• Cerita Seks Mencicipi 5 Perawan

    Cerita Seks Mencicipi 5 Perawan


    2830 views

    Duniabola99.org – Cerita ini terjadi waktu aku datang ke wisudanya di Manggala Wana Bakti, nah setelah selesai di wisuda ceritanya aku dan dia itu ke tempat kostnya di daerah Palmerah. : Nama temanku Tina (sudah disamarkan). Secara garis besar dia adalah seorang gadis yang cantik dengan ukuran dada 36B, lalu dengan tinggi 159 cm dan berat 48 kg, dan rambut hitam legam sepundak, memang 2 tahun lebih tua dari aku, aku kenal sama dia pas waktu dia mengulang salah satu mata kuliah di semester 2 sejak itu aku cukup akrab dengan dia, dan dia adalah satu-satunya orang yang tahu pengalaman misteriusku dengan Vita.

    Tina adalah anak seorang pengusaha sukses di Bali, tapi karena dia ingin sekali kuliah jurusan komputer di Jakarta, akhirnya dia kost di dekat kampus, karena memang Tina tidak mempunyai keluarga di Jakarta.
    Sesampainya di tempat kostnya terus terang aku kagum banget karena rumah kost Tina itu bagus banget, memang sih Tina pernah bilang tempat kostnya tuh mahal sekali satu bulan bayarnya sekitar 600.000-an tapi aku tidak menyangka bahwa rumah kostnya sebagus ini, soalnya biasanya dimana-mana tempat kost identik dengan rumah sederhana, tapi kali ini ternyata aku melihat sebuah rumah kost yang megah. Akhirnya terpaksa aku menyudahkan lamunkanku karena aku mendengar teriakan 3 orang wanita, yang ternyata teman kostnya Tina, setelah itu aku dikenalkan Tina dengan ketiga teman kostnya itu.

    Nama ke tiga anak kost itu ada Silvi, Anna, Sonia. Silvi adalah seorang wanita yang aku perkirakan berusia sekitar 23 tahun, cukup cantik dengan rambut ikal sebahu. Anna seorang wanita berusia 22 tahun, mahasiswi tingkat akhir di kampus yang sama dengan aku dan Tina, walaupun tidak terlalu cantik tapi dada dan pantatnya terlihar padat dan menantang lalu Sonia seorang wanita yang berusia 24 tahun dan terlihat paling cantik diantara Silvi dan Anna.

    Singkat cerita akhirnya kami berlima pesta pora merayakan wisuda Tina, memang aku sempat tanya ada berapa anak kost di rumah ini menurut mereka ada 5 orang semuanya wanita tapi yang satu sekarang sedang pulang ke kampung halamannya. Lalu aku juga sempat tanya dimana majikannya, lalu kata mereka majikannya ada di Canada, dan segala keperluan rumah sudah diserahkan kepada seorang pembantu rumah tangga yang sengaja disiapkan disana.

    Lalu disela-sela obrolan kami, aku sempat melihat ada seorang gadis yang berusia sekitar 21 tahun keluar dari dalam, aku pikir ini juga anak kost disini karena dia terlihat amat cantik hanya bedanya kecantikan gadis yang baru kulihat ini lebih alami dan natural. Dan rupanya Tina melihatku sedang memperhatikan gadis itu sehingga dia berkata “Hei Tom, sudah donk masa lu ngeliatin si Susi saja”, “Oh, jadi dia namanya Susi toch, apa dia juga anak kost disini?” tanyaku. Eh mereka semua malah pada senyum, lalu Sonia bilang “Tommy.., Tommy.., sudah aku bilang disini cuma ada 5 orang plus 1 pembantu, dan sekarang teman kami yang satu sedang pulang kampung!”. “Jadi artinya Susi itu pembantu kalian donk”, potongku dan mereka semua menjawab serempak “Pinter”, dan setelah itu mereka mengolok-ngolokku, karena menurut mereka aku tuch naksir sama Susi.

    Lalu mungkin gara-gara itu kami jadi ngelantur bercerita tentang Susi, dan akhirnya mereka berempat mengajakku taruhan bisa tidak aku mengajak Susi yang masih virgin dan tidak pernah pergi sama laki-laki itu ML denganku. Aku sempat bilang lu orang pada gila yach, tapi karena aku diolok-olok dan dikatain chicken, dll akhirnya aku sanggupin juga dech untuk mencobanya, lalu aku bilang “Tapi dengan syarat lu orang harus membantu rencanaku, dan kalau aku berhasil taruhannya apa donk?” dan akhirnya setelah mikir sejenak Sonia bilang “Kalau kamu berhasil kamu boleh minta apa saja”, “Oke..” jawabku.

    Lalu aku bilang, “Aku punya rencana begini, nanti aku pura-pura sakit dan tidur di kamar Tina, terus lu suruh dia tolong kerokin aku, lalu pas lagi di kerokin aku akan suruh dia nyalahin VCD yang tentu saja isinya film bokep”. Dan akhirnya Tina dan Sonia yang menuju ke dalam mencari Susi, sedang aku Anna, dan Silvi menuju ke kamar Tina, disana aku tiduran sambil pura-pura pakai balsem, dan seperti orang masuk angin. Tidak beberapa lama kemudian, aku lihat Susi dan bersama Tina dan Sonia, lalu akhirnya mereka berempat keluar tinggal aku dan Susi berdua di kamar. Lalu aku dengar ada suara yang sangat lembut menyapaku “Ada apa Mas?”, lalu dengan gugup aku menyahut “Nggak nich Mbak, saya sepertinya masuk angin, bisa minta tolong kerokin nggak yach?”. “Boleh Mas”, jawab Susi lagi, lalu dia mengambil minyak kayu putih dan uang logam seratusan, dan dia menyuruh aku membuka baju lalu dia mulai mengeroki badanku. Dan seperti rencanaku akhirnya aku meminta tolong padanya mengambilkan remote, lalu aku menyalakan TV dan VCD.

    Dan setelah menyala, langsung dech terlihat adegan syur di TV, dan aku merasakan seketika itu juga uang logam yang dipegang Susi jatuh ke lantai, lalu aku bilang ke Susi. “Sus, maaf yach saya mau nonton film ini soalnya besok pagi sudah harus dikembaliin, kamu nggak ‘pa-’pa kan yach?”. Lalu dengan gugup aku lihat dia bilang “Nggakk pappaa kok, Mas”, lalu aku tanya lagi “Kamu pernah nonton film beginian Sus?”, “Dan dia bilang belum pernah, Mas”, lalu aku lihat dia mengambil duit logam dan kembali mengerokiku dan aku kembali menikmati adegan syur di depan mataku, tapi lama kelamaan aku merasakan kerokan Susi semakin melemah dan nafasnya kian memburu dan lalu aku pikir ini adalah saat terbaik untuk memulainya, lalu akhirnya tanganku mulai menyentuh pahanya, dan karena tidak ada reaksi menolak lalu tangan aku mulai semakin naik dan akhirnya sampai di payudaranya dan lagi-lagi dia diam, lalu aku langsung balik badan dan langsung memeluk dan menciumnya, dan karena dia masih virgin dia agak lama baru membalas ciumanku, dan walaupun tampak kaku, aku merasakan kenikmatan tersendiri, setelah itu aku mulai perlahan-lahan membuka kaos dan roknya, dan lalu aku mulai meremas-remas payudaranya yang hanya dilapisi oleh BH warna krem, dan aku lihat dia tuch meringis kenikmatan, dan setelah puas bermain di payudaranya tanganku segera kebawah dan meraba-raba CD-nya yang sudah basah, lalu aku mulai mengesekkan jariku perlahan-lahan dan aku lihat dia tuch semakin menggelinjang kenikmatan, setelah itu aku membuka CD-nya dan kemudian mulai menjilat-jilat liang kewanitaannya, dan mencari clitnya.

     

    Dan sewaktu lidahku bermain di dalam liang kewanitaannya tanganku kembali bergerak ke atas dan membuka BH-nya dan bermain di atas payudaranya 15 menit kemudian, aku sudahi permainanku di liang kewanitaannya, dan aku-pun mulai mencopot kemeja dan celanaku di depan Susi, dan mungkin karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya Susi diam saja, dan pas aku menurunkan CD-ku, Susi berteriak kecil “Ahh..” dan aku jadi kaget, dan aku bilang “Ada apa Sus?”, dan dia bilang “Saya ngeri ngeliat barang Mas”. Dan lalu dengan senyum aku bilang tidak apa-apa, lalu aku bawa tangannya ke penisku, dan lalu dengan malu-malu dia memegang penisku dan mengocoknya pelan-pelan. Dalam hati aku berkata wah nich anak pinter juga, baru sekali nonton BF tahu apa yang harus dilakukannya.

    Dan tidak beberapa lama kemudian aku suruh dia mengisap penisku, tapi mula-mula dia bilang nggak mau karena geli tapi karena terus di paksa akhirnya dia lakukan juga. Dan untuk seorang pemula hisapan Susi cukup hebat (walaupun tidak sehebat Vita), setelah puas aku lalu menyuruhnya udahan dan kemudian aku bersiap-siap untuk memasukkan penisku ke liang senggamanya, dan sesampainya di depan liang kenikmatannya dia langsung bangun dan bilang “Nggak boleh donk Mas kan saya masih perawan”. Dalam hati aku berkata sial nich cewek bisa kalah dech aku, tapi akhirnya aku nggak kehabisan akal lalu perlahan-lahan aku bilang kalau dia nggak mau yach sudah saya nggak masukin semua hanya ujungnya saja dan itu nggak merusak selaput daranya. Akhirnya dengan perjuangan keras aku diijinkan untuk memasukkan kepala penisku di liang surganya, dan lalu aku mulai memasukkannya perlahan-lahan. Dan seperti dugaanku liang senggamanya amat sempit sehingga aku agak menemui kesusahan memasukkan kepala penisku.

    Dan setelah masuk aku mulai menarik dan memasukkannya perlahan-lahan, dan seperti dugaanku Susi keenakan, dan dia lalu berkata “Mas masukkin semua donk masa kepalanya doank!” lalu dengan pura-pura bodoh aku bilang “Kata kamu kepalanya saja, tapi lalu dia bilang “Nggak ‘pa-’pa dech Mas ayo donk cepat Mas!”. Akhirnya aku memasukkan sisa penisku ke liang kewanitaannya. Setelah masuk aku mulai menggoyangkannya, beberapa menit kemudian aku menarik penisku dan menyuruh dia nungging dan aku melakukannya dengan posisi dog style, sekitar 10 menit kemudian aku dengar Susi bilang “Mas kok saya tiba-tiba mau pipis sich yach?” terus aku bilang “Kalau itu bukan pipis tapi tandanya kamu hampir orgasme”. Dan aku suruh dia tahan sebentar karena aku juga sudah mau keluar dan 3 menit kemudian aku keluar barengan dengan dia.

    Setelah itu aku dan dia jatuh ke ranjang, dan aku sempat lihat spermaku yang berceceran di lantai beserta beberapa bercak darah, setelah itu aku bilang terima kasih ke dia, dan dia lalu keluar kamar dan aku pun ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang penuh dengan keringat.

    Setelah aku selesai mandi, aku lalu keluar kamar dan aku nggak menemui Tina, dan ketiga kawannya di ruang depan, dan aku sempat clingak-clinguk dech nyariin mereka, dan tiba-tiba aku dengar ada suara yang memanggilku dari arah sebelah kiriku, “Tom, sini donk Tom, kita juga mau ngerasain barang kamu donk”. Spontan aku menghadap ke asal suara tersebut dan aku lihat Silvi yang sudah berada dalam keadaan polos memanggilku di muka pintu kamarnya. Langsung dech adikku yang tadinya sudah kembali tidur tegak lagi, dan segera aku menyamperi Silvi yang memang sudah menungguku, sesampainya di dalam kamar aku sampai kaget melihat ternyata di dalam kamar itu bukan hanya terdapat Silvi saja tetapi juga ada Tina, Sonia, dan Anna, hanya mereka bertiga masih berpakaian lengkap. Aku bilang ke Tina, “Tuch kan Tin, aku berhasil kan naklukin Susi” Iya dech Tom, kita percaya sekarang”.

    Setelah itu aku langsung bilang “Ayo sekarang aku minta hadiahku”. Lalu jawab mereka “Eloe minta hadiah apa?”. Langsung dech otakku mikir minta apa yach, terus aku bilang “Aku pengen tidur bareng kalian bertiga sekaligus”, dan reaksinya mereka berempat langsung teriak “Yes, siapa takut memang itu kok yang kami harapkan”, lalu Silvi sempat nambahin, “Tahu nggak Tom, kenapa aku bugil supaya lu nafsu lihat aku dan minta ML sama aku ternyata siasat aku berhasil, lagian tadi kan pas lu ML sama Susi kita pada ngintip lho”, dan aku langsung dech berpura-pura terkejut padahal sich aku tahu kok he he he, tapi aku diam saja sok cool.

    Setelah itu Anna, Tina dan Sonia mulai striptease di depanku sambil perlahan-lahan membuka bajunya satu persatu sampai mereka semua benar-benar bugil, dan akibatnya adikku yang memang dari tadi sudah bangun jadi semakin tegak, dan setelah mereka selesai dengan baju mereka sendiri mereka dengan ganas langsung menyerbuku, dan dengan penuh nafsu birahi, mereka mempreteli baju dan celanaku satu demi satu, dan ketika celana dalamku diturunkan mereka sempat terpesona melihat barangku, lalu tiba-tiba Tina menunduk dan langsung menjilat-jilat penisku sementara Anna langsung mengarahkan liang kewanitaannya ke mulutku yang langsung saja kusambut dengan jilatan-jilatan di sekitar liang kewanitaannya, sementara itu tanganku menggerayangi payudara Sonia,

    sementara itu pula Sonia menjilat payudara Silvi, lalu kami saling berganti-ganti posisi, setelah puas dengan gaya tersebut aku mulai bangkit dan mula-mula aku mengarahkan penisku ke arah liang kewanitaan Tina, dan sumpah aku menemui kesulitan untuk memasukkan penisku tersebut tapi dengan upaya keras akhirnya aku berhasil untuk memasukkannya, setelah beberapa lama aku dengar Tina merintih dengan keras dan akhirnya dia orgasme, lalu kucabut penisku dari liang senggamanya, dan aku sempat lihat ada bercak darah di penisku, dan aku sempat tanya “Tin, lu masih virgin yach?” dan Tina menjawab katanya “Kami berempat masih virgin Tom”, busyet aku hoki benar dalam semalam dapat 5 cewek masih virgin semua.

    Lalu aku mulai mencoba memasukkan penisku ke liang kewanitaan Silvi, kali ini aku lebih pelan-pelan dan santai, walaupun sulit tapi tidak sesulit sewaktu aku memasukkan penisku ke liang kewanitaan Tina, mungkin karena penisku sekarang sudah basah, dan kulihat liang kewanitaan Silvi pun sudah sangat basah, lalu aku kembali memaju mundurkan pantatku, sekitar 10 menit aku merasa bahwa spermaku akan segera keluar, lalu aku langsung menurunkan tempo goyanganku, dan segera aku mulai mengalihkan permainanku ke arah payudara Silvi, setelah beberapa lama aku kembali mulai mempercepat goyangan pantatku, tapi itupun tak bertahan lama karena 5 menit kemudian aku sudah ingin mengeluarkan sperma lagi, sebetulnya ingin aku tahan tapi karena aku kasihan sama Silvi orgasmenya tertunda melulu, terpaksa aku malah mempercepat laju permainanku dan 3 menit kemudian aku bilang sama dia “Aku sudah mau keluar nich, aku keluarin di dalam atau di luar?”. Lalu dia jawab “Di dalam saja”. Akhirnya aku dan dia keluar secara bersamaan.

    Setelah itu aku merebahkan diri ke tempat tidur, tapi baru sepuluh menit aku tiduran aku merasakan barangku saja yang dijilat-jilat, dan ternyata aku lihat kali ini Anna yang menjilat-jilat barangku, akhirnya adikku bangun lagi dech dan aku langsung melepas barangku dari mulutnya dan langsung mengarahkan barangku ke kemaluannya, dan kali ini aku kembali menemui kesulitan, karena liang kewanitaan Anna benar-benar sempit, dan kecil, penisku sampai perih rasanya, akhirnya dengan sedikit paksaan aku berhasil juga memasukkan barangku ke dalam liang surganya, sekitar 15 menit kemudian Anna teriak Tom, aku mau orgasme nich, dan aku langsung bilang “Tunggu donk aku juga sudah mau orgasme nich”. Akhirnya aku mempercepat pola permainan, dan akhirnya aku keluar barengan dia di dalam liang senggamanya. Setelah itu aku langsung tiduran lagi, tapi aku liat kali ini Sonia menyamperi aku dan bilang “Tom giliran aku kapan?” “terus aku bilang besok saja yach aku cape nich”.

    Tapi sebagai jawabnya dia malah merenggut dan langsung mengocok-ngocok barangku, dan secara perlahan barangku kembali bangun, setelah bangun secara maksimal, Sonia lalu berdiri dan duduk tepat diatas barangku sambil tangannya perlahan membuka bibir kemaluannya, dan aku merasakan perih di sekitar barangku, karena Sonia memasukkannya dengan agak keras, setelah itu dia mulai mengoyang-goyangkan pantatnya naik turun sambil sesekali dia mengoyang-goyangkannya ke depan dan ke belakang, karena merasa nikmat sekali nggak sampai 10 menit aku merasa aku sudah mau orgasme, dan aku bilang ke Sonia “Son, aku sudah mau orgasme nich”, dan sebagai jawabannya dia mencabut barangku dan mengulum kembali barangku dan akhirnya aku memuntahkan spermaku di mulutnya dan kemudian diminum semua oleh Sonia “Obat awet muda katanya” Dan aku sich tersenyum saja mendengarnya.

    Nggak lama kemudian aku tidur bersama mereka berempat dalam keadaan bugil. Sekitar Jam 7 pagi aku bangun dan menuju kamar mandi untuk mandi karena terus terang badanku lengket semua keringatan. Lalu aku mulai mandi dan menyabuni penisku, mungkin karena terkena tanganku eh adikku malah bangun lagi, dan ketika itu pintu kamar mandi terbuka, lalu aku lihat Tina masuk ke dalam, dan kaget “Gila lu Tom, mau onani yach, ngapain Tom, sayangkan lu buang gitu saja, mending buat aku, lalu setelah itu Tina nyamperin aku dan mulai memain-mainkan barangku sebentar lalu dia mulai mengulum penisku, sekitar 15 menit dia mengulum penisku, sampai akhirnya aku mengeluarkan spermaku di dalam, dan kemudian diminum seluruhnya oleh Tina, nggak beberapa lama kemudian dia malah nungging dan minta di fuck dengan posisi doggy style, tadinya aku sudah mau nolak dan jelasin bahwa sebenarnya aku lagi bersihin barangku bukan onani, tapi karena nafsu lihat pantat mulus akhirnya aku masukin juga barangku ke liang kewanitaannya,

    dan kali ini aku nggak sesulit sewaktu memasukkan barangku tadi malam, dan setelah puas dengan doggy style dia malah minta fuck dengan gaya monyet, dimana aku ngefuck sambil ngegendong dia, yach sudah dech akhirnya aku lakukan juga permintaan dia, 5 menit kemudian aku merasa bahwa aku mau orgasme, dan dia bilang “Yach sudah Tom keluarin di dalam saja, aku pengen ngerasain sperma kamu kok” Akhirnya aku keluarin juga dech spermaku di dalam liang kewanitaannya, lalu setelah itu kita malah mandi bersama dan sekitar pukul 9 pagi aku balik ke rumah dan tidur sampai malam.

     

     

     

     

  • Tergoda Perawan Desa

    Tergoda Perawan Desa


    1459 views
    Duniabola99.org – Cenit bersandar di dinding, gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya. Setengah busana atasnya masih rapi tapi seluruh rok dan celananya sudah terbuka. Menampakkan kedua paha yang putih mulus dan montok. Sementara tumpukan daging putih kemerahan menyembul di sela rambut-rambut hitam yang nampak baru dicukur.Sedikit tengadah dan dengan tatapan mata sendu ia berujar lirih

    “Masukkanlah, Kak! Aku juga ingin menikmatinya.”
    Aku hanya terdiam.. kami sama-sama sudah membuka busana bagian bawah, beberapa menit kemudian kami bergelut di pojok ruangan itu. Dengan penuh nafsu ku tekankan tubuhku ke tubuh gadis itu. Ia membalas dengan merengkuh leherku dan menciuminya penuh nafsu.
    Tubuhnya terasa panas dan membara oleh gairah, bertubi-tubi kuciumi leher, pundak dan buah dadanya yang kenyal dan besar itu. Ia hanya melenguh-lenguh melepas nafasnya yang menderu. Setiap remasan dan kuluman diiringi dengan erangan penuh kenikmatan.

    Tanpa kusuruh ia membuka sebagian kancing bajunya. Menampakkan onggokan buahdada yang membulat dan putih. Tanpa membuka tali beha ia mengeluarkan buah dadanya itu dan mengasongkannya ke mulutku.
    Dengan rakus kukulum buah dada besar Cenit sepenuh mulutku. Ia mengerang antara sakit dan enak. Nafasku pum semakin tersendat, hidungku beberapa kali terbenam ke bulatan kenyal dan hangat itu.
    Puncak dadanya basah oleh air liurku yang meluap karena nafsu. Licin dan agak susah meraih puting susunya yang mungil kemerahan itu. Jelas sekali kulihat prosesperegangannya. Semula puting susu itu terbenam, namun dalam sekejap saja dia keluar menonjol dan mengeras.
    Cenit tahu susah mengulumnya tanpa memegang karena aku mencengkram erat leher dan pinggang gadis itu. Tanpa menunggu waktu ia memegangi buah dadanya dan mengarahkan putingnya ke mulutku.
    Aku pun mengulumnya seperti bayi yang kehausan. Mengulum dan menyedot sampai terdengar berbunyi mendecap-decap. Kulihat gadis itu, dalam sayu matanya merasakan kenikmatan, bibirnya tersungging senyuman dan tawa kecil. ‘Gigit sedikit, Kak.’ pintanya padaku.
    Aku menuruti kemauannya, dengan gigiku kugigit sedikit puting susunya. ‘Aih.’ Jeritnya lirih sambil menggigit bibir. Barangkali ia tengah merasakan sensasi rangsangan nikmat luar biasa di bagian itu. Kurasakan tubuhnya melunglai menahan nikmat.
    Kemudian tubuh kami saling mendekap semakin rapat. Gairah dan rangsangan nikmat menjalar dan memompa alirah darah semakin kencang. Secara naluriah aku menyelusuri tubuh sintal Cenit.
    Mulai dari leher, terus ke punggung, meremas daging hangat di pinggul terus ke bagian bawah. Akhirnya menyelip di antara paha. Gadis itu membuka pahanya sedikit, mengizinkan tanganku menggerayangi daerah itu.

    Dalam pelukan erat, tanganku mencoba masuk ehm.. bagian itu terasa hangat dan basah. Cenit menggeser pantatnya sedikit. Kedua matanya memejam sembari menggigit bibir , desah-desah halus keluar tak tertahankan. Detak jantungku semakin kencang ketika kubayangkakn apa yang terjadi di’sana’.
    Gadisku menggelinjang, nafasnya sesekali tertahan, sesekali ia seperti menerawang, apa yang dia harapkan? Aku tahu, dia menginginkan itu, dia mendorong-dorongkan pantatnya ke depan, agar bagian itu lebih tersentuh oleh jemariku.
    Dengan penuh pengertian aku pun turun dari leher buah dada.. wajahku terseret ke bawah, menikmati setiap lekuk liku tubuhnya yang hangat. Setiap sentuhan dan gesekan menimbulkan rintihan lirih dari mulutnya. Wajahnya menengadah, matanya setengah terpejam, bibir agak terbuka, dan sedikit air liur menetes dari salah satu sudutnya.
    “Teruskan, kak jangan hentikan..!” pintanya. “Puaskan aku.?” katanya lagi tanpa rasa sungkan. Yah, tak ada rahasia di antara kami. Apa yang dia inginkan untuk memuaskan hasratnya, pasti dia minta, kapan saja kami bertemu. Begitu pula aku kalau lagi pingin, dia pasti kasih.
    Perlahan aku menyusuri tubuhnya ke bagian bawah. Sekarang aku sudah di atas perutnya yang mulus. Aku bermain-main sebentar di sana. seluruh tubuh Cenit memang sangat menggairahkan. Tidak ada lekuk tubuhnya yang tidak indah. Aku sangat menikmati semuanya.
    Tiba-tiba Cenit memegang kepalaku, meremas sedikit rambutku dan mendorong kepalaku ke bawah. “Ayo, Kak, udah gak tahan nih..! Jangan di situ aja dong.Aih..” Aku menurut. Dulu aku bilang aku ingin merasakan dan menjilati kemaluannya, dia bilang hal itu menjijikkan. Dalam keadaan terangsang dia sangat menginginkanya.
    Sesampai di bagian itu aku terpana menyaksikan pemandangan indah terbentang tepat di depan mataku. Setumpuk daging berwarna kemerahan berkilat di celah-celahnya
    Bagian itu, bibir kemaluan Cenit yang merah dan basah dipenuhi cecairan lendir yangbening. Dengan kedua jari telunjuk ku buka celah itu lebih lebar… Klentitnya menyembul nampak berkedut karena rangsangan nikmat tidak terkira.
    Berkali-kali ia berkedut setiap denyutan dibarengi dengan nafas dan rintih tertahan gadis itu. Aku memandang ke atas. Ke arah payudaranya yang terbuka, putingnya semakin mengeras. Nafasnya terengah-engah, buah dada Cenit yang putih itu nampak naik turun dengan cepat. Kulihat lagi kemaluan gadisku itu semakin merah dan merekah. Kubuka lagi dengan dua telunjukku cairahn kental pun mengalir deras. Meluap dan merembes sampai ke sela paha, persis seperti orang yang sedang ngiler.
    Cairan itu terus mengalir perlahan sampai ke arah anus. Kemudian perlahan berkumpul dan akhirnya menitik ke lantai. Semakin lama semakin banyak titik-titik lendir bening yang jatuh di lantai kamar itu.
    Terasa ia merenggut rambutku dan menekankan kepalaku ke arah vaginanya yang sedang terangsang itu. Aku pun semakin bernafsu. Dengan penuh semangat aku pun mulai mengulum dan menjilati seluruh sudut kemaluan Cenit

    “Ahh. Ahhhh nikmat sekali, Kak!” Cenit merintih, tubuhnya menegang, cengkramannya di kepalaku semakin kuat. Pahanya mengempot menekan ke arah mukaku, sementara kemaluannya semakin merah dan penuh dengan lendir yang sangat licin.
    Aku pun semakin dalam menusuk-nusukkan lidahku ke liang senggamanya. Beberapakali klentitnya tersentuh oleh ujung gigiku, setiap sentuhan memberi pengaruh yang hebat. Gadis itu melolong menahan nikmat aku terus menyelusuri bagian terdalam vaginanya. Oh hangat dan sangat-sangat basah. Tak bisa kubayangkan kenikmatan apa yang dirasakannya saat ini. barangkali sama nikmatnya dengan rangsangan yang kuperoleh dari kemaluanku yang juga sudah mengeras sedari tadi.
    Rasanya sangat nikmat dan tergelitik terutama di bagian pangkal rasanya ingin aku melepaskan nikmat di saat itu juga. Tapi aku harus menyelesaikan permainan awal ini dulu, gadis ini minta untuk segera di tuntaskan.
    Semakin aku memainkan kemaluannya, semakin ia mengempot dan menekankan kepalaku ke arahnya. Sesekali aku menengadah menatap wajahnya yang merah. Tampak ia menghapus air liurnya yang mengucur dengan lidahnya yang merah itu.
    Tiba-tiba ia tertawa mengikik seperti ada yang lucu. Ia mengusap wajahku yang bergelimang cairan vaginanya. Sambil memandangku penuh pengertian. “Lagi, Kak” pintanya.
    Aku mengulangi lagi kegiatan itu, ia pun kembali merintih-rintih menahan rangsangan hebat itu di kemaluannya. Beberapa kali klentit itu kusentuh dengan ujung gigi.
    Tiba saatnya, dia sudah sampai mendekati puncak. Nafas semakin memburu dan tubuhnya menegang hebat beberapa kali. Tanpa sungkan lagi, ia mengeluarkan lolongan penuh kenikmatan ketika rasa enak itu tiba
    “Ohhhhh hhhhahhhhhhhh” jeritnya lepas. “Enak sekali”
    Pantatnya mengempot ke depan setiap denyutan nikmat itu menyergap vaginanya dan setiap denyutan diiringi dengan keluarnya cairan yang lebih banyak lagi. Beberapa cairan itu bagaikan menyembur dari liang senggamanya, aku mundur sebentar, melihat bagaimana bentuknya vagina yang sedang mengalami orgasme.
    Tegang, merah, basah berkedut-kedut, cairan pun membanjir sampai ke kedua pahanya.. mengalir dengan banyaknya sampai ke mata kaki Aku pun tidak tahan melihat keadaan itu, cepat aku berdiri mengasongkan kemaluanku yang sudah tegang itu ke arahnya.
    Ia memelukku, terasa tubuhnya bersimbah peluh, wajahnya yang memerah karena baru melepas nikmat itu disusupkannya ke leherku. Memelukku semakin kuat
    “Puaskanlah dirimu, Kak!”
    Aku pun mendekap tubuh sintal itu semakin erat. Rasa nikmat berkecamuk di titik kemaluanku. Terasa semakin menegang dan mengeras. Tapi aku ingin merasakan sensasi yang lain.
    Kuturunkan kepala gadis itu ke bagian itu. Ia menurut, perlahan ia menyusuri tubuhku dari dada terus turun ke bawah. Seperti yang kulakukan tadi, mulutnya menciumi perutku dan terus turun sesampai di bagian itu ia memandangi penis yang selama ini selalu dia senangi.
    Ia menengadah.. memandangku dengan senyuman nakal. “Besar sekali punyamu, Kak! Ini untukku untuk selamanya,” katanya sambil mengelus dan mulai meremas pangkalnya. Aku terkesiap jemari lembut itu mulai mengocok-ngocok kemaluanku dengan penuh cinta.
    “Nikmatilah, Kak! Aku ingin kamu menikmati dan merasakan kenikmatan seperti yang aku rasakan, kamu milikku, tidak boleh untuk orang lain.” Aku mengangguk sambil tersenyum, perempuan kalau sudah cinta dan ingin pasti mau melakukan apa saja.
    Perlahan ia mulai mengocok pengkal kemaluanku sesekali ia mengecup bagian kepalanya yang seperti topi baja itu. Lembut dan penuh kasih sayang. Beberapa kali pula ia menempelkannya di pipi sambil matanya terpejam.
    “Ohh.. inilah yang aku impikan selama ini. Kepunyaanku milik kekasihku yang perkasa”
    Kemudian ia meningkatkan kocokannya, kedua jemari tangan menggenggam dan meremas-remas menimbulkan rasa geli luar biasa. Kemaluanku semakin menegang menahan nikmat.. keras dan enak.
    Gadis itu sangat lihai mempermainkan jemarinya, seolah dia turut merasakan apa yang kurasakan. Sambil terus jongkok dan menciumi pangkal kemaluanku jemarinya terus juga digesekkannya.
    Akhirny aku pun tak tahan lagi aku merenggut rambut di kepalanya, tubuhku pun menegang. Aku mendorong pantatku ke depan, pahaku mengejang menahan sesuatu yang bakal kukeluarkan.
    “Cenit” kataku sambil mencengkram rambutnya. Ia menatapku, wajahnya tepat di ujung kemaluanku yang sedang dicengkeramnya. Gadis itu tersenyum kecil. Dia senang menatapku yang sedang dalam puncak nikmat.
    Maka, sambil setengah terpejam, aku pun mengeluarkan segalanya, kemaluanku meledak dalam genggaman tangan Cenit, menyemburkan air manikyang sangat banyak, mengenai seluruh muka gadis itu. Sebagian ada yang menyembur dan kena ke rambutnya. Kelopak mata gadis itu berkedip menahan serangan air mani yang mendarat di wajahnya
    “Hhhhhhhh.hh,” perlahan nafasku mulai teratur puncak itu sudah sampai, nikmat tak terlukiskan kata-kata.
    Cenit bangkit berdiri dan menuju pojok ruangan. Paha dan pantat mulusnya nampak gemulai ketika ia melangkah. Gadis itu mengambil baju, mengusapkannya di wajah yang penuh cairan mani. Menoleh ke arahku sambil tersenyum, kemudian berjalan ke arahku. Merentangkan kedua tangan, memelukku dan menempelkan pipinya di pipiku.
    “Enak ya, Kak”
    Aku mengangguk, memeluk tubuh yang masih bersimbah peluh itu. Memandang matanya lekat-lekat. Ia membalas tatapanku, “Aku sangat mencintaimu, Kak. Kaulah milikku dan milikilah aku selamanya”
    Entah berapa lama kami berpelukan sambil berdiri.
    Ketika angin berdesir melalui kisi-kisi jendela, terasa semuanya sudah mengendur. Jiwa dan raga sudah terpuaskan. Sekarang waktunya merapikan pakaian, duduk mengobrol di ruang tamu. Sebentar lagi teman-teman kost kekasihku akan pulang. Kami akan mengobrol di ruang tamu, bercanda, seperti tidak ada kejadian apa pun sebelumnya.
    Tiba-tiba gadis itu berdiri seperti tersentak kaget. Ia memandangku sambil tersenyum kecil. Aku tak mengerti ketika ia menunjuk dengan sudut matanya ke arah lantai. Ha ha ha hampir lupa, cairan itu masih berserak di lantai. Buru-buru ia pergi ke belakang dan kembali dengan secarik kain. Perlahan dia lap lendir-lendir itu dengan kain tadi.
    “Ini punyaku” katanya sambil menunjuk setitik cairan. “Dan ini punyamu, Kak!” hehe aku tersenyum. “Dari mana kamu membedakan keduanya?” tanyaku sambil mengambil sebatang rokok.
    Seraya bangkit dan tertawa “Punya perempuan dan laki-laki jelas beda. Punyaku lebih bening”
    “Tapi punyaku lebih enak kan?” kataku bercanda.
    “Iya dong sayang. ” katanya seraya menghampiriku dan mengusap wajahku penuh kasih dan sayang. “lain kali kita masukin ya . Kak. Aku ingin lebih menikmatinya..” bisik gadis itu, “Aku ikhlas demi Kakak” bisiknya lagi di telingaku. Ia melingkarkan tangannya di leherku, aku pun memeluk tubuh sintal dan bermandi peluh itu lebih erat.
    Malam belum begitu larut ketika aku dan Liani sedang asyik bercinta di ruang tamu rumah kostnya. Tubuh montok gadis itu terbaring pasrah di atas dipan sederhana yang terletak di salah satu sudut ruangan. Sedari tadi punyaku keluar masuk menyelusuri seluruh lipatan kemaluan gadis itu.
    Berkali-kali gadis itu menggeram menahan rasa. Lipatan basah dan hangat itu terasa sesekali menyempit. Dia sungguh menikmatinya gesekan-gesekan itu, aku juga. Yang hebatnya, gadis satu ini sepertinya tidak memerlukan foreplay. Kami langsung melakukannya begitu saja. Cukup dengan tatapan mata, kami sudah tahu apa yang kami inginkan, kepuasan di malam yang basah oleh rintik hujan ini.
    Jam delapan malam aku ada janji dengan Cenit kekasihku untuk bertemu di rumah kost khusus putri ini. Padahal malam ini bukan malam minggu seperti biasanya kami bertemu. Tapi dia sms aku minta ketemuan, ada yang penting katanya. Aku paham yang penting itu apa.
    Yang aku tidak mengerti ketika aku tiba di rumah kost itu, ternyata dia tidak ada. Liani teman sekost nya yang menyambutku. Dia suruh aku masuk dan ketika kutanyakan kemana Cenit, dia bilang sedang keluar sebentar, ada perlu dan dia pergi dengan Rinay kawan sekampungnya. Dia bilang, kata Liani, suruh tunggu saja nggak akan lama kok. Liani, gadis lain desa yang bertubuh tinggi semampai berkulit putih dan berambut panjang itu menyuruhku duduk.
    Tak lama dia pergi ke belakang , mau bikin minum katanya. Aku manut saja seraya mengambil sebatang rokok. Diam-diam kerhatikan tubuh gadis itu dari belakang ketika berlalu. Cukup lumayan, tinggi dan lumayan montok. Apalagi malam ini dia hanya menggunakan sehelai baju tidur sebatas lutut tanpa lengan. Menampakkan gumapalan-gumpalan indah khas gadis desa yang terbiasa bekerja cukup keras.

