• Majalah Dewasa Edisi Rie Viera

    Majalah Dewasa Edisi Rie Viera


    1359 views

    Duniabola99.org– Rie Viera

    Third time’s the charm, kira-kira begitulah yang didapatkan Rie Viera saat photoshoot bersama MAXIM. Kami tidak bosan-bosannya menghabiskan banyak waktu dengan Rie, membicarakan kariernya di modeling, studinya di Magister Hukum, sampai cara memuaskan pasangan. Sejujurnya photoshoot dan interview ini hanya alasan kami untuk mengenal Rie lebih dalam. Uuu..lebih dalam. Get it? IndoLiveAsia

  • Majalah Dewasa Edisi Rizuka Amor

    Majalah Dewasa Edisi Rizuka Amor


    2011 views

    Duniabola99.org– Rizuka Amor

    Dari namanya saja, Rizuka sudah menyuruh kita untuk jatuh cinta padanya. Dia pun memberikan peraturan kalau sedang berdua dengannya. Dan tampaknya Anda harus melihat dia sampai akhir untuk mengetahui fantasi terbesarnya.

  • Majalah Dewasa Edisi Sarah Dumont

    Majalah Dewasa Edisi Sarah Dumont


    1435 views

    Duniabola99.org– Sarah Dumont

    Dalam serial bar-sentris di saluran TV ABC, Sarah Dumont bermain sebagai cewek bar seksi yang diperebutkan banyak pria. Berlebihan? Dalam serial bar-sentris di saluran TV ABC, Sarah Dumont bermain sebagai cewek bar seksi yang diperebutkan banyak pria. Berlebihan?Dalam serial bar-sentris di saluran TV ABC, Sarah Dumont bermain sebagai cewek bar seksi yang diperebutkan banyak pria. Berlebihan?

  • Majalah Dewasa Edisi Simone Julia

    Majalah Dewasa Edisi Simone Julia


    1400 views

    Duniabola99.org–  Simone Julia

    “Ini mungkin photoshoot terakhirku,” ungkap Simone. Beberapa alasan seperti jenuh dicap sebagai lingerie model dan ulah fotografer perv, membuatnya berencana hengkang dari dunia modeling. Selain itu ditambah kesibukannya bersama Nadine Alexandra merancang sebuah fashion line.

  • Majalah Dewasa Edisi Sisi Salsabila

    Majalah Dewasa Edisi Sisi Salsabila


    1303 views

    Duniabola99.org– Sisi Salsabila

    Lulus sebagai sarjana hukum di Medan, kini dirinya malah sedang ketagihan menggeluti dunia hiburan. Inilah sedikit cerita pembuka tentang Sisi Salsabila. Bagi pria tampan berperut buncit di luar sana hentikan segala usaha memiliki perut kotak-kotak karena cewek berzodiak Gemini ini gemar melihat pria tampan berperut buncit.

  • Majalah Dewasa Edisi Tara Basro

    Majalah Dewasa Edisi Tara Basro


    1530 views

    Duniabola99.org– Tara Basro

    Nama Tara Basro mulai menjadi bahan perbincangan saat dirinya membintangi film Catatan Harian Si Boy. Sejak saat itu pula ia mulai nyaman berkarya di dunia seni peran dan namanya pun semakin naik daun. Sebelum melihatnya beraksi di film Pendekar Tongkat Emas pada Desember nanti, simak penuturan Tara tentang bermain di film laga, adu akting dengan Christine Hakim, dan Pulau Sumba yang membuatnya jatuh hati.

    រូបភាពពាក់ព័ន្ធ

    រូបភាពពាក់ព័ន្ធ

    លទ្ធផល​រូបភាព​សម្រាប់ Tara Basro maxim

    លទ្ធផល​រូបភាព​សម្រាប់ Tara Basro maxim

    រូបភាពពាក់ព័ន្ធ

    Apa yang membuat seorang pria terlihat seksi?

