Duniabola99.org – Aku dan suami sudah pindah kerumah kami sendiri. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan yang masih sangat baru.
Belum cukup penghuni yang menempatinya, malahan di gang rumahku (yang terdiri dari 12 rumah) baru 2 rumah yang ditempati, yaitu rumahku dan rumah Pras. Rumah Pras hanya mencapai 2 rumah dari rumahku. Karena tidak ada tetangga yang lain, Pras jadi cepat sekali akrab dengan suamiku.
Aku dan Winda, istri Pras jadi seperti sahabat lama, disanjung kami seumuran. Hampir setiap hari kami saling curhat tentang apa saja, termasuk soal seks. Biasa kami berbincang di teras depan rumah Winda saat sakit sambil Winda menyuapi Aria, anak mereka. Aku kurang “senang” soal urusan kamar ini dengan suamiku. Bukannya suamiku ada kelainan, tapi dia senangnya langsung tanpa pemanasan, sangat konservatif dan sangat egois. Begitu sudah ngecret ya sudah, dia tidak peduli dengan aku lagi. Sangat aku sangat jarang mencapai kepuasan dengan suamiku. Malu Winda bercerita kalau dia sangat “senang” dengan kehidupan seksnya. Prasagam selalu bisa memberikan kepuasan kepada opera. Kami saling berbagi cerita dan kadang-kadang sangat mendetail malah.
Jum’at petang itu menguntungkan aku sendirian di rumah. Terdengar ketukan di pintu sambil memanggil2 nama suamiku.Aku membukakan pintu. “Eh .. Mas. Masuk Mas, “sapaku ramah. Aku baru selesai mandi tanpa make up dengan rambut yang masih kotor tergerai sebahu. Aku pindah daster batik mini warna hijau tua dengan dada rendah, tanpa lengan yang memeperlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus. “Nnng… suamimu Mana Sin?” “Wah ke luar kota Mas.” “Tumben Sin dia tugas luar kota. Kapan pulang? ”“ Iya Mas, santai ada acara promosi, jadi dia harus ikut, sampai minggu baru pulang.
Mas Pras ada perlu ama suamiku? ”“ Enggak kok, cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih, Winda ama Aria nginep dirumah ibunya. ”“ Wah kalo cuman main catur ama Sintia aja Mas. ”“ Emang Sintia bisa catur? ”“ Eit jangan menghina Mas, biar Sintia cewek belum tentu kalah lho ama Mas. ”Kata ku sambil tersenyum. “Ya bolehlah, aku pengin menjajal Sintia,” katanya dengan bau nakal. Aku hanya tersenyum jawaban godaanku. Aku membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan dia duduk di kursi tamu. “Sebentar ya Mas, Sintia ambil minuman. Mas susun dulu caturnya. ”
Aku melenggang ke ruang tengah. Makan siang sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemarannya dan suamiku kalau lagi main catur, dia sedang menyusun biji2 catur dipapannya. Aku membungkuk untuk membuat baki di meja, mau tidak mau belahan dada dasterku terbuka dan menyingkap dua bukit toketku yang putih dan sangat padat. Aku tidak memakai bra. Kemudian aku duduk di kursi sofa di seberang meja. “Siapa yang punya jalan duluan Mas?” “Sintia kan putih, ya jalan duluan dong,” jawabnya. Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Aku membuktikan bahwa ini cukup permaian ini. Beberapa kali tombol membuat dia harus berpikir keras. Tapi aku pun kerepotan dengan langkahnya.
Beberapa kali aku harus memutar otak. Kadang2 aku membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tanganku bertumpu di pinggir meja. Posisi ini tentu saja membuat belahan dasterku terbuka lebar dan kedua toketku yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua gelap. Satu dua kali dalam posisi seperti aku mengerling dan memergoki dia sedang menikmati toketku. Aku akan membelikanmu toketku sedang aku sama sekali tidak mau mendekati daster dengan tanganku. “Cckk cckk cckk Sintia memang hebat, aku ngaku kalah deh.” “Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas, ”jawab ku sambil tersenyum menggoda. “Ayo main lagi, Sintia belum puas nih.” Kataku rada genit.
Kami utama lagi, permainan berjalan lebih seru, saat-saat ketika sedang berpikir, tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah “mati” ke lantai. Dengan mata masih siap papan catur, dan siapkan potongan catur dari lantai dengan tangan kananku. Rupanya dia juga melakukan hal yang sama, tidak ada pertanda kami bersenggolan di lantai. Entah siapa yang memulainya, tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing2. Aku melihat ke arah nya. dia masih dalam posisi duduk membungkuk. Jari tangan kirinya masih terus meremas jari-jari tangan kananku.
Dia menjulurkan kepalaku dan menciumku dengan sangat mesra. Aku sedikit terperanjat dengan langkahnya, tapi hanya sepersekian detik saja. Aku melenguh pelan, “oooohhh…” Dia tak menyia-nyiakan acara ini. Dia mengkulum bibir ku yang lembut sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku. Aku membalasnya dengan mengulum balik bibirnya. Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan oleh meja. Kuluman bibirnya ke bibirku berubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan, dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku. Aku pun membalasnya dengan permainan lidahku.
Tidak bisa dalam posisi ini, dia lepaskan ciumannya. Dia bangkit berdiri, berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri ku. Belum sedetik dia sudah aku memeluknya dan bibirnya kembali melumat kedua bibirku. Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan. Aku pun tak mau kalah pesan. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini panas, bahkan dengan suamiku sekalipun. Dia menciumi sisi kiri leher ku yang putih jenjang. Rintih kegelian yang keluar dari mulut ku dan bau sabun yang harum semakin memompa semangatnya. Ciumannyabergeser ke belakang stiker ku, sambil sejenak saja menggigit lembut cupingnya. Aku semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan. “Aaahhhh… aaaahhhhh,” aku merintih pelan. Dia merangkul leherku dengan lengan kanannya.
