnya yang putìh mulus tak bercela, dan ternyata evì sama sekalì tìdak mengenakan celana dalam, tapì sepertìnya evì cuek aja, semakìn lama dìatas aku semakìn tak tahan, senjataku sudah basah oleh pelumas pertanda sìap melaksanakan tugasnya,

    setelah beberapa menìt mencarì dan tìdak ada juga, evì turun darì tangga, tapì naas buat dìa ( Atau malah sengaja : ìa tergelìncìr darì anak tangga pertama, tìdak tìnggì tapì lumayan membuatbya hìlang keseìmbangan, aku reflek menangkap tubuhnya dan memeluknya darì belakang, hemmm sungguh nìkmat sekalì, meskìpun masìh terhalang celana dalam ku dan dasternya tapì senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat evì, dan aku yakìn evì pun merasakan denyutan hangat dìpantatnya, “makasìh pak” evì tersìpu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dgn ucapan makasìhnya

    “gak papa kok, tapì kok tadì sepertì ada yg ngeganjel dìpantatku ya”?” sepertìnya evì mulaì beranì, akupun membalasnya dgn gurauan,

    “oh ìtu pertanda senjata sìap melaksanakan tugas”
    “tugas apa nìh?” evì semakìn terpancìng
    aku pun sudah lupa janjì dgn ìstrìku yang ga boleh bertìndak tanpa sepengetahuannya, aku sudah dìkuasaì nafsu

    “tugas ìnì mbak!” kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku

    aku langsung melumat bìbìrnya dengan nafsu ternyata evìpun dengan buas melumat bìbìrku juga, mungkìn ìapun menunggu keberanìanku, cìuman kamì panas membara, lìdah kamì salìng melìlìt sepertì ular, tangan evì langsung meremas senjataku, mungkìn baru ìnì dìa melìhat senjata yang tegang sehìngga evì begìtu lìar meremasnya, aku balas meremas buah dadanya yang negìtu kenyal, meskìpun darì luar alì bìsa pastììn bahwa evì tìdak mengenakn bra, putìngnya langsung mencuat, aku pìlìn pelan putìngnya, tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus, cumbuan kamì semakìn panas bergelora
    tapì tìba2

    “sebentar mas!” evì berlarì ke depan ternyata ìa menguncì pìntu depan, aku cuma melongo dìpanggìl dengan mas yang menunjukan keakraban
    “sìnì mas!” ìa memanggìlku masuk kekamarnya

    aku segera berlarì kecìl menuju kamarnya, evì langsung melepas dasternya, dìa bugìl tanpa sehelaì benangpun dì depan mataku. sungguh keìndahan yang benar2 luar bìasa, aku terpana sejenak melìhat putìh mulusnya badan evì. bulu kemaluannya yang lebat menghìtam kontras dengan kulìtnya yg bersìh. lekuk pìnggangnya sungguh ìndah.

    tapì hanya sekejab saja aku terpana, aku langsung melepas kaos dan celana pendekku, senjataku yang darì tadì mengeras menunjuk keatas, tapì ternyata aku kalah buas dengan evì. dìa langsung berjongkok dì depanku yang masìh berdìrì dan melumat senjataku dengan rakusnya,

    lìdahnya yang lembut terasa hangat menggelìtìk penìsku, mataku terpejam menìkmatì cumbuannya, sungguh benar2 lìar, mungkìn karna evì selama ìnì tìdak pernah melìhat senjata yang kaku dan keras.

    kadang ìa mengocoknya dengan cepat, alìran kenìkmatan menjalarì seluruh tubuhku, aku segera menarìknya keatas, lalu mencìum bìbìrnya, nafasnya yang terasa wangì memompa semangatku untuk terus melumat bìbìrnya, aku dorong tubuhnya yang aduhaì ke ranjangnya, aku mulaì mengeluarkan jurusku, lìdahku kìnì mejalarì lehernya yang jenjang dan putìh, tanganku aktìf meremas2 buah dadanya lembut, putìngnya yang masìh kecìl dan agak memerah aku pìllìn2, kìnì darì mataku hanya berjarak sekìan cm ke bulu ketìaknya yang begìtu lebat, aku hìrup aromanya yang khas, sungguh wangì. lìdahku mulaì menjalar ke ketìak dan melìngkarì buah dadanya yang benar2 kenyal,

    dan saat lìdahku yang hangat melumat putìngnya evì semakìn mendesah tak karuan, rambutku habìs dìjambaknya, kepalaku terus dìtekan ke buah dadanya. aku semakìn semangat, tìdak ada sejengkal tubuh evì yang luput darì sapuan lìdahku, bahkan pìnggul pantat dan pahanya juga, apalagì saat lìdahku sampaì dì kemaluannya yang berbulu lebat, setelah bersusah payah memìnggìrkan bulunya yang lebat, lìdahku sampaì juga ke klìtorìsnya, kemaluannya sudah basah, aku lumat klìtnya dengan lembut, evì semakìn hanyut, tangannya meremas sprey pertanda menahan nìkmat yang aku berìkan, lìdahku kìnì masuk ke dalam lubang kemaluannya, aku semakìn asìk dengan aroma kewanìtaan evì yang begìtu wangì dan menambah bìrahìku,