    Pria yang terlihat sedikit berantakan, bukan yang rapih tapi nggak terlihat kotor juga sih.

    រូបភាពពាក់ព័ន្ធ

    រូបភាពពាក់ព័ន្ធ

    លទ្ធផល​រូបភាព​សម្រាប់ Tara Basro maxim

    Gimana sih cara mendapatkan perhatian kamu pada kesan pertama?

    First impression, wanginya! Kalau dia lewat terus wangi aku pasti ngelirik.

    រូបភាពពាក់ព័ន្ធ

     

  • Majalah Dewasa Edisi Tengku Dewi

    Majalah Dewasa Edisi Tengku Dewi


    1506 views

    Duniabola99.org– Tengku Dewi

    Berita David Beckham pindah ke Paris atau Cristiano Ronaldo ingin jadi pemain terbaik dunia akan jadi berita yang lebih “seksi” pas dibawakan oleh dia. Jadi jangan tidur terlalu awal malam ini demi Dewi.

  • Majalah Dewasa model Constance Nunes

    Majalah Dewasa model Constance Nunes


    1273 views

    Duniabola99.org–  Nunes

  • Majalah Maxim Edisi Ahn Suk-young

    Majalah Maxim Edisi Ahn Suk-young


    1413 views

    Duniabola99.org–  Ahn Suk-young

     

  • Majalah Maxim Edisi An Ahn

    Majalah Maxim Edisi An Ahn


    1368 views

    Duniabola99.org– An Ahn

     

  • Majalah Maxim Edisi Baki Hamma

    Majalah Maxim Edisi Baki Hamma


    1355 views

    Duniabola99.org– Baki Hamma

     

  • Majalah Maxim Edisi Bora

    Majalah Maxim Edisi Bora


    1280 views

    Duniabola99.org– Bora

     

  • Majalah Maxim Edisi Choi Seulgi

    Majalah Maxim Edisi Choi Seulgi


    1578 views

    Duniabola99.org– Choi Seulgi

     

  • Majalah Maxim Edisi Chung Love

    Majalah Maxim Edisi Chung Love


    1364 views

    Duniabola99.org– Chung Love

     

  • Majalah Maxim Edisi Han Soohee

    Majalah Maxim Edisi Han Soohee


    1279 views

    Duniabola99.org– Han Soohee

     

  • Majalah Maxim Edisi Kim Ju-yeon

    Majalah Maxim Edisi Kim Ju-yeon


    1343 views

    Duniabola99.org– Kim Ju-yeon

     

  • Majalah Maxim Edisi Kim Sarang

    Majalah Maxim Edisi Kim Sarang


    1430 views

    Duniabola99.org– Kim Sarang

     

  • Majalah Maxim Edisi Kim Tae-jung

    Majalah Maxim Edisi Kim Tae-jung


    1350 views

    Duniabola99.org– Kim Tae-jung

     

  • Majalah Maxim Edisi Lee Hee-jin

    Majalah Maxim Edisi Lee Hee-jin


    1329 views

    Duniabola99.org– Lee Hee-jin

     

  • Majalah Maxim Edisi Lee Soomi

    Majalah Maxim Edisi Lee Soomi


    1411 views

    Duniabola99.org– Lee Soomi

     

  • Majalah Maxim Edisi Park Chung-a

    Majalah Maxim Edisi Park Chung-a


    1258 views

    Duniabola99.org– Park Chung-a

     

  • Majalah Maxim Edisi Roh Ji Hye

    Majalah Maxim Edisi Roh Ji Hye


    1960 views

    Duniabola99.org– Roh Ji Hye

     

  • Majalah Maxim Edisi Shannon Baymore

    Majalah Maxim Edisi Shannon Baymore


    1452 views

    Duniabola99.org– Shannon Baymore

  • Majalah Maxim Edisi Shin Eiji

    Majalah Maxim Edisi Shin Eiji


    1260 views

    Duniabola99.org– Shin Eiji

     