Tangan kanannya mulai menelusup di balik dasterku dan merayap pelan menuju puncak toket ku yang sebelah kanan. Toketku memang sangat padat. Bentuknya sempurna, ukurannya cukup besar karena tidak mampu mengangkup seluruhnya. Jari2nya mulai menari di sekitar pentil ku yang sudah tegak menantang. Dengan ibu jari dan telunjuknya dia memelintir lembut pentilku yang mungil itu. Aku kembali menggelinjang kegelian. Aku laki-laki mengizinkan wajah ke kiri dengan mata yang masih terpejam. Dia melumat bibirku. Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil berdiri terus bergerilya di toket kananku. Ciumannya semakin ganas dan sesekali menggigit lembut bibirku.
Tangan kirinya di putar ke paha kiri ku yang mulus. Lambat namun pasti, usapan tangan diarahkannya keatas mendekati pangkal pahaku. Ketika jarinya mulai menghitung tidak ada nokku, dia membatalkan gerakanku. Tangan kirinya kembali turun, dia mengusap lembut pahaku mulai dari atas lutut. Gerakan ini diulang beberapa kali sambil tangan kanannya masih memelintir pentil kanan dan kami masih saling berpagutan.
Ciumannya semakin mengganas. Dia pun mulai meraba no nokku yang masih terbalut cd itu. tidak ada nokku berdenyut lembut. Dengan jari-jari tengah tangan kirinya, dia menempatkan dengan pelan di tengah no nokku. Denyutan itu semakin terasa. “Aaahh… Mas… aahhh .. iya .. iya,” aku melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tanganku menyingkap daster miniku dan menurunkan cdku sampai ke lutut. Serta merta bisa mengeluarkan foto leluasa no nokku. Bukitnya menyembul indah, jembutku cukup lebat. Di antara kedua gundukan no nokku itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan.
Kemudian jari2 tangan kirinya mulai membelai semak2 yang terasa sangat lembut itu. Aku mencintai belaiannya dengan menciumi leher dan menyentuh kanannya. Aku semakin erat memeluknya. Tangan kanannya dari tadi tak berhenti meremas2 toket ku yang sangat berisi itu. Jari2nya mulai mengusap lembut no nokku yang sangat halus itu. Perlahan dia menyisipkan jari tengah kirinya di celah no nokku. Aku rasakan sedikit lembab dan itu berlendir. Dia menyusup lebih dalam lagi sampai dia menemukan ilku yang sangat mungil. Dengan gerakan memutar lembut dia mengusapnya ilku. “Ahhhh … iya … Mas .. ahhhh .. ahhhh.” Jari tengahnya sedikit lebih kuat ke arahnya, sambil digosokkan naik turun. Aku meresponnya dengan membuka lebar kedua pahaku, namun gerakanku terhalang cd yang masih bertengger di kedua lututku.
Sejenak ia berhenti gosokan jarinya, dia menggunakan tangan kirinya untuk menurunkan cdku. Aku membantu dengan mengangkat kaki hingga hingga hatiku dan hanya untuk diajak kanan ku. Gerakan ku sudah tak terhalang lagi. Dengan leluasa aku membuka lebar kedua pahaku. Jarinya sekarang leluasa menjelajah seluruh no nokku yang sudah sangat licin berlendir itu. Dia menggosok2 itu dengan lebih kuat sambil sesekali mengusap ujung no nokku dan digesek keatas kearah itu ilku. Aku menggelinjang semakin hebat. “Aaaaaahhhhh…. Mas .. Mas… .. ahhhhh .. terus… ahhhhh, ”pintaku sambil merintih. Intensitas gosokannya semakin dia tingkatkan. Dia mulai mengorek bagian luar lubang no nokku. “Iya … ahhh … iya .. Mas …”
Aku hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalaku terdongak kebelakang, mataku tertutup rapat. Mulutku terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan. Tanganku terkulai lemas tak lagi memeluknya. Tangan kanannya pun sudah berhenti bekerja karena merangkul aku dengan erat agar aku tidak melorot ke bawah. Daster ku sudah terbuka hingga keperut, menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat. Cdku masih berjuang di lutut kananku. Pahaku mengangkang maksimal. Jarinya masih menari-nari di seluruh bagian luar no nokku.
Dia sengaja belum menyelidiki bagian dalam no nokku. Aku sekarang menggeleng2 ke kiri kanan dengan pembohong. Rambut basahku yang sudah mulai kering tergerai acak2an. “Mas… Mas…. ahhhhh…. enak…. ahhhh nggak tahaaann .. ahhhh. ”Aku sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahiku. Dengan lembut dia mulai menusukkan jari tengahnya ke dalam no nokku yang sudah sangat basah itu. Dia menyorongkan sampai seluruh jarinya tertelan no nokku yang cukup sempit itu. Dia tarik uang sambil dibengkokkan keatas ujung jarinya menggesek lembut ke atas nokku. Gerakan ini secara berulang kali, masuk lurus keluar bengkok, masuk lurus keluar bengkok, seterusnya sebagainya. Tak sampai 10 kali gerakan ini, tubuhku menjadi kaku, kedua tanganku mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalaku semakin mendongak kebelakang. Mulutku terbuka lebar. Gerakannya dipercepat dan lebih dalam lagi. “Aaaaaahhhhhhhhhh.”
Aku melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhku sedikit menggigil. Aku bisa merasakan jari-jari yang terjadi terjadilah kontraksi otot no nokku, dan bersamaan dengan itu cairan no noktku menyiram jarinya. Aku sudah nyampe. Dia tidak membatalkan gerakan jarinya, hanya sedikit mengurangi kecepatannya. Tubuh ku masih menggigil dan menegang. Mulutku terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun, hanya demi nafas kuat dan pendek2 yang keluar lewat mulutku. Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat. Kemudian tubuh ku berangsur melemas, dia pun bisa bergerak hingga akhirnya dengan sangat perlahan dia cabut dari no nokku.