    tapì sedang asìk2nya aku mencumbu vagìnanya, evì tìba2 bangun dan langsung mendorongku terlentang, lalu dengan sekalì sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada dìatas perutku, tangannya langsung menuntun senjataku, lalu perlahan pantatnya turun, kepala kemaluanku mulaì menyeruak masuk kedalam kemaluannya yang basah, namun meskìpun basah aku merasakan jepìtan kemaluannya sangat ketat. mungkìn karna selama ìnì hanya jarì saja yang masuk kedalam vagìnanya,

    centì demì centì senjataku memasukì vagìnanya berbarengan dengan pantat evì yang turun, sampaì akhìrnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vagìnanya, sungguh pengalaman ìndah, aku merasakan nìkmat yang luar bìasa dengan ketatnya vagìnanya meremas otot2 senjataku, evì terdìam sejenak menìkmatì penuhnya senjataku dalam kemaluannya, tapì tak lama, pantatnya yang bahenl dan mulus nulaìk bergoyang, kadang ke depan ke belakang, kadang keatas ke bawah, peluh sudah bercucuran dì tubuh kamì, tanganku tìdak tìnggal dìam memberìkan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar, dan goyangan pìnggul evì semakìn lama semakìn cepat dan tak

    beraturan, senjataku sepertì dìurut dengan lembut, aku mencoba menahan ejakulasìku sekuat mungkìn, dan tak lama berselang, aku merasakan denyutan2 vagìna evì dì batang senjataku semakìn menguat dan akhìrnya evì berterìak keras melepas orgasmenya, gìgìnya menancap keras dìbahuku… evì orgasme, aku merasakan hangat dì batang senjataku, akhìrnya tubuhnya yang sìntal terlungkup dìatas tubuhku, senjataku masìh terbenam dìdalam kemaluannya, aku bìarkan dìa sejenak menìkmatì sìsa2 orgasmenya

    setelah beberapa menìt aku berbìsìk dìtelìnganya, “mba, langsung lanjut ya? aku tanggung nìh”

    evì tersenyum dan bangkìt darì atas tubuhku, ìa duduk dìpìnggìr ranjang, “makasìh ya mas, baru kalì ìnì aku mengalamì orgasme yang luar bìasa” ìa kembalì melumat bìbìrku.aku yang masìh terlentang menerìma cumbuan evì yang semakìn lìar, benar2 lìar, seluruh tubuhku dìjìlatìn dengan rakusnya, bahkan lìdahnya yang nakal menyedot dan menjìlat putìngku, sungguh nìkmat, alìran daraku sepertì mengalìr dengan cepat, akhìrnya aku ambìl kendalì, dengan gaya konvensìonal aku kemablì memasukkan senjataku dalam kemaluannya, sudah agak mudah tapì tetap masìh ketat menjepìt

    senjataku, pantatku bergerak turun naìk, sambìl lìdahku mengìsap buah dadanya bergantìan, aku lìat wajah evì yang cantìk memerah pertanda bìrahìnya kembalì naìk, aku atur tempo permaìnan, aku ìngìn sebìsa mungkìn memberìkan kepuasan lebìh kepadanya, entah sudah berapa gaya yang aku lakukan, dan entah sudah berapa kalì evì orgasme, aku tdk menghìtungnya, aku hanya ìnget terakhìr aku oake gaya doggy yang benar2 luar bìasa, pantatnya yang besar memberìkan sensasì tersendìrì saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk.

    dan memang aku benar2 tak sanggup lagì menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkìn, pantat evì yang kenyal bergoyang seìrama dengan hentakanku,

    tapì aku masìh ìngat satu kesadaran “mbak dìluar atau dìdalam?” tanyaku parau terbawa nafsu sambìl terus memompa senjataku

    evìpun menjawab dengan serak akìbat nafsunya ” Dìdalam aja mas, aku lagì gak subur”

    dan tak perlu waktu lama, selang beberapa detìk setelah evì menjawab aku hentakan keras senjataku dalam vagìnanya, seluruh tubuhku meregang kaku, alìran kenìkmatan menuju penìsku dan memeuntahkan laharnya dalam vagìna evì, ada sekìtar sepuluh kedutan nìkmat aku tumpahkan kedalam vagìnanya, sementara evì aku lìhat menggìgìt sprey dìhadapannya, mungkìn ìapun mengalamì orgasme yg kesekìan kalìnya.

  • Người mẫu Sugar Xiao Tianxin

    Người mẫu Sugar Xiao Tianxin


    1517 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

     

  • Người mẫu Angle (小甜) (61 ảnh)

    Người mẫu Angle (小甜) (61 ảnh)


    2361 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

     

  • Emi Sasaki Sky Angel Vol 180 Sh

    Emi Sasaki Sky Angel Vol 180 Sh


    1432 views

  • Conny Carter loves throating the wet dick while moaning in sensual modes

    Conny Carter loves throating the wet dick while moaning in sensual modes


    1442 views

    Duniabola99.orgKumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • European first timer Jessica Jensen receiving hardcore face fucking

    European first timer Jessica Jensen receiving hardcore face fucking


    1585 views

    Duniabola99.orgKumpulan Foto Memek Genit, Memek Mulus, Memek Tembem, Memek Sempit, Bugil Terbaru.