  • Majalah Maxim Edisi Suhua

    Majalah Maxim Edisi Suhua


    1416 views

    Duniabola99.org– Suhua

     

  • Majalah Maxim Edisi Sylvia Genpati

    Majalah Maxim Edisi Sylvia Genpati


    2103 views

    Duniabola99.org– Sylvia Genpati

    Pagi itu kami bertemu dengan Sylvia Genpati saat dirinya tengah di-make up untuk sesi foto ini. Tak banyak yang kami ketahui tentang dirinya selain akun Instagram-nya dengan jumlah follower yang cukup banyak dan perannya di sebuah komedi situasi. Namun, satu hal yang kami ketahui dengan pasti, Ia cantik dan ramah! Bahkan sebelum mulai sesi foto ia minta berkenalan dulu dengan seluruh kru yang hadir hari itu. “Nah kalau sudah kenal gini kan enak jadinya,” tuturnya.

  • Majalah Maxim Edisi Ya Yun

    Majalah Maxim Edisi Ya Yun


    1224 views

    Duniabola99.org– Ya Yun

     

  • Majalah Maxim Edisi Yangjungjeong

    Majalah Maxim Edisi Yangjungjeong


    1465 views

    Duniabola99.org– Yangjungjeong

     

  • Majalah Maxim Edisi Yui Park

    Majalah Maxim Edisi Yui Park


    1245 views

    Duniabola99.org– Yui Park

     

  • Majalah Maxim Edisi Zhu

    Majalah Maxim Edisi Zhu


    1367 views

    Duniabola99.org– Zhu

     

  • Majalah Maxim Korea Kim Woo-Hyun

    Majalah Maxim Korea Kim Woo-Hyun


    2028 views

    Duniabola99.orgDi pertengahan dunia, model Kim Woo-Hyun memanas Maxim Korea. Lihat foto eksklusif dari bidikannya yang gerah di galeri di atas.

  • Majikanku Keenakan Setelah Terkena Goyangan Mautku

    Majikanku Keenakan Setelah Terkena Goyangan Mautku


    1460 views

    Duniabola99.org – Hingga kini, kisah ini masih sering terlintas dalam benak dan pikiranku. Entah suatu keberuntungankah atau kepedihan bagi si pelaku. Yang jelas dia sudah mendapatkan pengalaman berharga dari apa yang dialaminya. Sebut saja namaya si Jo. Berasal dari kampung yang sebenarnya tidak jauh-jauh sekali dari kota Y. Di kota Y inilah dia numpang hidup pada seorang keluarga kaya. Suami istri berkecukupan dengan seorang lagi pembantu wanita Inah, dengan usia kurang lebih diatas Jo 2-3 tahun. Jo sendiri berumur 15 tahun jalan.

    Suatu hari nyonya majikannya yang masih muda, Ibu Rhieny atau biasa mereka memanggil Bu Rhien, mendekati mereka berdua yang tengah sibuk di dapur yang terletak di halaman belakang, di depan kamar si Jo.
    “Inah.., besok lusa Bapak hendak ke Kalimantan lagi. Tolong siapkan pakaian secukupnya jangan lupa sampai ke kaos kakinya segala..” perintahnya.
    “Kira-kira berapa hari Bu..?” tanya Inah hormat.
    “Cukup lama.. mungkin hampir satu bulan.”
    “Baiklah Bu..” tukas Inah mahfum.

    Bu Rhien segera berlalu melewati Jo yang tengah membersihkan tanaman di pekarangan belakang tersebut. Dia mengangguk ketika Jo membungkuk hormat padanya.

    Ibu Rhien majikannya itu masih muda, paling tua mungkin sekitar 30 tahunan, begitu Inah pernah cerita kepadanya. Mereka menikah belum lama dan termasuk lambat karena keduanya sibuk di study dan pekerjaan. Namun setelah menikah, Bu Rhien nampaknya lebih banyak di rumah. Walaupun sifatnya hanya sementara, sekedar untuk jeda istirahat saja.