Mata ku masih terpejam Rapat, bibirku masih sedikit ternganga. dengan lembut dan pelan dia mendekatkan bibirnya ke mulut ku. Dia mencium mesra bibirku yang sensual itu. Akupun balas dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak pasangan kekasih yang saling jatuh cinta. Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya. “Nikmat Sin?” Dengan lembut dia berbisik di telinga ku. “Mas… ah… Sintia belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi ..sungguh Mas. Mas sangat pinter… Makasih Mas… Winda sungguh beruntung punya suami Mas. ”“ Aku yang beruntung Sin, bisa memberi kepuasan pada wanita secantik dan semulus kamu. ”“ Ah Mas bisa aja… Sintia jadi malu. ”
Akhirnya aku akan akan kondisiku saat itu. Dasterku awut2an, pahaku masih terbuka lebar, dan cdku tersangkut di lututku. Aku segera duduk tegak, mengubah dasterku menutup pangkal pahaku. Akhirnya aku bangkit berdiri. “Sintia mau cuci dulu Mas.” “Aku ikut dong Sin, ntar aku cuciin,” dia menggodaku. “Ihhh Mas genit.” Sambil berkata: aku menggamit intensif dan menariknya ke kamarku. Sampai di kamarku dia berkata: “Aku copot pakaianku dulu ya Sin, biar nggak basah.” Aku tidak bilang apa2 tapi lebih dekat dan membantu melepas kansing celananya semantara dia melepas kaosnya.
Dia kemudian melepaskan juga celananya dan hanya memakai cd saja. Aku melirik ke arah cdnya. Tol kon tolnya yang besar dan panjang (sudah dengan tol toliku yang kecil) sudah menegang. Dia maju selangkah dan mengangkat ujung bawah dasterku sampai keatas dan aku mengangkat kedua-duanya. Dia tampak mengagumi tubuhku. Toket yang dari tadi hanya diraba sekarang terpampang dengan jelas di hadapannya. Bentuknya bundar kencang, cukup besar, tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh ku yang seksi itu. Pentilku sangat kecil jika dibandingkan ukuran bukit toketku. Warna pentilku coklat tua, sangat kontras dengan warna kulit yang begitu putih.
Perut ku sungguh kecil dan rata, tak tampak sedikitpun timbunan lemak disana. Pinggulku sempurna indah dan pantatku sangat seksi, padat dan sangat mulus. Pahaku sangat mulus dan padat, betisku tidak terlampau besar dan lalu kakiku sangat kecil. “Mas curang … Sintia udah mencolok tapi Mas belum buka cdnya.” Tanpa menunggu reaksinya, aku maju selangkah, membulu dan memelorotkan cdnya. Dia membantu dengan melangkah keluar dari cdnya. kon tolnya yang sedari tadi sudah berdiri langsung menyentak. Besar dan panjang, mengangguk2 saking kerasnya. Kami berdiri berhadapan sambil saling bertelanjang bulat saling memandangi. Tak tahan melihat tubuh molek ku, dia maju langung memeluk tubuhku erat. Kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit tubuhnya tanpa sehelai benangpun yang terkunci. “Kamu cantik dan seksi sekali Sin.
Sambil berkata demikian dia merangkulku, lalu masuk ke kamar mandi. Dia menyemprotkan sedikit udara dengan shower ke no nokku yang masih berlendir itu. Kemudian dia memeluk ku dari belakang dan menyabuni seluruh permukaan tanpa nokku dengan lembut. Aku suka dengan apa yang dia lakukan, aku merapatkan punggungku ke tubuh dan membuat tolakan untuk rapat. Dengan gerakan lambat dan teratur dia menggosok selangkangan ku dengan sabun. Aku mengimbanginya dengan mengg gerakan pinggulku seirama dengan gerakannya. Akhirnya selesai juga dia membantu ku selangkanganku dan mengeringkan diri dengan handuk. Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan bersisian di tempat tidur. Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan. Dia meraba seluruh permukaan tubuh mulus ku, aku pun beraksi mengelus kon tolnya yang semakin menegang itu. Aku
ditelentangkan, kemudian dia melorotasikan kakiku. Dia mulai menciumi betisku, bersih keatas ke pahalu yang mulus. Akhirnya mulutnya mulai mendekati pangkal pahaku. “Ahhhhh Mas…. ah .. jangan .. di sini Sintia nggak tahan lagi .. ah. ”Sekalipun aku berkata“ jangan ”Namun begitu aku membuka kedua pahaku semakin lebar seakan membalas baik menyerang mulutnya itu. “Nikmati saja Sin…. saya akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan kepada Anda. “Dia memenuhi jilatan dan ciumannya ke daerah selangkangan ku yang sudah menganga lebar. Bibir no nokku yang begitu tebal dan sensual. Perlahan dia mengkatupkan kedua bibirnya ke bibir no nokku. Sambil “berciuman” dia menjulurkan lidahnya mengorek ujung no nokku. “Ahhhh …. Mas… aaaaahhh .. tolong .. tolong. ”Begitu mudahnya kata2ku berubah dari“ jangan ”menjadi“ tolong ”. Bibirnya digeser sedikit keatas sehingga ia berwarna merah muda. Perlahan dia menjulurkan lidahnya dan menjilatinya berkali2.
Aku membuka selangkanganku semakin lebar dan menekuk lututku dan juga mengangkat pantatku. Dia segera menutupi pantatku sambil meremasnya. Lidahnya semakin membujur di il il itu. “Aaaaaahhhhhh…. enak Mas…. enak…. ahhhh .. iya…. ahhhh. ”Hanya itu yang keluar dari mulut ku apa yang sedang kurasakan saat ini. Dia semakin meningkatkan kegiatan mulutnya, dia mengkatupkan kedua bibirnya ke dalamnya yang inginnya, dia menyedot lambat2 benda sebesar kacang hijau itu. “Maaaaasss…. nggak tahaaaan… ahhhhh .. Maassss. ”Dia melepaskan tangan kanannya dari pantat ku, kemudian jari tengahnya kembali beraksi menggosok itu ilku. Lidahnya dijulurkan mengorek seluruh lubang tanpa nokku kadar yang dia bisa. Tubuhku menegang. Dan ternyata selangkanganku semakin terangkat, kedua tanganku mencengkeram Kain sprei.