    Tak terasa aku menghela nafas sambil menyaksikan pemandangan tubuh Liani yang gemulai menuju ke ruang belakang yang agak gelap itu. Pantatnya lumayan besar dan berisi, sementara kedua betis tampak putih mulus dengan tumitnya yang kemerahan. Kalau tidak ingat Cenit kekasihku, mungkin gadis ini pun sudah kupacari, tapi katanya dia sudah punya pacar, entah siapa aku belum pernah ketemu dengan lelaki yang katanya jadi pacarnya itu.
    Tak lama kemudian gadis itu kembali sambil membawa nampan dengan segelas air putih. “Maaf, Bang, cuma ini yang aku sediakan,” katanya sambil setengah embungkuk meletakkan gelas itu di meja di hadapanku.
    Tanpa sadar belahan dada gaun tidur gadis itu agak melorot, menampakkan dua bulatan putih yang mau tidak mau merasuk ke mataku. Kuakui tubuhnya sangat sintal. Walaupun tinggi semampai, tubuh itu tampak padat dan berisi. Buah dadanya tampak menantang tatkala ia berdiri.
    Liani mengibas-ngibaskan rambut panjangnya di depanku. Bibirnya tersenyum. “Ada perlu apa, Bang? Kok tumben nggak malam mingguan ke sininya?” tanyanya sambil membenahi rambutnya yang indah itu. Ia menatapku dari sudut matanya.
    Gadis yang satu ini memang memanggilku dengan sebutan ‘Bang’, tidak seperti yang lain memanggilku’Kakak’. Aduhai tubuhmu Liani sangat sintal dan lagak lagumu malam ini seperti bukan kepada orang lain saja.
    Gadis itu duduk dengan santainya di depanku sembari memegangi nampan di perutnya. Tak ada canggung sedikit pun ketika mengangkat kedua kakinya dan membiarkan gaunnya yang selutut itu tertarik sampai ke batas paha. Aku menelan air liur ku sendiri. Di rumah kost yang sepi ini hanya kami berdua sementara Cenit dan Rinay entah ke mana.
    “Masih lama mereka kembali, Liani?” tanyaku asal saja sambil meraih gelas minumku. Gadis itu menatapku lurus-lurus di mataku. Entah apa yang ada dalam benaknya malam ini. “Entah.” Katanya sambil menggeliat, merentangkan tangannya, kedua pangkal lengannya terangkat ke atas menampakkan ketiaknya yang bersih.
    “Mungkin dua puluh menit atau setengah jam lagi mereka kembali. Katanya ada perlu, Bang.” Gadis itu menguap dengan enaknya di depanku. Kemudian ia menengadah menampakkan lehernya yang putih mulus itu. Hmm.. gadis ini agak-agak mirip Chinese walau sebenarnya bukan. Tapi terus terang aku cukup tertarik dengan kesintalannya.
    “Kenapa gitu, Bang? Bosen ya Nggak sabar ingin cepat ketemu.”
    “Tahu aja perasaan orang” jawabku sambil tertawa kecil.
    “Hmm tahu dong. Nggak sabar pengen ”
    “Pengen apa, hayo!”
    “Pengen  ‘itu’ ya ” katanya nakal sambil terkekeh.
    “Itu apa? Itu  kalau itu kamu juga punya kan?” kataku agak sembrono. Gadis itu
    merapikan posisi duduknya agak cepat. Tapi kemudian dia santai lagi sambil terus menggeliat, seolah ada kepenatan yang hendak dilepaskan dari tubuhnya itu. Dua gundukan dada itu menyembul dari balik gaun tidurnya yang berwarna biru itu. Tampak tali behanya yang berwarna hitam.
    “Ngeliatin apa sih?” katanya sambil memperbaiki tali kutang yang agak melorot di bahunya. “Nggak.” Jawabku sekenanya. Ku lihat ia menatapku tajam. Aku balas menatap. Wajahnya tampak memerah. Aku menahan nafas. Apa rasanya gadis ini? apa bedanya dengan Cenit kekasihku?
    Pikiran-pikiran itu berkelebat cepat begitu saja. Seolah dunia sudah jungkir balik. Tak ingat lagi dengan Cenit, dengan Rinay temannya yang barangkali akan pulang. Aku pun bangkit, meraih tangan gadis itu. Liani diam saja, tapi dia tersenyum sambil tertawa sedikit.
    “Nggak ada waktu, Kak” katanya pelan tapi membalas remasan tanganku. Kuselipkan jemariku di jemarinya, dia membalas. Matanya menatapku seolah mengatakan, kalau ingin melakukannya lakukanlah sekarang juga mumpung Cenit dan Rinay belum pulang. Dan itu tidak masalah apakah mereka akan tahu atau tidak, aku pandai menjaga rahasia.
    Bisikan-bisikan itu mengiang di telingaku semakin membuat gairahku bangkit. Apalagi jika kulihat tubuh Liani yang montok dan dadanya yang naik turun menahan nafas yang mulai terengah.
    Semakin lama remasan semakin erat. Tubuh kami semakin merapat dan terasa tubuh gadis itu memanas. Entah oleh nafsu entah oleh hasrat yang tertahan. Tidak, aku tidak akan menyia-nyiakan kehangatan yang disuguhkan gadis ini, meski bukan kekasihku, tapi perselingkuhan selalu terasa nikmat.
    Dia memang beberapa tahun lebih tua dari gadisku, cenderung lebih dewasa, tapi tak kusangka dia menyimpan kehangatan dan hasrat memadu cinta yang begitu terpendam dan panasnya memancar di malam ini.

    “Kak di dipan itu aja, yuk.” Ajaknya. Senyumannya dari wajahnya yang memerah kelihatan agak genit. Aku setuju, walau pun cuma dipan beralas kasur tipis jadilah. Yang penting aku bisa menikmati tubuhnya malam ini.
    Maka, seperti orang kesetanan sambil berpeluk erat kami melangkah ke arah dipan. Di pinggir dipan ia melepaskan pelukanku, dan perlahan tapi pasti menurunkan gaun tidurnya.
    Aku hanya bisa memandang mengagumi tubuhnya yang putih mulus dan penuh padat berisi itu. Sementara menurunkan celana dalamnya ia memandangku sembari menatap ke arah bawah. Oh, aku belum membuka celana panjangku, terlalu mengagumi kemolekannya.
    Tak lama kemudian kami sudah berpelukan hampir tanpa busana. Dia berada di bawah dalam posisi tradisional. Siap dan menanti untuk dimasuki oleh lelaki yang bukan kekasihnya ini.
    Kalau Cenit memerlukan fore play yang cukup lama sebelum terbangkitkan, dia barangkali tidak memerlukan itu. Atau “Kalau malam begini aku selalu membayangkan bersamamu, Bang. Bisiknya di telinga, kedua tangan melingkar erat di leherku. Pipinya menempel erat dipipiku.
    “Benarkah?” jawabku sambil mencium pipi hangat itu. Liani mengangguk. “Kadang bayanganmu begitui jelas seolah merasuki tubuhku. Kalau begitu aku suka emmh.. basah, Bang.”
    “Oh, ya?”
    “Iya coba kamu rasakan, Bang.” Katanya sambil menggerakkan pantatnya, menggesekkan tumpukan kemaluannya di batang penisku. Ya, terasa hangat dan basan
    “Sebelum kamu datang, aku sudah membayangkan dirimu.. emhhmmm tanpa sadar ‘dia’ pun  sudah basah Aku mencium telinga Liani, dia seperti merinding., tubuhnya menggelinjang karena merinding kegelian.
    “Kadang” bisiknya lagi, “Keluar banyak sekali, sampai membasahi celanaku sekarang juga udah begitu, Bang.”
    Ya, aku rasakan itu, sangat hangat dan sangat basah. Penasaran aku menyelusupkan jemariku ke daerah itu. Ya ampun! Sepertinya aku memasukkan tanganku ke seember lumpur yang hangat. Tak disangka, gadis pendiam ini ternyata menyimpan bara begitu panas. Sebuah rahasia yang selama ini dia pendam
    “Masukkan punyamu, Bang!” pintanya  “Aku udah gak tahan lagi, sedari tadi aku menahan rasa terhadapmu jangan sia-siakan malam ini walau sebentar, aku akan puas.”
    Gadis itu menggelinjang sekali lagi, membetulkan posisi berbaringnya dan membuka pahanya sedikit lebih lebar agar mudah aku menggelosorkan kemaluanku ke liang senggamanya yang hangat itu.
    Terasa meluncur dengan lancar memasuki kemaluan gadis itu. Terus masuk dan membenam sambil ke celah yang paling dalam. Gadis itu mengetatkan pahanya dan pantatnya mulai bergoyang ke kiri da ke kanan.
    Tubuhnya terasa semakin memanas. Pelukannya begitu erat dan buah dadanya yang menempel menekan ke dadaku. Dia sudah begitu bernafsu, nafsu yang di pendam lama dan ingin di lepaskan dalam pelukanku malam ini juga.
    Terus terang di menit-menit penuh cinta itu aku tidak ingat lagi dengan Cenit. Gadis ini butuh dipuaskan. Hasrat yang sudah menyeruak tidak bisa lagi di tarik surut ke dalam. Segala rem sudah di lepas dan kami pun melayang tanpa kendali menikmati semuanya malam ini.
    Kurasa hujan di luar semakin deras. Titik air yang berjuta-juta itu seolah berlomba terjun ke bumi menimbulkan suara gemuruh tidak henti-hentinya. Tapi gemuruh itu tak sedahsyat gemuruh nafsu kami berdua, aku dan Liani yang tengah menikmati cinta.
    Entah sudah berapa kali batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya. Sudah berapa kali pula dia menggepit-gepit dan memelukku dengan erat dengan kedua tangannya. Entah berapa kali ia terengah dan menggelinjang menggeram penuh nikmat.
    “Hhhhhh ehhhhhhh..hhhhhh.” erangnya setiap kumainkan dan kutekan pantatku ke kemaluannya. Luar biasa, setiap tekanan ke bawah di balasnya dengan tekanan ke atas.
    Kurasa sudah sepuluh menit aku mengayun pinggul di atas tubuhnya. Liang kemaluannya terasa semakin rapat dan sangat licin, mencengkram kuat batang kemaluanku yagn menegang.
    Aku kendurkan sedikit gerakanku. Mengalihkan perhatian ke tubuh bagian atas. Liani mengerti, ia meregangkan tubuhnya menarik kepalanya ke belakang, membiarkan buah dada besar yang putih berkeringat itu meenyeruak dari pelukanku. Buah dada gadis desa yang besar dan kenyal, tidak seperti payudara anak-anak kota yang besar tapi loyo.
    Dua gumpalan kenyal itu pun kusergap dengan mulutku. Ku lahap dan kukunyah-kunyah sepuas hati. Putting susunya yang merah itu ku kulum dan kuhisap-hisap sambil kugigit sedikit.
    Hanya sebentar saja, gadis itu menjerit tertahan.
    “Ohhh.. geli, Bang!” aku terus mengulum. Berganti ke kiri dan ke kanan, kemudian tanganku pun meremas-remas pangkal payudara Liani dengan gemas. Sangat kenyal, hangat dan enak rasanya.
    “Aku udah gak tahan lagi Bang,” rintihnya lirih, tubuhnya semakin panas dan berkeringat, tubuhku juga sama. Dalam hawa malam yang cukup sejuk karena hujan itu seolah tubuh kami mengeluarkan uap. Tubuh bugil bermandi keringat yang mengebulkan asap nafsu birahi tak tertahankan.
    Setelah puas dengan buah dada kenyal itu, aku memeluk punggung gadis itu. Kurasa dia mengangkat lututnya, menggepitnya di pantatku. Kemudian ia menurunkan kedua tangannya dan memelukku di pinggang.
    “Tekan-tekan lagi, BAng.” pintanya.
    Aku juga sudah pingin merasakan gesekan kemaluannyai. Sambil saling berpagut erat aku mengayunkan lagi pantatku di atas rengakahan pahanya yang montok itu. Dia pun semakin menggepitk-gepitkan kakinya.
    Sekarang kami konsentrasi ke setiap gesekan, setiap lipatan, setiap senti dari liang kemaluan Liani. Malam ini sunguh hanya milik kami berdua. Gesekan-gesekan itu semakin lama semakin berirama. Sementara Liani melakukan aksi yang menambah kenikmatan, ia menggepit lalu menahan. Gepit tahan gepit tahan. Oh tak terlukiskan enaknya bercinta dengan gadis ini.
    Gesekan itu semakin intens kami lakukan. Sampai-sampai kami tak sadar kalau hujan sudah berhenti. Malam di luar terasa hening. Tapi di atas dipan yang berbunyi kriak-kriuk ini dua tubuh saling memompa berpacu mengejar waktu. Takut kalau Cenit dan Rinay keburu pulang.
    Aku pun mempercepat ayunanku sehingga di malam yang menjadi sunyi ini terdengar jelas suara penisku yang keluar masuk ke kemaluan Liani. Beradu rsa dalam limpahan cairan kemaluan Liani..
    ‘Crekk.. Crekk.. Crekkk. CrekCrekkk.. Crrek.
    Kejantananku naik turun menggesek lipatan-lipatan dinding kemaluan gadis itu. Bunyinya terdengar jelas sekali di telinga kami berdua. Sesekali kutekan akan kuat, gadis itu membiarkan dan menerima tekanan itu, menggeolkan pantatnya berkali-kali agar kelentitnya lebih tersentuh pangkal atas kemaluanku yang keras.
    “Tekan terus, Bang.. aihh…”

    Aku menekan lagi sambil menggerakkan pantat ke kiri dan ke kanan. Mungkin dia merasa gatal dan ingin gatal itu digaRinay sampai tuntas. PenggaRinaynya adalah batang kemaluanku yang dia cengkram dan dia benamkan sedalam-dalamnya.
    “Ohhh..ohhhhhhhhh,” lolong gadis itu melepas nikmat. Seluruh liang senggamanya berkedut-kedut dan sembari menggepit kuat. Tubuh Liani menggelinjang dan menegang menahan rasa enak ketika ia mengeluarkan air mani kewanitanya.
    “Eughhhhhhhh euuughhhhh.. ahhhhh ” rintihnya sambil menyurupkan wajahnya ke leherku, lehernya nafasnya menderu, air liur berceceran dari bibirnya yang merah.
    Saat itulah aku pun bersiap hendak keluar dan menyemburkan kenikmatan di kemaluanku. Tapi sesuatu menyebabkan aku berhenti Masih dalam keadaan bersetubuh dengan Liani ada sekelebat bayangan melintas. Aku memandang dengan ujung mataku, di lantai tampak ada dua bayangan seperti diam terpaku. Aku pun terkejut  bayangan siapa itu?
    Perlahan kulihat wajah Liani yang matanya masih setengah terpejam. Kemudian matanya perlahan terbuka Dia pun melihat bayangan itu dan menatap langsung ke ruang tengah. Samar-samar di bola matanya yang hitam itu kulihat dua sosok berdiri menatap ke arah kami.
    Itu bayangan Cenit dan Rinay! Rinayanya sudah beberapa menit tadi mereka berdiri di sana, menatap kami yang sedang asyik memagut cinta. Apakah mereka tadi mendengar juga.. bunyi crekcrekk.crekk.. alat kelamin kami yang sedang berkelindan? Entahlah, aku tak berani membayangkan hal itu.
    Anehnya, meski pun Liani sudah tahu kehadiran mereka, dia diam saja. Tidak memberi tanda bahwa kekasihku dan temannya sudah pulang. Bahkan seolah membiarkan mereka menonton kami yang sedang beradegan mesra di atas ranjang.
    Terdengar bunyi deheman kecil, dehem khas suara perempuan. Seolah memaklumi kami yang masih dalam posisi senggama ini. hmmm aku tahu itu suara Cenit, aku bisa membedakannya.
    Sedetik dua detik aku tak tahu apa yang harus kuperbuat, kemudian Liani melakukan sersuatu yang tidak kuduga. Dia seperti melambaikan tangan dari balik punggungku. Menyuruh kedua ‘adik’ kostnya itu masuk ke kamar
    “Teruskanlah, Bang. Nggak apa-apa, kok.” Bisiknya di telingaku. “Ngapain malu.. kita kan sedang enak, kamu enak aku enak. Mereka juga pasti maklum.”
    Oh, ya? Bercinta dengan orang yang bukan pacar, dan dilihat oleh mereka pula? Apa pula ini?Exibit kah ini? Ya, sudah! Aku gak sempat memikirkan sejauh itu. Kalau bagi Liani tidak apa-apa, dan Cenit serta Rinay pun justru menikmati pemandangan ini. kuteruskan saja.
    Perlahan dua gadis itu berlalu, seperti tak terjadi apa-apa, kecuali tawa kecil Rinay yang terdengar. Aku memandangi mereka yang pergi menjauh, tiba-tiba Cenit menoleh ke belakang. Dia menatap mataku langsung, di bibirnya tersungging senyuman yang aneh  di situasi seperti ini senyum yang tampak nakal.
    Aku tak tahu apa akan terjadi sesudah ini, bagaimana hubunganku dengan Cenit? Bagaimana pula aku akan menemui mereka setelah ‘permainan’ penuh keenakan ini? Tak bisa lagi aku berlagak seperti seorang lelaki yang setia hanya pada satu perempuan. Tapi tampaknya Cenit pun tak keberatan jika aku mengencani kakak kostnya Liani.
    Ah. Dunia ini memang aneh di tempat yang tampaknya biasa-biasa saja ternyata tersimpan bakat-bakat cinta yang terpendam yang menanti untuk dikeluarkan dan dinikmati setiap lelaki semacam aku. Aku tak tahu harus bergembira atau entahlah!
    Aku meneruskan permainanku dengan Liani. Gadis itu sudah sampai ke puncak syahwatnya kini giliran aku. Perlahan-lahan aku mulai memompa lagi  kemaluanku naik turun menggesek kemaluan Liani yang basah itu. Bunyi crek.. crek.. crek.. creeeek terdengar ke segenap ruangan.
    Aku agak termangu mendengar suara itu tidakkah akan sampai ke telinga mereka berdua yang sekarang sudah ada di kamarnya?
    “Terusin aja, Bang.. Kalo enak ngapain juga di berhentiin” bisik Liani seolah hendak menghapus keraguanku. Maka aku pun meneruskan lagi, kali ini dengan irama yang lebih cepat dan tak lama kemudian creettcretttt sambil menekan aku keluarkan air maniku di dalam kemaluan Liani yang mencengkram erat itu. Oh nikmatnya.
    Beberapa menit telah berlalu. Sesudah menghapus keringat di dadaku Liani mengenakan pakaiannya. Kemudian sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia merapikan rambutnya yang kusut masai. Wajahnya tampak puas. Sangat puas telah beroleh kenikmatan yang selama ini didambakannya. Seraya membetulkan tali beha dan menyempalkan payudara besarlnya ia berkata.
    “Bang, aku masuk dulu ke dalam. Nanti Cenit kusuruh keluar, ya!”
    Aku hanya mengangguk mengiyakan, gadis itu pun bangkit dan berlalu dari hadapanku. Sementara aku duduk termangu sambil menghisap sbatang rokok. Tak lama kemudian Cenit keluar menemuiku, kali ini tidak memakai busana yang dikenakannya tadi, tapi sudah berganti dengan gaun tidurnya yang berwarna pink. Bahannya yang halus menampakkan lekuk tubuhnya yang seksi. Aku menelan ludah pasti dia bakal marah karena kelakuan kami tadi.
    Dia hanya tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Tak tampak tanda-tanda emarahan di sana. sejenak dia hanya diam.. kemudian tiba-tiba dia bangkit dan ‘menyerbu’ ke arahku.
    Melingkarkan tangannya di leherku dan menciumiku penuh nafsu. Aneh, dia tidak marah, bahkan setelah melihat kami bercinta seolah nafsunya bergelora ingin dipuaskan juga.
    “Cenit maafkan.. aku telah” belum sempat kuselesaikan kalimatku dengan bernafsu dia mencari bibirku dan menciuminya dengan garang. Oh, gelagapan aku dibuatnya. Aku tidak tahu, apakah dia marah atau sudah terangsang. Aku balas ciuman itu, lidahnya terjulur dan bertemu dengan lidahku. Beberapa saat lamanya lidah kami berjalin berkelindan seperti tak mau lepas. Dengan rakus pula dia hirup air liurku, meneguk dan menelannya. Setelah puas giliran aku yang menghisap cairan mulut itu. Setelah itu kami melepas ciuman dan saling memandang selama beberapa saat.
    Tanpa banyak berkata-kata dia menurunkan gaunnya ke bawah, menampakkan dua gumpal buah dada yang tidak memakai beha. Putting susunya meruncing dan tegang.
    “Aku terangsang sekali melihat kalian berdua tadi. ” katanya terengah sambil mengasongkan kedua susunya ke arahku. Aku pun menyambut, tangan kiriku meremas dan mulutku mengulum puting susu yang satunya. Tiba-tiba gerakankuterhenti. Dengan wajah kaget Cenit menatapku heran. Aku lupa mematikan puntung rokok yang ku hisap tadi. Gadis itu tersenyum dan kamipun melanjutkan permainan hangat ini. Buah dada besar montok dan kenyal itu kukunyah sepuas hati.
    Cenit mendesah keenakan. Jemarinya mencengkram kepalaku, mengusutkan rambutku. Masih dalam posisi duduk ia mengangkang .. melepas gaunnya yang sudah setengah terbuka. Dia pun tidak bercelana dalam sehingga gundukan vaginanya yang tebal dan tidak berambut itu merekah di depanku.

    Cairan bening meluap keluar. Mengalir di sela-sela celah kemaluannya. Di tak pedulikannya. Dibiarkan lendir bening itu mengalir. Bahkan dia menyuruhku untuk memegangnya jemariku menyelusup ke liang senggama Cenit, hangat dan sangat basah oleh cairan pelicin.
    Kusentuh klentitnya yang merah dengan ujung jemariku. “Akhh.” Cenit melolong tertahan. “Geli, Kak!” desahnya tersentak. Kemudian sembari memeluk leherku, dan mencium keningku dia mengajakku ke dipan tempat aku dan Liani tadi bercinta.
    Tak banyak cingcong kurengkuh dan kugendong tubuh hangatnya ke dipan itu. Di sana dia kubaringkan. Tapi ketika aku hendak membuka celana, tiba-tiba ia mendudukkan tubuhnya yang sudah bugil itu. Aku heran, apa yang akan dia perbuat.
    “Bukalah celanamu, Kak!” katanya tak sabar sembari menarik resleting celana panjangku. Setela memelorotkan celana dalamku, dengan sangat bernafsu ia memegangi pangkal kemaluanku yang kembali menegang.
    “Besar dan nikmat.” Seru Cenit sambil meremas-remas kemaluanku.
    “Sekarang giliranku” katanya agak keras.
    Ia turun dari dipan dan berdiri di sampingku, di dorongnya dadaku ke arah dipan, menyuruhku berbaring disana. Aku menurut. Setelah aku berbaring, Cenit pun menaikkan sebelah kakinya dan mengangkang di atas. Perlahan dia menekuk tubuhnya dan memelukku dari atas.
    “Masukkan, Kak.” Pintanya dengan nada gemas. Ia memegang batang kelaminku itu dan memasukkannya ke dalam liang kemaluannya. Kemudian dengan agak kasar dia menghenyakkan pantatnya ke bawah agar kemaluanku masuk lebih dalam ke tubuhnya.
    “Ehhhhh. Hhhhh” desahnya kacau seperti anak kecil yang rakus menetek di susu ibunya. Dalam posisi di atas dia menaik turunkan pantatnya dengan cepat oh batang kemaluanku di cengkram dan di gesek-gesek seperti itu. Geli rasanya.
    Posisi di bawah jarang aku lakukan. Tapi kali ini aku menerima saja, karena tadi sudah lumayan capek meladeni Liani. Kali ini Cenit yang giat menekan-nekankan pantatnya, maksudnya supaya punyaku masuk lebih dalam.
    Sembari memelukku erat, ia terus mengempot-ngempotkan pantatnya. Bunyi crek crek crek terdengar lagi kali ini bahkan di tingkahi oleh jeritan-jeritan kecil yang keluar dari mulut kekasihku.
    Aku terus berbaring sembari meremas-remas pantatnya yang mulai berpeluh itu. Cairan vagina terasa terus merembes dari kemaluan Cenit. Dia sudah sangat terangsang. Liang kemaluannya sangat basah dan panas. Sesekali ia menekan dan menahan. Seolah hendak melumat habis seluruh kemaluanku dengan vaginanya. Terang saja aku pun semakin keenakan.
    Diam beberapa saat menahan tekanan, dia pun mengendurkan dan memulai lagi gerakan naik turunnya. Aku terus meremas-remas pantatnya. Dadanya yang kenyal itu menekan ke arah dadaku, hampir membuatku sesak nafas. Tapi aku pasrah.. lha wong enak rasanya.
    Selama sepuluh menit Cenit bergerak naik turun, nggak cape-cape kelihatannya. Tubuhnya semakin basah oleh keringat, bahkan wajahnya sudah dipenuhi keringat sebesar-besar biji jagung. Sebagian mengalir ke ujung hidung dan menitik menimpa wajahku. Sesekali ia mengibaskan rambutnya yang tergerai..
    Aku mencoba memiringkan kepala mencoba mengurangi titikan keringat di wajahku. Pada saat itulah kembali aku terkesiap. Di ujung ruangan, di pintu kamar Cenit, tegak sesosok tubuh perempuan menatap kami dengan matanya yang bulat.
    Mata besar milik Rinay, teman sekost Cenit. Dia menatap kami tanpa berkedip. Tangan kanannya tertangkup di dada. Sementara yang kiri tampak meremas-remas ujung gaun tidurnya yang di atas lutut.
    Ketika kami saling memandang dalam posisi Cenit masih di atas dan asyik dengan empotan-empotannya. Perlahan tangan kiri Rinay mengangkat ujung gaun merahnya. Terus terangkat ke atas menampakkan paha gadisnya yang padat
    Entah sadar entah tidak gaun itu sudah sedemikian terangkat, sehingga aku bisa melihat celana dalam yang tersingkap. Kemudian ia menarik pinggir celana dalam itu menampakkan segumpal tumpukan daging berbulu dengan celah merah di tengahnya.
    Ujung jemari menyentuh bagian tengah celah itu. Menekannya dan memutar-mutarnya sedikit. Ya ampun kemudian dia menatapku.. dengan mata setengah terpejam.
    Saat itulah Cenit menengadah. Dan menyurukkan kepalanya ke leherku, memelukku kuat dan mulai mendesah berkepanjangan. Pantatnya menekan kuat sampai seolah kemaluanku mau ditelannya sampai habis.

    “Kak.. enak sekali.. ahh” terasa kemaluan Cenit berdenyut hebat, tubuhnya bergetar tak kuasa menahan nikmat nafasnya sangat memburu dan..
    Dia pun lunglai dalam pelukanku. Sementara air mani gadis itu mengalir tak tertahankan, meluap dan mengalir membasahi sampai bagian perutku.. aku peluk gadis itu di punggungnya membiarkan ia mengendurkan syaraf setelah ia tadi sangat tegang menikmati puncak orgasmenya.

    Sampai beberapa menit kami masih berpelukan, kejantananku yang masih tegang itu masih berada di dalam ’sangkar’-nya. Cenit diam tak bergerak dalam pelukanku, sepertinya dia lupa ada sesuatu yang bersemayam dalam tubuhnya.
    Perlahan gadisku ini mengatur nafasnya yang tidak teratur. Setelah agak reda perlahan dia bangkit dan melepas persetubuhan kami. Lambat ia mengangkat pantatnya ke atas. Perlahan alat kelaminku itu keluar dari vagina Cenit. Ketika sudah keluar seluruhnya. Cairan vagina yang kental nampak melumuri batang kemaluanku. Ketika bagian ‘kepala’-nya akan keluar terdengar seperti bunyi plastik lengket yang basah akan di lepas.
    Clep..crrrllek. Cenit tersenyum mendengar suara itu. Entah suara lipatan kemaluannya atau karena lendir yang begitu banyak melumuri batang kemaluanku.
    Ia pergi ke tengah ruangan dan memakai gaunnya kembali, rona wajahnya menampakkan kepuasan yang tiada terkira. Sambil bernyanyi kecil, seperti baru sudah pipis, ia memebenahi rambutnya yang kusut masai. Dan berjalan ke belakang rumah, meninggalkanku yang hendak mengenakan celana dalam ku.
    Belum sempat aku memakai celana itu, tiba-tiba Cenit sudah kembali. Membawa sehelai kain sarung dan menyuruhku mengenakannya. “Pakai ini aja, Kak!” katanya seraya mengambil celana panjang dan kolorku, melipatnya dan merengkuhnya dalam dada. Kemudian ia pun kembali ke belakang.

    Tak lama kemudian ia datang lagi, membawaku segelas minuman, kalau tadi Liani membawakanku segelas air putih, kali ini Cenit menyuguhiku dengan teh manis. Aku segera mereguknya karena merasa kehausan, bayangkan saja melayani dua wanita secara bergilir tanpa istarahat sama sekali. Capek donk!
    Ketika aku meminumnya, alis mataku terangkat, minuman apa ini? Rasanya kok pahit banget? Sebelum sempat bertanya Cenit berkata perlahan, “Itu sari dari akar Pasak Jagad Kak!”
    “Haa?
    Kekasihku tersenyum, itu kan obat kuatnya lelaki, kalau minum jamu itu pasti bakal melek semaleman, kataku sesudah menelan tegukan terakhir. Gadis itu hanya tertawa kecil. ‘Biar aja nggak tidur semaleman besok kamu kan nggak kerja, tidur aja sepuasnya di sini.
    Setengah jam kemudian kami masih ngobrol di ruang tamu. Masih terbayang-bayang permainan kami berdua barusan. Tak disangka begitu bernafsunya Cenit, sampai-sampai kuat main di atas hampir setengah jam lamanya, sementara aku anteng aja di bawah.
    Tiba-tiba Cenit bangkit”Kak,” katanya, “Aku ke dalam sebentar.” Aku mengiyakan saja, kupikir dia mungkin mau sedikit merapikan dandanannya yang agak amburadul itu.
    Aku akan menghela nafas ketika terdengar dia memanggilku dari kamar.
    “Sini sebentar, Kak!”
    Aku pun bangkit dan berjalan menuju ke kamarnya, sebelum tiba di pintu kamarnya aku melewati kamar Liani yang hanya dihalangi secarik kain gorden, diam-diam ku singkap tirai kamar itu. Tampak Liani tertidur pulas, masih mengenakan gaun yang tadi, pahanya yang terbuka nampak putih dan mulus.
    Kamar berikutnya adalah kamar Rinay, hmmm jantungku berdegup agak kencang. Apa yang dilakukannya tadi ketika aku dan Cenit sedang menikmati seks? Entahlah, aku tak tahu. Tapi aku pengen tahu sedang apa dia sekarang?
    Perlahan kusingkapkan juga tirai pintu kamarnya itu. Kasur tempat tidurnya masih tampak rapi, bantal tersusun di tempatnya. Ke mana cewek itu? Kok nggak ada di biliknya? Sedikit heran aku terus melangkah menuju kamar Cenit.
    “Masuklah, Kak! Jangan malu-malu, aku tahu kamu sudah berada di situ.” Kata Cenit lagi, bergegas aku pun masuk ke kamarnya
    Oh di sini rupanya Rinay, dia sedang tidur telungkup di dipan Cenit, sementara cewek ku itu sedang menyisir rambutrnya menghadap ke cermin. Tanpa mengacuhkan aku dia pun menyuruhku duduk di dipan dengan gerakan tangannya.
    Dipan ukuran single itu lumayan sempit, apalagi sekarang sudah ada Rinay yang tidur di sana. Cenit berbalik menghadapku, ditatapnya aku dengan tajam. Kemudian perlahan dia mengalihkan pandangannya ke tubuh temannya yang masih telungkup itu.
    “Terserah kamu, Kak. Mau di sini atau di kamarnya. Aku ikhlas aja, yang penting. Dia bisa juga ikut merasakan .”
    Aku melongo? Dia suruh aku menikmati pula tubuh Rinay!? Tubuh perempuan sintal yang sedang tertelungkup ini? Cenit mengangguk pasti.
    “Kami lihat apa yang kalian lakukan, Rinay pun lihat kita tadi kami bertiga bersahabat, resminya kamu memang milik aku tapi.. berbagi antar sahabat tak ada salahnya, bukan? Lagi pula aku rela kok, selama tidak dengan yang lain selain mereka.”
    Dalam hati aku cuma bisa mengangkat bahu. Kalau dia sudah mengikhlaskan temannya, dia tidak marah apalagi jadi membenci aku, lagi pula kalau dengan begitu dia jadi terangsang dan menikmati juga, apa salahnya.
    Aku berpikir cepat, katakanlah malam ini adalah semacam sex party, dan aku menjadi rajanya sementara menjadi ratuku yang harus kupuaskan, oke saja sih. Hehehe. Kebetulan aku ingin mencobai juga tubuh Rinay yang berkulit sawo terang ini.
    “Aku menunggu di kamarnya,” kataku kepada Cenit, cewek itu mengangguk setuju.
    Dipan singel Rinay terasa cukup nyaman. Bantalan busanya masih cukup baru, dia memang belum lama kost di rumah ini, mungkin baru setengah tahun. Aku berbaring dengan rileks. Memandangi dinding kamar yang dipenuhi poster Cenit sambil memikirkan apa yang telah kudapat malam ini.
    Mula-mula Liani menyerahkan dirinya kepadaku, kemudian Cenit yang memintaku untuk memuaskannya, dan sekarang Rinay, gadis paling pendiam yang jarang ngobrol denganku. Gadis ini pun menginginkan ku pula hehehe.. dasar gede milik, yeuh
    Semilir halus wangi parfum masuk ke hidungku.Terdengar pintu kamar terbuka, perlahan Rinay masuk ke kamar itu. Seperti orang baru bangun tidur. Ia langsung duduk di dipan itu, “Ada apa, Kak?” tanyanya seolah tak mengerti. Aku tersenyum, pandai juga dia menyembunyikan perasaan sebenarnya.
    “Eh, kain sarung siapa yang kamu pakai itu, Kak?”
    “Hehe.. ini pemberian Cenit tadi..”
    Kedua bola mata gadis itu membulat menatapku seolah tak percaya. Terus terang saja, dia cantik juga. Rambutnya yang ikal itu dibiarkannya tumbuh sampai sebatas punggung. Meski baru bangun ‘tidur’ tapi tak mengurangi kesegaran dan pesona cantik yang terpancar di wajahnya.
    Aku menarik gadis itu ke pelukanku, tubuhnya terasa berat karena ia seperti menolak, tapi kemudian malah dia yang merangsek dalam dekapanku.
    “Jangan , Kak! Nanti Cenit marah..” katanya berbasa-basi.
    “Dia marah kalau aku tidak menayangimu juga.”
    “Kamu bisa aja, Kak!” katanya sambil menengadah dan menyentuh pipiku. Aku mengecup bibirnya, dia sangat menikati kecupan kecil itu, matanya terpejam, tubuhnya melunglai, dan aku pun memeluk tubuh sintal itu lebih erat.
    Ia membalas pelukanku dan membiarkan bibirnya kulumat beberapa kali ia mengeluh nikmat. Terasa tubuhnya bergetar ketika aku mulai merengkuhnya. Kemudian aku pun mulai menyusuri seluruh lekuk dan liku tubuh gadis itu. Semakin lama tubuh itu terasa panas, setiap gumpalan dan tonjolan dagingnya terasa begitu membara dipenuhi gairah terpendam.