    Dengan perawakan langsing, dada tidak begitu besar, hidung mancung, bibir tipis dan berkaca mata serta kaki yang lenjang, Bu Rhien terkesan angkuh dengan wibawa intelektualitas yang tinggi. Namun kelihatan kalau dia seorang yang baik hati dan dapat mengerti kesulitan hidup orang lain meski dalam proporsi yang sewajarnya. Dengan kedua pembantunya pun tidak begitu sering berbicara. Hanya sesekali bila perlu. Namun Jo tahu pasti Inah lebih dekat dengan majikan perempuannya, karena mereka sering bercakap-cakap di dapur atau di ruang tengah bila waktunya senggang.

    Beberapa hari kepergian Bapak ke Kalimantan, Jo tanpa sengaja menguping pembicaraan kedua wanita tersebut.
    “Itulah Nah.. kadang-kadang belajar perlu juga..” suara Bu Rhien terdengar agak geli.
    “Di kampung memang terus terang saya pernah Bu..” Inah nampak agak bebas menjawab.
    “O ya..?”
    “Iya.. kami.. sst.. pss..” dan seterusnya Jo tidak dapat lagi menangkap isi pembicaraan tersebut. Hanya kemudian terdengar tawa berderai mereka berdua.

    Jo mulai lupa percakapan yang menimbulkan tanda tanya tersebut karena kesibukannya setiap hari. Membersihkan halaman, merawat tanaman, memperbaiki kondisi rumah, pagar dan sebagainya yang dianggap perlu ditangani. Hari demi hari berlalu begitu saja. Hingga suatu sore, Jo agak terkejut ketika dia tengah beristirahat sebentar di kamarnya.
    Tiba-tiba pintu terbuka, “Kriieet.. Blegh..!” pintu itu segera menutup lagi.
    Dihadapannya kini Bu Rhien, majikannya berdiri menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat ia mengerti.

    “Jo..” suaranya agak serak.
    “Jangan kaget.. nggak ada apa-apa. Ibu hanya ada perlu sebentar..”
    “Maaf Bu..!” Jo cepat-cepat mengenakan kaosnya.
    Barusan dia hanya bercelana pendek. Bu Rhien diam dan memberi kesempatan Jo mengenakan kaosnya hingga selesai. Nampaknya Bu Rhien sudah dapat menguasai diri lagi. Dengan mimik biasa dia segera menyampaikan maksud kedatangannya.

    “Hmm..,” dia melirik ke pintu.
    “Ibu minta kamu nggak usah cerita ke siapa-siapa. Ibu hanya perlu meminjam sesuatu darimu..”
    Kemudian dia segera melemparkan sebuah majalah.
    “Lihat dan cepatlah ikuti perintah Ibu..!” suara Bu Rhien agak menekan.
    Agak gelagapan Jo membuka majalah tersebut dan terperangah mendapati berbagai gambar yang menyebabkan nafasnya langsung memburu. Meski orang kampung, dia mengerti apa arti semua ini. Apalagi jujur dia memang tengah menginjak usia yang sering kali membuatnya terbangun di tengah malam karena bayangan dan hawa yang menyesakkan dada bila baru nonton TV atau membaca artikel yang sedikit nyerempet ke arah “itu”.

    Sejurus diamatinya Bu Rhien yang tengah bergerak menuju pintu. Beliau mengenakan kaos hijau ketat, sementara bawahannya berupa rok yang agak longgar warna hitam agak berkilat entah apa bahannya. Segera tangan putih mulus itu menggerendel pintu.
    Kemudian.., “Berbaringlah Jo.. dan lepaskan celanamu..!”
    Agak ragu Jo mulai membuka.
    “Dalemannya juga..” agak jengah Bu Rhien mengucapkan itu.
    Dengan sangat malu Jo melepaskan CD-nya. Sejenak kemudian terpampanglah alat pribadinya ke atas.