  • Kemping Bersama Anak ABG

    Kemping Bersama Anak ABG


    1453 views

    Kejadian ini terjadi pada waktu aku melakukan pendakian gunung Lawu bersama teman-temanku. Lokasiku saat itu berada dekat base camp pertama kearah pendakian gunung Lawu. Aku sedang beristirahat sendirian disini. Tadi malam aku bersama teman-temanku 5 orang sudah melakukan pendakian menuju puncak Lawu dan telah berhasil mencapai puncak Lawu jam 6 pagi tadi.

    Sekarang dalam perjalanan pulang, sementara teman-temanku sudah pada turun gunung semua. Kuputuskan untuk beristirahat sebentar di base camp pertama ini sambil mendirikan tenda, biar nanti agak sorean aku turun sendiri menuju pos kami yang dekat dengan rumah penduduk sekitar gunung Lawu ini. Cerita dewasa terbaru hanya ada di ceritangewe.com

    Sore itu pukul 15.10 WIB, aku baru saja selesai menyeduh kopi instanku, ketika tiba-tiba dari arah semak belukar arah barat muncul 2 orang cewek dengan baju dan kondisi acak-acakan.

    ”Halo Mas?” sapa salah satu cewek itu padaku.

    Cewek yang kutaksir berusia 18 tahun kelihatannya anak SMA, rambutnya pendek seperti aktris Agnes Monica. Sedangkan temannya yang satu berambut panjang sebahu mirip-mirip bintang sinetron Bunga lestari.

    ”Halo juga” jawabku menyembunyikan kekagetanku karena munculnya yang tiba-tiba, sempat terpikir ada setan atau penunggu gunung ini yang mau menggodaku.
    ”Loh, dari mana, kok berduaan aja?” tanyaku coba berbasa-basi.
    ”Iya, kita tadi misah dari rombongan, terus nyasar..” jawab cewek itu sambil duduk di depanku.
    ”Boleh minta minum gak? Kita haus sekali, sudah 5 jam kita jalan muter-muter gak ketemu jalan sama orang” lanjutnya kemudian.

    Aneh juga pikirku, padahal perasaanku dari tadi pagi, sering sekali aku berpapasan dengan orang-orang atau rombongan pecinta alam.

    ”Ada juga air putih, tuh di botol atau mau kopi, sekalian aku buatin?” jawabku.

    Cewek yang berbicara denganku tadi ini tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung menghampiri botol minum yang kutunjukan dan segera meminumnya dengan terburu-buru, sedangkan temannya yang satu lagi hanya memperhatikan dan kemudian meminta botol minumku dengan santun.

    Kuperhatikan saja tingkah mereka, cewek-cewek muda ini cakep juga khas ABG kota, tapi saat itu mukanya kotor oleh debu dan keringat, kaosnya cuma ditutupi jaket kain, celana jeans dan sepatu olah raga warna hitam, ini sih mau piknik bukan mau naik gunung, abis gak bawa bekal atau peralatan sama sekali.

    Mereka minum terus sampai puas kemudian tiduran disamping kompor parafin yang sedang kugunakan untuk memasak air.

    ”Mas namanya siapa?” tanya cewek yang berambut pendek.
    ”Namaku Adek sedangkan ini temenku Lina” katanya lagi.
    ”Namaku Son” jawabku pendek sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
    ”Ada makanan gak, Mas? Adek laper banget nih..” tanya Adek tanpa basa basi kepadaku yang sedang memperhatikannya.
    ”Ada juga mie kalo mau, sekalian aja masak mumpung airnya mendidih” jawabku.

    Ternyata Adek tidak mau masak sendiri, dia terus berbaring dan minta tolong padaku untuk dimasakin mie.

    ”Wah kamu ini manja banget ya? Kenal aja barusan tapi udah nyuruh-nyuruh?” godaku pada Adek.
    ”Tolong deh Mas.. Adek capek banget” “Nanti gantian deh..” rayu Adek padaku.
    ”Gantian apa ya? Emang nanti kamu mau masak mie lagi? Bayarnya pake pijet aja ya?” godaku lebih lanjut.
    ”Maunya tuh.. tapi bereslah..” jawab Adek cuek sambil memejamkan matanya.

    Kuperhatikan Lina, tapi dia ternyata diam saja, dan hanya mengangguk kecil ketika kutawarkan mie. Sementara aku masak mie instan, Adek kemudian bercerita kisahnya sampai dia dan Lina tersesat berduaan di tengah gunung Lawu ini. Adek berangkat bersama serombongan pecinta alam SMAnya jam 10 siang tadi. Rencananya malam nanti Adek dan rombongan akan mendaki gunung Lawu, tapi waktu menuju base camp kedua, perut Lina sakit, sehingga Adek menemani Lina mencari tempat untuk buang hajat, tetapi setelah selesai ternyata mereka tertinggal dan terpisah dari rombongan.

    Setelah mienya siap segera saja pancinya kuberikan pada mereka untuk segera disantap. mMsih saja Adek protes kok tidak ada piringnya.

    ”Emangnya ini di warung” kataku cuek sambil tersenyum kearah Lina.