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    Aku membaringkan tubuhnya sementara kedua tangannya terus melingkar di leherku. Nafasnya terdengar agak memburu, gadis ini sudah mulai terangsang. Kuperiksa bagian kemaluannya dengan jemariku. Ternyata belum cukup basah, masih terasa agak kering. Kucumbu dia terus supaya gairahnya lebih menggelora.
    Entah berapa lama kami saling mencium saling menyusup dan berkelindan, aku pulang suka buah dadanya. Sangat kenyal, besarnya pun sedang saja, tapi putting susunya sangat kecil, hanya sebesar biji kacang hijau. Tampak sekali putting itu sudah mengeras.
    Ketika kuremas-remas buah dadanya, wajah gadis itu menengadah, matanya terpejam rapat, bibir agak terbuka. Setiap remasan adalah rangsangan bagi tubuh segar ini. Semakin intensif aku meremas, semakin intens juga dia menikmatinya. Ketika kuraba kemaluannya, lendir pelicin yang kental sudah mulai keluar.

    Perlahan aku mengusap-usap jembut halus yang tumbuh di sana. Sesekali agak kutekan agar menyentuh bagian klentitnya. Tuibuhnya menggelinjang karena geli.
    Perlahan tapi pasti cairan pelicin itu mulai keluar, merembes ke permukaan dan mengakibatkan jembut-jembut halus itu terasa mulai kuyup. Hmmm.. Rinay sudah siap untuk dimasuki. Sambil memegang pangkal kemaluanku aku pun memasukkannya. Terasa licin dan rapat. Batang kemaluanku seperti menembus lipatan daging hangat yang basah oleh lendir.
    Creep. Masuklah aku ke tubuh Rinay. Gadis itu melepas nafas panjang, merasakan nikmatnya gesekan di kemaluannya. Entah kenapa aku sangat-sangat terangsang dengan gadis ini, mungkin ini bukan yang pertama baginya, tapi dia melakukannya seperti baru untuk pertama.
    Sepuluh menit pertama kami mengadu rasa, menggesek-gesekkannya dengan gerakan rutin. Sementara Rinay pasrah saja sambil memelukku dan membenamkan wajahnya di leherku. Nafasnya semakin lama semakin memburu, tubuhnya semakin panas. Titik-titik keringat mulai keluar dan lama-lama peluhnya semakin membanjir.
    Kota kecil ini memang lumayan panas meski di malam hari, apalagi rumah kost itu tidak berAC, tubuhku pun kembali berkeringat. Tapi kami tak peduli, kami terus berpelukan menikmati pergumulan itu.
    Kami masih bergumul ketika akhirnya memasuki tahap kedua. Kukeluar-masukkan penisku secara berirama di liang kemaluannya yang pasrah itu. Gadis itu memelukku lebih kuat. Tak peduli dengan tubuh yang bersimbah peluh.
    ‘Crekecrekecrek’. Sepuluh menit lamanya aku menggesek-gesek kemaluan Rinay dengan kemaluanku. Terasa punyaku semakin menegang keras. Kemudian aku menekan Rinay membalas dengan mengempot ke atas. Menggerakkan pinggulnya berputar-putar, ganas sekali putarannya. Aku naik turunkan lagi pantatku beberapa kali, kemudian kutekan dalam-dalam.
    “Ahhh,” gadis itu mendesah nikmat. Kemudian membalas lagi dengan tekanan ke atas, sambil menggoyang pantatnya ke kiri dan kekanan. Lipatan kemaluannya yang hangat terasa semakin kenyal dan licin.
    Beberapa kali kami melakukan itu, aku pun jadi tak tahan. Tapi dia belum mencapai puncak. Aku akan membuat dia duluan merasakan kenikmatan.
    Aku pun semakin aktif mengocok dan menekan memek Rinay. Tulang kemaluan kami beradu, bibir kemaluanya yang tebal menahan tekanan itu dengan nafsu, terasa hangat dan sangat basah karena lendir mani Rinay sudah melimpah sedari tadi.
    Dua menit kemudian gadis itu melolong merasakan vaginanya berdenyut nikmat.. “Ooohhhhh.”
    Aku membantunya dengan menekan semakin dalam. Rinay pun membenamkan tubuhnya ke kasur, menahan tindihanku sambil melepas nikmat, seiring dengan mengalirnya air mani prempuan itu dengan lebih deras. Merembes dari lipatan-lipatan kemaluannya.
    “Enak sekali, Kakeigh oh…!”
    Berbarengan dengan itu akan pun mencapai puncak. Kemaluanku terasa berkedut seiring dengan menyemburnya air maniku di liang senggama gadis itu. Sementara liang senggama Rinay pun menggepit-gepit tak terkendali karena tak kuasa menahan nikmat yang luar biasa.
    Kami masih berpelukan ketika rasa nikmat itu tercapai sudah. Gadis itu diam dalam pelukanku, tubuhnya sangat basah oleh peluh. Hawa panas pun terasa menyergap. Berangsur kami saling melepas pelukan.
    Perlahan gadis bangkit itu duduk dari posisinya. Gurat-gurat kepuasan terpancar di wajahnya yang cantik. Sekilas ku lihat memek Rinay yang masih merah dan bibirnya tampak membengkak, cairan-cairan lendir masih menetes dari sela kemaluannya.
    “Enak, Rinay?” gadis itu mengangguk. Kemudian ia mengusap keringat yang menitik di dadaku. “Dadamu penuh dengan peluh, Kak. Sini kuusap,” katanya sambil mengelus lembut dadaku yang memang penuh dengan keringat.
    Beberapa saat lamanya kami kemudian berbaring bersama di kasurnya yang sempit itu. Rambutnya yang ikal dan panjang itu kubelai. Ia bergerak, menyusupkan tangannya di leherku, kemudian memintaku terlentang, dia ingin tidur di dadaku, katanya. Beberapa saat kemudian Rinay pun jatuh tertidur, tak menyadari air liurnya yang menitik dari sudut bibir. Aku pun segera terbang ke alam mimpi.
    Entah jam berapa kami terbangun. Ketika itu aku dan Rinay masih berpelukan, sementara di luar terdengar suara-suara seperti sedang bernyanyi. Oh, ternyata hari sudah siang. Itu adalah suara Cenit yang sedang bernyanyi kecil, sementara di kejauhan terdengar suara orang sedang mandi, barangkali Liani sedang membersihkan tubuhnya.
    Rinay pun sudah mulai terjaga, ia masih memelukku, buah dadanya yang kenyal itu menempel erat di dadaku. Dari ruang tengah terdengar Cenit sepertinya sedang menyapu lantai. Sementara dari bibirnya terdengar nyanyian yang sekarang sedang populer.
    Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka, kemudian gorden disingkapkan, dan masuklah Cenit ke dalam kamar, menatap kami yang masih bugil hanya berselimut kain sarung.
    “Hei, bangun! Belum puas juga ya!”
    Aku pura-pura tidur sambil memeluk Rinay lebih erat. Gadis itu terkikik tapi dia juga pura-pura meneruskan tidurnya. Cenit berlagak marah dan menarik kain sarung penutup tubuh kami.
    “Apa mau diteruskan lagi tidurnya? Udah siang tauu,”
    Aku menarik kain sarung itu, malu karena kemaluanku sedang menegang setelah beristirahat total beberapa jam. Tapi kalah cepat, Cenit sudah menangkap batang kemaluanku dan mengusap-usap dengan jemarinya.
    “Oh, jauh lebih besar dari gagang sapu ini pantesan enak sekali.” Guraunya sambil tergelak sendiri. “Ya udah, kalau kamu pengen lagi, Rinay. Tuh mumpung lagi berdiri”
    Hampir tak kuat aku menahan tawa dengan canda Cenit, tapi tampaknya Rinay menanggapinya dengan serius, dia menggerakkan pantatnya, memelukku dari atas dan mengempot ke bawah. Bibir kemaluannya terasa menempel di batang kemaluanku.
    “Tuuh, kan! Pasti mau lagi deh! Terusin aja, Rinay. Enak kok!” sergah Cenit sambil memegangi pinggang gadis itu, menolongnya mengangkat panta, aku pun memegang pangkal kemaluanku, menghadapkannya ke memek Rinay yang hangat.
    “Udah pas belum?” tanya Cenit, Rinay mengangguk, perlahan Rinay menurunkan pantatnya, maka. Srrluuuup.. batang kemaluanku masuk lagi ke memek Rinay. “Main dari atas enak, lho Rinay! Tekan aja biar lebih kerasa” bisik Cenit agak keras.
    Seperti tak peduli kehadiran Cenit di kamar ini, kami mengulangi permainan semalam, tapi kali ini Posisi Rinay ada di atas. Kusuruh gadis itu menegakkan tubuhnya. Ia menurut dan mendorong tubuhnya dengan meletakkan telapak tangannya di dadaku.

    Sekarang posisinya berubah, aku berbaring sementara Rinay duduk mengangkang di atasku. Alat kelamin kami telah menyatu, ketika ia sudah duduk dengan benar, nampak memeknya seperti sedang mengulum kemaluanku sampai ke pangkalnya. Kelentitnya nampak menonjol dan cairan itu kembali mengalir membasahi jembut-jembut halusnya.
    Kami saling pandang sementara masih bersatu, bibir Rinay tersenyum, beberapa kali ia menyibakkan rambutnya yang kusut. Perlahan dia mulai mengayun, gerakanya seperti orang sedang naik kuda. Naik turun berirama.
    Semenit aku lupa dengan kehadiran Cenit di sana. ternyata ia berdiri di belakang Rinay, memperhatikan kami yang sedang bercinta dengan gaya seperti itu. Gadis itu menyeringai lebar menampakkan sederetan giginya yang putih bersih.
    Kemudian tiba-tiba ia membuka bajunya, menampakkan beha putih dengan buah dada besar di baliknya. Ia pun membuka beha itu, melemparkannya ke sudut kamar, menarik rok panjang, membuka celana dalam sampai akhirnya bugil sama sekali.
    Ia pun menyerbu ke arahku, membenamkan wajahku di susunya yang besar dan kenyal, meremas-remas kepalaku dengan jemarinya. Sementara Rinay terus asyik mengayun-ayunkan pantatnya naik turun.

    Aku memeluk punggung Cenit, mengulum dan mengunyah susunya yang kenyal. Cewek itu mendengus-dengus ketika putting susunya tergigit lembut.
    Lama kami bercinta segitiga seperti itu, mungkin ada seperempat jam.
    “Kita enak-enakan bareng, Kak.” Bisik Cenit sambil meremas. Aku setuju, dia sudah hampir sampai puncak, aku pun tak tahan dengan ulah Rinay, yang mengocok-ngocok dari atas.
    Cenit melepas pelukannya dan naik ke atas ranjang, mendudukkan pantatnya di dadaku mengangkang lebar menampakkan memeknya yang tercukur rapi. Gundukan dagingnya putih mulus dan kemerahan, bibir kemaluannya tebal dan dipenuhi cairan kental dan hangat.
    Ia memajukan memeknya sehingga sampai di mulutku. Kemudian mulai menekan ke arah mukaku. “Ahh ayo Kak! Aku udah gak tahan lagi nih.”
    Sambil meremas pinggang dan pantatnya aku pun beraksi. Mengganyang habis kue pie lembut dan basah itu. Cenit segera merintih-rintih ingin segera melepas nikmat. Sementar di belakangnya Rinay tiba-tiba mengempot dan menekan ke bawah,. Tubuhnya ambRinay ke depan, menimpa punggung Cenit yang sedang menekan mukaku.
    Wajahku semakin tertekan oleh gumpalan memek Cenit, sementara pahanya menggepit kedua pipiku dengan kuatnya. Akkkh aku hampir tidak bisa bernapas. Ya ampun!
    “Keluarin bareng, Kak! Aghhh.. ahhh!”
    Cenit menekan, Rinay mengempot, dan aku sesak nafas!
    Terdengar suara rintihan panjang berbarengan, Cenit dan Rinay sedang dirasuki kenikmatan. Terasa memek Rinay berdenyut-denyut sembari melepaskan cairan kewanitaannya, sementara mulutku semakin basah oleh cairan memek Cenit yang juga berdenyut melepas nikmat.
    Kedua tubuh cewek itu lunglai setelah menikmati segalanya. Mereka ambruk berbarengan ke tubuhku. Berat sekali rasanya menahan dua tubuh perempuan sekaligus, montok-montok lagi.
    Seperti menyadari hal itu, Cenit dan Rinay pun bangkit, perlahan Cenit turun dari ranjang, sementara Rinay pun perlahan mengangkat pahanya, kedua tangan bertumpu pada dadaku.
    Saat itulah kemaluanku keluar dari liang sanggamanya, cleep.. terdengar seperti bunyi plastik lengket yang sedang dibuka. Tampak kemaluanku masih menegang dan basah bergelimang cairan memek Rinay.
    Aku terdiam sejenak, tak tahu harus berbuat apa, karena aku belum lagi mencapai puncak gadis-gadis ini sudah menghentikan permainnya, ketika itulah tiba-tiba Liani masuk ke dalam kamar, melihat kepada Rinay dan Cenit yang sedang mengenakan pakaiannya kembali.
    Ketika ia mengalihkan pandangannya ke arahku, matanya terpaku menatap kejantananku yang masih berdiri dengan perkasa, merah dan mengkilat bermandikan cairan kemaluan Rinay.
    “Kasihkan sama Liani, Kak!” kata Cenit sambil menyempalkan susunya yang montok itu ke balik beha. Wajah Liani semburat memerah. Mungkin dia tadi mendengar lolongan Cenit dan Rinay yang berbarengan menahan geli dan enak. Aku tak tahu apakah dia juga sudah terangsang dan ingin di gelitik nikmat lagi?
    Tampaknya iya, ia mengangkat roknya menampakkan kedua paha yang padat dan putih mulus. Sementara Rinay dan Cenit bergegas keluar kamar, meninggalkan kami berdua saja di sana. semerbak wangi harum tubuh Liasni menusuk hidungku. Gadis ini baru selesai mandi.
    Liani naik ke ranjang bersiap-siap hendak memasukkan kejantananku ke memeknya yang, ya ampun, ternyata sudah bengkak merekah merah dan basah pula. Tapi siapa tahan menahan tubuhnya yang tinggi montok itu setelah tadi ditindih oleh dua gadis montok sekaligus.
    Aku bangkit duduk, mendorong sedikit tubuh Liani, gadis itu seperti kaget. Tapi dia menurut. Kemudian kusuruh ia berdiri dan  ini dia aku ingin merasakan sesuatu yang lain.
    Kusuruh ia berdiri membelakangiku dan menumpukan tangannya di dipan. Posisinya sekarang menungging di depanku, Liani mengerti, ia mengangkat pantatnya lagi, dari belakang disela-sela bongkahan pantatnya, nampak kemaluannya membelah. Cairan kental menitik-nitik banyak sekali.

    Meski nafasnya ditahan, aku tahu gemuruh di dadanya sudah sedemikian hebat. Tampak dari buah dadanya yang menggelantung itu bergetar-getar menahan dentaman jantungnya yang meningkat dahsyat.
    Aku ingin masuk dari belakang dan kemaluan Liani sudah siap untuk kutusuk dari arah itu. Liani semakin menunggit menampakkan bongkahan pantat dan memek yang merekah. Aku maju menyorongkan kejantananku ke arah belahan nikmat itu. Creepp.. kejantanankupun coba menerobos dan berusaha keras memasuki liang senggama Liani yang terbuka. Tapi gumpalan pantat Liani cukup menahan gerakananku.
    Egghh.. aku mencoba lagi dan menekan lebih kuat ke depan. Akhirnya masuk juga. Oh, rasanya seperti dipilin-pilin. Aku menekan lagi kemaluan kami semakin berjalin, tapi bongkahan pantat Liani seolah menahan gerakanku sehingga aku harus menekan agak lebih kuat.
    “Emhh.” rintih Liani tertahan. “Tekan , Bang. Emmghhh”
    Aku bergerak maju mundur dan menekan-nekan, sekujur batang kemaluanku rasanya seperti dicengkram. Sambil agak membungkuk aku mencoba meraih buah dada Liani, meremas keduanya dari belakang. Hangat besar dan sangat kenyal. Putingnya kuputar-putar dengan dua ujung jari. Membuat gadis itu menggelinjang hebat dan semakin mengangkat pantatnya tinggi-tinggi agar kejantananku masuk lebih dalam.
    Tubuh kami semakin berkeringat ketika rasa enak itu semakin memuncak. Aku pun menekan dan menggosok-gosok lagi dinding memek Liani yang merapat. Agak sulit main dari belakang, tapi kami menikmatinya. Beberapa manit kami menikmati permainan itu. Tubuh Liani maju mundur tertekan oleh gerakan tubuhku.
    Ketika sedang asyik tiba-tiba gorden kamar kembali terkuak. Sosok tubuh Rinay masuk berkelebat, seperti tak memperhatikan kami gadis itu menuju ke ujung dipan, ternyata celana dalamnya ketinggalan di sana.
    Kami tak mempedulikan kehadirannya dan terus saling menekan. Aku menekan ke depan sementara Liani menekan ke belakang. Kemaluan kami sudah begitu menyatu erat bermandikan cairan kental. Tubuh kami pun menegang dan basah oleh keringat yang membanjir. Rasa nikmat semakin meningkat, semakin lama semakin hebat

    “Aghhhhhhh” aku menggeram menahan rasa. Denyutan-denyutan penuh rasa nikmat menyerang kemaluanku. Liani merintih tak kalah dahsyat bahkan lebih hebat dari erangan Cenit dan Rinay berbarengan.
    “Bang agh! Enak banget,oh Aku gak tahan lagi!”
    Samar kulihat Rinay mengenakan celana dalamnya. Ketika itu pula aku dan Liani saling menekan hebat menahannya dan merasakan detik-detik penuh kenikmatan. Nafas Liani melenguh-lenguh, keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya. Memeknya menyempit dan  srrr.. keluar banjir yang hebat. Tubuhnya bergetar menahan rasa geli yang luar biasa. Aku pun menekan semakin dalam.
    Mmhhh berkali-kali kemaluanku seperti meledak dalam cengkraman memek Liani. Berkali-kali pula lipatan kemaluan gadis itu menyempit dan menggenggam kemaluanku kuat-kuat ketika ia pun melepas nikmat di pagi nan cerah itu.
    Rinay mendehem kecil ketika kami menyudahi permainan itu dengan rasa puas. Liani menjatuhkan tubuhnya yang basah oleh titik keringat di dipan, menelentang dengan nafas masih terengah-engah. Bibir kemaluannya nampak membengkak, merah dan berkilat penuh dengan lendir. Rinay pun diam-diam keluar dari kamar, di dekat pintu ia menyibakkan rambut ikalnya, menjeling ke arahku, setelah itu ia pun berlalu.

     

    Baca Juga :
  • Dipaksa Pacar Ngentot Saat Malam Valentine

    Dipaksa Pacar Ngentot Saat Malam Valentine


    1342 views

    Duniabola99.org – Setelah sebelumnya ada kisah Bercinta Dengan Ibu Rumah Tangga Kesepian Minta Dipuaskan, kini ada cerita Diperksa Pacar Saat Pesta Malam Hari Valentine. selamat membaca dan menikmati sajian khusus bacaan terbaru cerita sex bergambar yang hot dan di jamin seru meningkatkan nafsu birahi seks ngentot.

    Ini adalah sebuah kisah nyata pemerkosaan di malam hari valentine yang pernah ditulis dan dituturkan oleh seorang gadis siswi SMU yang saya ubah dalam bentuk cerita pendek, semoga bisa diambil hikmahnya dalam cerita berikut ini.

    Kania adalah seorang gadis remaja berusia 17 tahun, gadis metropolis yang tinggal di gang kecil disudut Jakarta, cuma memiliki gaya hidup layaknya orang berkecukupan, ayahnya hanya seorang satpam/security di sebuah gedung perkantoran, dan ibunya seorang pembantu rumah tangga orang gedongan.

    Untuk ukuran gadis metropolis Kania tergolong cantik dan seksi, disamping masih sekolah Kania nyambi sebagai gadis panggilan, ini semua karena tuntutan gaya hidup metropolitan, mengikuti kebutuhan trend zaman tanpa memikirkan kondisi orang tua, yang penting tidak ketinggalan dalam pergaulan.

    Siang itu Kania minta ijin sama ibunya untuk pergi pesta hari Valentine, namun ibunya tidak memberikan ijin, karena ibunya merasa kania gak pantas ikut acara orang-orang gedongan gitu, tapi karena kania merupakan ABG yang sudah terlanjur gaul, ala anak-anak ABG metropolis lainnya, kania tetap ngotot walaupun tidak diijinkan untuk pergi ke pesta malam valentine.

    “Bu ntar malam kania mau pergi pesta valentine sama teman-teman….boleh ya…”

    “Kania…kamu itu mestinya ngaca…kita ini siapa…jangan sok pesta-pestaan deh…makan aja masih susah…”

    “Yah ibu…kania udah kadung janji nih sama teman-teman….kan gak enak ntar…ayah gak ada ini ntar malam…”

    “Justru kalo ayah lu gak ada….lu jangan pergi gitu…ibu kuatir kalo lu jalan malam-malam gitu….ini jakarta nia…”

    “Yah biasanya juga kania keluar malam gak papa bu….”

    “Emang sih…tapi pestanya ini yang ibu kuatir nia….”

    “Bodo deh bu…pokoknya ibu ijinin atau gak..nia tetap jalan pokoknya…”

    “Nia kalau orang tua gak ngijinin itu lu jangan maksa….ntar kenapa-napa lu di jalan…”

    “Ya gak lah bu….yang penting ibu redo aja deh…ya…”

    Ibunya kania masih berat untuk memberikan ijin pada kania untuk pergi kepesta, tapi kania tetap aja gak peduli, apa lagi kalau malam hari gitu ayahnya pergi dinas jaga di perkantoran, dibilangan kuningan dekat rumahnya. Kania pergi dengan pacarnya, dengan dandanan yang agak seksi, kania boncengan motor menuju ketempat pesta disebuah diskotik, kania pacaran secara backstreet dengan reihan, karena memang kania belum mendapat ijn untuk pacaran.

    Pesta berjalan dengan meriah, dipanggung Ada yang menari dengan hotnya, semua pengunjung pesta sudah mulai panas mengikuti suasana, sebagai remaja ABG yang masih belia, kaniapun larut dalam suasana pesta, reihan sudah mulai mabok alkohol, dia terus membujuk kania agar mau minum bersamanya, dengan segala bujuk rayunya kania menuruti saja. Pesta tambah panas suasananya, reihan sudah kehilangan kendali, dia bujuk lagi kania agar mau meninggalkan tempat pesta.

    “Kania…kita cabut yuk…aku udah malas disini…rame banget…lagian aku kasian sama kamu, ntar kamu tumbang lagi…”

    “Ntar deh….aku masih asyik nih…..”

    “Tapi kamu udah mabuk berat tuh….aku gak tega liat kamu….kita istirahat dulu aja…ntar kita kesini lagi ya…”

    “ya deh….kita kemana….”

    “Ya udah kamu ikut aku aja….pokoknya tempatnya lebih asyik dari ini….ya…”

    kania sudah seperti kerbau dicocok hidungnya. Reihan Dan Beberapa teman laki-lakinya meninggalkan pesta, mereka naik Mobil bobby teman reihan, Reihan membawa kania kesuatu tempat sepi diluar kota, kania sudah mabuk berat, dia tidak tahu kalau reihan Dan teman-temannya sudah berniat jahat.

    Sampai disebuah rumah kosong, kania diperkosa secara bergantian Sama reihan Dan 8 orang temannya, kania tidak berdaya menghadapi perlakuan bejad reihan Dan teman-temannya. Setelah memperkosa kania, keesokan harianya, kania ditinggal begitu saja oleh reihan kekasihnya.

    Dengan tubuh yang masih lemah kania berusaha mencari bantuan, Seorang bapak yang merasa iba melihat keadaan kania, mengantar kania melaporkan kejadian tersebut ke polisi, Dan bapak itupun menghubungi orang tua kania, ayah Dan ibu kania yang sudah begitu cemas dari semalam mencari, langsung menyusul kekantor polisi, ayah Dan ibu kania begitu terpukul melihat apa yang dialami anaknya.

    “Itulah nak….kamu gak mau dengar omongan orang tua….kalau sudah beginikan yang Ada cuma penyesalan…” Kania hanya terdiam, ayah kania marah besar, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

    Ternyata kado valentine yang diterima kania, adalah sesuatu yang sangat menyakitkan, kania sangat trauma dengan kejadian tersebut.

    Memang polisi berhasil menangkap reihan Dan teman-temannya, tapi hukuman seberat apapun yang diterima reihan Dan teman-temannya yang telah memperkosa kania, tidaklah sebanding dengan luka kania yang akan ia derita seumur hidupnya. semoga tidak ada lagi kania kania lainnya diluar sana.

     

  • Tante Merry Tergoda Kesemokanya

    Tante Merry Tergoda Kesemokanya


    1564 views

    Duniabola99.org – namaku adalah Dharma, masih sekolah di SMA waktu itu. Semula omku tersebut tinggal bersama kami, dan aku yang saat itu sedang menikmati masa remaja kira-kira umur 16 tahun sering melihat Tante Merry sedang bercumbu dengan suaminya, dan kadang-kadang di depanku Tante Merry mengusap penis omku, sebut saja Om Chandra. Batang kemaluanku yang saat itu sedang remaja-remajanya langsung menjadi tegang, dan setelah itu aku melakukan onani membayangkan sedang bersetubuh dengan Tante Merry.

    Setelah mereka menikah 1 tahun, akhirnya mereka pindah dari tempat nenek kami dan membeli rumah sendiri yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah nenek kami. Kalau Tante Merry hendak pergi, biasanya dia memanggilku untuk menjaga rumahnya, takut ada maling. Suatu hari aku dipanggil oleh Tante Merry untuk menjaga rumahnya.

    Ketika aku datang, dia sedang ada di kamar dan memanggilku, “Dharma, masuk ke kamar..!” teriaknya.
    “Ya Tante..” jawabku.
    Ternyata di dalam kamar, tante sedang memakai BH dan celana dalam saja, aku disuruh mengaitkan tali BH-nya. Dengan tangan gemetaran aku mengaitkan BH-nya. Rupanya Tante Merry tahu aku gemetaran.
    Dia bertanya, “Kenapa Dharma gemetaran..?”
    “Enggak Tante,” jawabku.
    Tapi tante cepat tanggap, dipeluknya tubuhku dan diciumnya bibirku sambil berkata, “Dharma, Tante ada perlu mau pergi dulu, ini Tante kasih pendahuluan dulu, nanti kalau Tante pulang, Tante akan berikan yang lebih nikmat.”
    “Ya Tante.” jawabku.

    Kepalaku terasa pusing, baru pertama kali aku menyentuh bibir seorang wanita, apalagi wanita cantik seperti Tante Merry. Lalu aku ke kamar mandi melakukan onani sambil membayangkan tubuh Tante Merry.

    Kira-kita jam 3 sore, tante pulang dan aku menyambutnya dengan penuh harap. Tante Merry langsung masuk kamar, sedangkan aku menunggu di ruang tamu, kira-kira 10 menit kemudian, dia memanggil pembantunya untuk disuruh ke supermarket untuk membeli sesuatu, jadi tinggallah di rumah aku dan Tante Merry saja.

    Setelah pembantunya pergi, Tante Merry menutup pintu dan menggandengku untuk masuk ke kamarnya.
    Lalu Tante Merry berkata, “Dharma, seperti yang kujanjikan, aku akan meneruskan pendahuluan tadi.”
    Aku diam saja, gemetar menahan nafsu.
    Tiba-tiba Tante Merry mencium bibirku, dan berkata, “Balaslah Dharma, hisap bibirku..!”
    Aku menghisapnya, dan terasa bibirnya sangat enak dan bau tubuhnya wangi, karena dia memakai parfum Avon yang merangsang, aku menjadi salah tingkah.

    Tiba-tiba dia memegang batang kemaluanku, aku sangat kaget.
    “Wah punyamu sudah tegang dan besar Dharma,” sahut Tante Merry.
    Lalu Tante Merry berkata lagi, “Apakah kamu pernah berhubungan sex dengan wanita?”
    Aku menjawab sambil gemetar, “Jangankan berhubungan sex, mencium wanita saja baru kali ini.”
    Tante Merry tersenyum dan berkata, “Hari ini Tante akan ajarkan cara berhubungan sex dengan seorang wanita.”
    Lalu Tante Merry membuka bajunya sehingga telanjang bulat, lalu dipegangnya tanganku dan dibawanya ke buah dadanya yang cukup besar.

    Sambil gemetaran aku memegang buah dadanya dan memegang putingnya.
    Tante Merry mendesis merasakan kenikmatan usapanku dan berkata, “Terus Dharma.., terus..!”
    Lalu dengan memberanikan diri aku mencium putingnya, dan Tante Merry bertambah mendesis. Dibukanya celana pendekku dan CD-ku, sehingga aku juga menjadi telanjang bulat sepertinya. Penisku dielus-elusnya sambil berkata, “Dharma, punyamu besar amat, lebih besar dari punya Om Chandra.”

    Setelah puas menghisap puting buah dada tante, aku mencium pusarnya, dan akhirnya sampai di vaginanya.
    “Ayo Dharma, cepat hisap punyaku..!”
    Aku memberanikan diri mencium kemaluannya dan menjilat-jilat dalamnya, sedangkan tante tambah mendesis.
    Tante berkata, “Sabar Dharma, Tante kepingin mencium punya Dharma dulu.”
    Lalu dia membaringkanku di tempat tidur dan mulai mencium biji kemaluanku dan menghisap penisku perlahan-lahan. Serasa dunia ini melayang, alangkah nikmatnya, baru pertama kali batang kemaluanku dihisap oleh seorang wanita cantik, apalagi oleh Tante Merry yang sangat cantik.

    Penisku semakin membesar, dan rasanya seperti mau kencing, tetapi rasanya sangat nikmat, ada yang mau keluar dari kemaluanku.
    Aku menjerit, “Tante, Tante.., lepas dulu, aku mau kencing dulu.”
    Tetapi rupanya tante sudah tahu apa yang mau keluar dari kemaluanku, malah dia semakin kuat menghisap penisku. Akhirnya meletuslah dan keluarlah air maniku, dengan mesranya Tante Merry menghisap air maniku dan menjilat-jilat penisku sampai bersih air maniku.

    Batang kemaluanku terkulai lemah, tetapi nafsuku masih terasa di kepalaku.
    Lalu tante berkata, “Tenang Dharma, ini baru tahap awal, istirahat dahulu.”
    Aku diberi minum coca-cola, setelah itu kami berciuman kembali sambil tiduran. Tanpa kusadari kemaluanku sudah membesar lagi dan kembali aku menghisap buah dadanya.
    “Tante.., aku sayang Tante.”
    Lalu tante berkata, “Ya Dharma, Tante juga sayang Dharma.”
    Lalu aku menjilat vagina tante sampai ke dalam-dalamnya dan tante menjerit kemanjaan.
    “Ayo Dharma.., kita mulai pelajaran sex-nya..!”
    Penisku yang sudah tegang dimasukkan ke dalam liang kemaluan Tante Merry yang sudah licin karena air vaginanya.

    Perlahan-lahan batang kemaluanku amblas ke dalam lubang kemaluan tante, dan tante mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Aduh terasa nikmatnya, dan kembali kami berciuman dengan mesranya.
    Lalu aku berkata kepada Tante Merry, “Tante.., kalau tahu begini nikmatnya kenapa enggak dulu-dulu Tante ajak Dharma bersetubuh dengan Tante..?”
    Tante hanya tersenyum manis. Terasa penisku semakin mengembang di dalam vagina Tante Merry, tante semakin mendesis.
    Tante mengoyang-goyangkan pantatnya sambil berkata, “Dharma.., Tante kepengen keluar nih..!”
    Kujawab, “Keluarin saja Tante, biar Tante merasa nikmat..!”

    Tidak lama kemudian tante menjerit histeris karena orgasme dan mengeluarkan air kemaluannya, penisku masih tegang rasanya.
    Dengan lembut aku mencium tante dan berkata, “Tante sabar ya, Dharma masih enak nih..,”
    Kemudian aku semakin memperkuat tekanan batangku ke liang tante, sehingga tidak lama setelah itu aku memuncratkan air maniku di dalam vagina Tante Merry bersamaan dengan keluarnya cairan tante untuk kedua kalinya. Terasa tubuh ini menjadi lemas, kami tetap berpelukan dan berciuman. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama saling menyabuni tubuh kami masing-masing, dan kami berjani untuk melakukannya lagi dilain waktu.

    Setelah peristiwa itu, setiap malam aku selalu terkenang akan vagina Tante Merry, sehingga rasanya aku ingin tidur bersama Tante Merry, tetapi bagaimana dengan Om Chandra. Rupanya nasib baik masih menemaniku, tiba-tiba saja Om Chandra dipindahkan tugasnya ke Bandung, dan untuk sementara Tante Merry tidak dapat ikut karena Om Chandra tidurnya di mess. Sambil mencari kontrakan rumah, Tante Merry tinggal di Jakarta, tetapi setiap Sabtu malam Om Chandra pulang ke Jakarta.

    Atas permintaan Tante Merry, setiap malam aku menemaninya, aku harus sudah ada di rumah Tante Merry jam 8 malam. Untuk tidur malam, aku disiapkan sebuah kamar kosong, tapi untuk kamuflase saja, sebab setelah pembantunya tidur aku pindah ke kamar Tante Merry. Tentunya Tante Merry sudah siap menyambutku dengan pelukan mesranya, dan kami bercumbu sepanjang malam dengan nikmatnya dan mesranya. Kalau waktu pertama kali aku hanya menghisap kemaluannya, sekarang kami sudah saling menghisap atau gaya 69. Lubang kemaluan Tante Merry sudah puas kuciumi, bahkan sekarang bukan saja lubang vagina, tetapi juga lubang anus, rasanya nikmat menghisapi lubang-lubang tante. Penisku juga dihisap tante dengan ketatnya dan terasa ngilu ketika lubang kencingku dihisap Tante Merry, tapi nikmat.

    Setelah kami saling menghisap, akhirnya barulah kami saling memasukkan kemaluan kami, dan kali ini tante berada di atasku. Batang kemaluanku yang sudah tegang dan berdiri tegak dimasukkan ke kemaluan tante, aduh nikmatnya. Lalu aku menghisap buah dada tante sambil menggoyang-goyangkan pantatku. Kira-kira sepuluh menit, tante mengeluarkan air maninya sambil menjerit nikmat, namun aku belum mengeluarkan air maniku. Lalu aku bertukar posisi, sekarang tante di bawah, aku yang di atas. Karena tante sudah keluar, terasa mudah memasukkan kemaluanku ke dalam vagina tante, dan kembali kami berpacu dalam nafsu.

    Sambil mencium bibir Tante Merry, aku berkata, “Tante… Tante.., kenapa sih lubang Tante enak banget, punyaku terasa dijepit-jepit lubang Tante yang lembut.”
    Sambil tersenyum tante menjawab, “Dharma.., batang kamu juga enak, kalau dengan Om Chandra Tante hanya bisa orgasme sekali, tetapi dengan kamu bisa berkali-kali.”
    Kembali aku menekan batang penisku erat-erat ke liang kemaluan tante sambil mengoyang-goyangkan pantatku, dan akhirnya aku menjerit, “Tante.., Tante.., aku keluar..!”
    Alangkah nikmat rasanya.

    Perlahan-lahan aku mengeluarkan batang kemaluanku dari liang senggama tante. Setelah itu kembali kami berciuman dan tidur sambil berpelukan sampai pagi. Ketika bagun pagi-pagi aku kaget, karena aku tahu di sampingku ada Tante Merry yang tidak memakai apa-apa, nafsuku timbul kembali. Kubangunkan Tante Merry dan kembali kami bersetubuh dengan nikmatnya, dan akhirnya kami mandi bersama-sama.