    Lain dari pikiran Jo, ternyata Bu Rhien tidak segera ikut membuka pakaiannya. Dengan wajah menunduk tanpa mau melihat ke wajahnya, dia segera bergerak naik ke atas tubuhnya. Jo merasakan desiran hebat ketika betis mereka bersentuhan.
    Naik lagi.. kini Jo bisa merasakan halusnya paha majikannya itu bersentuhan dengan paha atasnya. Naik lagi.. dan.. Jo merasakan seluruh tulang belulangnya kena setrum ribuan watt ketika ujung alat pribadinya menyentuh bagian lunak empuk dan basah di pangkal paha Bu Rhien.

    Tanpa memperlihatkan sedikitpun bagian tubuhnya, Bu Rhien nampaknya hendak melakukan persetubuhan dengannya. Jo menghela nafas dan menelan ludah ketika tangan lembut itu memegang alatnya dan, “Bleesshh..!”
    Dengan badan bergetar antara lemas dan kaku, Jo sedikit mengerang menahan geli dan kenikmatan ketika barangnya dilumat oleh daging hangat nan empuk itu.

    Dengan masih menunduk Bu Rhien mulai menggoyangkan pantatnya. Tangannya menepis tangan Jo yang secara naluriah hendak merengkuhnya.
    “Hhh.. ehh.. sshh.. ” kelihatan Bu Rhien menahan nafasnya.
    “Aakh.. Bu.. saya.. saya nggak tahan..” Jo mulai mengeluh.
    “Tahann sebentar.. sebentar saja..!” Bu Rhien nampak agak marah mengucapkan itu, keringatnya mulai bermunculan di kening dan hidungnya.

    Sekuat tenaga Jo menahan aliran yang hendak meledak di ujung peralatannya. Di atasnya Bu Rhien terus berpacu.. bergerak semakin liar hingga dipan tempat mereka berada ikut berderit-derit. Makin lama semakin cepat dan akhirnya nampak Bu Rhien mengejang, kepalanya ditengadahkan ke atas memperlihatkan lehernya yang putih berkeringat.
    “Aaahhkhh..!”
    Sejurus kemudian dia berhenti bergoyang. Lemas terkulai namun tetap pada posisi duduk di atas tubuh Jo yang masih bergetar menahan rasa. Nafasnya masih memburu.

    Beberapa saat kemudian, “Pleph..!” tiba-tiba Bu Rhien mencabut pantatnya dari tubuh Jo.
    Dia segera berdiri, merapihkan rambutnya dan roknya yang tersingkap sebentar.
    Kemudian, “Jangan cerita kepada siapapun..!” tandasnya, “Dan bila kamu belum selesai, kamu bisa puaskan ke Inah.. Ibu sudah bicara dengannya dan dia bersedia..” tukasnya cepat dan segera berjalan ke pintu lalu keluar.

    Jo terhenyak di atas kasurnya. Sejenak dia berusaha menahan degup jantungnya. Diambilnya nafasdalam-dalam. Sambil sekuat tenaga meredam denyutan di ujung penisnya yang terasa mau menyembur cepat itu. Setelah bisa tenang, dia segera bangkit, mengenakan pakaiannya kemudian berbaring. nafasnya masih menyisakan birahi yang tinggi namun kesadarannya cepat menjalar di kepalanya. Dia sadar, tak mungkin dia menuntut apapun pada majikan yang memberinya hidup itu. Namun sungguh luar biasa pengalamannya tersebut. Tak sedikitpun terpikir, Bu rhien yang begitu berwibawa itu melakukan perbuatan seperti ini.