Bersamaan dengan erangan ku dia merasakan ada cairan yang hangat dan terlihat dariin yang keluar dari no nokku dan langsung membasahi lidahnya. Dia menjulurkan lidahnya semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa dia rasakan. Aku memberontak, segera menarik dia mendekatiku. Tangan kanannya kupegang dan sentuhkan ke no nokku. Sambil terpejam, aku memeluknya dan langsung mencium bibirnya yang masih belepotan dengan lendir kenikmatanku. Dia biarkan bibir dan lidahku menari di mulutnya menyapu semua sisa lendir yang ada disana. Jari pikiran terbenam ke no nokku dan digerakkan masuk keluar dengan cepat. Tubuh ku kembali menggigil dan no nokku mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmeku.
Kami masih berciuman sampai tubuh ku mulai melemas. meningkatkan dia membuka tangan kanannya dari selangkanganku, memeluk ku dengan lembut. Bibirnya biaya dilepaskan dari cengkeraman mulut ku. Tubuh ku tergolek lemah seakan tanpa tulang. Mataku sedikit terbuka menatapnya mesra. Di bibirku sedikit menyungging senyum penuh kepuasan. “Mas…. Itu tadi luar biasa Mas … Sintia belum pernah digituin … Mas hebat .. makasih Mas … Sintia banyak hutang ama Mas. ”“ Sin aku juga sangat senang kok bisa membuat Sintia puas seperti itu ”sambil mengkecup lembut keningku. Mata ku berbinar penuh rasa terima kasih. Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. kon tolnya masih tegang berdiri. Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini aku membersihkan diriku sendiri. Dia tetap berani sambil menangkap keindahan yang alami. Tak berapa lama kemudian aku langsung dan langsung di sampingnya. Mataku menatap lekat ke kon tolnya.
“Mas pengin diapain?” Tanyaku manja. “Terserah kamu Sin, biasanya ama suamimu gimana dong?” Dia coba memancingku. “Biasa ya langsung dimasukin aja Mas. Sintia jarang puas ama dia. ”“ Oh… terus Sintia penginnya gimana? ”“ Ya kayak ama Mas tadi, Sintia puas banget. … Sintia pengin cium punya Mas boleh nggak? ”“ Emang Sintia belum pernah? ”“ Belum Mas, ”ada jengah aku menjawab,“ Suamiku nggak pernah mau. ”“ Ya, tolong kalau Sintia mau. ”Tanpa menunggu komando aku segera merangkak mengalihkan kepalaku mendekati selangkangannya. Aku pegang kon tolnya, kuamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok.
Sangat kaku dan canggung, maklum baru pertama lakukan. “Ayo Sin ,, aku ngak apa2 kok. Kalau Sintia suka, lakuin apa yang Sintia mau. ”Dengan penuh nilai aku mendekatkan mulutnya ke kepala kon tolnya. Pelan2 kubuka bibirku dan memasukkan sehari ke mulutku. Hanya sampai sebatas leher kemudian kusedot perlahan. Aku tetap melakukan itu untuk beberapa saat. Dengan lembut dia termasuk tangan kiriku. Dia menggenggam jemariku yang lentik dan ditariknya mendekat ke mulutnya. Dia akan menunjuk ke arah mulutnya. Dia menggerakkan masuk keluar dengan mental sembari sesekali menjilat dengan lidahnya saat jari lentikku masih dalam mulutnya. Aku segera paham saat dia sedang memberi “bimbingan” bagaimana yang kulakukan.
Tanpa ragu aku mempraktekkan apa yang dia lakukan dengan jariku. kon tolnya menjadi kumasukkan ke mulutku, kemudian kepala kuangguk2kan ke arah tengah kebunkter tergesek keluar masuk mulutku yang sensual itu. Sekalipun masih ada yang canggung tapi dia mulai bisa merasakan “pelayanan” yang kuberikan. Semakin lama aku semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang kumainkan lidahku di sekitar kepala kon tolnya dalam mulutku. Aku bisa mulai merasakan dari apa yang kulakukan dengan mulut dan lidahku. Aku mulai berani bereksperiman. Waktu kukeluarkan kon tolnya dari mulutku, menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali. Ses sesekali aku hanya menghisap uang sambil mengocok batangnya. “Gimana Sin rasanya?” “Mas… Sintia merasakan rangsangan yang luar biasa, kon tolnya Mas enak .. Sintia suka, besar – panjang lagi. “Dia bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di tembok kepala ranjang. Aku langsung tahu harus bagaimana.
Aku duduk bersimpuh dihadapannya dan kembali menghisap kon tolnya. Kepala tetap kugerakkan maju mundur. Dan sekarang aku menemukan cara baru. Aku menjepit batang kon tolnya di antara kedua bibirku yang terkatup. Kemudian aku mengangguk2kan kepalaku. Batang dan kepala kon tolnya aku gesek dengan bibir tebalku yang terkatup. Dia membantu dengan menggerakkan pantatnya maju mundur. “Ohhh Sin …. mulutmu enak sekali … terus Sin. “” Mas suka? Winda sering ya giniin Mas? ”“ Iya Sin… tapi aku lebih suka kamu… bibirmu seksi sekali .. ooohhh Sin .. Winda juga suka .. isep bijiku dan jilati semuanya Sin .. ohhh. ”Aku nggak mau kalah, segera kulepaskan kon tolnya dari mulutku dan mulai menjilati dan menghisap bijinya sambil mengocok kon tolnya. Dia membelai rambut ku dan mengusap kepalaku.