    Lina hanya tersenyum tipis dengan bibir gemetar.

    ”kamu sakit ya Lin?” tanyaku.
    ”Nggak Mas hanya kedinginan” katanya pelan.
    ”Butuh kehangatan tuh Mas Son” potong Adek sekenanya.

    Wah kaget juga aku mendengar celoteh Adek yang terkesan berani. Kuperhatikan keadaan sekitar yang sudah mulai berkabut dan langit gelap sekali. Waduh jangan-jangan sudah mau hujan. Segera saja kubereskan peralatanku.

    ”Masih pada kuat jalan nggak?” tanyaku pada 2 orang cewek ini.
    ”Nanti kalau disini hujan, bisa basah semua.. Mending kalo masih bisa jalan kita cepat turun agar nggak kehujanan” lanjutku.

    Baru saja selesai aku bicara, tiba-tiba ada kilatan petir disusul dengan suaranya yang keras.

    ”Duer!!”

    Disusul dengan tiupan angin yang kencang membawa rintik-rintik air hujan.

    ”Nah lo.. benerkan, telat deh kalo kita mau nekat turun sekarang” kataku sambil mematikan kompor parafinku.
    ”Ya udah, cepet masuk tenda sana, cuaca lagi nggak bersahabat nih, bakal hujan deres disini!” perintahku sambil membereskan peralatanku yang lain karena hujan sudah mulai turun.

    Aku, Adek, dan Lina segera berdesak-desakan di dalam tenda kecil parasut, sementara hujan semakin deras disertai bunyi angin yang keras, segera aku memasang lampu kemah kecil yang biasa kubawa kalau aku naik gunung. Lumayanlah cahayanya cukup untuk menerangi di dalam tenda ini. Sementara kurasa hari menjelang maghrib, dan hujan masih saja turun walau tidak deras.

    Adek dan Lina duduk meringkuk berdampingan dihadapanku sambil tangannya mendekap kaki.

    ”Kamu masuk aja ke sleeping bag itu, kelihatannya kok kamu kedinginan sekali” saranku pada Lina yang mulai menggigil kedinginan.
    ”Tapi copot sepatunya” lanjutku kemudian.

    Lina diam saja, tapi menuruti saranku. Akhirnya Adek dan Lina tiduran berhimpitan di dalam sleeping bag sambil berpelukan.
    Kuperhatikan saja tingkah mereka berdua,

    ”Hei kalian pada ngomong dong, jangan diem aja. Jadi serem nih suasananya” ucapku pada Adek dan Lina.
    ”Mas Son gak kedinginan..” tanya Lina tiba-tiba.
    ”Ya dingin to, siapa juga yang nggak kedinginan di cuaca seperti ini?” jawabku apa adanya.
    ”Kalian enak berduan bisa berpelukan gitu.. gak adil” kataku mencoba bercanda.
    ”Ya Mas Son sini to, kita berpelukan bertiga” kata Adek pendek, tak ada nada bercanda dalam nada omongannya.

    ”Waduh, gak salah denger nih?” pikirku.

    Tak akan ada kesempatan kedua kalau hal ini kutanyakan lagi.

    ”Ya udah, kalian geser dong. aku mau di tengah biar hangat” kataku cuek sambil membuka resleting sleeping bagku.

    Tidak sempat kuperhatikan ekspresi Lina atau Adek karena keadaannya yang remang-remang. Aku merebahkan diri diantara dua cewek yang baru kukenal ini, tak ada kata-kata atau komentar apapun, kulingkarkan kedua tanganku kepada Adek di sebelah kiri dan Lina disebelah kanan. Walau awalnya aku merasa canggung tapi setelah kunikmati dan merasakan dua tubuh hangat mendekapku dan akupun merasa nyaman sekali. Kepala Adek dan Lina bersamaan rebah di dadaku. Kurasakan deru nafas yang memburu dari keduanya dan dariku juga.

    ”Badan Mas Son hangat ya Lin?” kata Adek pelan seraya tangannya melingkar kebawah dadaku dan kakinya naik menimpa kakiku, barangkali Adek lagi membayangkan aku seperti gulingnya kalau dia pas lagi mau tidur.
    ”Iya tadi Lin takut sekali, sekarang dipeluk sama Mas Son, Lin jadi nggak takut lagi” jawab Lina pelan sambil mengusap kepalanya di dadaku.

    Samar-samar tercium bau wangi dari rambutnya. Kemudian darahku terasa terkesiap saat lutut Adek entah disengaja atau tidak menyenggol burungku.

    ”Ehm..” aku hanya bisa berdehem kecil ketika kurasa hal itu ternyata mendorong birahiku naik.

    Waduh, pikiranku langsung ngeres, rugi juga ya kalau kesempatan selangka seperti ini kusia-siakan, minimal harus ngelaba sesuatu nih..
    Iseng-iseng tangan kiriku yang masih leluasa kuberanikan memeluk tubuh Adek mulai meraba-raba kebagian daerah buah dada Adek.

    ”Ehm..” Adek ternyata hanya berdehem pelan.