    Selama hampir 1 bulan lamanya kami seperti sepasang suami istri yang sedang berbulan madu, kecuali hari Sabtu dan Minggu dimana Om Chandra pulang. Pengalaman ini tidak akan terlupakan seumur hidupku, walaupun sekarang aku sudah beristri dan mempunyai 2 orang anak. Kadang-kadang Tante Merry masih mengajak aku bersetubuh di hotel. Tetapi sejak aku beristri, perhatianku kepadanya agak berkurang, lagipula usia Tante Merry sudah bertambah tua.

  • Putri Sulung Tanteku Yang Kuat Nafsu

    Putri Sulung Tanteku Yang Kuat Nafsu


    1624 views

    Duniabola99.org – Belum lama ini aku kembali bertemu Nana (bukan nama sebenarnya). Ia kini sudah berkeluarga dan sejak menikah tinggal di Palembang. Untuk suatu urusan keluarga, ia bersama anaknya yang masih berusia 6 tahun pulang ke Yogya tanpa disertai suaminya. Nana masih seperti dulu, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah merekah, rambutnya yang lebat tumbuh terjaga selalu di atas bahu. Meski rambutnya agak kemerahan namun karena kulitnya yang putih bersih, selalu saja menarik dipandang, apalagi kalau berada dalam pelukan dan dielus-elus. Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogya. Selama kuliah, ia tinggal di rumah bude, kakak ibunya yang juga kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Nana.

    Aku mengenalnya sejak kanak-kanak. Ia memang gadis yang lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yang pertama. Hubungan kami rukun dan saling mencintai. Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota. Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Nana) serta Nana dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami. Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami.

    Hari-hari berikutnya, Nana masih sering datang menengok anak kami yang katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Nana. Kalau sedang rewel, menangis, meronta-ronta kalau digendong Nana menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Nana. Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Nana selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil. Lama-lama Nana sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Nana. Tampaknya Nana tulus dan ikhlas membantu kami. Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya. Nana mulai tidak banyak mampir ke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Nana tiba-tiba muncul.

    “Ada apa Na, malam-malam begini.”
    “Mas Danu, tinggal sendiri di kantor?”
    “Ya, Dari mana kamu?”
    “Sengaja kemari.”
    Nana mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Nana terlihat mengenakan rok dan T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.

    “Ada apa, Nana?”
    “Mas.. aku pengin seperti Mbak Tari.”
    “Pengin? Pengin apanya?” Nana tidak menjawab tetapi malah melangkah kakinya yang putih mulus hingga berdiri persis di depanku. Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku.
    “Nana, apa-apaan kamu ini..” Tanpa menungguku selesai bicara, Nana sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuat-kuat. Bibir yang selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benar-benar mendarat keras. Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuat-kuat. Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulan-bulan tidak berhubungan intim dengan isteriku. Nana merenggangkan pagutannya dan katanya, “Mas, aku selalu ketagihan Mas. Aku suka berhubungan dengan laki-laki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian. Tidak bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan laki-laki yang pas.”

    Kuangkat tubuh Nana dan kududukkan di atas kertas yang masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan.
    “Na.. Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tidak bercumbu dengan Tari.”
    “Jadikan aku Mbak Tari, Mas. Ayo,” kata Nana sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku.
    Ia memelukku kuat-kuat sehingga dadanya yang empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pula penisku yang telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yang lembut. Nana merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yang masih terbungkus celana tebal. Nana kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yang merekah bak bibir artis terkenal. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Nana. Namun ketika kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini.

    “Kamu amat bergairah, Nana..” bisikku lirih di telinganya.
    “Hmm.. iya.. Sayang..” balasnya lirih sembari mendesah.
    “Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama.. ukh..” serunya sembari menelan ludahnya.
    “Ayo, Mas.. teruskan..”
    “Ya Sayang. Apa yang kamu inginkan dari Mas?”
    “Semuanya,” kata Nana sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku. Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yang dikenakannya. Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Nana telah diangkat tanda meminta T-Shirt langsung dibuka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya kuat-kuat hingga badan Nana lekat ke dadaku. Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut. Jemariku mencari kancing BH yang terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku. Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Nana, namun menambah nikmat aroma gadis muda.

    Tangan Nana mengusap-usap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya. “Sedot kuat-kuat Mas, sedoott..” bisiknya. Aku memenuhi permintaannya dan Nana tak kuasa menahan kedua kakinya. Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai berkarpet tebal. Ruang ber-AC itu terasa makin hangat. “Mas lepas..” katanya sambil telentang di lantai. Nana meminta aku melepas pakaian. Nana sendiri pun melepas rok dan celana dalamnya. Aku pun berbuat demikian namun masih kusisakan celana dalam. Nana melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu. Segera aku menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Nana melenguh sedikit kemudian sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja ia segera mengarahkan putingnya ke mulutku.

    “Mas sedot Mas.. teruskan, enak sekali Mas.. enak..” Kupenuhi permintaannya sembari kupijat-pijat pantatnya. Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Nana. Rambutnya tidak terlalu tebal namun datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat “cocorde” milikku. Kumainkan jemariku di sana dan Nana tampak sedikit tersentak. “Ukh.. khmem.. hss.. terus.. terus,” lenguhnya tak jelas. Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya. Terasa jemari kanan tengahku telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan vaginanya, ujungnya kuraba-raba lembut berirama. Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot dan menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Nana dengan teknik petik melodi.

    Nana menggelinjang-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat. “Mas.. Mas.. ampun.. terus, ampun.. terus ukhh..” Sebentar kemudian Nana lemas. Namun itu tidak berlangsung lama karena Nana kembali bernafsu dan berbalik mengambil inisitif. Tangannya mencari-cari arah kejantananku. Kudekatkan agar gampang dijangkau, dengan serta merta Nana menarik celana dalamku. Bersamaan dengan itu melesat keluar pusaka kesayangan Tari. Akibatnya, memukul ke arah wajah Nana. “Uh.. Mas.. apaan ini,” kata Nana kaget. Tanpa menunggu jawabanku, tangan Nana langsung meraihnya. Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus penisku

    “Mas.. ini asli?”
    “Asli, 100 persen,” jawabku.
    Nana geleng-geleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan penisku yang berdiameter 6 cm dan panjang 19 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Di bagian samping kanan terlihat menonjol aliran otot keras. Bagian bawah kepalanya, masih tersisa sedikit kulit yang menggelambir. Otot dan gelambiran kulit itulah yang membuat perempuan bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku.

    “Mas, belum pernah aku melihat penis sebesar dan sepanjang ini.”
    “Sekarang kamu melihatnya, memegangnya dan menikmatinya.”
    “Alangkah bahagianya MBak Tari.”
    “Makanya kamu pengin seperti dia, kan?”
    Nana langsung menarik penisku. “Mas, aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan, cepat masukkan.”
    Nana menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Terlihat betapa mulus putih dan bersih. Diantara bulu halus di selangkangannya, terlihat lubang vagina yang mungil. Aku telah berada di antara pahanya. Exocet-ku telah siap meluncur. Nana memandangiku penuh harap.

    “Cepat Mas, cepat..”
    “Sabar Nana. Kamu harus benar-benar terangsang, Sayang..”
    Namun tampaknya Nana tak sabar. Belum pernah kulihat perempuan sekasar Nana. Dia tak ingin dicumbui dulu sebelum dirasuki penis pasangannya. “Cepat Mas..” ajaknya lagi. Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung penisku di permukaan lubang vaginanya, kutekan perlahan tapi sungguh amat sulit masuk, kuangkat kembali namun Nana justru mendorongkan pantatku dengan kedua belah tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas. Tak terhindarkan, batang penisku bagai membentur dinding tebal. Namun Nana tampaknya ingin main kasar. Aku pun, meski belum terangsang benar, kumasukkan penisku sekuat dan sekencangnya. Meski perlahan dapat memasukirongga vaginanya, namun terasa sangat sesak, seret, panas, perih dan sulit. Nana tidak gentar, malah menyongsongnya penuh gairah.

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    “Jangan paksakan, Sayang..” pintaku.
    “Terus. Paksa, siksa aku. Siksa.. tusuk aku. Keras.. keras jangan takut Mas, terus..” Dan aku tak bisa menghindar. Kulesakkan keras hingga separuh penisku telah masuk. Nana menjerit, “Aouwww.. sedikit lagi..” Dan aku menekannya kuat-kuat. Bersamaan dengan itu terasa ada yang mengalir dari dalam vagina Nana, meleleh keluar. Aku melirik, darah.. darah segar. Nana diam. Nafasnya terengah-engah. Matanya memejam. Aku menahan penisku tetap menancap. Tidak turun, tidak juga naik. Untuk mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Nana dengan mulutku. Meski agak membungkuk, aku dapat mencapainya. Nana sedikit berkurang ketegangannya.

    Beberapa saat kemudian ia memintaku memulai aktivitas. Kugerakkan penisku yang hanya separuh jalan, turun naik dan Nana mulai tampak menikmatinya. Pergerakan konstan itu kupertahankan cukup lama. Makin lama tusukanku makin dalam. Nana pasrah dan tidak sebuas tadi. Ia menikmati irama keluar masuk di liang kemaluannya yang mulai basah dan mengalirkan cairan pelicin. Nana mulai bangkit gairahnya menggelinjang dan melenguh dan pada akhirnya menjerit lirih, “Uuuhh.. Mas.. uhh.. enaakk.. enaakk.. Terus.. aduh.. ya ampun enaknya..” Nana melemas dan terkulai. Kucabut penisku yang masih keras, kubersihkan dengan bajuku. Aku duduk di samping Nana yang terkulai.

    “Nana, kenapa kamu?”
    “Lemas, Mas. Kamu amat perkasa.”
    “Kamu juga liar.”

    Nana memang sering berhubungan dengan laki-laki. Namun belum ada yang berhasil menembus keperawanannya karena selaput daranya amat tebal. Namun perkiraanku, para lelaki akan takluk oleh garangnya Nana mengajak senggama tanpa pemanasan yang cukup. Gila memang anak itu, cepat panas.

    Sejak kejadian itu, Nana selalu ingin mengulanginya. Namun aku selalu menghindar. Hanya sekali peristiwa itu kami ulangi di sebuah hotel sepanjang hari. Nana waktu itu kesetanan dan kuladeni kemauannya dengan segala gaya. Nana mengaku puas.

    Setelah lulus, Nana menikah dan tinggal di Palembang. Sejak itu tidak ada kabarnya. Dan, ketika pulang ke Yogya bersama anaknya, aku berjumpa di rumah bude.
    “Mas Danu, mau nyoba lagi?” bisiknya lirih.
    Aku hanya mengangguk.
    “Masih gede juga?” tanyanya menggoda.
    “Ya, tambah gede dong.”
    Dan malamnya, aku menyambangi di hotel tempatnya menginap. Pertarungan pun kembali terjadi dalam posisi sama-sama telah matang.
    “Mas Danu, Mbak Tari sudah bisa dipakai belum?” tanyanya.
    “Belum, dokter melarangnya,” kataku berbohong.
    Dan, Nana pun malam itu mencoba melayaniku hingga kami sama-sama terpuaskan.

     

    Baca Juga :
  • TEEN GIRL WITH HUGEDICK

    TEEN GIRL WITH HUGEDICK


    1847 views

  • Cerita Sex  –  Kemontokan Sri Si Janda Kembang

    Cerita Sex – Kemontokan Sri Si Janda Kembang


    2676 views

    Duniabola99.org – Telah belasan tahun berpraktek aku di kawasan kumuh ibu kota, tepatnya di kawasan Pelabuhan Rakyat di Jakarta Barat. Pasienku lumayan banyak, namun rata-rata dari kelas menengah ke bawah.

    Jadi sekalipun telah belasan tahun aku berpraktek dengan jumlah pasien lumayan, aku tetap saja tidak berani membina rumah tangga, sebab aku benar-benar ingin membahagiakan isteriku, bila aku memilikinya kelak, dan kebahagiaan dapat dengan mudah dicapai bila kantongku tebal, simpananku banyak di bank dan rumahku besar.

    Namun aku tidak pernah mengeluh akan keadaanku ini. Aku tidak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Susilo yang ahli bedah, atau Dr. Hartoyo yang spesialis kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di fakultas kedokteran sering aku bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yang sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yang tampak dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.

    Dengan pekerjaanku yang melayani masyarakat kelas bawah, yang sangat memerlukan pelayanan kesehatan yang terjangkau, aku memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aku dapat melayani sesama dengan baik. Namun, dibalik itu, aku pun memperoleh kepuasan yang amat sangat di bidang non materi lainnya.

    Suatu malam hari, aku diminta mengunjungi pasien yang katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aku mengunjunginya setelah aku menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenarnya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dengan suntikan dan obat yang biasa aku sediakan bagi mereka yang kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu dapat di ringankan penyakitnya.

    Saat aku mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yang sempat hidup sebentar. Air di mana-mana, dan aku pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.

    Karena tidak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aku untuk menginap sampai air surut. Di kamar yang sempit itu, si ibu segera tertidur dengan pulasnya, dan tinggallah aku berduaan dengan anak si ibu, yang ternyata dalam sinar remang-remang, tampak manis sekali, maklum, umurnya aku perkirakan baru sekitar awal dua puluhan.

    “Pak dokter, maaf ya, kami tidak dapat menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dengan suara yang begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu.
    “Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.
    Dan untuk melewati waktu, aku banyak bertanya padanya, yang ternyata bernama Sri.

    Ternyata Sri adalah janda tanpa anak, yang suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yang lalu. Karena hanya berdua saja dengan ibunya yang sakit-sakitan, maka Sri tetap menjanda. Sri sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, namun perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan.

    Saat aku melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aku lihat Sri mulai terkantuk-kantuk, maka aku sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aku terpaksa duduk di samping Sri yang mulai merebahkan diri.

    Tampak rambut Sri yang panjang terburai di atas bantal. Dadanya yang membusung tampak bergerak naik turun dengan teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Sri berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga dapat kulihat buah dadanya yang montok dengan belahan yang sangat dalam. Pinggangnya yang ramping lebih menonjolkan busungan buah dadanya yang tampak sangat menantang. Aku coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Sri tetap lelap dalam tidurnya.

    Pikiranku menerawang, teringat aku akan Wati, yang juga mempunyai buah dada montok, yang pernah aku tiduri malam minggu yang lalu, saat aku melepaskan lelah di panti pijat tradisional yang terdapat banyak di kawasan aku berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aku hampir-hampir tidak dapat pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ’selesai’ bergumul dengan Wati. Maklum, aku tidak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aku masih memendam berahi di antara selangkanganku.

    Aku mencoba meraba buah dada Sri yang begitu menantang, ternyata dia tidak memakai beha di bawah bajunya. Teraba puting susunya yang mungil. dan ketika aku mencoba melepaskan bajunya, ternyata dengan mudah dapat kulakukan tanpa membuat Sri terbangun. Aku dekatkan bibirku ke putingnya yang sebelah kanan, ternyata Sri tetap tertidur.

    Aku mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aku teruskan permainan bibirku ke puting susu Sri yang sebelah kiri, dan aku mulai meremas buah dada Sri yang montok itu. Terasa Sri bergerak di bawah himpitanku, dan tampak dia terbangun, namun aku segera menyambar bibirnya, agar dia tidak menjerit. Aku lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Sri yang semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yang disertai dengan remasan gemas pada ke dua buah dadanya.

    Setalah aku yakin Sri tidak akan berteriak, aku alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku dapat meraba kulit pahanya. Ternyata Sri sangat bekerja sama, dia gerakkan bokongnya sehingga dengan mudah malah aku dapat menurunkan roknya sekaligus dengan celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas tampak pangkal paha Sri yang mulus, dengan bulu kemaluan yang tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.

    Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yang tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata clitoris Sri sudah mulai mengeras, dan aku jilati sepuas hatiku sampai terasa Sri agak menggerakkan bokongnya, pasti dia menahan gejolak berahinya yang mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.

    Sri membiarkan aku bermain dengan bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaku, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaku. Agaknya Sri mendapat sedikit kesulitan karena celanaku terasa sempit karena kemaluanku yang makin membesar dan makin menegang.

    Sambil tetap menjilati kemaluannya, aku membantu Sri melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur.

    Mata Sri tampak agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yang penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yang subur, dan batang kemaluanku yang telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dengan kepala kemaluanku yang membesar pada ujungnya dan tampak merah berkilat.

    Kutarik kepala Sri agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yang mungil. Ternyata Sri tidak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dengan lembutnya. Tangan kanannya mengelus batang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Aku memajukan bokongku dan batang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Sri. Kedua tanganku sibuk meremas buah dadanya, lalu bokongnya dan juga kemaluannya. Aku mainkan jariku di clitoris Sri, yang membuatnya menggelinjang, saat aku rasakan kemaluan Sri mulai membasah, aku tahu, saatnya sudah dekat.

    Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Sri, dan kudorong Sri hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Sri mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aku mudah menempatkan diri di atas badannya, dengan dada menekan kedua buah dadanya yang montok, dengan bibir yang melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yang makin dilebarkan. Aku turunkan bokongku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Sri, lalu aku geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya.

    Kemudian aku dorongkan batang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Sri. Terasa agak seret majunya, karena Sri telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan batang kemaluan laki-laki sejak itu. Dengan sabar aku majukan terus batang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Sri. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Sri, namun ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Sri mulai sedikit menggerakkan bokongnya sehingga aku dapat mendorong batang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Sri.

    Aku membiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan Sri sekitar 20 detik, baru setelah itu aku mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aku dorongkan dengan lebih cepat sampai habis. Gerakan bokongku ternyata membangkitkan berahi Sri yang juga menimpali dengan gerakan bokongnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yang membuat kepala dan batang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Sri yang makin membasah.

    Tidak terasa, Sri terdengar mendasah dasah, terbaur dengan dengusan nafasku yang ditimpali dengan hawa nafsu yang makin membubung. Untuk kali pertama aku menyetubuhi Sri, aku belum ingin melakukan gaya yang barangkali akan membuatnya kaget, jadi aku teruskan gerakan bokongku mengikuti irama bersetubuh yang tradisional, namun ini juga membuahkan hasil kenikmatan yang amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dengan jeritan kecil Sri, aku hunjamkan seluruh batang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Sri dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Sri dan memancarkan air maniku yang telah tertahan lebih dari satu minggu.

    Terasa badan Sri melamas, dan aku biarkan berat badanku tergolek di atas buah dadanya yang montok. Batang kemaluanku mulai melemas, namun masih cukup besar, dan kubiarkan tergoler dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaku. Sambil memeluk tubuh Sri yang berkeringat, aku bisikan ke telinganya,
    “Sri, terima kasih, terima kasih..”

  • Nikmatnya Seks Dengan Cewe Lesbi

    Nikmatnya Seks Dengan Cewe Lesbi


    1545 views

    Duniabola99.org – Sekarang aku ngekost di Jakarta karena aku asal Bandung dan kuliah di Jakarta, perkenalkan namaku Lia dimana saat itu aku ngekost di daerah Jakarta Selatan , kamarnya ada 10 dan semua penuh sebagian besar semuanya wanita dan aada yang berkuliah dan bekerja aku cukup beruntung karena keluargaku dari orang yang berkecukupan.

    Satu hal yang membedakan aku dengan wanita-wanita normal lainnya adalah sejak kecil aku tidak pernah tertarik pada pria. Sebenarnya banyak pria yang suka denganku sejak aku masih SMU. Teman-temanku juga banyak yang heran mengapa aku belum punya pacar juga, karena menurut mereka aku cantik.

    Aku selalu bilang kalau belum ada yang kusuka dan aku belum mau cepat-cepat pacaran. Ada juga yang pernah bercanda dan bilang kalau mungkin aku seorang lesbian. Sebenarnya temanku itu betul, tapi aku tidak berani mengakuinya.

    Terus terang aku malu sekali bila ada yang tahu kalau aku seorang lesbian. Orangtuaku juga pasti marah besar dan kecewa bila tahu keadaanku yang sebenarnya. Apalagi mereka juga tergolong sangat religius dan aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan di Bandung.

    Baru sejak aku kuliah dan pindah ke Jakarta aku dapat menyalurkan keinginanku yang sudah bertahun-tahun kupendam dan kadang sangat menyiksa itu.

    Waktu di SMU aku pernah punya teman dekat wanita. Kami sering pergi berdua dan aku suka sekali sama dia. Tapi sampai hari ini pun perasaan itu tidak pernah kuutarakan kepadanya karena aku tahu dia bukan seorang lesbian sepertiku dan aku tidak mau merusak persahabatanku dengannya.

    Pengalaman pertamaku dengan wanita dimulai sekitar satu tahun lalu. Di tempat kostku ada seseorang yang kebetulan juga kuliah di kampus yang sama denganku walaupun dia beda fakultas, sebut saja namanya April.

    April tidak punya kendaraan, jadi dia sering ikut mobilku ke kampus. Kami juga sering pergi ke mall atau nonton bersama, sehingga dalam waktu yang singkat hubungan kami menjadi cukup dekat.

    April anaknya sangat cantik (dia sekali-sekali melakukan pemotretan sebagai model dan pernah menjadi cover girl di salah satu majalah remaja), kulitnya putih mulus dan badannya juga tinggi langsing.

    Sebenarnya sejak dari awal aku kenal dia aku sudah suka dia, tapi sekali lagi, perasaan itu kusimpan dalam-dalam karena aku tidak tahu apakah dia juga seperti aku atau seperti gadis normal lainnya. Yang kutahu dia belum pernah punya pacar cowok juga.

    Di malam hari kami sering main ke kamar masing-masing untuk ngobrol atau nonton film. Kamar April juga ada kamar mandinya dan biasanya dia hanya melilitkan handuk setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian di depanku.

    Mungkin karena aku wanita juga, jadi dia tidak malu-malu, pikirku. Di kamar biasanya April hanya mengenakan baju kaos longgar tanpa BH atau celana dalam lagi. Aku sering mencuri-curi pandang ke kemaluannya yang ditumbuhi oleh bulu-bulu yang lebat. Hampir seluruh badannya ditumbuhi bulu-bulu halus dan ini menambah keseksian dia.

    Setelah beberapa bulan kami dekat, aku masih belum tahu kalau dia juga seorang lesbian sepertiku. Aku baru tahu setelah dia sendiri mengaku kepadaku. Kejadiannya sekitar 7-8 bulan yang lalu. Waktu itu aku sedang baca majalah di kamar dan April main ke kamarku, katanya mau nonton VCD di kamarku.

    Sambil dia nonton, aku pergi mandi dan waktu aku selesai mandi aku sengaja keluar tanpa mengenakan apa-apa. Hal ini tidak pernah kulakukan sebelumnya karena sebenarnya aku cenderung pemalu dan tidak biasa memamerkan tubuh telanjangku ke orang lain. Aku hanya mau melihat reaksi April saja kalau melihat aku dalam keadaan telanjang.

    Begitu aku keluar kamar mandi, dia cukup kaget melihatku. Matanya terus memandangi tubuhku dari atas ke bawah dan dia berkomentar kalau badanku seksi dan dia suka buah dadaku yang menurutnya walaupun tidak begitu besar tapi kelihatan kencang.

    Tidak tahu kenapa, saat itu aku tidak merasa malu walaupun April terus memandangku, dan malah aku sengaja berlama-lama mengeringkan rambutku sambil menghadap ke arahnya.

    Setelah itu aku mengenakan baju tidur putih yang bahannya cukup tipis tanpa mengenakan apa-apa lagi seperti yang biasa dilakukan April.

    Aku duduk bersila di depannya dan kami mulai mengobrol seperti biasanya. Karena posisi dudukku dan baju tidurku yang cukup pendek, April dapat melihat kemaluanku dengan jelas, dan kuperhatikan dia beberapa kali melihat ke arah situ.

    Pembicaraan kami pun berlanjut dan April menanyakan aku apakah aku pernah pacaran dengan wanita, karena dia heran kenapa sampai saat ini aku belum pernah punya pacar cowok. Aku bilang belum dan aku tidak melanjutkan jawabanku lagi.

    Hal yang sama kutanyakan ke April dan jawabannya sungguh di luar dugaanku. April mengaku kalau sebenarnya dia adalah seorang lesbian dan dia pernah punya pacar wanita sewaktu di SMU. Terus terang, pernyataan itu membuat hatiku berbunga-bunga karena dia adalah wanita pertama yang kusuka dan kebetulan juga seorang lesbian.

    Aku beranikan untuk berterus terang ke April kalau aku juga seperti dia dan bahwa sudah lama aku memendam perasaan padanya.

    April tersenyum dan mengatakan bahwa dia juga punya perasaan yang sama, tapi juga tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepadaku sebelum dia yakin kalau aku juga suka sama dia. April kemudian merebahkan kepalanya di pangkuanku.

    Sambil membelai rambutnya, kami terus ngobrol dan menyesalkan kenapa selama ini masing-masing selalu berpura-pura dan tidak berani berterus terang.

    Aku bilang kalau aku takut dia malah menjauhiku kalau tahu aku seorang lesbian, karena sampai hari itu pun aku juga tidak tahu kalau April seperti aku juga.

    Beberapa saat kemudian April mengajakku naik ke ranjang. Kami berciuman lama sekali, dan itulah pengalaman pertamaku berciuman dengan seseorang.

    April kelihatan sudah cukup ahli dan tangannya mulai turun dan memegang buah dadaku. Aku sudah mulai terangsang dan aku minta dia untuk melepaskan baju tidurku.

    Sambil berdiri, April melepaskan baju kaos yang dikenakannya, tetapi masih mengenakan celana dalamnya. Kemudian dia menarik baju tidurku ke atas sehingga aku tidur telentang di hadapannya tanpa mengenakan apa-apa lagi.

    April kemudian mulai menciumi buah dadaku dan menjilati kedua putingku. Aku sudah sangat terangsang dan kemaluanku mulai basah.

    Ciuman April mulai turun dan dia kemudian membuka kedua kakiku lebar-lebar. Rambut kemaluanku disibakkan dan April mulai menjilati klitorisku. Aku terus mengerang sambil memejamkan mata.

    Hanya dalam selang waktu beberapa menit aku menikmati ciuman pertamaku, sentuhan seorang wanita dan sekarang pertama kalinya juga seseorang menjilati kemaluanku.

    April terus memainkan lidahnya di kemaluanku dari atas ke bawah dan beberapa kali menghisap klitorisku seperti menghisap sedotan.

    Aku orgasme beberapa kali dan sepertinya April tidak memberikan kesempatan kepadaku untuk bernapas dan terus memainkan lidahnya dan menjilatiku dengan semakin bernafsu.

    Setelah puas menjilatiku, dia memintaku untuk melakukan hal yang sama kepadanya. Aku mulai dengan menjilati buah dadanya yang lumayan besar dan putingnya yang berwarna merah kecoklatan.

    Putingnya juga besar dan sepertinya sensitif sekali, karena April langsung mendesah-desah dengan keras begitu aku menjilati putingnya. April memintaku untuk menjilati kemaluannya, tapi aku masih belum puas bermain-main dengan putingnya yang seksi itu.

    Jilatanku terus turun sampai ke kemaluannya. Celana dalamnya belum kulepaskan, dan di sebelah kiri kanan celananya terlihat rambut kemaluannya yang lebat. Aku mulai dengan menjilati sebelah kiri dan kanan selangkangannya.

    April terus mendesah dan membuka kakinya lebih lebar lagi. Dia memintaku untuk melepaskan celananya, dan sambil pantatnya diangkat sedikit, kulepaskan celana dalamnya perlahan-lahan, dan terlihatlah dengan jelas kemaluannya.

    Bandar Judi Online Indonesia Terpercaya dan aman

    Kulanjutkan dengan menjilati kemaluannya, matanya dipejamkan dan kedua tangannya ditaruh di atas kepalaku sambil sedikit menekan-nekan dan mengarahkan jilatanku ke klitorisnya. Ternyata menjilati kemaluan wanita sangat nikmat, lebih dari yang selama ini kubayangkan.

    Aku membuka bibir kemaluan April dan kujilati bagian dalamnya yang berwarna kemerahan. April sudah sangat basah dan semakin keras mengerang.

    Kemudian April memintaku untuk bangun dan melakukan posisi 69 dengan tubuhku berada di atas tubuhnya.

    Kami saling menjilati kemaluan satu sama lain sampai akhirnya kami beberapa kali orgasme. Setelah lelah, kami berciuman kembali dan tidur berpelukan sepanjang malam. Aku benar-benar menikmati pengalaman pertamaku ini, apalagi dengan orang secantik dan selembut April.

    Setelah malam itu, kami sering bercinta. Kadang-kadang aku menginap di kamarnya atau dia di kamarku. Memang kami tidak berani untuk tidur bersama setiap malam untuk menghindari omongan teman-teman kost lainnya.

    Percintaan kami berakhir dua bulan yang lalu waktu April beserta keluarganya pindah ke Australia. Aku sangat kehilangan dirinya dan tidak tahu apakah aku akan mendapatkan orang seperti dirinya lagi.

    Saat ini aku sangat kesepian dan kadang-kadang timbul keinginan untuk menceritakan keadaanku yang sebenarnya ke orang lain, mungkin saja dengan begini aku akan lebih mudah mendapatkan teman wanita.

    Tapi sepertinya saat ini aku belum siap dan aku terlalu takut orangtuaku akan kecewa dan marah besar kalau mereka tahu satu-satunya anak wanitanya adalah seorang lesbian.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    logo-markasjudilogo-fastbet99hokibet99-logo

    hokijudi99-logofortunebet99-logologonexialogo-rf

    Klik Gambar Dibawah ini jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

     

  • Rachel James Oral Sexs

    Rachel James Oral Sexs


    1961 views

  • Ngentot Ibu Muda Berjilbab

    Ngentot Ibu Muda Berjilbab


    3576 views
    indri adalah seorang ibu rumah tangga berwajah cantik yang berkulit putih bersih baru berusia 25 tahun. Wanita cantik ini terlihat alim dengan jilbab lebar serta jubah panjang dan kaus kaki sebagai ciri Muslimah yang taat, apabila dia keluar rumah atau bertemu laki-laki yang bukan mahromnya. Dalam kehidupan seharinya wanita berjilbab ini bekerja sebagai karyawan counter HP yang cukup ternama di Karanganyar. Karena kesibukannya mengurus rumah tangganya, maka indri memohon agar ditempatkan di tawangmangu yang notabene dekat dengan rumahnya. Dalam counter TZN ditawangmangu tersebut hanya dikelola oleh indri dan 2 orang laki-laki rekan kerjanya.
    Pagi hari sekitar pukul 8.00 pagi, suasana counter TZN ditawangmangu sangat sepi, tidak seperti hari biasanya banyak yang beli pulsa atau transaksi jual beli HP. Dengan jilbab putih yang lebar warna putih, serta pakaian panjang sampai diatas lutut berwarna biru dipadu dengan celana panjang warna hitam serta kaus kaki berwarna krem membuat indri tampak sangat cantik dan alim. Kebetulan hari itu indri tidak memakai jubah yang biasa dikenakannya. Indri duduk dibelakang etalase bersama teman laki-lakinya yang bernama nanda karena kebetulan hari itu jatahnya temannya yang bernama nanang libur. Nanda sudah beristri yang juga berjilbab yangditempatkan di TZN pusat di karanganyar.
    Pagi itu suasana counter TZN tawangmangu memang sangat sepi. Belum ada satupun pelanggan yang beli pulsa atau sekedar melihat-lihat HP baru.
    Sebentar kemudian Nampak mendung tebal bergayut diatas kota kecamatan yang terletak dilereng lawu tersebut. Jarum jam menunjukkan jam 8.30 pagi, tiba-tiba saja terlihat kilat disertai Guntur kemudian disusul hujan yang lebat. Air hujan bagai tercurah dari langit diatas bumi tawangmangu. Suasana tersebut menambah sepi suasana counter tersebut, karena jam segitu adalah jam kerja dan jam sekolah. Sementara orang yang tidak beraktifitasmenjadi malas keluar karena hujan deras.
    Tak sengaja Indri menoleh kesamping, Ups..hati Indri tergetar ketika menyadari nanda ternyata juga sedangmemperhatikanya.Laki-laki tersebut terlihat gugup ketika mata Indri memergokinya. Segera aja dia membuang muka, di mata Indri nanda terlihat cukup baik dan santun, usianya mungkin sekitar 29 tahunan. Indri hanya tersenyum melihat kegugupannya.
    “Malah hujan mas?’ Indri mengawali pembicaraan.
    Nanda menoleh dan tersenyum,lantas mengangguk. Entah mengapa kemudian Indri menjadi sangat akrab dengan teman kerjanya tersebut,padahal Indri bukan seorang wanita yang mudah akrab dengan laki-laki lain.
    Dalam perbincangan itu,entah mengapa diam-diam Indri membandingkan Nanda dengan suaminya. Indri melihat tubuhnya lebih tinggi dibanding dengan suaminya, nanda lebih atletis dan tegap. Dengan dada berdesir,Indri akhirnya menyadari kalau wajah Nanda mirip sekali dengan suaminya. Wanita berusia 25 tahun ini bagaikan lupa keadaan dirinya ketika berbincang kian akrab dengan Nanda. Ketika berulangkali laki – laki ini memuji kecantikan wajahnya, Indri menjadi salah tingkah. Ibu rumah tangga yang aktif ikut pengajian salah satu ormas besar disolo ini merasa tersanjung dengan pujian laki-laki tersebut.
    “Ah mas Nanda..”desis Indri dengan wajah terasa panas mendengar pujian itu walaupun dalam hati Indri merasa senang.
    “Bener kok mbak..mbak begitu cantik, manis apalagi pakai jilbab seperti ini,jadi kian anggun beruntung deh yang jadi suami Mbak..”kata Nanda seraya lekat memandang wajah wanita berjilbab lebar ini.
    “Aihh..mas Nanda..udah..udah”seru Indri gemas,dan tanpa sadar jemari wanita berjilbab ini mencubit lengannya yang membuat Nanda meringis.
    Namun sesaat Indri kemudian tersadar,kalau dia adalah seorang wanita bersuami, apalagi dia adalah seorang wanita muslimah yang mengenakan jilbab. Wajah Indri terasa memanas ketika wanita berjilbab ini melihat Nanda tersenyum-senyum setelah dicubit.
    “Jari mbak Indri…halus..lentik..”desisnya sambil tersenyum, namun ibu muda satu anak ini tak lagi menanggapinya. Indri mulai merasa dia mendapat pengaruh aneh dari laki – laki di sampingya itu, sehingga dia begitu mudahnya akrab dengannya, atau mungkin kemiripan wajah Nanda dengan suaminya yang membuat Indri bagaikan hanyut.
    Pukul 9.30 pagi menjelang siang, suasana counter HP TZN dan sekitarnya semakin sepi. Hujan begitu deras di luar counter menimbulkan suara deru yang cukup keras. Wanita berjilbab ini melihat jalan raya tawangmangu yang menjadi sepi kecuali mobil yang berseliweran. Indri melirik ke sebelah, Indri kembali terhanyut wajah rekan kerjanya yang mirip sekali dengan suaminya. Baru sejenak pikiran Indri menerawang, mendadak wanita berjilbab ini dikejutkan oleh elusan yang merayap di pahanya. Indri bagai tersengat arus listrik karena terkejutnya, namun sedetik kemudian Wanita berjilbab lebar ini membeku bagaikan menjadi patung es, ketika menyadari tangan yang merayap dipahanya adalah tangan laki – laki di sampingnya. Tubuh wanita muda ini menjadi kejang ketika tangan kanan Nanda mengelus perlahan pahanya yang masih tertutup baju dan celana panjang warna hitam yang dikenakannya. Entah kenapa, Indri hanya mampu menggigit bibir ketika tangan Nanda mulai nakal melepas kancing baju yang dikenakannya pada bagian dada, ,sehingga beberapa kancing baju yang dikenakan ibu muda berjilbab inipun terlepas bagian dadanya.
    Badan Indri kian menggigil,ketika tangan Nanda mulai menyusup di balik baju yang kenakannya. Perlahan wanita berjilbab ini merasakan tangan laki – laki itu mengelus dan meremas buah dadanya beberapa kali. Lantas wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan laki – laki ini baju bagian bawahnya kemudian bergerak mengelus bagian bawah perutnya. Sesaat kemudian kedua tangan nanda membuka pengait celana panjang yang dikenakan oleh indri dan membuka restling celananya sekaligus kemudian mulai mengelus elus bagian selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam warna putih,
    Ingin rasanya Indri menepis tangan laki-laki kurang ajar yang tengah menggerayangi daerah terlarang miliknya itu,namun entah mengapa semuanya terasa beku, tubuhnya hanya mampu menggigil menahan birahi ketika tangan Nanda mengelus-elus selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam hingga ke duburnya..beberapa kali Indri merasakan kemaluannya yang masih terbungkus celana dalam itu dielus- elus tangan Nanda dan diremas-remasnya lembut.Tanpa sadar Indri justru membuka kedua pahanya kian lebar sehingga tangan Nanda kian leluasa menggerayangi kemaluannya beberapa saat.
    Indri mulai mendesah perlahan, ketika tangan Nanda terasa menyusup ke balik celana dalam yang dikenakannya lantas menarik-narik rambut kemaluannya yang tumbuh lebat tak tercukur. Jemari tangan Nanda menyusuri gundukan bukit kemaluan wanita berjilbab ini kian ke bawah hingga sampai celah lubang kemaluannya. Wanita berjilbab lebar ini nyaris histeris menahan nikmat ketika bibir lubang kemaluannya itu diusap pelan oleh jemari tangan Nanda. Rasa birahi ternyata telah membutakan kenyataan bahwa tangan laki-laki yang tengah menyentuh kemaluannya bukanlah suaminya.
    Indri mulai menggelinjang saat jemari tangan Nanda mengelus-elus perlahan bibir kemaluannya beberapa
    saat lantas wanita berjilbab ini merasakan bibir kemaluannya itu dibuka dan jemari tangan Nanda pun segera melesak ke dalam lubang kemaluan yang telah mengeluarkan satu orang anak tersebut. Tubuh Indri gemetaran dan mulutnya mendesah saat kemudian kelentit dalam kemaluannya disentuh oleh jemari tangan Nanda lantas dipilinnya lembut membuat wanita berjilbab lebar ini nyaris terlonjak dari tempat duduknya.
    “Ohh..aahhhh…mmhhh…enghhh..sshhh”‘desah Indri lirih dengan tubuh menggelinjang, menahan nikmat di daerah selangkangannya.
    Indri tak lagi menghiraukan keadaan counter yang pintunya terbuka lebar apabila tiba-tiba ada pelanggan yang masuk. Yang dirasakan wanita berjilbab lebar ini adalah kenikmatan yang menjalar ke
    sekujur tubuhnya, oleh jemari tangan Nanda di lubang kemaluannya.