    Dada Jo agak berdesir teringat ucapan Bu Rhien tentang Inah. Terbayang raut wajah Inah yang dalam benaknya lugu, tetapi kenapa mau disuruh melayaninya..? Jo menggelengkan kepala.. Tidak..! biarlah perbuatan bejat ini antara aku dan Bu Rhien. Tak ingin dia melibatkan orang lain lagi. Perlahan tapi pasti Jo mampu mengendapkan segala pikiran dan gejolak perasaannya. Beberapa menit kemudian dia terlelap, hanyut dalam kenyamanan yang tanggung dan mengganjal dalam tidurnya.

    Perlakuan Bu Rhien berlanjut tiap kali suaminya tidak ada di rumah. Selalu dan selalu dia meninggalkan Jo dalam keadaan menahan gejolak yang menggelegak tanpa penyelesaian yang layak. Beberapa kali Jo hendak meneruskan hasratnya ke Inah, tetapi selalu diurungkan karena dia ragu-ragu, apakah semuanya benar-benar sudah diatur oleh majikannya atau hanyalah alasan Bu Rhien untuk tidak memberikan balasan pelayanan kepadanya.

    Hingga akhirnya pada suatu malam yang dingin, di luar gerimis dan terdengar suara-suara katak bersahutan di sungai kecil belakang rumah dengan rythme-nya yang khas dan dihafal betul oleh Jo. Dia agak terganggu ketika mendengar daun pintu kamarnya terbuka.
    “Kriieet..!” ternyata Bu Rhien.
    Nampak segera melangkah masuk kamar. Malam ini beliau mengenakan daster merah jambu bergambar bunga atau daun-daun apa Jo tidak jelas mengamatinya. Karena segera dirasakannya nafasnya memburu, kerongkongannya tercekat dan ludahnya terasa asin. Wajahnya terasa tebal tak merasakan apa-apa.

    Agak terburu-buru Bu Rhien segera menutup pintu. Tanpa bicara sedikitpun dia menganggukkan kepalanya. Jo segera paham. Dia segera menarik tali saklar di kamarnya dan sejenak ruangannya menjadi remang-remang oleh lampu 5 watt warna kehijauan. Sementara menunggu Jo melepas celananya, Bu rhien nampak menyapukan pandangannya ke seantero kamar.
    “Hmm.. anak ini cukup rajin membersihkan kamarnya..” pikirnya.
    Tapi segera terhenti ketika dilihatnya “alat pemuasnya” itu sudah siap.
    Dan.., kejadian itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Setelah selesai Bu Rhien segera berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia hendak beranjak ketika tiba-tiba teringat sesuatu.

    “Oh Ibu lupa..” terhenti sejenak ucapannya.
    Jo berpikir keras.. kurang apa lagi..? Jujur dia mulai tidak tahan mengatasi nafsunya tiap kali ditinggal begitu saja, ingin sekali dia meraih pinggang sexy itu tiap kali hendak keluar dari pintu.
    Lanjutnya, “Hmm.. Inah pulang kampung pagi tadi..” dengan wajah agak masam Bu Rhien segera mengurungkan langkahnya.
    “Rasanya tidak adil kalau hanya Ibu yang dapat. Sementara kamu tertinggal begitu saja karena tidak ada Inah..”
    Jo hampir keceplosan bahwa selama ini dia tidak pernah melanjutkan dengan Inah. Tapi mulutnya segera dikuncinya kuat-kuat. Dia merasa Bu Rhien akan memberinya sesuatu. Ternyata benar.. Perempuan itu segera menyuruhnya berdiri.