    Akupun mulai berani meningkatkan aksiku lebih lanjut, aku mencoba meremas lembut susunya. Ternyata Adek hanya diam, dia hanya mendongakkan mukanya menatapku, sambil tangannya juga meraba-raba dan mengelus-elus dadaku. Kucoba mencium rambutnya lalu kukecup kening Adek, sementara tanganku terus meremas-remas susunya dengan tempo agak cepat.

    ”Aah.. Mas Son” suara Adek terdengar lirih.
    ”Ada apa Dek?” tanyaku pelan melihat Lina sudah mulai curiga dengan aktivitas yang kulakukan.
    ”Kamu masih kedinginan ya?” kataku lagi sambil menggeser tubuhnya agar lebih naik lagi.

    Sementara tanganku jadi lebih leluasa menelusup ke dalam balik jaketnya dan membuka pengait BHnya yang masih tertutup dengan kaos luarnya. Adek hanya diam saja saat kulakukan hal itu, bahkan saat tanganku sudah sempurna merengkuh susunya dibalik BHnya. Dia menggigit kecil dadaku.

    ”Ah.. Mas Son..” katanya parau dengan tidak memperdulikan ekspresi Lina yang kebingungan.

    Saat kupermainkan puting susunya, tiba-tiba Adek bangkit.

    ”Mas Son, Adek ma.. masih kedinginan” kata Adek dengan bergetar sambil menghadapkan mukanya ke wajahku sehingga jarak muka kami begitu dekat.

    Kurasakan nafasnya memburu mengenai wajahku. Aku hanya bisa diam tercekat ketika Adek mulai menciumi mukaku dengan tidak beraturan, mungkin karena gelap hampir semuanya kena diciumnya. Kurasakan lagi kaki Adek sudah melakukan gerakan yang teratur menggesek-gesek ******ku naik dan turun. Tanpa sadar akupun membalas ciuman Adek, hingga akhirnya bibir kami bertaut. Dengan penuh nafsu Adek mengulum bibirku sambil lidahnya terjulur keluar mencari lidahku. Setelah didapatnya lidahku, dihisapnya dengan kuat sehingga aku sulit bernafas.

    ”Gila nih, cewek ABG sudah pintar french kiss” ucapku dalam hati.

    Tanpa sadar tangan kananku mencengkram pundak Lina.

    ”Mas sakit Mas pundak Lina” kata Lina tiba-tiba yang menghentikan aktivitasku dengan Adek.
    ”Oh maaf Lin” jawabku dengan terkejut.

    Kuperhatikan ekspresi Lina yang bengong melihatku dengan Adek. Tapi rasa tidak enakku segera hilang karena ternyata Adek tidak menghentikan aktivitasnya, dia tampaknya cuek aja dengan Lina, seakan menganggap Lina tidak ada. Adek terus menciumi telinga dan leherku.

    ”Mas Son, Adek jadi pengen.. Adek jadi BT, birahi tinggi” kata Adek lirih di telingaku sambil tangannya sudah bergerilya mengusap-usap ******ku yang masih tertutup rapat oleh celana jeansku.

    ”Waduh.. bagaimana ini” pikirku dalam hati.

    Pikiranku serasa buntu. Kupandangi wajah Lina yang kaku melihat polah tingkah Adek yang terus mencumbuku. Lina pun bangkit dari rebahannya sambil beringsut menjauh dari badanku. Tak sempat ku berkata lagi, Adek yang sudah birahi tinggi tanpa ampun menyerangku dengan ganasnya, dicumbunya seluruh wajah dan leherku, malah kini posisinya menaiki tubuhku dan berusaha membuka bajuku.

    Aku yakin walau suasananya remang-remang, Lina pasti melihat jelas semua aktivitas kami, bahkan dengan kaos dan BH Adek yang sudah tersingkap keatas dan tanganku yang sedang meremas-remas susu Adek, sekarang jelas terpampang di depan mata Lina. Kepalang tanggung, segera saja kurengkuh tubuh kecil Adek dan kuhisap puting payudaranya yang kecil dan berwarna merah kecoklatan itu secara bergantian dengan posisi adek diatas tubuhku. Pentil itu tampak sudah tegak mengacung karena pemiliknya sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi.

    ”Ah.. ah.. Mas Son..” gumam Adek lirih.
    ”Enak Mas, terus.. jangan dijilat terus, tapi disedot.. aah..” lanjutnya.

    Aktivitas ini kuteruskan dengan mengelus dan meraba pantat Adek yang sejajar dengan ******ku. Kuremas pantat Adek sambil menggesek-gesekan ******ku pada daerah kemaluan Adek yang masih terbungkus dengan celana jeans yang dikenakannya. Kujilati semua yang ada di dada Adek, bahkan kugigit kecil puting mancung itu yang membuat Adek melenguh panjang.

    ”Aaahh.. sshh..”

    Aksiku ternyata membuat Adek blingsatan, dikulumnya bibirku dan diteruskan ke leherku sambil berusaha membuka semua bajuku, nampaknya Adek mau balas dendam melancarkan aksi yang sama dengan yang kulakukan tadi.

    Benar saja, begitu bajuku terbuka semua, Adek segera menghisap putingku dan menggigit-gigit putingku dengan ganas. Kurasakan sensasi yang luar biasa yang membuat ******ku semakin tersiksa karena tidak bisa bangun terhalang oleh celana jeansku. Saat itu bisa kuperhatikan Lina di samping kiriku yang sedang menatap nanar aktivitas kami, kulihat tangan kanannya dijepitkan pada dua belah pahanya, entah sedang terangsang atau sedang kedinginan.