Kemudian kami berganti posisi. Dia terlelap telentang dan aku dimintanya merangkak di atasnya dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69. Aku segera mengulum kon tolnya, dia pun mulai menjilati no nokku. Dengan posisi ini tidak ada nokkusangat terbuka dihadapinya dan dia lebih leluasa menikmati dengan bibir dan lidahnya. Dia menjilat dan hisap it il ku yang sudah menantang dan jarinya mengorek no nokku. Sesekali dia menciumi bibir no nokku yang begitu renda. Akupun tak mau kalah, aku melakukan berbagai cara yang aku tahu terhadap kon tolnya. Aku mainkan pakai lidah, kukocok sambil kuhisap, kumainkan kepala kon tolnya- mengitari dengan kedua bibirku. Sungguh nikmat sekali. Tak terlalu lama aku mulai karena aku tidak bisa tahan lagi. Pantatku mulai bergoyang limbung kegelian, Namun dia menjilati terus itu ilku sambil jarinya menusuk2 no nokku. Akhirnya aku sampai juga di puncak nikmatku. Tubuhku menegang, gerakan anggukan kepalaku sambil menghisap kon tolnya semakin menggila. Tubuhku gemetaran tapi aku tetap tak rela mengeluarkan kon tolnya dari mulutku. Dia lebih suka menciumnya dan tidak mengorek no nokku dengan jarinya.
Tubuhku tiba2 mematung dan dia merasakan cairan hangat meleleh keluar dari no nokku. Dia langsung menutup no nokku dengan mulutnya dan menikmati kenikmatanku membasahi lidahnya. Rasanya asin tapi sama sekali tidak amis dia tidak ragu menelan cairan itu sampai tandas. Ia kemudian melanjutkan lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan no nokku. Otot ku sudah ada yang mengendur juga. Aku mulai lagi melakukan segala pekerjaan dengan mulut dan lidahku ke kon tolnya. Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti, aku mulai lagi puncak kenikmatan birahiku. Dia menangkupkan kedua rutin ke bukit pantatku dan mulai membelai dan meremas lembut. Aku menanggapinya dengan sedotan panjang di kon tolnya. Lidahnya kembali pencarian semua penjuru selangkangan ku. Beberapa saat kemudian tubuh ku kembali gemetaran. Dia mencium bibir no nokku dan menyorongkan lidahnya sedalam mungkin ke dalam no nokku yang pengkajian. Dia juga mulai merasa kalau keberaniannya mulai goyah dan bendungannya akan segera ambrol.
Aku memperluas gerakan kepalaku dan diapun menghisap semakin kuat tanpa nokku. Dia sangat tidak kuat menahan amarah pejunya dan… ”Croooottsss crooots croots.” Peju hangatnya menyembur masuk mulut ku. Untuk sedikir aku kaget tapi aku tanggap hebat. Aku segera menyempurnakan gerakan kepalaku sambil menelan seluruh pejunya. “Croots .. croots.” Sisa pejunya kembali menyembur, dan kali ini aku membalasnya dengan hisapan kuat di kon tolnya, seakan ingin menyedot apa yang masih ada di sana. Dia merasakan nikmat yang luar biasa. Ekspresi kenikmatan ini dia lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot no nokku. Aku juga sudah hampir mencapai klimaks. Belaian lidahnya di no nokku membuat puncak itu semakin cepat mencapai. Sekali lagi lagi tubuh ku menegang dan cairan lembut kembali meleleh dari no nokku.
Beberapa saat kemudian, dengan enggan aku bangkit dan membentang telentang disampingnya. kon tolnya, meskipun masih berdiri, tapi sudah tidak setegak tadi. Aku memeluknya dengan manja dan kami berciuman dengan mesra. “Dosa… gimana? .. puas? … maaf di depan aku nggak tahan keluar di mulut kamu. ”“ Sintia puas sekali Mas .. sampai dua kali gitu lho…. Sintia suka peju Mas… asin2 gimana gitu. Kapan2 boleh minta lagi dong Mas. ”Aku mulai berani mengungkapkan apa yang kurasakan. “Boleh aja Sin ,,, asal disisain buat Winda .. hehehe,” Aku mencubit genit lengannya. “Ihhh… Mas… paling bisa deh… emang Mas sering gaya gituan dengan Winda?” “Enggak lah… ini baru pertama dengan kamu Sin.” “Ah Mas bohong ..
Winda kan sering cerita ke Sintia, katanya Mas pinter ngeseks. Makanya diam2 Sintia pengin utama ama Mas. ”“ Udah kesampian kan keinginanmu Sin. ”“ Iya sih… tapi Mas jangan marah ya… Sintia sering bayangin kita bertiga dengan utama Winda .. Mas mau nggak? ”Dia kaget mendengar keinginanku ini. Jujur saja aku sering berfantasi imajinasi alangkah nikmatnya bercinta dengan dia dan Winda sekaligus. “Mau sih Sin .. tapi kan nggak mungkin… Winda pasti marah besar.” “Iya ya… Winda kan orangnya suka alim.” Kami terus berbincang hal2 jadi sampai kira2 10 menit. Kemudian dengan malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami. Dia jadi mungkin mengagumi tubuh ku. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhku dan semuanya padat berisi.
Setelah mengeringkan kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra. Sambil saling berciuman dia mulai menggerayangi tubuh molek ku, jangan bosan2nya dia meremas dan mengusap toketku yang sangat segar itu. Perlahan dia mulai menghujani leher dan pundak ku dengan ciuman. Tak sampai disitu saja, mulutnya mulai mengarah ke dadaku. Toketku yang terang mulai diciumi dan digigit2 lembut. Aku sangat menghargai apa yang dia lakukan. “Ahhhh… iya Mas…. disitu Mas… ahhhhh Sintia terangsang Mas. ”Lidahnya menjilati pentilku yang mungil dan keras itu. Aku semakin menggelinjang.