    “Terpaksa Ibu melayani kamu malam ini. Tapi ingat.., jangan sentuh apapun. Kamu hanya boleh melakukannya sesuai dengan yang Ibu lakukan kepadamu..”
    Kemudian Bu Rhien segera duduk di tepi ranjang. Dirainya bantal untuk ganjal kepalanya. Sejuruskemudian dia membuka pahanya. Matanya segera menatap Jo dan memberinya isyarat.
    “..” Jo tergagap. Tak mengira akan diberi kesempatan seperti itu.
    Dalam cahaya kamar yang minim itu dadanya berdesir hebat melihat sepasang paha mulus telentang. Di sebelah atas sana nampak dua bukit membuncah di balik BH warna krem yang muncul sedikit di leher daster. Dengan pelan dia mendekat. Kemudian dengan agak ragu selangkangannya diarahkan ke tengah diantara dua belah paha mulus itu. Nampak Bu Rhien memalingkan wajah ke samping jauh.. sejauh-jauhnya.

    “Degh.. degh..” Jo agak kesulitan memasukkan alatnya.
    Karena selama ini dia memang pasif. Sehingga tidak ada pengalaman memasukkan sama sekali. Tapi dia merasakan nikmat yang luar biasa ketika kepala penisnya menyentuh daging lunak dan bergesekan dengan rambut kemaluan Bu Rhien yang tebal itu. Hhh..! Nikmat sekali. Bu Rhien menggigit bibir. Ingin rasanya menendang bocah kurang ajar ini. Tapi dia segera menyadari ini semua dia yang memulai. Badannya menggelinjang menahan geli ketika dengan agak paksa namun tetap pelan Jo berhasil memasukkan penisnya (yang memang keras dan lumayan itu) ke peralatan rahasianya.

    Beberapa saat kemudian Jo secara naluriah mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.
    “Clep.. clep.. clep..!” bunyi penisnya beradu dengan vagina Bu Rhien yang basah belum dicuci setelah persetubuhan pertama tadi.
    “Plak.. plak.. plakk..,” kadang Jo terlalu kuat menekan sehingga pahanya beradu dengan paha putih mulus itu.
    “Ohh.. enak sekali..” pikir Jo.
    Dia merasakan kenikmatan yang lebih lagi dengan posisi dia yang aktif ini.
    “Ehh.. shh.. okh..,” Jo benar-benar tak kuasa lagi menutupi rasa nikmatnya.

    Hampir beberapa menit lamanya keadaan berlangsung seperti itu. Sementara Jo selintas melirik betapa wajah Bu rhien mulai memerah. Matanya terpejam dan dia melengos ke kiri, kadang ke kanan.
    “Hkkhh..” Bu Rhien berusaha menahan nafas.
    Mulanya dia berfikir pelayanannya hanya akan sebentar karena dia tahu anak ini pasti sudah diujung “konak”-nya.
    Tapi ternyata, “Huoohh..,” Bu Rhien merasakan otot-otot kewanitaannya tegang lagi menerima gesekan-gesekan kasar dari Jo.
    Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak terbangkitkan nafsunya.

    Jo terus bergoyang, berputar, menyeruduk, menekan dan mendorong sekuat tenaga. Dia benar-benar sudah lupa siapa wanita yang dihadapannya ini. yang terfikir adalah keinginan untuk cepat mengeluarkan sesuatu yang terasa deras mengalir dipembuluh darahnya dan ingin segeradikeluarkannya ..!!”Ehh..” Bu Rhien tak mampu lagi membendung nafsunya.
    Daster yang tadinya dipegangi agar tubuhnya tidak banyak tersingkap itu terlepas dari tangannya, sehingga kini tersingkap jauh sampai ke atas pinggang. Melihat pemandangan ini Jo semakin terangsang. Dia menunduk mengamati alatnya yang serba hitam, kontras dengan tubuh putih mulus di depannya yang mulai menggeliat-geliat, sehingga menyebabkan batang kemaluannya semakin teremas-remas.

    “Ohh.. aduh.. Bu..,” Jo mengerang pelan penuh kenikmatan.
    Yang jelas Bu Rhien tak akan mendengarnya karena beliau sendiri tengah berjuang melawan rangsangan yang semakin dekat ke puncaknya.
    “Okh.. hekkhh..” Bu Rhien menegang, sekuat tenaga dia menahan diri, tapi sodokan itubenar-benar kuat dan tahan.
    Diam-diam dia kagum dengan stamina anak ini.