    Tanpa kata, kuberanikan tangan kananku mengelus paha Lina sambil berusaha meraih tangan Lina. Lina hanya diam saja, bahkan semakin terpaku saat melihat aksi Adek yang terus mencumbu bagian bawah pusarku. Aku yang merasa sangat geli hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri dan ke kanan.

    ”Aah.. Dek, jangan dijilat di daerah situ terus.. ge..li se..ka..li..” ujarku dengan nafas tersengal.

    Tanpa sadar aku sudah meremas tangan Lina dan Linapun kurasa juga membalas remasan tanganku. Tapi kejadian demi kejadian berlangsung begitu cepat, Adek seolah sudah tidak peduli lagi, dia langsung membuka ikat pinggangku diteruskan dengan membuka resleting celana jeansku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku saat itu, keperhatikan tingkah Adek sambil tanganku tetap memegang tangan Lina.

    Saat resleting celanaku sudah terbuka, Adek meraih ******ku yang masih terbungkus celana dalamku, lalu dielusnya sebentar kemudian ditariknya sampai selutut celana jeansku berikut celana dalamku juga. Tanpa banyak kata, Adek hanya memperhatikan sebentar ******ku kemudian mencium dan menjilat permukaan ******ku.

    ”Aah..” aku hanya bisa mengeluarkan kata itu saat Adek mulai mengulum ******ku dan mengisapnya.
    ”Aargh .. Dek, enak sekali Dek” erangku.

    ”Gila nih anak, baru SMA sudah selihai ini, aku tak habis pikir” gumamku dalam hati.

    Saat Adek masih asik berkaraoke dengan ******ku, kulihat sekilas ke Lina, ternyata dia sedang memperhatikanku dengan pandangan yang tidak kumengerti artinya. Kemudian seperti ada dorongan lain kutarik tangan Lina sehingga tubuhnya rebahan lagi disampingku.

    ”Lin, aku ingin cium bibir kamu” bisikku perlahan di telinga Lina.

    Saat itu Lina diam saja sambil tetap menatapku. Kutarik wajahnya mendekat dengan wajahku dan segera kulumat bibir Lina yang mungil itu.

    ”Eemh ..” suara yang terdengar dari mulut Lina.

    Tak ada perlawanan yang berarti dari Lina, Lina diam saja tak membalas ciumanku, entah karena pasrah atau tidak tahu caranya berciuman. Kurasakan getaran birahi yang luar biasa saat ******ku terus dipermainkan oleh Adek sementara konsentrasiku terarah pada Lina yang pasrah. Segera saja aku menciumi dada Lina yang masih terbungkus oleh bajunya sementara tanganku yang satu mengelus-elus selangkangan Lina.

    ”Aah.. ah..” Lina mulai bereaksi panas saat kusibak bajunya sehingga aku bisa menjilati permukaan susu yang masih tertutup oleh BHnya yang berwarna pink.
    ”Ya diajari tuh Lina, Mas Son.. sudah gede tapi belum bisa bercinta” kata Adek tiba-tiba.

    Kaget juga aku mendengar teguran itu, kuperhatikan Adek tenyata dia sudah tidak menghisap ******ku lagi, tapi sedang membuka celana jeans lalu celana dalamnya sendiri.

    ”Adek masukkin ya Mas” kata Adek pelan tanpa menunggu persetujuanku sambil mengarahkan ******ku ke lubang kawinnya yang tampak olehku disuburi bebuluan jembut keriting.

    Pelan tapi pasti Adek membimbing ******ku untuk masuk penuh ke dalam tempiknya. Kurasakan rasa hangat menjalar dari ******ku ke seluruh tubuhku. Tempik Adek yang sudah basah oleh lendir pelumasnya memudahkan ******ku masuk ke dalamnya.

    ”Ah.. burung Mas Son gede.. terasa penuh di tempik Adek” katanya mendesis sambil menggoyangkan pantatnya dan memompanya naik turun.
    ”Ah.. ash.. ah.. enak sekali Mas Son” kata Adek parau sambil mencumbu dadaku lagi.

    Aku yang menerima perlakuan demikian tentu saja tidak terima, kuangkat badan Adek dan mendekatkan teteknya ke mulutku sambil terus memompa dari bawah mengimbangi goyangan Adek.

    ”Huuf.. uh..uh.. aah.. terus Mas” erang Adek memelas.

    Kujilati terus dan mengisap puting Adek bergantian kiri dan kanan, sementara Adek menerima perlakuanku seperti kesetanan.

    ”Ayo Mas.. Son.. terus.. ayo .. teruuss.. Adek mau dapet ni..” katanya bernafsu.

    Tak beberapa lama kemudian, dengan kasar Adek mencium dan mengulum bibirku.

    ”Eeemhp.. aaah..”

    Dan kemudian Adek terkulai lemas di dadaku, sementara aku yang masih memompa dari bawah hanya didiamkan Adek tanpa perlawanan lagi.