    “Ahh..sshh…mas Nandaa..jangaaan”rintih Indri lirih namun terasa nikmat luar biasa.
    Tubuhnya menggelinjang di kursi counter yang kecil tersebut. Untunglah hujan begitu deras, sehingga desahan dan rintihan wanita berjilbab ini tertelan gemuruh oleh hujan di luar.
    Sembari menggeliat menahan kenikmatan yang dirasakannnya, mata Indri
    melirik ke wajah Nanda. Namun betapa terkejutnya indri ketika melihat ternyata laki – laki ini sedang tersenyum-senyum memandangnya penuh birahi dengan nafas yang memburu.
    “Mas Nanda!!”pekik Indri lirih karena kaget.
    ”jangaan..ohhh..mas nanda..jangaan” Namun Nanda tak menghiraukan pekikan wanita berjilbab lebar ini. Wanita ini merasakan jari-jari tangan Nanda kian dalam memasuki lubang kemaluannya. Indri menjadi semakin kian gila,ketika dirasakannya jari-jari tangan Nanda menyentuh dinding lubang kemaluannya itu. Rasa nikmat yang luar biasa terasa di sekujur tubuh Wanita berjilbab lebar ini yang membuatnya kian tersengal. Indri merasakan bagian terlarangnya kian berdenyut- denyut seiring gerakan pinggulnya yang menggeliat penuh nikmat.
    “ohh ..jangaaaan… jangaan..mas…”desah Indri lirih.
    Wanita berjilbab lebar ini masih menyadari bahwa dia berada di counter yang pintunya terbuka lebar sehingga Indri khawatir jika tiba-tiba ada pelanggan yang masuk meskipun diluar hujan justru bertambah deras. Namun derasnya hujan dan posisi tempat duduk mereka yang tertutup oleh etalase HP , membuat kekurang ajaran Nanda ini leluasa dinikmatinya. Wanita berjilbab lebar ini hanya pasrah dalam kenikmatan, ketika bagian terlarangnya itu diobok-obok Nanda dengan tangannya. Mata wanita berjilbab ini merem melek menahan kenikmatan yang luar biasa pada kemaluannya itu. Hanya desahan lirih penuh nikmat dan gelinjangan tubuh yang kian liar di atas kursi kecil dalam counter tersebut, Indri hampir mencapai puncak kenikmatannya , ketika mendadak sebuah sepeda motor yang parkir didepan counterTZN. Kemudian Nampak seorang pemuda melepas jas hujan kemudian masuk kedalam counter nya.
    “monggo mas…” ujar indri dalam bahasa jawa ketika pemuda tersebut masuk kedalam counter.
    Sementara nanda bergeser ke belakang lemari kasir yang tertutup kaca tinggi, membersihkan jari tangannya yang penuh lendir kewanitaan indri setelah hampir 30 menit lebih mengobok obok kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut.
    “Pulsa mbak, XL 5000” Jawab pemuda tersebut sambil memandang aneh wajah indri karena masih membayang diraut wajah wanita berjilbab lebar ini seperti habis menahan perasaan sesuatu.
    “oh ya ini silahkan ditulis nomornya mas” Balas indri sambil meraih HP server pengisi pulsa.
    Beberapa saat kemudian pemuda tersebut minta diri setelah membayar pulsa yang dibelinya , sementara hujan diluar masih tercurah dari langit justru semakin deras. Bahkan beberapa saat kemudian jalan raya tawangmangu tersebut tergenang oleh banjir akibat curah hujan yang cukup deras. Indri berniat untuk duduk dikursi semula ketika tiba-tiba kedua tangan nanda melingkar dipinggang wanita berjilbab lebar ini.
    “Udah mas… malu nanti jika ada pembeli masuk secara tiba-tiba” Ujar indri sembari tangannya mencoba melepas tangan nanda yang melingkari pinggangnya.
    “Gak usah khawatir mbak, hujannya tambah deras kok. Orang males akan keluar, mending kita menikmati hari ini dengan puas mumpung ada kesempatan mbak” Balas nanda sambil menarik tubuh indri agak ke belakang etalase.
    “mas … jangaan” desah indri ketika nanda mengajaknya duduk dilantai bawah yang beralaskan karpet warna hijau.
    Indri pun akhirnya menyerah ketika nanda membantunya duduk dengan kedua kaki diselonjorkan dengan posisi mengangkang sedikit ditekuk pada lututnya sementara kepala dan tubuh indri bersandar pada etalase yang agak tinggi.. Nanda kemudian menarik celana panjang yang dikenakan indri hingga terlepas, sehingga kelihatan kemaluan yang masih tertutup celana dalam serta paha mulus dan kaki wanita berjilbab lebar ini.
    “Aih .. masss..jangann ..!!”jerit Indri spontan ketika celana panjangnya dilepas oleh nanda. Badan Indri menggigil melihat rekan kerjanya tersebut mulai mengelus-elus kemaluannya yang terbungkus celana dalam.
    “mas.. bagaimana nanti jika ada yang datang..malu…” Desah wanita berjilbab lebar ini ketika menyaksikan tangan nanda melepas celana dalamnya. Beberapa saat kemudian nanda tersenyum lebar menyaksikan kemaluan rekan kerja wanitanya yang berjilbab tersebut terpampang bebas memamerkan bulu-bulu kemaluannya yang lebat.
    Nanda kemudian menggeser duduknya bersandar lemari kasir yang besar dan tinggi, kemudian menarik tubuh indri yang sudah telanjang bagian bawahnya. Diletakkannya tubuh indri disela kedua kakinya yang terjulur terbuka, sehingga pantat indri melekat pada selangkangan nanda. Indri pun pasrah apa yang dilakukan oleh rekan kerjanya tersebut, disandarkan kepalanya di dada nanda sementara tangannya bertumpu pada paha nanda yang mengangkangi pantatnya.
    “Mas…” desah indri ketika sesaat kemudian,Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika kemudian dia merasakan, tangan kiri Nanda itu menyusup ke balik jilbab lebarnya,meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup BH. Lantas salah satu tangan nanda turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya yang telah terbuka.
    “Jangaan.. mas Nandaa..”desah Indri dengan cemas dan khawatir jika ada pembeli yang datang. Namun laki- laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 25 tahun ini. Indri menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan
    suaminya ini dalam posisi duduk membelakangi laki-laki itu.
    “Jangaan.. mas Nandaa….sebentar lagi hujan reda..” desah Indri masih dengan wajah cemas,
    Nanda terpengaruh dengan kata-kata Indri, diliriknya suasana didepan counter. Memang hujan mulai surut tidak sederas satu setengah jam yang lalu. Indri menggigil dengan tubuh kejang ketika kemudian wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan lelaki rekan kerjanya itu semakin dalam mengobok obok lubang kemaluannya. selama ini memang Nanda selalu melihat Indri dalam keadaan memakai pakaian panjang tertutup rapat dan jilbab yang lebar, namun Nanda dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan kemontokan pantatnya yang terlihat. Nanda tidak menyangka kalau bagian tubuh Indri yang selama ini tersembunyi, pagi ini dapat dinikmatinya. Celana panjang dan celana dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di disamping etalase. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya yang cukup lebat. Nanda kagum melihat kemaluan Indri yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.
    “Jangaan..mass..hentikaaan… “ pinta Indri dengan suara bergetar menahan nikmat , ketika wanita alim ini merasakan tangan Nanda meremas-remas bongkahan pantatnya yang telanjang. Mulut Indri mulai merintih dan tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika wanita ini merasakan tangan kanan rekan kerjanya tersebut mengelus-elus dan menelusuri celah di pangkal pahanya. Dengan bernafsu Nanda menguakkan bibir kemaluan Indri yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita berjilbab lebar ini mengejang hebat saat tangan kanan lelaki itu menyeruak ke lubang kemaluannya. Tubuhnya bergetar ketika jari tangan laki-laki tersebut menyentuh klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 25 tahun ini tak kuasa menahan erangannya ketika tangan lelaki itu menyentuh dan mengorek-orek klitorisnya,dan menit-menit selanjutnya Indri semakin mengerang jalang .
    “Hmmm…, bagaimana Mbak Indri….enak kan..” kata Nanda itu sambil terus menusuk-nusukkan jarinya kedalam kemaluan wanita berjilbab lebar rekan kerjanya tersebut.
    “Mmmfff…enak kan Mbak ….nnghhh…” kata Nanda di belakangnya sambil menggerakkan jari tangannya keluar masuk lubang kemaluan wanita berjilbab lebar ini dengan napas terengah-engah. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Indri, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita berjilbab lebar yang alim ini menggigit bibirnya.
    Indri tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah, apalagi tangan kanan lelaki itu kini kembali menyusup ke balik baju panjangnya, lalu ke balik cup BH-nya dan memilin-milin puting susunya yang peka.
    “Ayo Mbak Indri….ahhhh… …nikmati…oohhhh….nikmat sekali kan….?” Nanda terus menggerakkan jari tangannya yang terjepit lubang kemaluan wanita muda yang alim ini.
    Indri menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu. Tapi ia tak mampu, Indri mendesah dan mengerang dengan tubuh menggelinjang jalang dan akhirnya dalam waktu beberapa menit kemudian wanita berjilbab lebar ini menjerit tertahan saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang cair kental menyembur keluar dari dalam rahimnya sehingga meleleh melalui lubang kemaluannya dan menetesi karpet dibawahnya.Tubuh Indri langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya terus mengaduk lubang kemaluannya dengan jari tangannya. Indri kembali mendesah, saat perlahan Nanda menarik keluar jari tangannya yang digunakan mengobok-obok kemaluan wanita berjilbab lebar ini.
    Sesaat kemudian nanda berdiri dan berjalan keluar untuk melihat suasana, ternyata hujan kembali deras mengguyur tawangmangu. Jalanan masih banjir , sementara jam menunjukkan pukul 11.45.
    “Mbak kita istirahat bentar, kemudian makan trus sholat kemudian nanti kita lanjutkan lagi. Mumpung sepi dan hujan deras mbak, jadi gak ada yang mengganggu.” Ujar nanda sambil tersenyum.
    “Lanjutkan apa mas…?” Tanya indri tergagap
    “He..he… saya kan belum merasakan nikmatnya kemaluan saya menyodok kemaluanmu mbak, tanggung mbak mumpung ada kesempatan…” kata nanda sambil meremas remas buah dada indri, sementara indri menjadi bingung.
    “Nanti kita melakukannya di kamar belakang itu aja mbak..” kata nanda sambil menunjuk kamar kecil dibelakang etalase yang hanya muat untuk tidur 2 orang tersebut. Kamar tersebut sebenarnya digunakan untuk sholat dan tidur nanang dimalam hari jika tidak libur.
    Indri pun hanya bisa pasrah, sesaat kemudian indri keluar counter seperti biasa untuk beli makan siang para pegawai counter. Sementara indri pergi, nanda segera menyiapkan minuman yang sudah ditaburi obat perangsang sex. Sepuluh menit kemudian indri kembali ke counter membawa 2 bungkus nasi. Mereka berdua pun segera makan, kemudian bergantian sholat dzuhur.
    Hujan masih turun justru semakin deras seolah memberi kesempatan laki laki dan ibu muda berjilbab tersebut untuk melanjutkan perselingkuhan. Setelah sholat nanda menengok keluar memastikan suasana aman dan mendukung, karena nanda berniat menikmati tubuh montok rekan kerjanya tersebut sampai puas. Setelah merasa aman nanda masuk dan melihat indri sedang menghitung stok vhoucer, tanpa berkata sepatah katapun nanda langsung memeluk indri dari belakang.
    Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika kemudian dia merasakan,kedua tangan Nanda itu menyusup ke balik jilbab lebarnya,meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup baju
    dan bra. Lantas salah satu tangan lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar baju panjang yang dipakainya.
    “Masss.. ahh,,hh..”desah Indri sambil menghentikan pekerjaannya menghitung stok voucher.
    Nanda tersenyum, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 25 tahun ini. Indri menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan
    suaminya ini dalam posisi berdiri membelakangi laki-laki itu.
    “Aahhh.. enghh….mmhh.. .ohhh” desah Indri merasakan kenikmatan pada kemaluan dan buah dadanya .
    Nanda berlutut di belakang pantat Indri, sementara kedua tangan indri berpegangan pada lemari khusus kasir tersebut. Indri menggigil dengan tubuh kejang ketika kemudian wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan lelaki rekan kerjanya itu menarik turun celana panjang sekaligus celana dalamnya. Tubuh Indri gemetar oleh rasa malu dan nikmat ketika tanpa diduganya, Nanda menyingkap bagian bawah baju birunya ke atas sampai ke pinggang. Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan wajah yang merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang bulat karena dirinya sudah tidak memakai celana dalam lagi. Nanda kembali merasa takjub melihat istri rekan kerjanya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat kemulusan tubuh indri yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat. Pertama kali Nanda melihat Indri, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wajah wanita berkulit putih ini walaupun sebenarnya Nanda juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan
    dengan Indri wajah istrinya tidak ada apa-apanya.
    Namun kealiman wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya merasa segan juga disamping Indri adalah istri teman
    pemilik TZN. Tetapi seringkalinya dia bertemu membuat Nanda semakin terpikat dengan kecantikan
    wanita berjilbab lebar ini. selama ini memang Nanda selalu melihat Indri dalam keadaan memakai pakaian panjang dan jilbab yang lebar, namun Nanda dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini
    melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan kemontokan pantatnya yang terlihat. Nanda tidak menyangka kalau bagian tubuh Indri yang selama ini tersembunyi, hari ini dapat dinikmatinya.
    Muka Indri merah padam ketika diliriknya, mata Nanda masih melotot melihatnya yang setengah telanjang. Celana dalam dan celana panjang yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah
    kakinya setelah ditarik turun oleh Nanda. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Nanda. Belahan pantat Indri yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta
    putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat indri terlihat belahan bibir kemaluan wanita rekan kerjanya yang kemerahan terlihat menggiurkan.
    “Mbak Indri..Kakimu direnggangkan. Aku ingin melihat memekmu lagi …” desis Nanda sambil berjongkok menahan birahinya melihat bagian kehormatan wanita rekan kerjanya.
    Wanita berjilbab lebar ini pasrah, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya yang cukup lebat namun terlihat rapi. Nanda kagum melihat kemaluan Indri yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.
    “Masss..ohhh..emmmhh…sudah mas… “ pinta Indri dengan suara bergetar menahan nikmat, ketika wanita alim ini merasakan tangan Nanda meremas-remas bongkahan pantatnya yang telanjang.
    Namun Nanda seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat Indri lantas mendekatkan wajahnya menciumi pantat mulus yang montok itu. Indri menggeliat ketika lidah Nanda mulai menyentuh anusnya. Mulut Indri mulai merintih dan tubuh ibu muda berjilbab ini
    mengejang ketika wanita ini merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya. Dengan bernafsu Nanda menguakkan bibir kemaluan Indri yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita berjilbab lebar ini mengejang hebat saat lidah lelaki
    itu menyeruak ke lubang kemaluannya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 25 tahun ini tak kuasa menahan erangannya ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya, dan menit-menit selanjutnya Indri semkin mengerang jalang oleh birahi ketika nanda seakan mengunyah- ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Indri belum pernah diperlakukan seperti ini oleh suaminya.
    “Hmmm…, nikmat sekali kan Mbak Indri….?” kata Nanda sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri wanita berjilbab lebar tersebut. Sementara itu tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin wanita berjilbab lebar tersebut.
    “Aihhhh…eungghhhh….” Indri mengerang dengan mata mendelik, ketika beberapa saat kemudian sesuatu yang besar,panjang dan hangat mulai menusuk kemaluannya melalui belakang.
    Tubuh wanita berjilbab ini mengejang ketika menyadari kemaluannya tengah dimasuki penis Nanda sementara wanita berjilbab lebar ini hanya bisa pasrah. Hingga sekejap kemudian Indri merasakan batang penis Nanda yang jauh lebih besar dan panjang di banding milik suaminya, telah bersarang di lubang kemaluannya hingga menyentuh rahimnya. Tubuh Indri hanya mampu menggelinjang ketika Nanda mulai menggerakan penisnya dalam jepitan kemaluannya.
    “Mmmfff…enak juga bersetubuh sambil berdiri….nnghhh…oohhh ” kata Nanda di belakangnya sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah.
    Indri dapat merasakan penis Nanda yang kini tengah menusuk-nusuk lubang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya. Indri tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar
    kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik bajunya, lalu ke balik cup BH-nya dan memilin-milin puting susunya yang peka.
    “Ayo Mbak Indri….ahhhh… …nikmati…ahh….nikmati….” Nanda itu terus memaju mundurkan penisnya yang terjepit lubang kemaluan wanita muda yang alim ini. Indri memejamkan matanya, menikmati terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu. Indri mendesah dan mengerang dengan tubuh menggelinjang jalang dan akhirnya dalam waktu beberapa menit kemudian wanita berjilbab lebar

    ini menjerit saat ia meraih puncak kenikmatan. Tubuh Indri langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya
    selangkah lagi sampai ke puncak. Nanda terus mengaduk lubang kemaluan indri dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang, ia menusukkan penisnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini. Kedua tangannya mencengkeram payudara Indri yang padat dan montok dengan
    kuat. Sesaat kemudian nanda menyingkap dan melepas semua kancing baju yang dikenakan indri hingga terlihat bra yang dikenakan indri, kemudian kembali diremas-remasnya buah dada yang ranum tersebut hingga indri meintih-rintih dan mendesah.
    “Ohhh …mmhhh …enghhh”desah indri ketika sekali cairan kemaluannya menyembur menyiram penis nanda yang sedang mengaduk aduk kemaluannya.
    Indri yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam lubang kemaluannya gantian disembur cairan hangat mani dari penis Nanda yang terasa banyak membanjiri lubang lubang kemaluannya. Indri kembali merintih, saat perlahan Nanda menarik keluar penisnya yang lunglai.
    Sementara hujan diluar turun semakin deras disertai dengan Guntur.
    Rupanya nanda belum puas setelah menyetubuhi tubuh montok wanita berjilbab lebar yang menjadi rekan kerjanya tersebut. Sesaat kemudian nanda meremas remas buah dada indri yang menegang seperti dua buah gunung kembar.
    “mas sudah mas… aku lelah banget” pinta indri sambil menoleh kebelakang
    “satu ronde lagi aja mbak… tanggung nih..” kata nanda sambil meremas buah dada wanita berjilbab lebar tersebut. Kemudian sambil terus meremas remas buah dada indri dari belakang, nanda mengajak indri berjalan ke kamar belakang tanpa memperhatikan celana panjang dan celana dalam milik indri yang masih teronggok di samping lemari kasir. Setelah sampai di kamar belakang etalase tersebut, Nanda menelentangkan indri dalam keadaan hanya memakai jilbab lebar warna putih dan baju panjang warna biru yang sudah terbuka hampir semua kancing bajunya. Sekejap kemudian tangan nanda terulur kembali meremas-remas kedua susu mengkal milik wanita berjilbab lebar tersebut.
    Tanpa membuang waktu nanda kemudian melucuti baju panjang dan BH yang dipakai indri sekaligus. Mata nanda melotot buas ketika memperhatikan lubang kemaluan indri yang tampak membukit. Gundukan di tengah selangkangan yang tampak menonjol membuat penis nanda terasa kian keras menegang oleh birahi dan nanda tak tahan mengulurkan tangannya meremas-remas bukit kemaluan yang montok milik Indri. Indri tersentak ketika tangan nanda meremas-remas bagian selangkangannya yang masih berlepotan cairan kewanitaannya, namun pengaruh obat perangsang sex yang diminumnya membuat wanita berjilbab lebar ini hanya bisa mendesah.
    Tubuh ibu muda yang alim ini hanya menggeliat-geliat saat selangkangannya diremas remas oleh tangan nanda tanpa jemu. Mulutnya mendesah-desah dengan ekspresi yang membuat libido nanda kembali semakin terangsang. Nanda terkekeh melihat gelinjangan ibu muda berjilbab yang alim ini saat bagian selangkangannya diremas remas-remas. Puas meremas-remas tonjolan bukit kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut, mata nanda kembali memandang wanita berjilbab lebar ini yang terlentang di atas kasur ini dari ujung
    kepalanya yang masih terbalut jilbab hingga ke kakinya.
    Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan dan muncul sebuah sensasi sendiri saat nanda berhasil melihat bagain kemaluan wanita berjilbab lebar yang cantik seperti Indri. Tangan nanda memang telah merasakan kekenyalan bukit kemaluan Indri, saat meremas-remas sebelumnya.
    Tetapi ketika melihat bentuknya pada saat terlentang dalam keadaan telanjang ternyata sangat merangsang birahi. Nanda memperhatikan wajah Indri yang terlentang di depannya, wajah ayu berbalut jilbab lebar itu terlihat semakin ayu menggemaskan.
    Wajah wanita berjilbab lebar tersebut memperlihatkan ekspresi wanita yang tengah terlanda birahi. Nanda menyeringai sejenak sebelum kemudian membenamkan wajahnya di tengah
    selangkangan Indri yang terasa hangat. Hidungnya mencium bau kewanitaan Indri yang segar dan wangi, jauh sekali perbedaannya dibanding bau kewanitaan istrinya. Nanda semakin mendekatkan wajahnya ke
    arah bukit kemaluan Indri, bahkan hidungnya telah menyentuh kelentit pada kemaluan indri. Dengan nafas yang terengah-engah menahan birahi, lidahnya terjulur menjilati kelentit yang menonjol di antara bibir kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut. Saat lidahnya mulai menyapu kelentit Indri, tiba-tiba pinggul wanita berjilbab ini menggelinjang dibarengi desahan ibu muda berjilbab ini.
    “Ahh…ahhhhh..ahhh”desah Indri yang membuat libido nanda semakin menggelegak.
    Nanda semakin bernafsu menjilati dan menciumi bukit kemaluan Indri yang semakin becek oleh cairan kemaluannya. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kemaluan Indri atau bibir nanda menciumnya dengan penuh nafsu, wanita berjilbab berkulit putih ini menggelinjang dan mendesah- desah penuh birahi. Lidah dan bibir nanda seakan berebut merambah sekujur permukaan bukit kemaluan Indri .
    “Ouhhhh….Mbak Indri……”desis nanda melihat gundukan bukit kemaluan Indri yang kini tak lagi tertutup celana dalam tersebut.
    Bibir kemaluan Indri terlihat merekah kemerahan dengan kelentit menonjol kemerahan di tengahnya.
    Bulu-bulu kemaluan yang lebat, tampak kontras dengan putihnya bukit kemaluan wanita berjilbab tersebut. Nanda melihat kemaluan Indri sudah basah oleh rangsangan sebelumnya, bahkan ketika nanda menguakkan bibir kemaluan wanita PKS ini cairan kenikmatan nya jatuh menetes membasahi kasur. Nanda menjadi sangat terangsang melihat hal ini. Dengan birahi yang kian menggelegak lidah nanda menyapu kemaluan telanjang di antara paha wanita alim ini. Nanda merasa paha Indri bergetar lembut ketika lidahnya mulai menjalar mendekati selangkangan wanita berjilbab lebar ini. Indri menggeliat kegelian ketika akhirnya lidah nanda sampai di pinggir bibir kemaluannya yang telah terasa menebal. Ujung lidah nanda menelusuri lepitan-lepitan di situ, menambah becek kemaluan yang
    memang telah basah itu.
    Terengah-engah Indri mencengkeram kasur menahan nikmat yang tiada tara. Indri menggelinjang hebat ketika lidah dan bibir nanda menyusuri sekujur kemaluan ibu muda ini. Mulut wanita berjilbab ini mendesah-desah dan merintih-rintih saat bibir kemaluannya di kuak lebar-lebar dan lidah nanda terjulur masuk menjilati bagian dalam kemaluannya. Bahkan ketika lidah nanda menyapu kelentit Indri yang telah mengeras itu, kemudian di teruskan dengan menghisapnya dengan lembut Indri merintih hebat. Tubuhnya mengejang sampai punggungya melengkung bagaikan busur panah membuat dadanya yang montok membusung.
    “Ahhhhh….ahhhhhh….ahhhhh”rintih Mbak Indri dengan jalangnya disertai tubuh yang menggelinjang.
    Kembali cairan kenikmatan membasahi kemaluan wanita berjilbab ini, hal ini lidah dan bibir nanda makin liar menjilati di daerah paling pribadi milik Indri yang kini sudah membengkak kemerahan. Gundukan kemaluan yang putih kemerah- merahan itu menjadi berkilat-kilat basah dan bulu-bulu kemaluan wanita berjilbab ini pun menjadi basuh kuyup oleh jilatan nanda. Lidah nanda menyusuri belahan kemaluan yang telah membengkak lantas ke sekujur permukaan kemaluan yang membukit
    montok hingga ke sela-sela kedua pahanya, kemudian menyusuri ke bawah hingga ke belahan pantat yang tampak montok.
    Nanda menjadi semakin gemas melihat belahan pantat Indri yang terlihat sebagian, sehingga dengan bernafsu nanda membalikkan tubuh wanita berjilbab yang terlentang menjadi tengkurap. Mata nanda melotot liar melihat pemandangan indah setelah wanita berjilbab lebar tersebut tengkurap. Pantat wanita berjilbab yang montok dan telanjang tampak menggunung menggiurkan. Nanda terengah penuh birahi memandang kemontokan pantat bundar
    Indri yang putih mulus itu. Dengan gemas nanda meremas-remas bukit pantat wanita alim tersebut dengan tangan lantas nanda mendekatkan wajahnya pada belahan pantat wanita berjilbab tersebut . Lidahnya terjulur menyentuh belahan pantatnya kemudian dengan bernafsu nanda mulai menjilati belahan pantatnya yang putih mulus tersebut. Indri mendesah-desah dengan tubuh menggelinjang
    menahan birahinya, saat lidah nanda menyusuri belahan pantatnya hingga belahan kemaluannya yang kemerahan. Belahan pantat mulus Indri yang putih dalam sekejap menjadi basah berkilat oleh jilatan lidah nanda.
    Kemudian bibir dan lidah nanda secara bergantian menyusuri sekujur pantat montok wanita berjilbab tersebut. Tangannya juga menguak belahan pantat ibu muda tersebut dan selanjutnya lidahnya menyapu daerah anus dan sekitarnya yang membuat wanita berjilbab lebar tersebut mengerang penuh birahi. Puas menikmati pantat Indri yang montok, nanda kembali menelentangkan ibu muda berjilbab lebar ini. Mata nanda terarah pada sepasang payudara montok yang seperti gunung hendak meletus. Tangan nanda dengan lincah jari-jari tangannya meremas remasbuah dada indri yang tegak bagai gunung kembar tersebut.
    Buah dada Indri nampak sangat montok dan indah. Buah dada yang putih mulus dengan puting susu yang kemerahan membuat nanda tak sabar untuk meremas dan menyedot putting susunya. Sedetik kemudian, payudara wanita berjilbab ini telah berada dalam mulut nanda yang menyedot dengan nafsu secara bergantian. Puting susu yang telah tegak mengeras tersebut di hisap dan diremas-remas membuat Indri terpekik kecil menahan kenikmatan birahinya. Payudara Indri yang
    putih mulus itu dalam sekejap basah oleh liur nanda. Nanda sudah tak tahan menahan nafsunya.
    Nanda tidak menyangka kalau saat ini nanda berhasil menelanjangi wanita rekan kerjanya yang tampak alim ini dengan jilbab dan pakaian yang tertutup rapat. Birahinya sudah menggelegak di ubun-ubun dengan penis yang tegang mengeras. Nanda melihat ibu muda berjilbab ini mempunyai tubuh yang
    indah dan terlihat masih kencang.Nanda menyusuri keindahan tubuh telanjang wanita muda rekan kerjanya tersebut dari wajah yang terbalut jilbab hingga ke kakinya. Kemudian mata nanda kembali menatap kemaluan Indri yang indah itu, tangan nanda kembali terulur menjamah bagian kewanitaan wanita alim yang telanjang ini. Nanda merasakan kewanitaan indri berdenyut liar, bagai memiliki
    kehidupan tersendiri. Warnanya yang merah basah, kontras sekali dengan rambut-rambut lebat di sekitarnya. Dari jarak yang sangat dekat, nanda dapat melihat betapa lubang kewanitaan wanita berjilbab lebar tersebut membuka-menutup dan dinding-dindingnya berdenyut-denyut, sepertinya jantung Indri telah pindah ke bawah. Nanda juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Indri menegang seperti sedang menahan sakit.
    Begitu hebat puncak birahi melanda indri, sampai dua menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai sedang dilanda ayan. Ia menjerit tertahan , lalu mengerang, lalu menggumam, lalu hanya
    terengah-engah. Batang kejantanan nanda segera terlihat tegak bergerak-gerak seirama jantungnya yang berdegup keras. Indri masih menggeliat-geliat dengan mata terpejam, menampakkan
    pemandangan sangat seksi di atas kasur ini.
    Tangan ibu muda berjilbab ini mencengkram kasur bagai menahan sakit, kedua pahanya yang indah terbuka lebar, kepalanya yang terbalut jilbab mendongak menampakkan ekspresi wajah menggairahkan, jilbabnya bagai membingkai wajahnya yang sedang berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Nanda menempatkan dirinya di antara kedua kaki Indri, lalu mengangkat kedua paha wanita berjilbab ini, membuat kemaluan indri semakin terbuka.
    Sesaat kemudian dengan cepat penis nanda yang tegang segera melesak ke dalam tubuh Indri melalui
    lubang kemaluannya. Nandapun segera menunaikan tugasnya dengan baik, mendorong, menarik kejantanannya dengan cepat. Gerakannya begitu ganas dan liar, seperti hendak meluluh-lantakkan tubuh Indri yang sedang menggeliat-geliat kegelian itu. Tak kenal ampun, batang penis nanda menerjang-nerjang, menerobos dalam sekali sampai ke dinding belakang yang sedang berkontraksi menyambut orgasme. Wanita alim ini merintih dan mengerang penuh kenikmatan. Nanda mengerahkan seluruh tenaganya menyetubuhi wanita yang alim ini. Otot-otot bahu dan lengannya terasa menegang dan terlihat berkilat-kilat karena keringat. Pinggang nanda bergerak cepat dan kuat
    bagai piston mesin-mesin di pabrik.
    Suara berkecipak terdengar setiap kali tubuhnya membentur tubuh Indri, di sela-sela desah dan erangan indri. Indri merintih dan mengerang begitu
    jalang merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh tubuhnya terasa dilanda kegelian, kegatalan yang membuat otot-ototnya menegang. Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan
    kenikmatan yang tak terlukiskan. Dengan mata merem melek, Indri mengerang dan merintih penyerahan sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi. Nanda merasakan batang kejantanannya bagai sedang dipilin dan dihisap oleh sebuah mulut yang amat kuat sedotannya.
    Nanda tak mampu menahan lagi, Kenikmatan yang didapatkan dari jepitan kemaluan wanit alim ini tidak mungkin dilukiskan. Dengan geraman liar nanda memuncratkan seluruh isi penisnya dalam lubang kemaluan Indri, bercipratan membanjiri seluruh rongga kewanitaan wanita berjilbab lebar yang sedang megap-megap dilanda orgasme. Indri mengerang merasakan siraman birahi panas dari ujung penis nanda ke dalam dasar kemaluannnya. Nanda merasakan jepitan Indri kian ketat berdenyut-denyut pada batang penisnya dan cairan kewanitaan wanita alim ini terasa mengguyur batang penisnya yang datang bergelombang. Nanda menggeram liar disusul Indri yang mengerang dan mengerang lagi, sebelum akhirnya terjerembab dengan tubuh bagai lumat di atas kasur.
    Nanda menyusul roboh menimpa tubuh motok Indri yang licin oleh keringat itu. Nafas nanda tersengal-sengal ditingkahi nafas Indri
    yang juga terengah bagai perenang yang baru saja menyelesaikan pertandingan di kolam renang. Tubuh nanda lunglai di atas tubuh telanjang Indri yang juga lemas.
    “Oh, nikmat sekali. Betul-betul ganas…” kata Indri akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu.
    “bagaimana mbak indri… nikmat kan? Bagaimana jika sekali lagi mbak…” ujar nanda sambil terengah-engah sementara kedua tangan sibuk meremas – remas buah dada indri.
    “jangan mas… aku dah gak kuat… kapan-kapan lagi aja mas” sahut indri diantara nafasnya yang memburu. Sementara tubuhnya sudah bagaikan kehilangan tulang.
    Tetapi nanda yang tengah asyik meremas-remas payudara indri seolah tak mendengar keluhan indri, nanda justru tersenyum buas sambil tangan kanannya bergerak mengelus-elus paha dan kemaluan indri yang berlepotan sperma. Diperlakukan seperti itu indri hanya bisa pasrah, matanya merem melek sementara tubuhnya sudah tak berdaya.
    Nanda menjadi tak tahan. Laki – laki ini segera menindih Indri yang tengah pasrah. Indri sempat melirik penis besar Nanda sebelum penis besar dan panjang itu mulai melesak ke dalam lubang kemaluannya untuk yang ketiga kalinya. Wanita alim ini mengerang dan merintih kenikmatan saat dirasakannya penis nanda menyusuri lubang kemaluannya kian dalam, dan wanita ini terpaksa kembali membuka pahanya lebar-lebar untuk menerima sodokan penis yang besar dan panjang sperti milik Nanda. Tak berapa lama kemudian, Nanda menaik turunkan pantatnya diatas kemaluan Indri. Kini Nanda mulai menggerak-gerakkan penisnya naik-turun perlahan di dalam lubang kamaluan wanita alim yang hangat itu. Lubang yang sudah sangat becek itu berdenyut- denyut, seperti mau melumat kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Nanda mendekatkan mulutnya menciumi wajah ayu indri. Tangan Nanda juga menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Diremas- remasnya perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya bagian putting susu yang sudah mencuat ke atas. Pinggul wanita alim yang besar ini ikut bergoyang-goyang sehingga Nanda merasakan kenikmatan di dalam selangkangannya. Sementara lubang kemaluannya sendiri semakin berlendir dan gesekan alat kelamin kedua manusia lain jenis ini itu menimbulkan bunyi yang seret-seret basah.
    “Prrttt… prrrttt… prrttt.. ssrrrtt… srrrttt… srrrrttt… ppprttt… prrrttt…”
    Penis besar Nanda memang terasa sekali, membuat kemaluan Indri seperti mau robek. Lubang kemaluan wanita berusia 25 tahun ini menjadi semakin membengkak besar kemerah-merahan seperti baru melahirkan. Membuat syaraf-syaraf di dalam lubang senggamanya menjadi sangat sensitif terhadap sodokan kepala penis laki – laki ini. Sodokan kepala penis itu terasa mau membelah bagian selangkangannya. Belum lagi urat-urat besar seperti cacing yang menonjol di sekeliling batang kemaluan Nanda membuat Indri merasakan nikmat yang luar biasa. Meski agak pegal dan nyeri Karen sudah ketiga kalinya disetubuhi oleh nanda tapi rasa enak di kemaluannya lebih besar. Lendirnya kini makin banyak keluar membanjiri kemaluannya, karena rangsangan hebat pada wanita alim ini. Ketika Nanda membenamkan seluruh batang kemaluannya,Indri merasakan seperti benda besar dan hangat berdenyut- denyut itu masuk ke rahimnya. Perutnya kini sudah bisa menyesuaikan diri tidak mulas lagi ketika saat pertama tadi laki – laki ini menyodok- nyodokkan penisnya dengan keras.
    Indri kini mulai menuju puncak orgasme. Lubang kemaluannya kembali menjepit-jepit dengan kuat penis Nanda. Kaki wanita berjilbab ini diangkat menjepit kuat pinggang Nanda dan tangannya mencengkram kasur. Dengan beberapa hentakan keras pinggulnya, Indri memuncrakan cairan dari dalam lubang kemaluannya menyiram dan mengguyur kemaluan Nanda disertai erangan panjang penuh kenikmatan. Setelah itu Indri terkulai lemas di bawah tubuh berat Nanda. Kaki wanita berjilbab lebar tersebut mengangkang lebar lagi pasrah menerima tusukan-tusukan kemaluan Nandai yang semakin cepat.
    Tanpa merasa lelah Nanda terus memacu penisnya dan sesekali menggoyang-goyangkan pinggulnya. Sepertinya ia ingin mengorek-ngorek setiap sudut kemaluan wanita alim ini. Suara bunyi becek makin keras terdengar karena lubang kemaluan Indri itu kini sudah dibanjiri lender kental yang membuatnya agak lebih licin. Indri mulai merasakan pegal di kemaluannya karena gerakan Nanda yang bertambah liar dan kasar. Tubuhnya ikut terguncang-guncang ketika nanda menghentak-hentakkan pinggulnya dengan keras dan cepat.
    “Plok.. plokk… plok.. plookk…
    crrppp… crrppp… crrrppp… srrrpp… srrppp…” Bunyi keras terdengar dari persenggamaan ketiga kalinya oleh nanda dan indri .
    “Mas Nanda….. ouhhh pelan, …!” desis Indri sambil meringis kesakitan.
    Kemaluannya terasa nyeri dan pinggulnya pegal karena agresivitas Nanda yang seperti kuda liar. Akhirnya Nanda mulai mencapai orgasme. Dibenamkannya wajah nanda pada buah dada Indri
    dan ditekankannya badannya kuat-kuat sambil menghentakkan pinggulnya keras berkali-kali membuat tubuh Indri ikut terdorong. Muncratlah air mani dari penisnya mengguyur rahim dan kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut. Karena banyaknya sampai-sampai ada yang keluar membasahi permukaan kasur
    Kedua mata indri terpejam dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Nanda Cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Indri yang lembut. Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita alim ini. Indri hanya bisa terlentang tak berdaya, meskipun hanya sekedar memakai pakaiannya kembali. Melihat tersebut nanda tersenyum puas karena niatnya menyetubuhi wanita rekan kerjanya tersebut terbayar sudah. Nanda kemudian bangkit berdiri memakai pakaiannya kembali dan pergi ke kamar mandi dibagian belakang. Beberapa saat kemudian kekuatan indri sudah mulai pulih, tapi indri jadi bingung karena celana panjang, celana dalam dan BHnya tergeletak diluar kamar. Mau keluar indri tidak berani karena takut jika ada pembeli yang masuk. Lima belas menit kemudian nanda masuk kedalam kamar dan menyerahkan celana panjang indri tanpa BH dan celana dalamnya.
    “BH dan celana dalammu tak cuci di kamar mandi mbak, tadi kotor kepakai ngelap sepermaku tadi….” Ujar nanda sambil tersenyum.
    Indri terpaksa memakai pakainnya tanpa celana dalam dan BH, sehingga tampaklah cetakan pantat dan buah dadanya. Dengan gontai indri berjalan ke kamar mandi untuk mandi karena jarum jam menunjukkan pukul 3.00 sore. Setelah mandi tubuh indri Nampak segar, kemudian duduk disamping nanda yang tersenyum memandangnya dengan mesum. Sementara hujan diluar sudah mulai reda, dan jalan mulai ramai oleh pejalan kaki.
  • Blonde chick Angel Wicky gets banged and facialized in her wedding dress