Tanganku menyusup ke bawah ke selangkangannya. Kupegang kon tolnya yang masih berupa lemas. Kumainkan kon tolnya dengan jari2ku yang lentik. Mau tak mau kon tolnya mulai hidup kembali. Aku dengan lembut mengocok kon tolnya. Sambil masih mengulum pentilku, tangan kanannya kembali bergerilya di daerah no nokku. Jarinya dirapatkan dan bergerak ke bukit no nokku sembari di gerakan memutar. Aku juga menimpali dengan menggoyangkan pantatku dengan gerakan memutar yang seirama. “Mas…. aaahhhh Mas…. enak Mas… ahhh terus… iya. ”Sambil mendesah aku menarik pantatnya mendekat ke kepalaku. Akhirnya dia melepaskan hisapannya di pentilku dan duduk berlutut di sisiku.
Aku terus mendorongnya sampai akhirnya mulutku mencapai kon tolnya yang sudah tegak menantang. Tangan kirinya pintu dibelakang kepalaku untuk menyangga kepalaku yang terlalu terangkat. kon tolnya kembali kukulum dan kujilati. “Oooh Sin… enak Sin… aku suka Sin…” Diapun menggerakkan pantatnya maju mundur. Aku membuka lebar mulutku dan menjulurkan lidahku menuju ke arah mulutku tergesek lidahku. Sementara itu tangan kanannya terus interaktif dan memutari no nokku. Kadang-kadang jarinya tidak diselipkan ke celah no nokku dan membawanya ke il ku. “Ahhh Mas… Sintia nggak tahan Mas… ahhhhh .. iya… aaahhhh.”
Dia segera mengubah posisi. Kedua tangan ku lepaskan di belakangku dan membuka kedua lututku.Dia mengangkat pahaku tidak ada nokku menganga menghadap ke atas. Aku menahan dengan kedua tangan di belakangku. Dia duduk bersimpuh di depan no nokku. kon tolnya diarahkannya ke no nokku yang sudah menganga itu. Dia menusukan kepala kon tolnya ke no nokku dan dia tahan disana. Kemudian dengan tangan kanannya digerakkannya kon tolnya memutari mulut no nokku. “Maassss .. ahhhhh … nggak tahan … ayo … ahhhhhh.” Dia sengaja tidak mau terlalu cepat menuukkan kon tolnya ke no nokku. Dia menggesek2an kepala kon tolnya ke itu il ku. Aku paling menggelinjang menahan nikmat. Akhirnya tanggul ku bobol juga. Tak heran, dengan gosokan jari itu aku bisa mencapai orgasme dulu apalagi dengan kepala kon tolnya, tentu rangsangannya lebih dahsyat. “Aaaahhhhhhhhhhhhhh..ahhhhhhhhhhhhh Massssssss.” Rintihan itu sekaligus dijulur melelehnya cairan bening dari no nokku. Aku kembali suka puncak orgasme hanya dengan gosokan di it ilku.
Kali ini dia memasukkan batang kon tolnya seluruhnya ke no nokku. Dia berbaring telungkup di atas tubuh molek sambil menumpukan berat badannya di kedua sikunya. Dia mencium lembut mulutku yang masih terbuka sedikit. Aku membalas ciumannya dan mengulum bibirnya. Dia melewati kon tolnya tersembunyi dalam no nokku. Dia berbisik: “Sin… nikmat ya…” “Oh Mas… Sintia sampai nggak tahan… nikmat Mas ..” Perlahan dengan gerakan yang sangat lembut dia mulai memompa nasi ke dalam no nokku yang sudah basah kuyup. Dia tahu aku pasti bisa orgasme lagi dan kali ini dia ingin kenamaan lumpur panas di batang kon tolnya. “Ayo Sin… .nikmati lagi… jangan berikan .. aku akan pelan2.”
“Ahhhh .. iya Mas…. Sintia pengin lagi ..ahhhhh. ”Masih dengan sangat ringan dia memompa terus ke tidak ada nokku yang ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 tahun. Toketku yang menyembul tegak menggesek2 dadanya membuat dia naik. Sungguh sens yang luar biasa. Sengaja dia menggesekkan dadanya ke toketku. “Aaaahhhhh… ahhhhhhh… iya… ahhhhh .. Sintia terangsang lagi Mas… iya…. . ”Kali ini dia memompa sesuatu yang lebih kuat dan cepat. Aku menanggapinya dengan memutar pantatku dengan kon tolnya rasanya seperti di peras2 dalam no nokku.
Gerakkan ku semakin liar, tanganku sudah tidak lagi menahan lututku tapi coba pantatnya dan paksa dengan keras ke tubuhku. “Aaaaahhhhhh…. Mas… .. aaaahhhhhhh ”Dia semakin kencang dan dalam memompa pantatnya. Mata sudah terpejam rapat, kepalaku menggeleng2 ke kiri ke kanan seperti yang kulakukan di sofa tadi. Gerakanku makin ganas dan “Aaaaaaaaa.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ………” Aku melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhku. Dia memasukkan dalam 2 kon tolnya ke no nokku. Jelas dia berharap aliran hangat di sekujur batang kon tolnya. Tubuh ku masih terbujur kaku. Dia pun membatalkan seluruh gerakannya sambil terus memperbaiki no nokku dengan kon tolnya. Beberapa saat ada yang terhenti. Tidak ada suara, tidak ada gerakan dari tempatmereka.
Akhirnya badan ku mulai mengendur. Tanganku membelai lembut kapalanya. Bibirku mencari bibirnya untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang. “Mas…. Sintia sungguh nikmat…. Mas jago deh… Mas belum keluar ya? ”“ Jangan paksa aku Sin…. yang penting Sintia bisa menikmati kepuasan. ”Kemudian dengan lambat dia mulai memompa lagi. tidak ada nokku menjadi sangat licin. Selama beberapa saat dia terus memompa lambat2. “Aaaahhhhhh… iya .. iya…. Mas…. Sintia mau lagi .. iya… ahhhh ”. Aku kembali memutar meyakinkanku mengiringi irama pompaannya. Aku mulai mendesah2 penuh kenikmatan. Dia mencabut kon tolnya dari no nokku. Dia lalu membungkuk telentang di sebelahku. “Kamu di atas Sin.” Aku segera berjongkok diatas selangkangannya. Dia mengarahkan kepala kon tolnya ke no nokku. Aku kemudian duduk di atas tubuh dan bertumpu pada kedua lututku. Pantatku mulai bergerak maju mundur. “Ayo Sin… kamu sekarang yang atur .. ohhh iya nikmat Sin.” Aku semakin bersemangat memajumundurkan pantatku.