    ”Aaa.. berhenti dulu Mas Son, istirahat sebentar, Adek sudah dapat Mas Son” kata Adek lirih mendekapku dengan posisinya masih di atasku dan ******ku masih di dalam liang senggamanyanya.

    Kurasakan detak jantung Adek yang bergemuruh di dadaku dan nafasnya yang ngos-ngosan mengenai leherku.

    ”Makasih ya Mas Son, enak sekali rasanya” kata Adek pelan.

    Aku yang belum mendapatkan orgasme, hanya bisa melirik ke arah Lina yang saat itu ada di sampingku, ternyata tangannya sedang meremas-remas teteknya sendiri dibalik BH berendanya yang sudah terbuka. Segera saja kutarik Lina mendekatiku dan menyuruhnya agar ia berposisi push up mendekatkan teteknya kemulutku.

    ”Aah .. Mas Son..” kata Lina pelan saat tetek kanannya kuhisap.

    Saat itu Adek bangkit dari posisi semula dan mencabut tempiknya dari ******ku, kemudian berbaring di sisi kiriku sambil merapikan kaosnya. Aku yang kini leluasa berusaha bangkit sambil mencopot celana jeansku yang masih menempel di lututku. Kuterus meremas-remas tetek Lina sambil mengulum bibir Lina yang kini posisinya berbaring di bawahku. Berbeda dengan yang tadi, kini Lina mulai agresif membalas kulumanku bahkan bibirnya menjulur-julur minta diisap.

    Kubimbing tangan Lina untuk memegang ******ku yang masih tegang dan basah karena cairan kawin dari tempik Adek. Semula seakan ragu, tapi kini Lina mengenggam erat ******ku dan seperti sudah alami Lina mengocok ******ku waktu lidahku bermain di bawah telinganya dan lehernya.

    ”Aah .. Mas Son.. geli ..” hanya itu komentar dari bibir Lina yang seksi itu.

    Perlahan lidahku mulai bermain di seluruh dada Lina, dari leher sampai gundukan teteknya kujilati semua, dan kugigit kecil pentil susu Lina yang berwarna kemerahan dan sudah tampak tegang itu.

    ”Aargh.. aah ..” Lina mulai menggelinjang.

    Lina diam saja waktu kubuka ikat pinggangnya dan kubuka kancing celana jeansnya. Kuperhatikan Lina masih memejamkan matanya dan melenguh terus saat kucumbu bagian pentilnya, sementara tangan kanannya tetap menggenggam erat ******ku, dan tangan kirinya menekan-nekan kepalaku, sesekali menjambak rambutku. Kemudian tanganku menelusup ke dalam balik celana dalam Lina waktu kancing celana jeans Lina sudah terbuka, kurasakan sambutan hangat bulu-bulu jembut yang masih jarang diatas tempiknya. Kuelus-elus sebentar permukaan liang kawinnya, lalu jari-jariku tak ketinggalan bermain menekan-nekan tempiknya yang sudah basah oleh lendir kawinnya.

    ”Ah.. Mas.. Son .. aah” suara Lina semakin terdengar parau.

    Aku segera mengalihkan cumbuan ke daerah perut Lina dan menurun menuju tempiknya. Kubuka celana dalam berenda yang juga berwarna pink itu tanpa melihat reaksi Lina dan segera menciumi permukaan tempik Lina yang masih ditumbuhi bulu-bulu jembut halus yang jarang-jarang.

    ”Ah.. jangan Mas Son .. ah..” kata Lina mendesis.

    Tentu saja kubiarkan sikap yang menolak tapi mau itu. Lidahku sudah mencapai permukaan tempiknya lalu kujilati yang segera membuatnya menggelinjang dan dengan mudah aku menurunkan celana jeansnya sampai sebatas pahanya. Kujilati terus tempik Lina sampai kedalam-dalam sehingga pertahanan Lina akhirnya jebol juga, pahanya semula yang mengapit kepalaku mulai mengendur dan mulai terbuka mengangkang, sehingga akupun leluasa mencopot seluruh celana jeans dan celana dalamnya.

    ”Aah .. argh ..” desis Lina pelan.

    Posisiku saat itu dengan Lina seperti posisi 69, walau Lina tidak mengoral ******ku aku tidak peduli tetap menjilati tempiknya dengan ganas dan tanpa ampun.

    ”Aah.. Mas .. truss.. ahhh .. enaak.. Mas .. aah ..” teriak Lina tidak jelas, sampai akhirnya pahanya menjepit erat kepalaku dan ******ku terasa sakit digenggam erat oleh Lina.
    ”Aaah.. Mas ..” teriakan terakhir Lina bersamaan dengan sedikit cairan birahi yang menyemprot dari dalam tempiknya kedalam mulutku.

    Rupanya Lina sudah mendapat orgasme pertamanya walau dengan lidahku.

    ”Aah.. enak sekali.. Mas Son .. sudah ya Mas Son..” kata Lina pelan sambil tergolek lemah dan pasrah.

    Akupun menghentikan aktivitasku dan mengambil nafas dulu karena mulutku jadi pegal-pegal kelamaan asyik mengoral tempiknya. Aku berbaring di tengah dua cewek ini dengan posisi yang terbalik dengan mereka, kepalaku berada diantara kaki-kaki mereka.
    Baru sebentar aku mengambil nafas, kurasakan ******ku sudah ada yang memegang lagi.