    Blonde chick Angel Wicky gets banged and facialized in her wedding dress


    1362 views

    Duniabola99.org adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Perbuatan Maksiat yang Membuatku Benci Pria

    Perbuatan Maksiat yang Membuatku Benci Pria


    1482 views

    ini mengenai mengapa saya kehilangan perawan saya untuk pertama kali. Semenjak itu, saya menjadi kesal pada semua laki-laki tapi bukan berarti saya menjadi seorang lesbi. Saya bukan lesbi tapi saya juga tidak mau mengenal laki-laki. Tidak tau lagi apa itu namanya.

    Saya adalah cewek yang cukup cantik karena saya memiliki hidung yang mancung dengan mata yang kecil dan lentik. Payudara saya cukup besar untuk cewek berumur 14 tahun saat itu. Saya tidak mempunyai pacar karena saya ingin belajar giat supaya saya bisa bersekolah di United States setelah saya lulus SMA nanti.

    Saya memiliki kakak laki-laki yang umurnya 2 tahun di atas saya. Namanya adalah Herry. Dia satu sekolah dengan saya sehingga tiap hari Herry selalu menemani saya di sekolah. Saya tidak pernah berpikir kenapa dia sampai melakukan perbuatan maksiat itu terhadap saya apalagi saya adalah adik perempuannya satu-satunya.

    Saat itu kami berdua sedang libur setelah 2 minggu menjalankan ujian kenaikan kelas. Saya masih ingat sekali bahwa hari kejadian itu adalah hari senin. Saat itu saya sedang nonton VCD Donald Duck dan Mickey Mouse. Ketika saya sedang menonton film tersebut, tiba-tiba saya mau pipis sehingga saya meninggalkan TV untuk cepat-cepat pergi ke kamar mandi karena saya tidak mau ngompol di sofa di mana saya sedang tiduran karena saya bisa dimarahi mama nantinya.

    Saya lari ke kamar mandi dan langsung pipis. Itulah kesalahan saya yang fatal karena saya lupa menutup pintu. Sewaktu saya sedang pipis, kakak saya Herry datang tergopoh-gopoh. Saya yakin sekali bahwa Herry pasti habis memakai putaw atau jenis drugs yang lain karena saya sering melihat dia teler kalau habis pakai obat.

    Herry melihat saya sedang pipis dan saya membiarkan saja ketika dia masuk ke kamar mandi karena saya tidak ada perasaan curiga pada dia. Ketika dia masuk, tiba-tiba dia mengunci pintu kamar mandi dan tiba-tiba dia menyerang tubuh saya yang saat itu sedang pipis.

    Saya kaget dan hendak berteriak tetapi dengan cepat Herry menutup mulut saya dan mengancam mau membunuh saya kalau saya berteriak. Saya langsung menangis karena saya tidak mengerti kenapa kakak saya tega melakukan perbuatan maksiat kepada saya.

    Saya cuma menangis saja menyaksikan Herry membuka pakaian dan celana dalam yang saya kenakan. Setelah saya tidak memakai busana apa-apa lagi, Herry langsung menciumi puting susu saya dengan ganasnya sementara jari-jarinya memainkan klitoris saya.

    Saya masih menangis karena saya masih tidak mengerti tetapi di lain pihak, saya mulai menikmati permainan kakak saya karena saya kadang-kadang mendesah di tengah tangisan saya, apalagi saya sempat merasakan pipis beberapa kali ketika Herry mulai menjilati liang kemaluan saya dan memainkan lidahnya di dalam lubang kemaluan saya. Saya yakin dia menelan semua cairan kewanitaan saya. Perasaan saya saat itu tidak karuan karena saya mulai menyenangi permainannya dan sekaligus benci dengan sikapnya yang telah memperkosa saya.

    Herry terus menjilati kemaluan saya dan saya sudah 2 kali merasakan ingin pipis tetapi saya tidak mengerti kenapa saya ingin pipis ketika dia menjilati kemaluan saya, saya merasakan kenikmatan yang maha dasyat. Tiba-tiba saya melihat Herry mulai membuka pakaiannya dan mulai mempersiapkan batang kemaluannya yang sudah mengacung sempurna.

    Herry langsung menciumi saya dan saya cuma bisa berkata, “Jangan.. jangan..”, tetapi Herry diam saja dan mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan saya. Saya tahu saya masih perawan makanya saya meronta-ronta ketika dia mau memasukkan batang kemaluannya. Saya menampar pipinya tetapi dia malah membalas tamparan saya sehingga saya menjadi sangat takut waktu itu.

    Akhirnya saya cuma diam saja sambil menangis sementara Herry mulai mengarahkan batang kenikmatannya ke dalam liang kemaluan saya. Ketika batang kemaluan Herry mulai masuk ke dalam kemaluan saya, saya merasakan sakit yang amat sangat tetapi saya tidak bisa melakukan apa-apa karena saya sangat ketakutan apalagi saya tahu dia dalam pengaruh obat, jadinya dia tidak menyadari bahwa dia sedang menyetubuhi adiknya sendiri.

    Di saat Herry mulai memainkan batangannya di dalam lubang kenikmatan saya, saya merasakan ada cairan darah perawan yang keluar dari liang senggama saya yang sudah dirobek oleh kakak saya sendiri. Saya tiba-tiba menjadi tidak mengerti karena saya mulai menyukai goyangan batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan saya karena secara otomatis saya mulai bergoyang-goyang mengikuti irama batang kemaluan Herry di dalam liang senggama saya walaupun saat itu saya masih menangis. Herry memeluk tubuh saya sambil terus menggenjot tubuh saya.

    Selama 20 menit Herry tetap menggenjot tubuh saya dengan tubuhnya dan batang kenikmatannya yang tertanam di dalam liang kemaluan saya. Saya mulai merasakan bahwa saya ingin pipis tetapi kali ini saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya tetapi rasanya enak sekali dan saya sama sekali tidak mengerti apa itu tetapi ketika saya mengeluarkan cairan nikmat saya, saya berteriak dan memeluk kakak saya erat-erat dan ketika saya memeluknya erat-erat,

    rupanya batang kemaluan kakakku sepertinya tertanam lebih dalam lagi di liang kenikmatan saya sehingga dia sepertinya mengeluarkan cairan dari dalam batang kelaminnya dan membasahi lapisan kemaluan saya. Setelah itu, herry melepaskan pelukan saya serta mencabut batang kemaluannya dari dalam liang kenikmatan saya dan kemudian meninggalkan saya seorang diri.

    Saya masih sempat melihat ada cairan bekas Herry yang masih menetes dari dalam lubang kemaluan saya. Saya hanya diam dan tiba-tiba saya menangis sedih karena harga diri saya telah dirusak oleh kakak saya sendiri. Sejak saat itu saya mulai membenci laki-laki, tetapi saya mulai mengenal seks karena ketika saya ingin sekali merasakan pipis nikmat, saya selalu melakukan masturbasi di kamar mandi atau bahkan di kamar tidur saya.

    Tapi tentunya saya selalu melakukannya kalau tidak ada orang di rumah. Sejak saat itu saya membenci kakak saya dan setiap kali ada lelaki yang mencoba mendekati saya, saya selalu mengolok-oloknya dengan kata-kata yang kasar sehingga satu persatu dari mereka menjauhi saya.

    Sekarang saya berada di Philadelphia dan banyak teman saya yang mengatakan bahwa saya ini termasuk cewek bodoh karena saya selalu menolak cowok baik-baik yang cakep dan pandai dan itu tidak terjadi sekali.

    Saya memang membenci laki-laki tetapi saya bukan lesbi karena ketika saya menghindari semua laki-laki di dalam hidup saya, ada seorang lesbi yang mendekati saya dan saya juga menghindarinya. Akibatnya persahabatan kami menjadi renggang dan dia mulai meninggalkan saya. Saya hanya dapat mencapai orgasme ketika saya melakukan masturbasi ketika saya sedang mandi atau sebelum tidur.

    Jadinya itu membuat saya berpikir, kenapa saya perlu laki-laki kalau saya bisa memuaskan nafsu saya dengan masturbasi.

  • Kepergok Ayah Novia Ketika Aku Di Rumah Sang Primadona SMA

    Kepergok Ayah Novia Ketika Aku Di Rumah Sang Primadona SMA


    1317 views

    Duniabola99.org – Hari yang membosankan buat galang, hari ini tak ada yang bisa dikerjakannya, mau jalan keluar..males ga ada teman. nonton DVD membosankan , semua koleksi sudah filmnya sudah ia tonton. Akhirnya ia hanya bermain gitar mencoba lagu lagu baru. saat itulah handphone nya berdering. lanjut…..

    “hallo…?” galang mengangkat telepon
    “hai galang..ini gue….novia..” suara manis terdengar di ujung sana.

    Novia adalah salah satu primadona di sma galang, selain cantik juga dia juga pintar, namun entah kenapa sampai sekarang dia belum punya pacar, padahal yang menyatakan cinta cukup banyak

    “iya kenapa via..?”
    “sibuk ga…..?” tanya Novia
    “kenapa emangnya…..?”
    “mau ga ke rumah gue….ajarin gue main gitar dong………”
    “kamu mau belajar gitar…..?” tanya Galang
    “iya….kayaknya lihat orang main gitar asik banget…..makanya aku kepengen…bisa ya,,…?”

    Galang berpikir sejenak, sebelum akhirnya meng iyakan.
    “ok..deh…gue kesana sekarang…..”
    “thanks galang……see u…” Galang pun bersiap menuju rumah Novia, tak lupa ia bawa gitar kesayangannya.

    Rumah Novia terletak di kompleks perumahan elit, ayahnya adalah seorang pengusaha sukses, sedangkan ibunya adalah dokter di sebuah rumah sakit terkemuka di Jakarta. sesampainya disana, galang sempat agak bingung mencari bel pintu yang ternyata tersembunyi di balik tanaman.

    suara bel terdengar nyaring ke dalam rumah, dan tak lama terdengar suara pintu pagar dibuka
    ‘hai..Galang…masuk yuk…….” ternyata Novia sendiri yg membukakan pintu.

    Galang sempat terpana melihat novia yg kelihatan cantik siang itu, senyumannya, rambutnya yg panjang diikat ke belakang semakin memperjelas kecantikannya, ia memakai celana jeans pendek ketat, dan kaos putih press body , membuat mata Galang tak bisa lepas dari dua tonjolan di dada Novia, dan pantatnya ..hmmmm.

    “ribet banget mau masuk ke kompleks ini ya…?” kata Galang
    “oo..satpam depan ya…..emang gitu sih….demi keamanan juga katanya …ya gitu deh….”
    “gitu ya..”
    “langsung ke kamar aku aja yuk….biar bebas……”ajak Novia

    Galang memang sempat beberapa kali mengantar Novia pulang , namun ini pertama kalinya ia masuk ke dalam rumahnya. Jelas sekali rumah ini mempunyai kelas tinggi, seluruh perabotannya adalah yg terbaik dan termahal.

    Sambil mengikuti novia menuju kamarnya, tatapan mata galang tak lepas dari goyangan pantat Novia saat berjalan..hmmm…otak kotor Galang mulai muncul.galang segera membuang pikirannya itu dan berusaha terlihat cool dan berjalan dengan mantap seolah tak ada apa apa.

    Galang tak dapat menyembunyikan kekagumannya melihat kamar Novia , yang mirip bahkan mungkin lebih bagus daripada kamar hotel bintang lima. Kamarnya punya akses langsung ke kolam renang pribadi, khusus Novia…. sungguh mengagumkan.

    “gila..kamar kamu keren banget…..”
    Novia tersenyum dan berkata , ” asalnya ini kamar kakak aku..dia sekarang kerja di Jerman…aku pake deh kamarnya..”

    Galang duduk di sofa yang ada di situ sementara Novia mengambil gitarnya dari dalam lemari.
    “gitarnya bagus…yamaha…….hebat hebat…” kata Galang setelah Novia memperlihatkan gitarnya.

    Novia tak menjawab hanya tersenyum…..senyuman yg menggetarkan hati Galang. Galang segera mengambil gitar tuanya menyetemnya sejenak dan ia siap memulai pelajaran.

    Novia mengikuti cara galang memegang gitar dan memperhatikan dengan serius segala yg dikatakan Galang. Novia mencoba memainkan gitarnya, namun yg keluar cuma nada sumbang. sejenak mereka berdua berpandangan dan mulai tertawa bagai anak kecil

    “aduh..susah ya….” kata Novia
    “ahh..santai aja..baru pertama kali kok…..wajar..” kata Galang
    satu getaran terjadi saat itu, seolah emosi keduanya menyatu atau apalah.

    Galang mulai merasa nyaman dan betah bersama Novia , begitu juga sebaliknya. selama dua jam, galang mengajarkan nada dasar, lagu lagu sederhana, chord, dan posisi jari. Terakhir Galang memberi contoh bermain gitar dengan menyanyikan lagu romantis ‘my heart’ .

    Novia terlihat terpesona dengan permainan Galang apalagi lagunya adalah favoritnya banget. ia pun ikut bernyanyi sesuai dengan lagu aslinya.

    lagu my heart selesai, keduanya masih saling berpandangan penuh emosi dan cinta, bibir mereka perlahan saling berdekatan, namun belum sempat bertemu tiba tiba Galang menarik diri.

    “ehh..udah sore nih…aku pulang ya….” kata Galang
    “OOH..gitu..ya udah deh…..” kata Novia nadanya terdengar kecewa
    “minggu depan aku kesini lagi deh….kamu latih aja dulu yg tadi aku ajarkan ..ok…?’
    “ya udah…..minggu depan ya…..” Novia mengantar Galang keluar, dan sebelum pulang ia mencium pipi Galang. membuat Galang pulang diantar dengan berbagai khayalan indah.

    malamnya di kamar Galang , ia berpikir tentang hari ini, bibir mungil Novia, dan tatapan pasrahnya terus mengganggu dia, berbagai pikiran kotor kembali memenuhi kepalanya.

    ‘ga deh…jangan……dia tuh anak orang kaya..jet set..kelas atas..elite….sementara gue…….kagak deh..ga bakal sanggup gue…..” batin Galang , ia pun tertidur dan bermimpi tentang Novia tanpa busana.

    Minggu berikutnya Galang kembali datang ke rumah Novia, kali ini pintunya terbuka dan sebuah mobil mewah terpakir di halaman. Rupanya ayah Novia ada di rumah, dan ia memandang curiga ketika Galang masuk dengan vespa kebanggaannya.

    “cari siapa…..?” tanya ayah Novia angkuh
    “Novia ada..oom…saya Galang…..saya….”
    “ooh…yg kasih les gitar ya…..” ayah Novia memotong
    “betul oom….”
    “Novia..sayang…Galang udah datang nih…..” teriak ayah Novia matanya terus menatap tajam Galang dari ujung kepala sampai kaki, seolah sedang menyelidiki.

    Tatapan mata ayah Novia mulai membuat Galang tak nyaman, untunglah tak lama Novia keluar dan ia masih cantik seperti biasanya ,

    “hei..masuk yuk….”ajak Novia
    “permisi oom..” kata Galang sopan , namun tak dijawab oleh ayah Novia, dalm hati ia berkata ” sombong amat..”
    Novia langsung mengajak Galang ke kamarnya.
    “ga apa apa nih via..” tanya Galang khawatir
    “ga apa apa , bebas kok..cuek aja…”

    Galang mencoba tersenyum pada Novia, dan dibalas pula dengan senyuman yang manis.
    “ya udah..dimulai yook….” kata Galang

    mereka memegang gitar masing masing, dan memulai memainkannya, dan ternyata walau belum terlalu lancar, Novia sudah memainkannya lebih baik.

    “wahh..lumayan tuuh…” puji Galang
    “siapa dulu dong gurunya….” kata Novia lalu tersenyum.
    tiba tiba pintu kamar Novia terbuka, dan ayahnya masuk
    “sayang..ayah berangkat dulu….sudah ditunggu…mau oleh oleh apa dari singapura..?”
    “apa aja deh ayah…” kata Novia sambil mencium ayahnya
    “dah..sayang…” kata ayah Novia lalu keluar tanpa mempedulikan Galang disana.

    Bandar Judi Online Indonesia Terpercaya dan aman

    tak berapa lama terdengar suara mobil meninggalkan rumah, Novia pun kembali ke gitarnya. Galang memberikan pelajaran lanjutan sambil terus mengobrol. ternyata selain cantik dan pintar, wawasan musik Novia juga tidak memalukan. setelah beberapa jam akhirnya mereka beristirahat. Novia melakukan peregangan tangan ke atas kepalanya, membuat dadanya terbusung ke depan, membuat Galang salah tingkah

    “makasih ya Galang..kamu baik banget…” kata Novia
    “sama sama…” jawab Galang tak ada ide mau bilang apa lagi
    “eh..Galang..aku mau berenang ,..ikut yukk..?” kata Novia sambil membuka pakaiannya, di dalamnya ia mengenakan bikini.
    “eh..ya silakan aja…” kata Galang semakin salah tingkah.. Galang bersandar di sofa , dengan gitar dipangkuannya, jarinya refleks memetik metik senar perlahan.

    matanya tak bisa lepas dari tubuh molek Novia yg hanya terbungkus bikini, pantatnya bergoyang indah saat ia melakukan pemanasan, perlahan lahan penis Galang mulai hidup. sebelum menceburkan diri ke kolam Novia sempat berbalik, memperlihatkan sebagian buah dadanya yg montok membuat Galang menelan ludah.

    “ayo dong…ikutan…..” ajak Novia
    ‘aduuh..sorry deh..ga bawa baju nih…”
    ‘ya udah….” kata Novia dan meloncat masuk ke kolam renang.

    Galang tak bisa menahan diri untuk mendekati kolam, namun ia hanya duduk di pinggir kolam, bermain air dengan kakinya. setelah beberapa lama berenang, Novia pun keluar dari kolam dan ikut duduk di samping Galang. puting susu terlihat tercetak menggoda dari balik bikininya.

    “Galang…makasih ya…..kamu udah ajarin aku main gitar…” kata Novia manja
    “ooh..iiya..iya…..” Galang salah tingkah.
    “boleh ga aku memberi ucapan terima kasih…?’ kata Novia sambil memandangi galang.

    Galang membalas tatapan mata Novia, sambil perlahan bibirnya mendekati bibir Novia, dan menekannya lembut saat bersentuhan, ciuman mereka begitu lama dan panas, sementara jari Novia perlahan merayap turun dan menyentuh gembungan di balik celana Galang.

    sementara Galang dengan perlahan dan lembut membuka bagian atas bikini novia, memperlihatkan bulatan penuh buah dada ranum. Galang dengan sedikit ragu meremas buah dada Novia, namun hanya sesaat, kemudian ia kembali larut dalam permainan panas ini.

    kini buah dada Novia telah diraup oleh mulut Galang, dijilati dan digigiti dengan lembut, membuat Novia merintih penuh rasa nikmat….dan kemudian Galang menggendong novia ke dalam dan membaringkannya di sofa, sementara Novia tersenyum pasrah….

    “kamu cantik sekali …” gumam Galang

    Tangan Galang menjelajahi seluruh tubuh Novia, seirama dengan meleburnya hasrat mereka berdua. Galang mencium wajah Novia, matanya, lalu lehernya. bau kolam renang bercampur dengan harum tubuh Novia. ciuman Galang terus menurun ke tubuh Novia, pada buah dadanya, pada perutnya. Galang menikmati tiap jengkal tubuh mulus Novia, diciuminya dan dijilatinya bagai permen.

    Novia melebarkan kakinya saat ciuman Galang semakin turun ke bawah. dengan cekatan Galang melepas bagian bawah bikini Novia, memperlihatkan hadiah istimewa. Vagina Novia terlihat indah di mata Galang, bibirnya bagai kupu kupu , lembab, dengan clit pink basah diantaranya.

    jemari Galang perlahan menyusuri bibir vagina itu, tubuh Novia menggelinjang menikmati rangsangan tersebut. tak tahan lagi , dengan satu gerakan galang menjilati bibir vagina novia, menyedot dan menggigit lembut, lidahnya menyapu clit Novia , membuatnya semakin menggelinjang dan mengerang bagai kesakitan. hal ini membuat Galang makin bersemangat.

    Tiba tiba Novia berbalik posisi, kini Galang yang terbaring di sofa, dan dengan cekatan giliran Novia yang membuka celana Galang, membuat penisnya langsung keluar dan tegak berdiri. Novia mengambil posisi diantara kaki Galang, dan menggegam penis galang dengan dua tangan, perlahan memijit dan mengocoknya penuh perasaan.

    “penis kamu bikin aku geregetan Galang…..” kata Novia manja.

    Galang bagai tersihir, tak mampu berkata apa apa selain menggeram nikmat. kemudian dengan gerakan yg erotis, Novia menjilat kepala penis Galang sekali, sangat perlahan, lalu tersenyum menggoda , dan bicara dengan nada yg menggoda pula..

    “terusin jangan…ya……?”
    tak perlu jawaban , Galang mendorong kepala novia lebih dekat ke penisnya.

    Novia mengecup penis itu sebelum memasukan ke dalam mulutnya, segera kehangatan kenikmatan menjalari seluruh tubuh Galang, penisnya kian mengeras. sambil tetap menggengam penis diujung bawah, mulutnya mulai bergerak naik turun sepanjang penis Galang, dan disaat bersamaan memijit dan mengocok lembut, naik turun.

    Galang melihat ke bawah, menyibakkan rambut Novia, kini ia bisa melihat penisnya meluncur timbul tenggelam ke dalam bibir sensual Novia. sedotan Novia makin lama makin keras, Galang merasa tak akan bertahan lama jika terus begini.

    “Novia….aku….mau..sekarang….” kata kata Galang tak jelas

    Novia mendongak dan tersenyum, penis tak lepas dari mulutnya. Novia kemudian mendorong kepalanya lebih dalam sehingga seluruh penis galang masuk ke dalam mulutnya, sampai ke ujung tenggorokan.

    Dia bertahan di posisi itu sejenak, lalu perlahan kembali menyusuri penis dengan bibirnya, ia sangat menikmati hal itu, apalagi melihat wajah Galang yang belingsatan.

    Novia kemudian menghisap kepala penis satu kali, memainkan lidahnya disana, lalu menelan kembali seluruh penis Galang. kali ini rupanya ia tersedak, ia melepas penis Galang , terbatuk batuk lalu tersenyum manis pada Galang.

    “saatnya tiba..Galang sayang….” kata Novia, sambil bergerak ke atas tubuh Galang mencari posisi yang tepat. Penis Galang bersentuhan dengan paha dalam Novia, bulu bulu halus vagina sedikit menggelitik Galang.

    Novia meraih penis Galang, mengarahkannya ke vaginanya, mengesek geseskan sejenak di bibir vaginanya. sampai akhirnya Galang merasakan penisnya mulai terbenam di vagina Novia saat ia merendahkan tubuhnya.

    Penis Galang menerobos masuk, menyeruak sempitnya vagina ,terasa hangat dan nikmat. Galang meraih pantat Novia, dan menariknya, berusaha untuk membuat penisnya masuk lebih dalam.

    “aduhh..ga muaat…aahhh..” erang Novia.

    perlahan dan teratur, novia mulai menggerakan naik turun tubuhnya diatas Galang. mereka berdua saling menatap sejenak, Novia merendahkan tubuhnya dan mereka pun saling berciuman, nafsu birahi semakin berirama indah di antara mereka, menyatukan mereka dlam gairah panas membara.

    Novia mengerang saat mereka berciuman, lidah mereka bertemu dan saling menari. Galang tiba tiba merasakan rasa hangat yg berbeda menjalari penisnya, saatnya segera tiba. penis Galang mengeras bagai baja dalam lingkup kehangatan, basahnya vagina Novia, suatu efouria mulai muncul makin lama makin kentara.

    “Galang…ahhh..ahhh….”
    “via….aku bentar lagi…uuughhhh…”

    gerakan naik turun Novia semakin cepat, makin cepat makin cepat. dan… keduanya mengerang hampir bersamaan saat kenikmatan bercinta datang menghampiri mereka berdua,

    “oooohh..galaaaaannng…ahaaaaaaahhhhhhh…” Novia berteriak
    Galang hanya menggeram, saat cairan cintanya menyembur keluar cukup banyak. Setelah selesai, tubuh Galang terasa relax, ia berbaring antai di sofa, sementara Novia ambruk di atas tubuhnya, keduanya bermandikan keringat.

    “ooh…Galang…kamu ternyata luar biasa….” kata Novia pelan
    Galang hanya tersenyum, mereka kemudian berciuman mesra.Tiba tiba terdengar suara mobil masuk dan suara orang masuk.

    “celaka..ayah…..kenapa sudah pulang…” Novia terlihat panik .
    Galang hanya terdiam terpaku saat ayah Novia masuk ke dalam kamar., ayah Novia sangat terkejut melihat anaknya telanjang bulat bersama lelaki yg tadi dia acuhkan.

    “NOVIA….!!!!!APA APAAN KAMU……!!!!!!”
    Galang terpaku tak tahu harus berbuat apa saat tiba tiba ayah Novia masuk ke kamar itu dan memergoki mereka berdua tanpa busana, sudah jelas mereka tidak sedang bermain catur.

    “celaka ..mati gue….” gumam Galang, ketakutan terpancar di matanya.
    “jadi …selama ini kalian hanya berbuat mesum saja disini…..?” kata ayah Novia dengan nada tinggi.
    “ayah..tapi Novia……” Novia hendak berkata namun segera dipotong oleh ayahnya.
    “tapi apa lagi…..memangnya kamu pikir ayah goblog…..sejak kapan belajar gitar harus telanjang seperti ini!!! ”

    Galang tak mampu berbuat apa apa, hanya dalam hati ia berdoa semoga bisa lolos dari masalah ini.

    Ayah novia mendekati anaknya dan memandangi tubuh bugil anaknya cukup lama ,“kamu ini……mau belajar gitar apa belajar jadi pelacur…!!!!!…sama gembel lagi….!!!!”Disebut gembel, harga diri Galang agak terusik, namun ia kembali terdiam, ia tidak dalam posisi yang menguntungkan.

    “beruntung penerbangan ayah di cancel…ayah sudah menduga ada yg tidak beres dengan kamu dan guru gitar kamu ini……kamu ini……..kamu..” kata ayah Novia tak mampu berkata kata sambil menatap buah dada anaknya yg ranum.

    “dan kamu anak muda….” tiba tiba ayah Novia berbalik pada Galang.
    “aku sudah tahu siapa kamu, aku selalu menyelidiki siapa siapa saja yang mendekati anakku….dan kamu tahu…anak muda…..aku bisa dengan mudah membuat kamu dan keluarga kamu sengsara dan hidup di jalan….paham!!!!!” lanjutnya.

    Sebenarnya banyak kata kata yg ingin dikeluarkan Galang dari benaknya, namun ia menyadari, dalam posisinya sekarang, satu kata salah, maka seluruh keluarganya akan tidur di jalan, ayah Novia punya cukup kekuasaan untuk berbuat itu.

    Novia terduduk di ranjang, isakan tangisnya membuat tubuhnya terguncang guncang, membuat buah dadanya bergerak naik turun. Dan sial bagi Galang, hal itu justru malah membuat birahinya naik lagi, perlahan penisnya kembali menegang…..

    ” aduh celaka….” gumam Galang ketika ayah Novia memandanginya dengan marah saat melihat Galang kembali terangsang.
    “anakku memang menggairahkan…betulkan anak muda…?” kata ayah Novia
    “mm..maksud..bbbapak…..” Galang tergagap
    PLAKKKK!!!!!! tiba tiba ayah Novia menampar galang.
    “jangan pura pura goblog!!!!!”

    Galang terdiam sambil memegang pipinya yang terasa panas.
    “kamu menikmati tubuh anakku kan……?”
    Galang terdiam

    “kamu sangat menikmati tubuh Novia …..ya kan…..?”
    Galang tetap tak menjawab.
    “baik….kamu duduk disamping anakku sekarang..ayo cepat!!!” perintah ayah Novia pada Galang.

    dengan patuh dan bingung Galang duduk di samping novia, sementara ayahnya mengambil kursi dan duduk dihadapan mereka.

    “baik…..kalau kamu memang suka tubuh anakku, coba kamu elus elus pahanya..ayo…” perintah ayah Novia yg membuat keduanya terkejut.
    “ayah….tapi…..” Novia mencoba protes.
    “diam!!! sekarang kalian berdua ikuti perintah ayah..atau gembel temen kamu ini akan dapat masalah besar.” kata ayah Novia.

    Galang dan Novia saling berpandangan bingung juga khawatir. Novia kemudian mengangguk pelan agar Galang lebih baik patuh pada perintah ayahnya. Dengan masih ragu ragu dan sedikit risih, Galang mengelus paha mulus Novia sambil terus ditonton oleh ayah Novia.

    “buka paha kamu lebar lebar novia…..” perintah sang ayah.

    Novia membuka pahanya lebar memperlihatkan vaginanya, sedangkan elusan galang mulai merambah ke bagian dalam paha Novia dan makin ke atas.

    “ayo…sentuh vaginanya….itu kan yang kamu mau…?” kata sang ayah.

    Galang memandang ayah novia, berusaha menebak apa yg ada dipikiran lelaki ini, apakah ini sebuah jebakan..?? namun ayah Novia justru balik melotot dan menyuruh segera melakukan perintahnya. Perlahan elusan Galang naik ke atas dan menyentuh vagina Novia, jari jarinya menyusuri naik turun bibir vagina Novia. erangan dan rintihan mulai terdengar keluar dari bibir Novia.

    Galang berpaling pada ayah Novia, namun ia terkejut karena ayah Novia sedang membukai pakaiannya, sementara melepas pakaian pandangannya tak lepas dari Galang dan Novia, suatu ekspresi aneh terpancar dari wajahnya, ia kemudian memijat mijat penisnya sendiri sambil tak melepas pandangan pada anaknya. Galang mulai merasakan situasi akan menjadi lebih tak terduga.

    Galang kemudian kembali berkonsentrasi pada Novia, ia terus menerus melakukan rangsangan pada vagina Novia, vagina itu kian basah, ia belum berani berbuat lebih jauh lagi tanpa perintah dari sang ayah, meskipun kini penisnya sudah menegang menagih kenikmatan lebih, aliran darah seolah bergerak cepat di kepalanya.