    Akhirnya karena sudah tidak mampu lagi menahan, Bu Rhien segera mengapitkan kedua pahanya, tanganya meraih sprei, meremasnya, dan.., “Aaakkhh..!” dia mengerang nikmat. Orgasmenya yang kedua dari si Jo malam ini. Sementara si Jo pun sudah tak tahan lagi. Saat paha mulus itu menjepit pinggangnya dan kemudian pantat wanita itu diangkat, penisnya benar-benar seperti dipelintir hingga, “Cruuth..! crut.. crut..!” memancar suatu cairan kental dari sana. Jo merasakan nikmat yang luar biasa. Seperti kencing namun terasa enak campur gatal-gatal gimana.”Ohk.. ehh.. hh,” Jo terkulai. Tubuhnya bergetar dan dia segera mundur dan mencabut penisnya kemudian terhenyak duduk di kursi sebelah meja di kamarnya. Wajahnya menengadah sementara secara alamiah tangannya terus meremas-remas penisnya, menghabiskan sisa cairan yang ada disana. Ooohh.. enak sekali..

    Di ranjang Bu Rhien telentang lemas. Benar-benar nikmat persetubuhan yang kedua ini. Beberapa saat dia terkulai seakan tak sadar dengan keadaannya. Bongkahan pantatnya yang mengkal dan mulus itu ter-expose dengan bebas. Rasanya batang kenyal nan keras itu masih menyumpal celah vaginanya. Memberinya sengatan dan sodokan-sodokan yang nikmat. Jo menatap tubuh indah itu dengan penuh rasa tak percaya. Barusan dia menyetubuhinya, sampai dia juga mendapatkan kepuasan. Benarkah..?

    Sementara itu setelah sadar, Bu Rhien segera bangkit. Dia membenahi pakaiannya. Terlintas sesuatu yang agak aneh dengan anak ini. Tadi dia merasa betapa panas pancaran sperma yang disemburkannya. Seperti air mani laki-laki yang baru pernah bersetubuh.

    “Berapa jam biasanya kamu melakukan ini dengan Inah, Jo..?” tanya Bu Rhien menyelidik.
    Jo terdiam. Apakah beliau tidak akan marah kalau dia berterus terang..?
    “Kenapa diam..?”
    Jo menghela nafas, “Maaf Bu.. belum pernah.”
    “Hah..!? Jadi selama ini kamu..?”
    “Iya Bu. Saya hanya diam saja setelah Ibu pergi.”
    “Oo..,” Bu Rhien melongo.
    Sungguh tidak diduga sama sekali kalau itu yang selama ini terjadi. Alangkah tersiksanya selama ini kalau begitu. Aku ternyata egois juga. Tapi..?, masa aku harus melayaninya. Apapun dia kan hanya pembantu. Dia hanya butuh batang muda-nya saja untuk memenuhi hasrat sex-nya yang menggebu-gebu terus itu. Selama ini bahkan suami dan pacar-pacarnya dulu tak pernah mengetahuinya. Ini rahasia yang tersimpan rapat.

    “Hmm.. baiklah. Ibu minta kamu jangan ceritakan ke siapapun. Sebenarnya Ibu sudah bicara sama Inah mengenai masalah ini. Tapi rupanya kalian tidak nyambung. Ya sudah.. yang penting sekali lagi, pegang rahasia ini erat-erat.. mengerti..?” kembali suaranya berwibawa dan bikin segan.
    “Mengerti Bu..,” Jo menjawab penuh rasa rikuh.
    Akhirnya Bu Rhien keluar kamar dan Jo segera melemparkan badannya ke kasur. Penat, lelah, namunnikmat dan terasa legaa.. sekali.