    ”Mas main sama Adek lagi ya? Adek jadi nafsu ngeliat Mas Son main sama Lina” kata Adek tiba-tiba yang sudah bangkit dan kini tangannya sedang memegang ******ku.

    Aku tak sempat menjawab karena Adek sudah mengulum ******ku lagi, bahkan kini pantatnya beralih ke wajahku, menyorongkan tempiknya kemulutku untuk minta dioral juga seperti tadi aku dengan Lina. Posisiku dengan Adek kini 69 betulan tapi dengan posisiku yang di bawah. Kujilati tempik Adek dengan lidah yang menusuk-nusuk kedalamnya.

    ”Eeemph .. emmph ..” Adek tak bisa mendesah bebas karena mulutnya penuh dengan ******ku.

    Lama kami bermain dengan posisi itu, sampai akhirnya kuhentikan karena aku tidak tahan dengan isapan Adek yang luar biasa itu dan kalau dibiarkan terus akibatnya ******ku bisa muntah-muntah di dalam mulut Adek. Aku bimbing agar Adek berbaring di samping Lina sedangkan aku di atasnya mulai mencumbu lagi dari teteknya dengan menggesek-gesekan ******ku ke permukaan tempiknya yang dipenuhi oleh bulu-bulu jembut yang berwarna hitam pekat itu. Adek seperti mengerti, kemudian membimbing ******ku untuk masuk ke dalam lubang kawinnya. Akupun bangkit sambil mengarahkan ******ku siap untuk menghujam lubang senggama Adek. Pelan tapi pasti kumasukan ******ku mulai dari kepala hingga semuanya masuk ke dalam tempiknya.

    ”Aaah .. Mas Son ..” desis Adek sambil menggoyang pantatnya.

    Kurasakan seret sekali tempiknya, beda sekali dengan yang tadi gesekan itu terasa nikmat menjalar di setiap centi dari ******ku dengan sesekali terasa denyutan pelan dari liang kemaluannya.

    ”Mas yang keras dong goyangnya.. terasa sekali mentok” kata Adek sambil melingkarkan tangannya ke leherku.

    Akupun jadi semangat memompa tubuh ranum yang mungil ini. Di udara dingin seperti ini terasa hangat tapi tidak berkeringat.

    ”Aah.. ah.. terus Mas .. terusss.. ah.. ah ..” lanjutnya keenakan.

    Mungkin sekitar 5 menit aku menggoyang Adek, sampai kemudian aku tidak tahan melihat teteknya yang bergoyang indah dengan puting kecil menantang. Akupun mengulum puting Adek sambil meremas-remasnya dengan gemas, sementara pompaan ******ku telah diimbangi goyangan Adek yang bisa kupastikan goyangan ngebor ala Inul tidak ada apa-apanya.

    ”Ma.. Mas .. Adek mau dapet laggii.. bareeng yaa.. ah.. ah..” desis Adek histeris.

    Aku jadi terangsang sekali mendengar lenguhan Adek yang merangsang itu, kuteruskan aksiku dengan menjilat dan mencium dada, ketiak, leher, telinga dan pipi Adek.

    ”Aaarg ..” erangnya keras.

    Adek mengulum bibirku sambil memejamkan matanya. Nampaknya Adek telah mendapat orgasmenya yang kedua, sementara tubuhnya menegang sebentar dan kemudian melemas walau aku masih memompanya. Aku segera mencabut ******ku dan mengocoknya sebentar untuk menumpahkan pejuku ke perut Adek.

    ”Crut.. crut..”

    Pejuku keluar banyak membasahi perut Adek dan mengenai teteknya.

    ”Aaah..” akupun melenguh puas saat hasratku telah tersalurkan.

    Adek mengusap-usap pejuku di perutnya kemudian membersihkan dengan tisu yang diambil dari celananya, sedangkan Lina mendekat dan melihat aksi Adek, kemudian membantu membersihkan pejuku.

    ”Baunya seperti santan ya?” komentar Lina sambil mencium tisunya yang penuh dengan pejuku.
    ”Ya udah. Semua dibereskan dulu” kataku memberi perintah kepada dua cewek yang baru saja bermain cinta denganku ini.
    ”Kita istirahat dulu ya sambil tiduran, nanti kalo sudah nggak hujan kita putuskan mau turun ke bawah atau bermalam disini ya” lanjutku kemudian.

    Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan dua cewek yang mendekapku. Entah mimpi apa aku semalam bisa terjebak dalam situasi seperti ini.

  • Majalah Dewasa Edisi Audrey Slafiqa Part 2

    Majalah Dewasa Edisi Audrey Slafiqa Part 2


    1262 views

    Duniabola99.org– Cantik.. itulah kesan pertama melihat foto dari mode pemilik nama lengkap Audrey Slafiqa. Model kelahiran Medan ini memang dianugerahi mata yang cantik, selain itu Audrey Slafiqa juga dianugerahi bentuk tubuh yang ideal dan seksi.

    Berikut beberapa foto seksi dari Audrey Slafiqa di majalah Gress Edisi 27.