Kedua toketku berguncang indah dihadapannya. Secara reflek kedua energi meremas toketku. Tangan kuletakkan dibelakang pantatku membuat badanku meliuk kebel balik membuat ayahku membusung. “Ohhh Sin… toketmu seksi sekali… terus Sin… ohhhh… lebih keras Sin.” “Aaaaahhhh Mas … Sintia sudah mau sampai lagi… ahhhhh ahhhhhh Mas” “Ayo Sin…. terus Sin… cepat…. ohhhhh iya .. iya Sin … tidak nokmu enak sekali. ”“ Mas .. ahhhh … Sintia nggak tahan … puasi Sintia lagi mas .. ahhhh. ”Gerakan pantat ku semakin cepat dan semakin cepat. Dia merasa kon tolnya tergesek2 dinding no nokku yang sempit dan licin itu. Dengan sekuat tenaga dia bisa menahan agar dia tidak ngecret tapi mempertahankannya semakin rapuh. “Dosa… oooohhhh Sin…. aku nggak tahan… ohhh Sin…. enak ..enak. ”“ Ahhhh… ayo .. Mas… ..
Sintia juga udah nggak tahan… sekarang mas ..ahhh sekarang. ”Tepat pada detik itu ambrol tidak ada yang mampu menahan terjangan kaki yang menyemprot kuat. “Oooooooohhhhhhh Sin… .. crooots crooots croots” “Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh Mas…. ahhhhhhhhhhh .. ”Kami mencapai puncak kenikmatan bersama. kon tolnya terasa hangat dino nokku. Aku masih duduk diatasnya tapi sudah kaku tak bergerak. tidak ada nok kuhunjamkan dalam melahap seluruh batang kon tolnya. “Oooohhh Sin…. nikmat sekali .. makasih Sin .. kamu pinter buat aku puas. ”Dia menggapai tubuh ku dan tertarik menelungkup diatas tubuh. Toketku yang masih keras menghimpit dadanya. Dia menciumi seluruh wajahku yang ditetesi keringat. “Mas… ahhhhh… Sintia sungguh puas Mas…” Lalu kami diam sambil berpelukan. Badan kami mulai terasa penat tapi bathin kami sangat puas.
Hari sudah beranjak malam. “Mas Sintia laper”. “Ya udah, kita mandi dulu, terus baru cari makan malem”. Dikamar mandi, kita saling menyabuni. kon tolnya ngaceng lagi, kukocok2 kon tolnya pelan2. “Mas kon tolnya besar banget sih”. Aku mulai berani bicara kasar, sudah tidak sungkan lagi. Selesai mandi, aku memakai kaos oblong merah dengan celana gombrang khaki.
Kemudian saya pergi ke warung didepan komplex untuk mencari makan malam. Selesai makan malam, kita kembali kerumah lagi. Aku memutar film biru yang baru dipinjam suamiku. Suamiku memang hobi nonton film begituan. Dengan 2 bantal besar di atas karpet, kami bisa tidur berdampingan sambil menonton film. Permainan panas di film itu membuat saya mulai bergerak menyentuh kebadannya dan kemudian rebah diatas pahanya. Dia mengulum bibirku dengan gerakan lembut sambil bergerak dengan sentuhan halus ke toketku yang tanpa bra itu. Aku menggelinjang saat dia mulai agresif memainkan pentilku.
“Ayo mas..gesek lagi ya ..!” Pintaku bernafsu. Aku mencium dan menjilati jari-jarinya. Kemudian dia melepaskan dari ciumanku dan kembali meremas toketku dari balik kaosku. Dipilinnya pentilku secara langsung bergantian. Aku makin menggeliat karena napsuku sudah memuncak. Tangannya kutarik menjauh dari toketku. Kubawa ke arah perutku. Segera dia mengilik2 puserku sampai aku menggeliat kegelian, “Mas geli”. Tangannya segera menyusup ke bawah dan menemukan karet celana gombrongku. Tangannya berusaha merayap terus ke bawah menyelip ke cdku sampai lilin jembutku. Jangkauannya kini maksimal, padahal target belum mencapai.
Aku menaikkan badanku sedikit dan kini jari-jarinya bisa mencapai belahan no nokku. tidak ada nokku sudah basah, jari-jari tengah dengan mudah menyusup ke dalam dan menemukan ilku yang sudah mengeras. Dia juga memainkan jari tengahnya. Pinggulku Pertimbangkan irama sentuhan jari tengahnya. Aku menggelinjang. “Mas, lepasin pakean Sintia, mas, semuanya”, pintaku. Segera dia mengangkat kaosku keatas, aku mengangkat tanganku keatas untuk memungkinkan dia membuka kaosku. Kemudian dia menarik celana gombrangku bersama cdku, aku mengangkatnya untuk memudahkan dia melepasnya. Setelah aku berbugil ria, segera diapun lepaskan semua yang menempel dibadannya.
Kon tol sangat lurus dengan kerasnya. Dia berbaring dengan 2 bantal susun dipunggungnya. Aku menunduk mengulum kepala kon tolnya. Hanya bisa karena dia menyuruhku ke sana dengan posisi membelakangi dia. Aku mulai bergerak pelan memaju-mundur agar bisa menggesekkan no nokku ke kon tolnya. Tangannya dari mulai beraksi memijit-mijit toketku.