    “sekarang kamu jilati vaginanya..ayo…” perintah sang ayah selanjutnya

    Galang membungkukkan kepalanya dan mulai menjilati vagina Novia, dan tanpa mempedulikan apa apa lagi , Galang mulai menikmati semua ini. Novia sendiri pun kelihatannya sudah tak peduli apa apa lagi, ia memejamkan mata sambil menggigit bibirnya, kadang terdengar rintihan yg keluar dari bibirnya.

    Sambil menjilati vagina Novia , Galang mengelus paha mulus gadis itu kadang kemudian ia meremas pantat Novia. kepalanya terbenam semakin dalam diantara paha gadis cantik itu.

    Galang mendengar ayah Novia bergerak mendekat , dan sepertinya sang ayah masih melakukan masturbasi sambil melihat anaknya dari dekat.

    “tubuh anakku memang nikmat kan anak muda…..? hmm..kamu menikmatinya kan…..?dan buat kamu Novia , kalo kamu memang mau jadi pelacur…biar ayah yang ajarkan kamu jadi pelacur….” kata ayah Novia.

    saat mendengar hal itu Galang mendongakkan kepalanya, dan ia sempat terkejut melihat Novia sedang menggenggam dan menjilati penis ayahnya sendiri bagai menjilati permen loli, bahkan kemudian walau terlihat sedikit ragu tapi akhirnya ia mengulum penis ayahnya sendiri di mulutnya.

    Terdengar gumaman dan erangan dari bibir Novia saat penis ayahnya bergerak keluar masuk di mulutnya. Galang masih terpaku memandangi dua tubuh telanjang , ayah dan anak sedang melakukan oral sex.

    “anak muda….berdiri kamu..” kata ayah Novia.
    Galang pun berdiri dan ayah Novia segera berdiri disampingnya, kemudian ia menyuruh Novia untuk mengoral penisnya dan Galang .

    Novia kemudian berlutut di depan kedua pria itu , mengenggam kedua penis itu dengan tangannya dan secara bergantian mengocok dan mengulum kedua penis itu, dengan gerakan cepat.

    saat Novia mengulum penis Galang, ia memandang wajah Galang. Dari sinar matanya, Galang dapat melihat keterhinaan dan rasa malu Novia melakukan semua ini, apalagi pada ayahnya sendiri. Namun saat itu Galang sudah tak perduli lagi, birahinya sudah naik ke ubun ubun, ia bahkan mendorong penisnya semakin masuk ke dalam mulut Novia , membuat gadis itu tersedak.

    saat kemudian Galang merasakan akan orgasme , ia menahan kepala Novia dan membiarkan spermanya menyembur masuk ke dalam mulut Novia. Tiba tiba ayah Novia menarik tubuh anaknya ke kasur dan langsung menindihnya, buah dada Novia ia remas dan ia sedot sedot kasar, membuat Novia mengerang ngerang tak jelas.

    Novia dan Galang saling beradu pandang, Galang melihat sinar mata Novia kian meredup, dan samar ia melihat tetesan air mata terjatuh dari mata indah itu.

    ayah Novia lalu mengambil posisi diantara kedua kaki anaknya , mengarahkan penisnya pada vagina yg sudah basah, dan hanya dengan satu gerakan , penis itu meluncur masuk.

    “aaaaaaaaawwwww……..” jerit Novia saat penis ayahnya memasuki tubuhnya, ayahnya mulai bergerak teratur menggenjot tubuh anaknya sendiri.
    “ini yg kamu mau kan…hmmm…? kamu mau jadi pelacur kan….hhmmm…?” kata ayah Novia sambil terus semakin intens genjotannya.

    Galang hanya mampu memandangi adegan itu, di satu sisi ia merasa kasihan dengan Novia tapi di sisi lain ia sangat menikmati hal ini, pemandangan seperti ini dulu hanya ia lihat di vcd bokep, tapi hari ini ia menyaksikan sendiri seorang gadis cantik yang disetubuhi ayahnya sendiri.

    Ayah Novia mengangkat kaki anaknya makin tinggi dan lebar dan mendorong penisnya masuk semakin dalam, sementara erangan dan rintihan makin jelas terdengar dari mulut Novia, air matanya pun kini mulai deras mengalir.

    makin lama gerakan ayah makin cepat, sampai akhirnya tubuh ayah Novia terlihat menegang, wajahnya merengut, dan ia segera menarik keluar penisnya, dan menyemburkan penisnya di buah dada Novia, sebagian mengenai wajah anaknya.

    Sperma nya bagai tak berhenti terus keluar,semburan demi semburan membasahi buah dada Novia yang bergerak naik turun.

    “kamu benar anak muda ..tubuh anakku memang sangat dashyat dan juga nikmat…” kata ayah Novia pada Galang.

    kemudian ia mengelus elus kepala anaknya, mencium keningnya dan kemudian berkata,“nah..begitu cara jadi pelacur yang baik, …..nanti malam ayah akan ajarkan lagi bagaimana jadi pelacur yang baik….”kemudian ia keluar dari kamar itu sambil bersiul siul puas.

    sekeluar ayah Novia, Galang baru berani mendekati Novia yg tengah menangis di tempat tidur. Galang berusaha menghiburnya dan menenangkannya ,namun Novia menyuruh Galang agar lekas pulang.

    Galang mengerti, mungkin ia butuh waktu untuk sendiri, ia pun memakai pakaiannya kembali, membereskan gitarnya dan bersiap untuk pulang., sebelum keluar ia menatap untuk terakhir kalinya Novia yg masih terisak isak di tempat tidur dengan tubuh telanjang.

    selama perjalanan pulang , ia terus mengingat dan membayangkan pada apa yang baru saja terjadi, ia tak pernah mengira niatnya mengajari Novia bermain gitar berubah menjadi sebuah petualangan sex yang tak terduga.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    logo-markasjudilogo-fastbet99hokibet99-logo

    hokijudi99-logofortunebet99-logologonexialogo-rf

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

     

  • Kenangan Seks Bersama Supirku

    Kenangan Seks Bersama Supirku


    1579 views

    Duniabola99.org – Kisah ini terjadi ketika aku masih SMU, ketika umurku masih 18 tahun, waktu itu rambutku masih sepanjang sedada dan hitam (sekarang sebahu lebih dan sedikit merah). Di SMU aku termasuk sebagai anak yang menjadi incaran para cowok. Tubuhku cukup proporsional untuk seusiaku dengan buah dada yang sedang tapi kencang serta pinggul yang membentuk, pinggang dan perutku pun ukurannya pas karena rajin olahraga, ditambah lagi kulitku yang putih mulus ini. Aku pertama mengenal seks dari pacarku yang tak lama kemudian putus, pengalaman pertama itu membuatku haus seks dan selalu ingin mencoba pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali aku berpacaran singkat yang selalu berujung di ranjang. Aku sangat jenuh dengan kehidupan seksku, aku menginginkan seseorang yang bisa membuatku menjerit-jerit dan tak berkutik kehabisan tenaga.

    Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa mobil sendiri, jadi untuk keperluan itu orang tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai sopir pribadi keluarga kami merangkap pembantu. Dia berusia sekitar 30-an dan mempunyai badan yang tinggi besar serta berisi, kulitnya kehitam-hitaman karena sering bekerja di bawah terik matahari (dia dulu bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan). Aku sering memergokinya sedang mengamati bentuk tubuhku, memang sih aku sering memakai baju yang minim di rumah karena panasnya iklim di kotaku. Waktu mengantar jemputku juga dia sering mencuri-curi pandang melihat ke pahaku dengan rok seragam abu-abu yang mini. Begitu juga aku, aku sering membayangkan bagaimana bila aku disenggamai olehnya, seperti apa rasanya bila batangnya yang pasti kekar seperti tubuhnya itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu itu aku belum seberani sekarang, aku masih ragu-ragu memikirkan perbedaan status diantara kami.

    Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML dengannya akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan dengan matang. Hari itu aku baru bubaran pukul 3 karena ada ekstra kurikuler, aku menuju ke tempat parkir dimana Bang Tohir sudah menunggu. Aku berpura-pura tidak enak badan dan menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi kuturunkan agar bisa berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata. Begitu juga kusuruh dia agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah tidak enak, sebagai gantinya aku membuka dua kancing atasku sehingga bra kuningku sedikit tersembul dan itu cukup menarik perhatiannya.

    “Non gak apa-apa kan? Sabar ya, bentar lagi sampai kok” hiburnya

    Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua. Setelah memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk memapahku ke kamarku di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di ranjang. Waktu dia mau keluar aku mencegahnya dan menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak tegang dan berkali-kali menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih agak menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu kutekuk kaki kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat kepalaku, namun matanya terus terarah pada pahaku yang tersingkap. Karena terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat tubuhku, akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok kemaluanku dari luar celana dalamku.Cerita Seks Supir,Kisah Seks Supir,Cerita Sex Supir,

    “Sshh.. Bang” desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan bagian tengah kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam.

    “Tenang Non.. saya sudah dari dulu kesengsem sama Non, apalagi kalau ngeliat Non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat Abang ngeliatnya juga” katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya.

    Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala Tohir yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa hari terakhir ini aku belum melakukannya lagi.

    Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya keluar dari rokku, bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya. Matanya seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.

    “Non, teteknya bagus amat.. sama bagusnya kaya memeknya, Non marah ga saya giniin?” tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik.

    Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku dengan putingnya yang mungil.

    Aku merasakan benda keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Tohir kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin putingnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leher jenjangku terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai cupangan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas.Cerita Seks Supir,Kisah Seks Supir,Cerita Sex Supir,

    Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya karena Tohir perokok jadi bau nafasnya tidak sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi sehingga bau mulutnya itu seolah-olah hilang, malahan kini aku lebih berani memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Tohir melepaskan dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang daritadi. Aku melihat takjub pada benda itu yang begitu besar dan berurat, warnanya hitam pula. Jauh lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku. Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut di samping kepalaku dan memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.

    “Ayo Non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya kalo diemut sama Non” katanya.

    Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.

    “Uaahh.. uueennakk banget, Non udah pengalaman yah” ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.

    Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari mulutku, sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang lebih dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah pegal dan dapat kembali menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di antara kedua belah pahaku dengan penis terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku disibakkannya sehingga mengganga lebar siap dimasuki dan tangan yang satunya membimbing penisnya menuju sasaran.

    “Tahan yah Non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya pasti ueenak tenan” katanya.

    Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (milik teman-temanku tidak seperkasa yang satu ini) walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.

    Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih seperti mau disembelih. Ternyata si Tohir lihai juga, dia memasukkan penisnya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Tohir yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.

    “Oohh.. Non Citra, sayang.. sempit banget.. memekmu.. enaknya!” ceracaunya di tengah aktivitasnya.

    Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan melemparnya. Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan jantan, otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang seperti kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku, kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.

    “Ahh.. aahh.. yeahh, terus entot gua Bang” desahku dengan mempererat pelukanku.

    Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku mengejang dengan dahsyat, kukuku sampai menggores punggungnya, cairan kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai mereda dia mengelus rambut panjangku seraya berkata, “Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi Non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah Non, udah basah gini”.

    Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.

    Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos, butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini sambil menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah di hadapan wajahnya. Tohir mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku, sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya menyapu naik dari vagina sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan, tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.

    Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya. Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh penisnya. Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku.

    “Oouuhh.. Bang!” itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.

    Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.

    Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam.

    Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.

    Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah menyebut namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya.. dengan geraman panjang dia cabut penisnya dari vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga sudah KO hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku masih mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.

    Sejak saat itu, Tohir sering memintaku melayaninya kapanpun dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak mood pun dia memaksaku. Bahkan pernah suatu ketika aku sedang mencicil belajar menjelang

    Ebtanas yang sudah 2 minggu lagi, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku (saat itu sudah hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur), karena lagi belajar aku menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku sampai dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan dariku. Meskipun begitu aku selalu mengingatkannya agar menjaga sikap di depan orang lain, terutama ortuku dan lebih berhati-hati kalau aku sedang subur dengan memakai kondom atau membuang di luar. Tiga bulan kemudian Tohir berhenti kerja karena ingin mendampingi istrinya yang TKW di Timur Tengah, lagipula waktu itu aku sudah lulus SMU dan sudah diijinkan untuk membawa mobil sendiri.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    logo-markasjudilogo-fastbet99hokibet99-logo

    hokijudi99-logofortunebet99-logologonexialogo-rf

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

     

  • PORN HUB AGENT

    PORN HUB AGENT


    2011 views

  • Flexible Bunny Baby gets to suck off an older man on the court outdoors

    Flexible Bunny Baby gets to suck off an older man on the court outdoors


    1445 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

  • Majalah Dewasa – Kim Sarang

    Majalah Dewasa – Kim Sarang


    1538 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model yang begitu-
    begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai
    dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model
    asli yang sangat mempesona . Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan
    materi baru!

     

  • Tante Genit Cantik Paksa Aku Bermain Seks

    Tante Genit Cantik Paksa Aku Bermain Seks


    1722 views

    Duniabola99.org – Namaku Wandy, aku adalah seorang mahasiswa PTS terkenal di Yogyakarta berusia 22 tahun dan aku kost di sebuah rumah milik seorang janda pengusaha toko, sebut saja Tante Lisa. Usianya masih 40 tahun. Suaminya meninggal karena komplikasi, dan dengar-dengar dari tetangga Tante Lisa itu dulunya hostess di Surabaya.

    Tante Lisa sangat cantik dan menjaga tubuhnya sehingga dia tampak seperti berumur 30 tahun. Dia juga berpenampilan seksi, suka memakai celana kaos ketat dan tank-top. Ceritanya berawal ketika suatu hari aku sedang onani di kamar mandi dan ternyata lupa dikunci. Ternyata Tante Lisa menontonnya dan setelah aku orgasme, aku kaget melihatnya.

    “Wan, kelihatannya asyik ya.. mendingan lain kali minta bantuan Tante pasti lebih enak.”

    Aku jadi malu berat dibuatnya, “Maaf Tante, saya lupa menutup pintunya.”

    “Nggak apa kok Wan, kan kamu sudah dewasa dan wajar melakukannya. Tante juga sudah sering lihat yang begituan kok”, katanya sambil senyum.

    Beberapa hari kemudian aku disuruh bantu-bantu di tokonya dan tanpa segan-segan aku membantunya hingga malam Tante Lisa memintaku untuk menemaninya dan aku disuruh menginap di situ, memang di tokonya ada dua kamar di lantai dua (ruko) dan kamar tersebut kadang ditempati Tante Lisa bersama anaknya. Tante Lisa mengajakku makan bersama dan minum wine dan aku tidak mengerti kok aku bisa sampai tidak sadar, mungkin dicampur obat tidur.

    Paginya Tante Lisa membangunkanku bahkan harus sampai disiram, aku disuruh cepat-cepat pulang kost dan merahasiakan kalau aku tidur di ruko. Aku menurutinya dan malamnya setelah toko tutup Tante Lisa mengajakku berhubungan intim.

    “Wan, Tante minta malam ini kamu puasin Tante ya.”

    Karuan saja kutolak karena aku memang belum pernah gituan dan takut meskipun aku sering nonton BF.

    “Maaf Tante saya nggak berani”, kataku sambil gugup. Tante Lisa mengancam dan Tante Lisa memutar videoku sedang tidur bugil. Tante Lisa bilang tadi malam saat tidur menelanjangiku dan merekamnya dengan Handycam.

    “Tante akan menyebarkan rekaman ini jika kamu nggak mau melayani Tante kecuali kamu mau melakukan yang Tante minta. Percaya Tante deh, toh Tante juga menjaga nama baik Tante jadi ini akan jadi rahasia kita berdua.”

    Akhirnya karena takut dan polos aku melayaninya. Dari situ aku tahu ternyata Tante Lisa maniak seks, Tante Lisa pertama minta mandi Caty (dijilati tubuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambut) dan Tante Lisa minta aku menjilatinya liang kewanitaannya sampai berjam-jam setiap aku berhenti Tante Lisa menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke liang sorganya. Pengalaman pertamaku menyentuh wanita apalagi menjilati seluruh bagian tubuhnya, dalam keterpaksaan itu aku sampai menangis.

    “Sudah Tante.. sudah”, sambil nafasku tersengal-sengal.

    “Aghh.. jangan lepas. Teruss.. teruss!”

    Tante Lisa terus menjepit kepalaku dengan kedua pahanya yang kencang. Aku dapat merasakan harumnya kemaluan Tante Lisa. Aku sendiri merasa nikmat sekaligus takut. Dia menyuruhku tidur di sofa dan Tante Lisa menduduki wajahku sehingga aku dipaksa menjilati kelamin dan anusnya.

    “Aghh.. enak sekali Wan”, katanya sambil memutar-mutar pantatnya di atas wajahku yang sudah basah karena cairan kewanitaannya. Pantatnya yang hangat dan kencang itu menindih wajahku sehingga aku sampai susah bernafas. Jika Tante Lisa tidak merasa puas atas pelayananku ia suka sekali menampar, mencakar, menjambak, meludahi. Setelah itu Tante Lisa mengambil posisi 69 dan kami saling mengoral.

    “Ayo Wan, kamu bisa lebih panjang lagi”, katanya sambil menarik-narik kemaluanku dan memelintir pelirku. Aku yang kesakitan tapi merasakan sensasi yang luar biasa. Dalam mengoral, Tante Lisa seperti singa yang tidak diberi makan 3 hari. Sangat buas dan Tante Lisa mempermainkannya dengan sangat cekatan terampil, kadang menarik terus memutar kadang mengocoknya dengan cepat terus perlahan.

    Bahkan pernah Tante Lisa mengencingi wajahku sambil membuka mulutku.. lalu aku disuruh menjilat air kencingnya yang tercecer di lantai. Entah kenapa lama-lama aku malah menyukai mungkin aku termasuk sado masochocist.

    Suatu hari entah dari mana Tante Lisa membawa alat-alat untuk seks sado masochist, ada bola penyumpal mulut terus seperti kuas penggelitik, cemeti dari kulit, pengikat leher seperti anjing, CD kulit yang berlobang di bagian depannya dan pakaian seperti pasukan Romawi dulu

    Dia menelanjangi dan mengikatku sambil merangkak Tante Lisa berteriak-teriak memecutiku dan menendang pantatku persis seperti anjing, dia sebar makanan di lantai dan menyuruhku memungut dengan mulut bahkan menjilati ludah dan kencingnya di lantai.

    Di bagian batang kemaluanku dia mengikatkan sebuah karet gelang yang ada kerincingnya sehinga setiap kali merangkak berbunyi nyaring. “Ayo.. ayo kalau kamu mau jadi anjing Tante yang setia harus nurut yang Tante perintahkan!” Tante Lisa kadang memperlakukanku seperti kuda, dengan mengikat leherku dan menunggangi punggungku sambil memecut pantatku.

    Sering juga Tante Lisa yang maniak seks memasukkan sebagian pisang susu ke liang kewanitaannya dan menyuruhku mengambil dan memakannya dengan mulut. Untuk menyumpal mulutku agar aku tidak mengerang keras biasanya Tante Lisa memakai CD-nya atau Carefree Panty Shield.

    Aku tidak pernah punya kesempatan menggunakan batang kemaluanku, paling Tante Lisa suka sekali mengocoknya bahkan Tante Lisa pernah mengocokku sampai orgasme 4 kali dalam satu malam. Sampai batang kemaluanku lecet dan perih dan tangan Tante Lisa juga sampai pegal-pegal.

    Tante Lisa sangat merawat batang kemaluanku, buktinya setiap habis main selalu dia merendam dengan air hangat dan kadang dengan teh basi katanya agar batang kemaluanku selalu kuat dan siap kapan saja.

    “Masak cuman bisa dua kali.. nih rasakan!” katanya sambil menyentil ujung kemaluanku.

    “Aduh.. ampun Tante..” pintaku memelas.

    Itulah yang sering terjadi jika Tante Lisa yang maniak seks memaksaku orgasme berkali-kali. Dalam mengocok Tante Lisa juga kadang pakai sarung tangan, pakai foam/shampoo, odol, pakai supit untuk mie dll, biasanya Tante Lisa mengocokku sambil minta dioral seks atau menjilati puting dan ketiaknya.

  • Beautifull Girl Sex

    Beautifull Girl Sex


    1937 views

  • Latina pornstar Allie Haze menanggalkan kemeja putih dan bretel untuk berpose telanjang

    Latina pornstar Allie Haze menanggalkan kemeja putih dan bretel untuk berpose telanjang


    1584 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang
    begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD
    disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari
    model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap
    harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!

     

  • Pembantu Yg Bahenol Sama Pemajikan

    Pembantu Yg Bahenol Sama Pemajikan


    1579 views

    Duniabola99.org – Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak Rahadi. Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota Surabaya, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.

    Sering terkadang aku mendengar kisah tentang nasib beberapa orang pembantu rumah tangga di kompleks perumahan. Ada yang pernah ditampar majikannya, atau malah bekerja seperti seekor sapi perahan saja. Ibu Rahadi pernah bilang bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumah tangganya lantaran usiaku yang relatif masih muda.

    Agen Judi Online Aman Dan Terpercaya 

    Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota metropolis ini. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tak bertanggungjawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku. Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan Mas Rizal terhadapku. Mas Rizal adalah anak bungsu keluarga Bapak Rahadi. Dia masih kuliah di semester 6, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga.

    Mas Rizal baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi rikuh bila berada di dekatnya. Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di tubuhku. Jika aku ke pasar, Mas Rizal tak segan untuk mengantarkanku. Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya.

    Ahh… Aku selalu jadi merasa tak nikmat. Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas Rizal hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi yang terjadi Mas Rizal justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Santi. Biar aku saja, anggak apa-apa kok…”

    “Nggak… nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.

    Tiba-tiba Mas Rizal menyentuh pundakku. Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Santi. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan..” Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Rizal kemudian melanjutkan memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Rizal menegurku.

    “Santi, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”

    Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Rahadi sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Rizal memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.

    “Kamu cantik, Santi.”

    Aku cuma tersipu dan berucap,

    “Teman-teman Mas Rizal di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.”
    “Tapi kamu lain, Santi. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumah tangganya sendiri?”
    “Ah… Mas Rizal ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu”, jawabku.
    “Kalau kenyataannya ada, bagaimana?”
    “Iya… nggak tahu deh, Mas.”

    Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Rizal bahwa ia mencintai ku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.

    Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat. Mobil Mas Rizal memasuki garasi. Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya.

    “Bapak belum pulang?” tanyanya padaku.
    “Belum, Mas.”
    “Ibu… pergi..?”
    “Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang.”

    Mas Rizal yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas Rizal memanggilku. Kembali aku menghampirinya.

    “Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Rizal sembari bangkit dari tempat duduknya.
    “Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.”
    “Maksud Mas Rizal bagaimana?”
    “Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas rizal padaku.

    Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Rizal dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat. Mas Rizal meraih kedua tanganku untuk digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya.

    Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi. Demikian pula Mas Rizal yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi bundarnya bola mataku dan mungilnya hidungku.

    Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati. Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang seperti apa dan bagaimana bibir Mas Rizal menciumi setiap lekuk mukaku yang segera setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya.

    Kurasakan tangan Mas Rizal merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit lembut. Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya.

    Namun campuran rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya, aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku berikut setiap lekuk yang ada di dadaku dijilatinya. Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.

    Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas Rizal. Semakin saja Mas Rizal memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya, diciuminya, bahkan ia menggigitnya. Golak dan getaran yang tak pernah kurasa sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.

    Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan memuntahkan isi kawahnya. Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya, kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini. Pagutan dan rabaan Mas Rizal ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang kurasakan.

    Tangan Mas Rizal mulai mereteli pakaian yang dikenakan, ia telanjang bulat kini. Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku. Kemudian pada saat tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan, dibagian bawah tubuhnya. Mas Rizal terdengar merintih.

    Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Rizal. Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Rizal menggeliat-liat seperti cacing kepanasan. Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda permainan ini telah usai. Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat berserakan dimana-mana. Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.

    Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Rizal. Kami duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal yang masing-masing berkecamuk dalam hati. “Aku tidak akan mempermainkan kamu, Santi. Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Santi. Kamu mau mencintai ku kan..?” Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.

    Mas Rizal menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Seolah dia menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu membuatku yakin akan ketulusannya. Meski aku tetap bertanya dalam sesalku, “Mungkinkah Mas Rizal akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu rumahtangga?”

    Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin. Bapak dan Ibu Rahadi seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas Rizal mendekam di kamarnya. Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi di ruang tengah itu.

    Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Rizal, waktu yang berjalanpun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan indahnya permainan cinta tersebut. Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri.

    Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam permainan cinta denga gejolak nafsu birahi. Selalu saja setiap kali aku membayangkan sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut.

    Kadang aku pun melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Rizal. Bahkan ketika di rumah sedang ada Ibu Rahadi namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar mandi dan memberi isyarat pada Mas Rizal untuk menyusulnya.

    Untung kamar mandi bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah. Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.

    Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Rizal, aku selalu dihantui oleh sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku: “Bagaimana jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Rizal malu mengakuinya, apakah keluarga Bapak Rahadi mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku sebagai menantu? Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini? Atau juga pasti aku disuruh untuk menggugurkan kandungan ini?” Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah gila dan ingin menjerit sekeras mungkin.

    Apalagi Mas Rizal selama ini hanya berucap: “Aku mencintai mu, Santi.” Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Rizal, tidak akan berarti apa-apa jika Mas Rizal tetap diam tak berterus terang dengan keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua. Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan muntah, yah.. aku hamil! Mas Rizal mulai gugup dan panik atas kejadian ini.

    “Kenapa kamu bisa hamil sih?” Aku hanya diam tak menjawab.
    “Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang repot juga…”
    “Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Rizal sudah berjanji akan menikahi Santi?”

    “Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Santi. Aku masih mencintai mu, dan aku pasti akan menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintai mu…”

    Yah… setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari dan berganti dengan minggu, Mas Rizal selalu kebingungan sendiri dan tak pernah mendapatkan jalan keluar. Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang tentunya kian membesar.

    Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki pergi dari rumah keluarga Bapak Rahadi. Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka yang selama ini kuperoleh di rumah ini. Aku tidak akan menyalahkan Mas Rizal. Ini semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.

     

    Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah terhadap keluarga Bapak Rahadi. Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak Rahadi, Aku kini telah menikmati kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia.

    Hingga pada suatu pagi aku membaca surat pembaca di tabloid terkenal. Surat itu isinya bahwa seorang pemuda Rizal mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Santi untuk segera pulang. Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon isterinya karena dia begitu mencintai nya.

    Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya. Namun aku sudah tidak ingin lagi dan pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda bernama Rizal itu. Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini. Andai saja Mas Rizal suka pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu.

    Mas Rizal pasti akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya. Agar Mas Rizal pun mengerti bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan terakhir bagiku.

     

    Baca Juga :

    Mainkan Event Jackpot Fastbet99Group Dengan Total Hadiah Rp. 52.999.999, Juta Rupiah

    logo-markasjudilogo-fastbet99hokibet99-logo

    hokijudi99-logofortunebet99-logologonexialogo-rf

    Klik link berikut jika anda ingin mendaftarkan diri pada AFFILIASI MLM.

     

  • Mantapnya Goyangan Cewek PNS Yang Montok Saat DiRanjang

    Mantapnya Goyangan Cewek PNS Yang Montok Saat DiRanjang


    1400 views

    Duniabola99.org – Perkenalkan Namaku Agung seorang PNS, untuk kerahasiaan aku tidak akan menuliskan tahun terjadinya peristiwa ini dan nama asli. Namun cerita ini adalah benar adanya.

    Bulan November aku mengikuti prajabatan PNS, yah tak ada yang kukenal di prajabatan ini, karena itu aku berusaha untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Pagi itu adalah jam pertama, aku duduk di bangku kelas bagian tengah, kulirik kiri dan kanan. tak ada yang kukenal.

    Namun ada satu yang menarik perhatianku, seorang gadis cantik duduk tak jauh dariku, dia nampak ramah dan selalu tersenyum, kulitnya sawo matang, namun bagiku dia terlihat yang paling cantik di kelas. Dia lalu memperkenalkan diri.

    “Nama saya Novita, aku guru tari Bali, nama kamu siapa? kok ngeliatin terus sih?”
    Aku jadi salah tingkah, lalu aku menjawab,

    “Maaf ya mbok Nov, nama saya Agung, abis ga ada yang dikenal sih…”
    “Sekarang kan udah kenal,emang umur kamu berapa? kok manggil mbok”
    “25 mbok, emang kenapa?”
    “oh, emang bener kamu manggil aku mbok, umur aku 28.”
    “Oh…”

    Meskipun dia bilang umurnya 28 tapi dia tidak terlihat setua itu, perawakannya lebih pendek dari aku dan badannya sintal. Sejak perkenalan itu kami sering ngobrol berdua pada waktu prajabatan selama 2 minggu itu, smsan dan telpon-telponan, dia juga sering ditengok sama cowok yang sama temen-temen aku dipanggil Ardy.

    Novita bilang sih itu tunangannya, aku kesel juga tapi apa daya aku cuma bisa senyum, tapi memang pada waktu itu aku belum merasakan apa-apa.
    Pada waktu sehari sebelum penutupan dia bilang begini,

    “Gung, nanti abis penutupan kita jalan-jalan yuk!?”
    “ayuk”, kataku dengan senang hati, “emang mau kemana mbok?”
    “yah, ke bioskop atau kemana gitu.”
    “oke..”

    Saat itu tiba, aku dah siap-siap untuk penutupan dan tak lupa aku membawa pakaian ganti, begitu selesai penutupan kami pergi ke bioskop, kami nonton dan sengaja memilih bangku paling pinggir, entah kenapa aku mulai berpikiran kotor, lalu aku memeluk dia, dia tidak menolak.

    Lalu aku beranikan diri untuk mencium dia, dia malah menyambut ciumanku dengan hangat. Kami berciuman lama sekali, aku melumat bibirnya dengan penuh nafsu, setelah beberapa menit dia berkata,

    “ternyata perasaan gak bisa bohong ya.”
    “iya…”

    Aku tak ragu lagi untuk memeluk dan menciumnya bahkan aku berani memegang payudaranya dari dalam bajunya sementara dia juga memegang dadaku, akhirnya kami selesai nonton film lalu aku berkata,

    “Nov..putusin cowok kamu ya, trus nikah ma aku.”
    “Ga bisa gung, aku ma dia dah lebih dari pacaran kami dah biasa begituan, tinggal dibantenin aja kami dah jadi suami istri…”

    Aku kecewa dan marah tapi ga bisa apa-apa, akhirnya aku bilang,
    “Terserah.”

    Aku tidak pernah ngehubungi dia selama beberapa hari, akhirnya aku berpikir normal aku tidak mungkin masuk ke dalam kehidupannya, yah… aku akhirnya menghubungi dia lagi dan kami ngobrol seperti biasa tanpa ada masalah lagi dan pada suatu saat dia mengajak aku makan di ayam wong Solo.

    Aku sebagai orang yang lebih miskin dari dia jelas tidak menolak. Kami pergi kesana terus kami memesan meja di tempat bebas rokok yang sepi dan tertutup.

    Setelah selesai makan, aku dan dia yang duduk bersebelahan menumpahkan rasa kangen. Kami saling mencium, saling melumat dan saling memegang. Aku berkata padanya,

    “Nov, aku pingin buat cupang di leher kamu.”
    “Coba aja!”
    Aku mencoba menghisap lehernya untuk membuat cupang tetapi gagal, dia lalu tertawa sambil berkata,

    “He… he… he… bukan gitu caranya, nih aku contohin”, dia mulai beraksi. Entah bagaimana caranya dia mengisap, yang jelas rasanya aku melayang-layang, aku cuma mendesah,
    “Ah… ah…”

    “Tuh kan, dah merah”, kata dia sambil menunjuk leher aku.
    “Dasar… Nov, kita pulang yuk.”
    “ayuk.”

    Novita lalu membayar makanan sementara aku langsung menuju mobilnya. Sesampai di rumah, pikiranku kacau karena cupang itu, aku langsung nge-sms dia,
    “Nov… aku kepingin cupangnya bukan di leher, aku pingin di dada, aku juga pingin buat cupang di dada kamu.”

    Aku kira dia marah, tapi dia malah ngebalas,
    “Gung, aku sayang ma kamu, kalau kamu buat cupang di dadaku boleh kok, selain itu sebagai tanda sayang aku, aku pingin 3d.”
    “Apaan tuh 3d?”, balasku.
    “Diputer, Dijilat trus Dicelupin.”
    “Hah!! Beneran? Atau becanda nih?”
    “beneran, masak aku main-main.”

    “Kapan kamu mau? Tapi aku belum pernah lho sayang, apa mesti pake pengaman?”
    “Aku pinginnya ga pake, tapi kalau kamu ragu lebih baik pake aja, waktunya nanti aja kalau ada kesempatan, gimana?”
    “Oke deh, met istirahat ya sayang…”
    “Istirahat apaan aku kan harus nari di Hotel sayang, nanti kalau aku ga balas berarti aku masih sibuk atau ada si dia sama aku.”

    “Ya deh, met kerja ya sayang.”
    Yah, ini adalah jadwal harian dia, dia adalah seorang penari Bali dan kadang dia nari di hotel kadang malah sampai ke luar negeri.

    Lama aku menunggu waktu itu, akhirnya aku mendapat kesempatan pelatihan 4 hari. Tetapi karena kecerdikan panitia pelatihan itu hanya 3 hari. Berarti aku hanya punya waktu 1 hari. Aku langsung nge-sms dia,

    “Nov… besok ga ngajarkan? Kita laksanakan rencana kita yuk?”
    “ayuk, nanti aku jemput dimana?”
    “Jemput aku ditempat pelatihan di Jalan Hayam wuruk.”
    “Oke!”

    Besoknya aku sudah menunggu dia di tempat pelatihan. Beberapa menit kemudian dia tiba. Aku langsung naik ke mobilnya dan ganti baju di dalamnya. Aku yang udah nafsu lalu bilang,

    “Kita mau kemana? ayuk”, Novita memakai baju yang agak ngepres di badannya, sementara di bagian bawah dia hanya mengenakan kain pantai, ketika aku lirik ternyata dia tidak mengunnakan apa-apa selain kain pantai dan tentu saja cd.

    “Jangan gitu, kita makan dulu yuk…”
    Kami lalu makan, selanjutnya kami menuju bungalow di Kuta, namun sebelumnya kami sudah membeli makan siang terlebih dahulu.

    Sesampainya di kamar bungalow, dia lalu menutup pintu, aku yang udah nafsu langsung menyerbunya. Dia lalu berkata,

    “Ga jadi ah…”
    “Trus kita ngapain kesini?”
    “ngobrol sambil tiduran.”
    “Enak aja”, aku langsung menyerbu dia berusaha melepas bajunya dan kain pantainya, lalu dia bilang,
    “Sabar dong sayang.” Novita lalu mematikan lampu, lalu menutup korden yang tadi belum tertutup.

    Aku memang udah nafsu liat kemolekan dia jadi ga memperhatikan itu. Akhirnya aku menyerbu dia, kali ini aku tidak menemukan perlawanan berarti, dia udah siap. Aku mencium dia dengan nafsu, lalu melepas bajunya dan kain pantainya, tubuhnya kini hanya ditutupi BH dan CD. Dia lalu bilang,

    “Gung… Aku pernah dioperasi di payudara dulu ada tonjolannya.”
    BHnya aku lepas lalu aku menciumi payudaranya dengan lembut,
    “ehm… ehm…”

    “Gung… ka… mu… be….bbener lembut… ah ah ahh..”
    Desahannya membuat aku bernafsu, lalu aku melepas bajuku dan celana ku sehingga aku telanjang di depan dia, CD diapun kulepas, dia lalu berkata,

    “Gung… pake kondom dulu ya sayang…”
    Dia lalu memakaikan aku kondom, aku yang masih awam langsung saja memasukkan punyaku ke dalam vaginanya. Beberapa menit kemudian aku udah keluar, yah karena aku belum pengalaman, dia melepas kondomku dan berkata,

    Agen Judi Online Indonesia Aman Dan Terpercaya

    “Ga apa-apa kan baru pertama.”
    Belum berapa menit nafsuku naik lagi. Aku langsung menyentuh payudaranya, kali ini dia lebih pintar dia lalu berkata,

    “Gung… sekarang kamu di bawah ya, aku yang di atas.”
    aku rebah di bawah, dia pelan-pelan memasukkan penisku ke vaginanya,
    “uh… enak sekali…”, aku mendesah.
    Diapun mendesah,

    “Ah… ah… nikmat sekali….ah… ah…”
    Goyangannya betul-betul luar biasa, aku sampai merem melek, bodynya yang sintal bergoyang di atasku, aku memegang payudaranya sambil sesekali menciumnya,

    “ah… nikmat sekali rasanya”, ditengah-tengah kenikmatan itu tiba-tiba dia mengejang dan melepaskan vaginanya sambil terengah-engah.
    “Aku belum keluar kok dah selesai Nov?”
    “Cape… dan kayanya dah keluar Gung.”