Aku menjadi sangat pembohong, menggeliat sambil tak henti-hentinya mendesah kenikmatan. Gerakan dan sentakanku membuatmu lebih cepat dan lebih cepat saat kuundurkan membuatku kebelakang dan kon tolnya lepas dari jepitan bibir no nokku. kon tolnya yang memang terangkat sudah berhadapan dengan bibir no nokku yang basah itu dan… .bleeessss..kepala dan separuh kon tolnya yang tegang keras itu amblas ke no nokku. “Maas”, seruku. “Kenapa Sin, sakit”, tanyanya.
Aku hanya menggelengkan kepala, menikmati sakit tapi nikmat banget. Sesek rasanya ada nokku kemasukan kon tolnya yang besar banget itu. tidak ada nokku berdenyut mencengkeram kon tolnya, giliran dia yang mendesis, “Sin, nikmat banget no nokmu, bisa ngemut kon tolku”. Dia membalikkan badanku dan mendebahkan saya di atas karpet. Dia menundukkan mukanya dan mengulum bibirku sambil menggeser badannya keatas.
Dengan pelan ditusukkannya kon tolnya keno nokku. Diteruskannya dorongannya dan kepala kon tolnya mulai menerobos masuk masuk keliang no nokku. “Ouuhh ..” kembali aku melenguh. Dikocoknya kon tolnya pelan kian dalamukan tidak nokku. Pelan tapi pasti dan akhirnya kurasakan seluruh no nokku penuh terisi kon tolnya. tidak ada nokku yang sudah basah itu masih terasa sempit buatnya, “Sin, sudah basah gini masih sempit aja tidak nokmu, nikmat banget deh, mana rasanya banget empotannya. Terus diempot ya Sin ”.
Dihunjamkannya lagi kon tolnya, walau terasa sangat cepat tapi nikmat, “Ooohhh …” aku mulai menggeliat, kaki kuangkat, melingkar kepahanya sementara kepalaku terangkat, mendongak kebelakang dengan mataku membelalak. Tangannya cepat, toketku diremas pelan sembari pentilnya dipijit, buat aku makin menggila, berdesah panjang nikmat, “uhhh, peluk Sintia mas”. Dirapatkannya badannya kebadanku dan aku merangkul ketat punggungnya. Goyangan pantatnya turun naik semakin cepat. Warga bersuara “plook..ploook” karena begitu banyak cairan yang mengalir dari no nokku.
Dia kemudian mengganti posisi. Aku disuruh nungging pada sandaran sofa dengan posisi pantat sedikit terangkat, kaki mengangkang. Digesekkannya kepala kon tolnya ke bibir no noknya beberapa saat, baru dihunjamkannya pelan. Doggy Style! “Maas”, erangku memasukkan kepala ke depan dan masuk ke liang no nokku. Baru setengah kon tolnya masuk, “Aaauuhhh….” Mataku terbelalak saking nikmatnya.
Kemudian dia mulai mengemas kon tolnya keluar masuk no nokku. Aku kembali mengelinjang, tahan enjotan pantatnya. Terasa kon tolnya makin keras dan terasa makin membesar karena gesekan di dinding no nokku. “Ooohhh..oooohhhh” gumamku, karena dia mempercepat enjotannya. Tiba-tiba tiba aku menahan gerakan pantatnya, mengeluarkannya hanya dari sebagian kon tu yang masih terpakai dan disentakkannya cepat dengan gerakan pendek, kemudian mencapai bagian-bagiannya hingga tidak ada lagi, kemudian dibuatnya gerakan memutar.
Otomatis kepala kon tolnya berputar bak bor mengesek ketat dinding no nokku. “Uuaahhh… .terus mas… enaaakkk!” Desahku. Tidak puas hanya menikmati rotasi “bor” nya, aku ikut mengenjot keras pantatku ke dan… ”uuhhh..uuuhhh” aku semalam sama-sama mengerang nikmat. Selang lebih dari 20 menit kami berpacu dengan posisi demikian, aku makin keblingsatan dengan erangan-erangan tak keruan. Dia tahu kalau aku sudah akan nyampe.
Aku ditelantangkan di atas sofa dengan kaki kiri menjuntai lantai dan kaki kanan tergantung pada sandaran sofa. Paha ku terbuka lebar dan bibir no nok ku sedikit setelah disodok kon tolnya sejak tadi. Kini dia mulai membungkuk di atas badanku dan dengan wajah kiri menopang badannya, tangan kanannya menuntun kon tolnya kearah bibir no nokku.
“Ayo..masukin mas ..!” Pintaku. Kepala kon tolnya mulai menghunjam. “Aaahhhh ..!” Erangku saat seluruh kon tolnya disodok masuk dan mulai dikocok turun naik langsung dengan frekuensi tinggi dan cepat. “Ah..ah..ah..ah.” Aku tiada hentinya melenguh, badanku menggeliat dengan kepala yang naik turun dengan geli dan nikmat yang sangat sangat.
Dia terus mengocok dengan kecepatan tinggi dan menggila. Kenikmatanku sudah memuncak. “Auuuh..m..m ..” tanganku melingkar ketat dipunggungnya dengan paha dan kakiku ikut membelitnya. “Tahan dikit Sin ..!” Bisiknya dikupingku sambil mempercepat sodokannya. “Aaaahhhhhhh ..!” Aku menjerit panjang, kukuku serasa menembus kulit punggungnya, mengiringi puncak kenikmatanku. Berbarengan dengan lenguhan panjang, dia menyodok keras ke tol no nokku diimbangi dengan goyangan kencang yang berhasil dikuatkan keatas,.
Otot-otot bibir no nokku serasa berdenyut-denyut seperti meremas-remas kon tolnya. Crreeeettt… pejunya ngecret didalem no nokku, hangat, buat aku merem melekentu. Kami Menginap sama-sama nyampe. “Oh Sin, puas sekali ngen tot denganmu ..!” Desahnya. Kami masih berpelukan perintah dengan kon tolnya masih terbenam di no nokku, berciuman