    Aku langsung menindihnya dan memasukkan penisku ke vaginanya dan mengocoknya dengan cepat karena tanggung pkirku, akhirnya,
    “ah…”
    Spermaku tumpah, aku langsung menarik penis ku keluar dan langsung mengeluarka spermaku di perutnya. Novita lalu berkata,
    “Sekarang gantian, aku yang belum keluar nih.”
    “Yah…”

    Aku lalu memasukkan jariku ke vaginanya dan mengocoknya.
    “ah..ah…ah…ah…”, Novita mendesah keras.
    “gimana Nov, enak kan?”
    “enak banget… ah…ah… ah…”

    Tiba-tiba dia memeluk aku erat sekali sambil mencium dada aku hingga cupang.
    Kamipun tertidur, dan sorenya pulang.

    Kami masih kontak beberapa minggu, hingga ada satu kejadian jelek yang aku dan dia alami. Kami nonton di bioskop berdua dan disudut seperti biasa, selanjutnya kami berciuman, lalu tanganku bergerilya ke selangkangannya, tangan dia pun juga sama. Aku memasukkan tanganku ke vaginanya dan tangannya juga mulai mengocok penisku

    “Ah… ah… ah…” Desahan kami berdua berirama.

    Akhirnya tanganku terasa basah dan dia mengejang… Aku sama sekali belum keluar tapi film keburu selesai. Di perjalanan pulang akhirnya kami ribut, karena dia ingin pisah dariku dan kembali ke tunangannya. Aku berusaha membela diri tapi dia sudah berketetapan.

    Akhirnya kami berpisah dan aku tidak pernah bertemu dengan dia sampai akhirnya dia menikah dengan tunangannya yang juga penari.

     

    Baca Juga :
  • ROSALY ORAL SEXS

    ROSALY ORAL SEXS


    1743 views

  • Pesta Sex Di Villa

    Pesta Sex Di Villa


    1482 views

    Duniabola99.org – Pagi-pagi benar handphone-ku telah bunyi. Saya sedikit jengkel serta malas bangun dari tempat tidurku. Namun bunyinya itu tidak kurang keras, saya jadi tidak dapat tidur sekali lagi. Pada akhirnya saya paksakan juga berdiri serta saksikan siapa yang call saya pagi-pagi begini. Eh, tidak tahunya rekanku Vivie. Saya sedikit ketus juga menjawabnya, namun segera beralih saat saya tahumaksudnya. Si Vivi mengajakku turut bareng cowoknya ke vilanya tidaklah terlalu jauh dari tempatku. Saya sich sepakat sekali sama ajakan itu, selalu saya bertanya, apa saya bisa ajak cowokku. Si Vivi jadi tertawa, tuturnya ya terang dong, memanglah harusnya demikian. Gagasannya kami akan pergi besok sore serta kumpul dahulu di rumahku.

    Singkat narasi kami berempat telah ngumpul di rumahku. Kami memanglah telah sama-sama kenal, bahkan juga cukup akrab. Alf, cowoknya Vivie sahabat Ricky cowokku. Oh ya, saya belum juga mengetahui saya sendiri ya, namaku Selvie, umurku saat ini 17 th., keduanya sama Si Vivie, Ricky cowokku saat ini 19 th., satu tahun lebih tua dari Alf cowoknya Vivie. Oke, lanjut ke narasi. Kami berempat segera cabut ke villanya Vivie. Sekitaran 1/2 jam kami baru hingga. Saya sama Vivie segera beres-beres, menyimpani beberapa barang serta mempersiapkan kamar. Ricky sama Si Alflagi main bola di halaman villa. Mereka memanglah pecandu bola, serta sepertinya tidak bakalan hidup bila satu hari saja tidak menendang bola.
    Villa itu miliki tiga kamar, namun yang satu digunakan untuk menyimpani beberapa barang. Awalnya saya atur agar saya sama Vivie sekamar, Ricky sama Alf di kamar beda. Namun saat saya beres-beres, Vivie masuk serta ngomong bila dia ingin sekamar sama Si Alf. Saya kaget juga, nekad juga ini anak. Namun saya sebagian fikir, kapan sekali lagi saya dapat tidur bareng Si Ricky bila tidak disini. Ya tidaklah perlu hingga gitu-gituan sich, namun kan asyik juga bila dapat tidur bareng dia, mumpung jauhdari bokap serta nyokap-ku. Hehehe, mulai deh omes-ku keluar. Oke, pada akhirnya saya sepakat, satu kamar buat Alf serta Vivie, satu kamar sekali lagi buat Ricky sama saya.
    Sore-sore kami makan bareng, selalu mendekati malam, kami bakar jagung di halaman. Asyik juga malam-malam bakar jagung ditemani cowokku sekali lagi. Wah, betul-betul suasananya mensupport. Hehehe, saya mulai mikir yang beberapa macam, namun malu kan bila ketahuan sama Si Ricky. Maka dari itu saya tetaplah diam pura-pura umum saja. Namun Si Vivie sepertinya memerhatikan saya, serta dia nyengir ke saya, selalu gilanya sekali lagi, dia ngomong gini, “Wah.. kelihatannya situasi gini tidak bakalan berada di Bandung. Tidak enak bila dilewatin gitu saja ya. ” Saya telah melotot ke arah dia, namun dia jadi nyengir-nyengir saja, jadi dia tambahin sekali lagi omongannya yang hilang ingatan benar itu, “Alf, sepertinya disini sangat ramai, kita berjalan-jalan yuk! ” Saya telah tidak paham mesti apa, eh Si Alf juga samanya, dia sepakat sama ajakan Si Vivie, serta sebelumnya pergi di ngomong sama Ricky, “Nah, saat ini elu mesti belajar bagaimana langkahnya nahan diri bila elu hanya berdua sama cewek cakep seperti Si Selvie. ” Saya hanya diam, malu juga dong disepet-sepet seperti gitu.
    Saya lihati Si Alf sama Si Vivie, bukannya berjalan-jalan terlebih masuk ke villa. Saya jadi tidak paham mesti ngapain, saya hanya diam, mudah-mudahan saja Ricky miliki bahan omongan yang dapat dibicarakan. Eh, bukannya ngomong, dia jadi diam juga, saya jadi betul-betul bingung. Apa saya mesti tetaplah begini atau bebrapa cari bahan omongan. Pada akhirnya saya tidak tahan, barusan saya ingin ngomong, eh.. Si Ricky mulai buka mulut, “Eh.. anda tidak dingin? ” Duer.. Saya kaget benar, tidak jadi deh saya ingin ngomong, sebenernya saya memanglah ingin ngomong bila disini itu dingin serta saya ingin ajak dia kedalam. Namun tidak jadi, saya tidak sadar jadi saya geleng-geleng kepala. Ricky ngomong sekali lagi, “Kalau tidak dingin, ingin dong anda temanin saya disini, saksikan bulan serta bintang, serta.. bintang jatuh itu saksikan..! ” Ricky mendadak teriak sembari menunjuk ke langit. Akukontan berdiri kaget sekali, bukanlah sama bintang jatuhnya, namun sama teriakan Si Ricky, aduh.. malu benar jadinya. Ricky ikut-ikutan berdiri, dia rangkul saya dari belakang, “Sorry, saya tidak miliki maksud ngagetin anda. Hanya saya seneng saja dapat saksikan bintang jatuh bareng anda. ”Aku hanya dapat diam, tidak umumnya Ricky segini warm-nya sama saya. Dia jadi tidak sempat peluk saya seerat ini umumnya. Saya tengok jam tanganku, jam 11. 00 malam. Kuajak Ricky kedalam, telah malam sekali. Dia sepakat sekali, demikian masuk ke villa kami diterima sama bunyi pecah dari lantai atas. Kontan saja kami lari ke atas lihat ada apa diatas. Ricky hingga duluan ke lantai atas, serta di nyengir, selalu dia ajak saya turun sekali lagi, namun saya masih tetap penasaran, memanglah ada apa diatas. Saat saya ingin ketuk pintu kamar Vivie, mendadak ada teriakan lembut, “Aw.. ah.. bebrapa perlahan donk! ” Hilang ingatan saya kaget 1/2 mati, namun tanganku sudahkeburu ngetuk pintu. Selalu kedengaran bunyi gedubrak-gedubrak didalam. Pintu di buka sedikit, Alf muncul sembari nyengir, “Sorry, ngeganggu kalian ya? tak ada apa-apa kok kami hanya.. ”Aku dorong pintunya sedikit, serta saya saksikan Si Vivie sekali lagi repot nutupi tubuhnya gunakan selimut. Dia nyengir, namun mukanya merah benar, malu kali ya. Saya segera nyengir, “Ya telah, lanjutin saja, kami tidak keganggu kok. ”
    Selalu saya ajak Ricky ke bawah. Ricky nyengir, “Siapa cobalah yg tidak dapat nahan diri, hehehe. ” Mendadak ada sandal melayang-layang ke arah Ricky, namun dia segera ngelak sembari nyengir, selalu cepat-cepat lari ke bawah. Saya ikutan lari sembari ketawa-ketiwi, serta kami berdua duduk di sofa sembari dengarkan lagu di radio. Tidak lama kedengaran sekali lagi bebrapa nada dari atas. Saya tidak tahan serta segera nunduk menahan ketawa. Hilang ingatan, bisa-bisanya mereka berdua melanjutkan juga olah raga malamnya, walau sebenarnya telah beberapa terang kepergok sama kami berdua. Eh, diluar sangkaan saya, Ricky bediri serta mengajakku slow-dance, kebetulan lagu di radio itu lagu waktu Ricky ngajak saya jadian. Saya jadi ingat bagaimana deg-degannya saat Ricky ngomong, serta bagaimana saya pada akhirnya terima dia sesudah tiga bulan dia selalu nunggui saya. Ricky memanglah baik, serta dia betul-betul setia menungguiku.
    Usai dance, Ricky bertanya sekali lagi, “Eh bila mereka berdua ketiduran, saya tidur di mana? memanglah tidur sama beberapa barang? ” saya malu sekali, bagaimana ngomongnya. Namun pada akhirnya akubuka mulut, “Kita.. kita tidur berdua. ” Wah lega sekali saat omongan itu telah keluar. Tapiaku takut juga, bagaimana ya reaksi Si Ricky. Eh tahunya dia jadi nyengir, “Oke deh bila anda tidak jadi masalah. Sebenernya saya juga telah ngantuk sich, saya tidur saat ini ya. ” Saya jadi salah tingkah, Ricky naik ke lantai atas serta tidak berniat saya panggil dia, “Eh.. tunggulah! ” Ricky berbalik, dia nyengir, “Oke.. oke.. mari naik, tidak bagus anak cewek sendirian malam-malam gini. ” Saya sedikit canggung juga sich, baru kesempatan ini saya tidur seranjang sama cowok, namun lama-lama hilang juga. Kami berdua tidak ngapa-ngapain, hanya diam tidak dapat tidur. Dari kamar samping masih tetap kedengaran nada Vivie yang mendesah serta menjerit, serta kelihatannya itu juga yang buat Ricky terangsang. Dia mulai berani remas-remas jariku. Saya sich tidak nolak, toh dia khan cowokku. Namun saya kaget sekali, Ricky duduk selalu sebelumnya saya tahu apa yang akan dia kerjakan, bibirku telah dilumatnya. Saya ingin nolak, namun sepertinya tubuh jadi kepingin. So, saya biarlah dia cium saya, selalu saya balas ciumannya yang makin lama makin buas.
    Barusan saya mulai nikmati bibirnya yang hangat di bibirku, saya terasa ada yang meraba badanku, disusul remasan halus di dadaku. Saya tahu itu Ricky, saya tidak menampik. Saya biarlah dia main-main sebentar disana. Ricky semakin berani, dia angkat tubuhku serta diduduki di tepi ranjang. Dia cium saya lagi, selalu dia ingin buka baju tidurku. Saya tahan tangannya, ada sedikit penolakan di kepalaku, namun tubuhku sepertinya telah kebelet menginginkan coba, seperti apa sich nge-sex itu. Pada akhirnya tanganku lemas, saya biarlah Ricky buka bajuku, dia juga buka baju serta celananya sendiri. Dia hanya tersisa celana dalam putihnya. Saya saksikan penisnya yang membayang dibalik celana dalamnya, namun saya malu melihati lama-lama, so saya ganti saksikan tubuhnya yang lumayan jadi. Mungkin saja karna olahraganya yang betul-betul rajin.
    Saya tidak paham apa saya dapat tahan memuaskan Ricky, soalnya saya tahu sendiri bagaimana staminanya saat dia main bola. 2×45 menit dia lari, serta dia senantiasa kuat hingga akhir. Saya tidak terbayang bagaimana aksinya di ranjang, bebrapa janganlah saya mesti terima kocokannya2x45 menit. Hilang ingatan, bila gitu sich saya dapat pingsan.
    Saat saya berhenti pikirkan stamina dia serta saya, saya baru sadar bila bra-ku telah dilepasnya. Saat ini dadaku telanjang bulat. Saya malu 1/2 mati, mana Ricky mulai meremas dadaku sekali lagi, yah pokoknya saya tidak paham mesti bagaimana, saya hanya diam, merem siap terima apa sajakah yang akan dia kerjakan. Mendadak remasan itu berhenti, namun ada suatu hal yang hangat di sekitaran dadaku, selalu berhenti di putingku. Saya melek sebentar, Ricky asyik menjilati putingku sembari kadang-kadang menghisap-ngisap. Saya semakin malu, mana ini baru pertama kalinya saya telanjang dimuka cowok, terlebih dia bukanlah adik atau kakakku. Wah benaran malu deh.
    Lama-lama saya mulai dapat nikmati bagaimana nikmatnya permainan lidah Ricky di dadaku, saya mulai berani buka mata sembari lihat bagaimana Ricky menelusuri tiap-tiap lekuk badanku. Namun mendadak saya dikejutkan suatu hal yang menyentuh selangkanganku. Pas dibagian vaginaku. Saya tidak sadar mendesah panjang. Rupanya Ricky telah menelanjangiku bulat-bulat. Kesempatan ini jarinya mengelus-elus vaginaku yang telah basah sekali. Dia masih tetap selalu menjilati puting susuku yang telah mengeras sebelumnya pada akhirnya dia geser ke selangkanganku.
    Saya menarik nafas dalam-dalam saat lidahnya yang basah serta hangat bebrapa perlahan menyentuh vaginaku naik ke klitoris-ku, serta saat lidahnya itu menyentuh klitoris-ku, saya tidak sadar mendesah sekali lagi, serta tanganku tidak berniat menyenggol gelas di meja dekat ranjangku. Lantas “Prang.. ” gelas pada akhirnya pecah juga. Ricky berhenti, sepertinya dia ingin memberesi pecahan kacanya. Namun tak tahu mengapa, mungkin saja karna saya telah larut dalam nafsu, saya jadi pegang tangannya selalu saya menggeleng, “Barkan saja, kelak saya beresin. Lanjutin.. please.. ”
    Setelah itu saya saksikan Ricky nyengir, selalu diciumnya bibirku serta dia meneruskan permainannya di selangkanganku. Ricky betul-betul jago mainkan lidahnya, betul-betul buat saya merem-melek keenakan. Selalu diawali melintir-melintir klitorisku gunakan bibirnya. Saya seperti kesetrum tidak tahan, namun Ricky jadi terus menerus melintir-melintiri “kacang”-ku itu. “Euh.. ah.. ah.. ach.. aw.. ” saya telah tidak paham bagaimana saya saat itu, yang pasti mataku buram, semuanya terasanya mutar-mutar. Tubuhku lemas serta nafasku seperti orang baru lari marathon. Saya betul-betul pusing, selalu saya pejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di tubuhku dari mulai selangkanganku, ke pinggul, dada serta pada akhirnya buat tubuhku kejang-kejang tanpa ada dapat saya kontrol.
    Saya cobalah atur nafasku, serta saat saya mulai tenang, saya buka mata, Ricky telah buka celana dalamnya, serta penisnya yang nyaris maksimum segera berdiri dimuka mukaku. Dia megangi batang penisnya gunakan tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Saya tahu dia ingin di-”karoake”-in, ada rasa jijik juga sich, namun tidak adil dong, dia telah muasin saya, masaaku tolak hasratnya. So saya buka mulutku, saya jilat sedikit kepala penisnya. Hangat serta buat saya ketagihan. Saya mulai berani menjilat sekali lagi, selalu serta selalu. Ricky duduk di ranjang, ke-2 kakinya dilewatkan terlentang. Saya duduk di ranjang, selalu saya bungkuk sedikit, saya pegang batang penisnya yang besarnya lumayan itu gunakan tangan kiriku, tangan kananku menahan tubuhku agar tidak jatuh serta mulutku mulai bekerja.
    Awal mula hanya menjilati, selalu saya mulai emut kepala penisnya, saya hisap sedikit selalu kumasukkan semua ke mulutku, nyatanya tidak masuk, kepala penisnya telah menyodok ujung mulutku, namun masih tetap ada sisa sebagian senti sekali lagi. Saya tidak maksakan, saya gerakkan naik-turun sembari saya hisap serta kadang-kadang saya gosok batang penisnya gunakan tangan kiriku. Ricky sepertiya senang juga sama permainanku, dia mrlihati bagaimana saya meng-”karaoke”-in dia sembari kadang-kadang buka mulut sembari sedikit berdesah. Sekitaran 5 menit pada akhirnya Ricky tidak tahan, dia berdiridan mendorong tubuhku ke ranjang hingga saya terlentang, dibukanya pahaku agak lebar dandijilatnya lagi vaginaku yang telah kebanjiran. Selalu dipegangnya penisnya yang telah tiba ke ukuran maksimum. Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku, namun tidak segera dia input, dia gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, baru sebagian detik lalu dia dorong penisnya kedalam. Seperti ada suatu hal yang maksa masuk kedalam vaginaku, menggesek dindingnya yang telah dibasahi lendir.
    Vaginaku telah basah, tetaplah saja tidak semuanya penis Ricky yang masuk. Dia tidak memaksa, dia hanya mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Saya mulai merem-melek sekali lagi rasakan bagaimana penisnya menggosoki dinding vaginaku, betul-betul nikmat. Saat saya asyik merem-melek, mendadak penis Ricky maksa masuk selalu melesak kedalam vaginaku. “Aw.. ah.. ” vaginaku perih bukanlah main serta saya teriak menahan sakit. Ricky masih tetap menghentak dua atau 3x sekali lagi sebelumnya pada akhirnya semua penisnya masuk merobek selaput daraku. “Stt.. tahan sebentar ya, kelak juga sakitnya hilang. ” Ricky membelai rambutku. Dibalik senyum nafsunya saya tahu ada rasa iba juga, karenanya saya berkemauan menahan rasa sakit itu, saya menggelengkan kepala, “Tidak apa-apa.. saya tidak apa-apa. Terusin saja.. ah.. ”
    Ricky mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Penisnya menggesek-gesek vaginaku, awal mula lambat selalu semakin lama semakin cepat. Rasa sakit serta perihnya lalu hilang digantikan rasa nikmat mengagumkan setiap saat Ricky menusukkan penisnya serta menarik penisnya. Ricky semakin cepat serta semakin keras mengocok vaginaku, saya sendiri telah merem-melek tidak tahan rasakan nikmat yang terus menerus mengalir dari dalam vaginaku. “Tidak lama sekali lagi.. tidak bakalan lama sekali lagi.. ” Ricky ngomong dibalik nafasnya yang telah tidak karuan sembari selalu mengocok vagina saya. “Aku juga.. ah.. oh.. sebentar sekali lagi.. ah.. aw.. juga.. ” saya ngomong tidak terang sekali, namun tujuannya saya ingin ngomong bila saya juga telah nyaris hingga klimaks. Mendadak Ricky mencabut penisnya dari vaginaku, dia tengkurapi saya, saya sendiri telah lemas tidak paham Ricky ingin apa, namun dengan perasaan saya angkat pantatku ke atas, saya tahan gunakan lututku serta kubuka pahaku sedikit. Tanganku menahan tubuhku agar tidak ambruk serta saya bersiap ditusukdari belakang.
    Beneran saja Ricky memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang, selalu dia kocok sekali lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Ricky tidaklah terlalu keras, namun semakin cepat. Saya telah sekuat tenaga menahan tubuhku agar tidak ambruk, serta saya rasakan tangan Ricky meremas-remas dadaku dari belakang, selalu jarinya menggosoki puting susuku, buat saya seperti terserang dari dua arah, depan serta belakang. Ricky kembali keluarkan penisnya dari vaginaku, kesempatan ini dimasukkannya ke anusku. Dia betul-betul memaksakan penisnya masuk, namun tidak semua dapat masuk. Ricky kelihatannya tidak perduli, dia mengocok anusku seperti mengocok vaginaku, kesempatan ini hanya tangan kirinya yang meremas dadaku, tangan kanannya repot main-main di selangkanganku, dia masukan jari tengahnya ke vaginaku serta jempolnya menggosoki klitorisku.
    Saya semakin merem-melek, anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok, dadaku diremas-remas serta putingnya dipelintir-pelintir, selalu vaginaku dikocok-kocok juga gunakan jari tengahnya. Saya betul-betul tidak kuat sekali lagi, pada akhirnya saya klimaks, serta saya rasakan Ricky juga hingga klimaks, dari anusku kerasa ada cairan panas muncrat dari penis Ricky. Pada akhirnya saya ambruk juga, tubuhku lemas semuanya. Saya saksikan Ricky juga ambruk, dia terlentang di sebelahku. Tubuhnya basah karna keringat selalu, kupegang tubuhku, nyatanya saya juga basah keringatan. Betul-betul kesenangan yang mengagumkan. Tidak paham berapakah lama saya ketiduran, saat pada akhirnya saya bangun. Saya saksikan jam tangan, telah jam 2 subuh. Leherku kering, namun saat saya ingin minum, saya ingat gelas di kamarku telah pecah dikarenakan kesenggol. Saya saksikan ke lantai, banyak pecahan kaca, selalu saya ambillah sapu, saya sapu dahulu ke tepi tembok. Saya turun ke bawah, tujuannya sich ingin ambillah minum dibawah, saya masih tetap telanjang sich, namun saya cuek saja. Saya fikir si Alf tentu masih tetap tidur soalnya dia tentu raih juga olah raga malam bareng Si Vivie.
    Saya turun serta ambil air dingin di kulkas. Kebetulan villanya Vivie lumayan elegan, ada kulkas serta TV. Saya ambillah sebotol Aqua, selalu sembari jalan saya minum. Saya duduk di sofa, gagasannya sich saya hanya ingin sekedar duduk sebentar soalnya di kamar panas sekali. Tidak paham mengapa, namun saya pada akhirnya ketiduran serta saat saya bangun saya kaget 1/2 mati. Saya lihatSi Alf dengan santainya turun dari tangga segera menuju kulkas, sepertinya ingin minum juga.
    Saya bingung mesti menutupi tubuhku gunakan apa, namun saya telat Si Alf telah membalik duluan serta dia melongo lihat saya telanjang di depannya. Dia masih tetap melihatiku saat saya menutupi selangkanganku gunakan tangan, namun saya sadar saat ini dadaku terlihat, maka dari itu tanganku geser sekali lagi ke dada, selalu geser sekali lagi ke bawah, saya betul-betul bingung mesti bagaimana, saya malu 1/2 mati.
    Alf pada akhirnya berbalik,
    “Sorry, saya fikir anda masih tetap tidur di kamar. Jadi.. jadi.. ”
    “Tidak apa-apa, ini salahku. ”
    Saya masih tetap mencari-cari suatu hal untuk menutupi tubuhku yang telanjang polos, saat pada akhirnya saya juga sadar bila Alf juga telanjang. Kelihatannya dia fikir saya masih tetap di kamar sama Si Ricky, maka dari itu dia cuek saja turun ke bawah. Saya fikir telah terlambat untuk malu, toh Alf telah melihatku dari atas hingga ke bawah polos tanpa ada sehelai benangpun, terlebih saya telah tidak perawan sekali lagi, so malu apa. Cuek saja lah. “Kamu telah bisa balik, saya tidak apa-apa. ” Saya ambil remot TV selalu menyalakan TV. Saya setel VCD, saya fikir juga bagus saya santai sebentar sembari nonton TV. Alf juga kelihatannya telah cuek, dia berbalik namun tak akan melongo melihatiku telanjang, dia duduk sembari turut nonton TV.
    Gilanya yang saya setel jadi VCD BF. Namun telah tanggung, saya lihat saja, perduli sangat apa kata Si Alf, yang perlu saya dapat istirahat sembari nonton TV.
    “Bagaimana semalem? ” saya buka pembicaraan dengan Alf.
    Dia berbalik, “Hebat, Vivie betul-betul hebat. ”
    Alf telah dapat nyengir seperti umumnya.
    Saya mengangguk, “Ricky juga hebat, saya nyaris pingsan dibikinnya. ”
    Alf nyengir sekali lagi, lantas kami bercakap sembari kadang-kadang menengok TV. Sepertinya mustahil ada cowok yang tahan bercakap tanpa ada mikirin apa-apa sama cewek yang sekali lagi telanjang, terlebih sembari nonton film BF. Setiap kali ngomong saya tahu mata Alf senantiasa nyasar ke bawah, ka dadaku yang memanglah lumayan menggoda. Saya tidak memberikan pujian pada sendiri, namun memanglah dadaku cukup oke, ranum menggoda, bahkan juga lebih seksi dari milik Vivie, itu penyebabnya Alf tidak berhenti-berhenti melihati dadaku bila ada peluang. Ada sedikit rasa bangga juga di balik rasa maluku, serta sepintas kulihat penis Alf yang mulai tegang. Saya nyengir serta kelihatannya Alf tahu apa yang saya fikirkan.
    Dia pegang tanganku, “Boleh saya pegang, itu juga bila anda tidak keberatan. ” Wah berani juga dia, saya jadi sedikit tersanjung, selalu saya mengangguk. Alf geser ke sebelahku, dia peluk saya serta tangannya mulai remas-remas dadaku. Awal mula dia sedikit bebrapa sangsi, namun demikian tahu bila saya tidak nolak dia mulai berani serta semakin lama semakin berani, serta jarinya mulai nakal memelintir puting susuku. Saya mulai merem-melek sembari memutar tubuhku. Saat ini saya duduk di paha Alf berhadap-hadapan. Alf segera menyambar putingku serta lidahnya segera beraksi. Saya sendiri telah kebawa nafsu, saya mulai mengocok penisnya gunakan tanganku serta kelihatannya Alf juga senang dengan permainanku. Saya mulai terikut nafsu, serta saya telah tidak perduli apa yang dia kerjakan, yang pasti enak buatku.
    Alf menggendongku, kupikir ingin dibawa ke kamar mandi, soalnya kamar diatas ada Vivie sama Ricky, namun tebakanku salah. Dia jadi menggendongku ke luar, ke halaman villa. Saya kaget juga, bagaimana bila ada yang saksikan kami telanjang diluar. Namun demikian Alf buka pintu luar, saya lihat di seberang villa, sepasang cowok-cewek sekali lagi repot nge-sex. Cewek itu mendesah-desah sembari kadang-kadang berteriak. Saya saksikan sekali lagi ke sekelilingnya, nyatanya banyak pula yang nge-sex disana. Rupanya villa-villa di sekitaran sini memanglah tempatnya beberapa orang nge-sex. “Bagaimana? kita kalahkan mereka? ” Alf nyengir sembari menggendongku. Saya ikut-ikutan nyengir, “Siapa takut? ” selalu Alf meniduriku di rumput. Dingin juga sisa air hujan yang masih tetap membasahi rumput, punggungku dingin serta basah namun dadaku lebih basah sekali lagi sama liurnya Si Alf. Udara selain itu betul-betul dingin, telah di pegunungan, subuh-subuh sekali lagi. Wah tidak terbayang bagaimana dinginnya deh. Namun lama-lama rasa dingin itu hilang, saya jadi semakin panas serta nafsu, terlebih Alf jago benar mainkan lidahnya. Sayup-sayup saya dengarkan nada cewek dari villa seberang yang telah tidak karuan serta tak ada iramanya. Saya semakin nafsu sekali lagi mendengarnya, namun Alf kelihatannya lebih nafsu sekali lagi, dia itu seperti orang kelaparan yang seakan akan nelan dua gunung kembarku bulat-bulat.
    Lama juga Alf main-main sama dadaku, serta pada akhirnya dia pegang penisnya minta saya meng-”karaokei”-in itu penis yang besarnya lumayan juga. Dikarenakan barusan malam saya telah coba meng-”karaokei”-in penis Ricky, saat ini saya jadi kecanduan, saya jadi suka juga meng-”karaoke”-in penis, terlebih bila besarnya lumayan seperti miliki Si Alf. Maka dari itu tak perlu diminta 2 x, segera saja saya caplok itu penis. Saya tidak ingin kalah sama permainan dia di dadaku, saya hisap itu penis kuat-kuat hingga kepalanya jadi ungu sekali. Selalu kujilati dari mulai kepalanya hingga batang serta pelirnya juga tidak ketinggal.
    Kulihat Alf melihati bagaimana saya main dibawah sana. Kadang-kadang dia buka mulut sembari berdesah menahan nikmat. Saya belum juga senang juga, kukocok batang penisnya gunakan tanganku serta kuhisap-hisap kepalanya sembari kujilati bebrapa perlahan. Alf merem-melek juga serta tidak lama dia telah tidak tahan sekali lagi, kelihatannya sich ingin keluar, maka dari itu dia cepat-cepat melepas penisnya dari mulutku. Saya tahu dia tidak ingin usai cepat-cepat, maka dari itu saya tidak ngotot meng-”karaoke”-in penisnya sekali lagi.
    Alf berniat membiarkan penisnya istirahat sebentar, dia suruh saya terlentang sembari mengangkang. Saya menurut saja, saya tahu Alf jago mainkan lidahnya, maka dari itu saya suka sekali saat dia mulai jilati bibir vaginaku yang telah basah sekali. Benar saja, baru sebentaraku telah dibikin merem-melek dikarenakan lidahnya yang jago sekali itu. Kelihatannya habis semuanya sisi vaginaku disapu lidahnya, dari mulai bibirnya, klitorisku, sedikit kedalam ke daerah dinding dalam, hingga anusku juga tidak ketinggal dia jilati.
    Saya dengarkan, kelihatannya pasangan di seberang telah usai main, soalnya telah tidak kedengaran sekali lagi suaranya, namun saat saya saksikan kesana, saya kaget. Cewek itu sekali lagi meng-”karaoke”-in cowok, namun bukanlah cowok yang barusan. Cowok yang barusan nge-sex sama dia lagimembersihkan penisnya, mungkin saja dia telah senang. Saat ini cewek itu sekali lagi meng-”karaoke”-in cowok beda, lebih tinggi dari cowok yang barusan. Hilang ingatan juga itu cewek nge-sex sama dua cowok sekalian. Namun saya tarik sekali lagi omonganku, soalnya saya ingat-ingat, saya juga sama juga sama dia. Baru usai sama Ricky, saat ini sama Alf. Wah nyatanya saya juga sama gilanya. Saya nyengir sebentar, namun selalu merem-melek sekali lagi saat Alf mulai melintir-melintir klitorisku gunakan bibirnya.
    Alf betul-betul pakar, tidak lama saya telah mulai pusing, saya saksikan bintang di langit menjadi tambah banyak serta sepertinya mutar-mutar di kepalaku. Saya betul-betul tidak dapat ngontrol tubuhku. Ada seperti setrum dari selangkanganku yang terus menerus buat saya hilang ingatan. “Ah.. ah.. Alf.. Ah.. berhenti dahulu Alf.. Ah.. Ah.. Shh.. ” saya tidak tahan sama puncak nafsuku sendiri. Namun Alf jadi terus menerus melintir-melintir klitorisku. Saya betul-betul tidak tahan sekali lagi, saya kejang-kejang seperti orang ayan, namun sudahnya betul-betul enak sekali, sebagian menit lewat, semuanya tubuhku masih tetap lemas, namun saya tahu ini belum juga usai.
    Saat ini bagianku buat Alf merem-melek, maka dari itu saya paksakan duduk serta mulai menungging dimuka Alf. Alf sendiri kelihatannya memanglah telah tidak tahan menginginkan keluarkan maninya, dia tidak menanti lama sekali lagi, segera dia tusukkan itu penis ke vaginaku. Ada sedikit rasa sakit namun tidak sesakit pertama vaginaku dimasukkan penis Ricky. Alf tidak menanti lama sekali lagi, dia segera mengocok vaginaku serta tangannya tidak diam, segera disambarnya dadaku yang semakin ranum karna saya menungging. Diremasnya sembari dipelintir-pelintir putingnya. Saya tidak tahan digituin, terlebih tubuhku masih tetap lemas, tanganku lemas sekali, untuk menahan hentakan-hentakan saat Alf menyodokkan penisnya saja telah tidak kuat. Saya ambruk ke tanah, namun Alf masih tetap selalu mengocokku, dari belakang.
    “Ah.. euh.. ah.. aw.. ” saya hanya dapat mendesah setiap saat Alf menyodokkan penisnya ke vaginaku. Saya cobalah mengangkat tubuhku namun saya tidak kuat, pada akhirnya saya menyerah, saya biarlah tubuhku ambruk seperti gitu. Alf memutarkan tubuhku, selalu disodoknya sekali lagi vaginaku dari depan. Saya telah tidak dapat ngapa-ngapain, setiap saat Alf menyodokkan penisnya terkecuali dinding vaginaku yang tergores, klitorisku juga tergores-gesek, maka dari itu saya semakin lemas serta merem-melek keenakan.
    Alf memegang kaki kiriku, selalu diangkatnya ke bahu kanannya, selalu dia mengangkat kaki kananku, diangkatnya ke bahu kirinya. Saya diam saja, tidak dapat menampik, tempat apa yang dia menginginkan terserah, pokoknya saya menginginkan cepat-cepat disodok sekali lagi. Saya tidak tahan menginginkan segera dikocok. Nyatanya hasratku terkabul, Alf menyodokku sekali lagi, kakiku dua-duanya terangkat, mengangkang sekali lagi, maka dari itu vaginaku terbuka lebih lebar serta Alf semakin leluasa mengocok-ngocokkan penisnya. Vaginaku diaduk-aduk serta saya bahkan juga telah tidak dapat sekali lagi berdesah, saya hanya dapat buka mulut namun tak ada nada yang keluar.
    “Aku ingin keluar, saya ingin keluar.. ” Alf membisikkan sembari ngos-ngosan serta masih tetap selalu mengocokku.
    “Jangan di.. janganlah didalam. Ah.. ah.. oh.. saya.. saya tidak ingin.. hamil. ”
    Saya hanya dapat ngomong gitu, seenggannya maksud saya ngomong gitu, saya tidak paham apa suaraku keluar atau tidak, pokoknya saya telah usaha, itu juga telah saya paksa-paksakan. Saya tidaktahu apa Alf ngerti apa yang saya omongin, namun yang pasti dia masih tetap selalu mengocokku.
    Baru sebagian detik lewat, dia mencabut penisnya, kakiku segera ambruk ke tanah. Alf mengangkang di perutku, serta dia selipkan penisnya ke sela-sela dadaku yang telah montok sekali soalnya saya telah dipuncak nafsu. Kujepit penisnya gunakan dadaku, serta Alf mengocok-ngocok seakan masih tetap didalam vaginaku. Tidak lama maninya muncrat ke muka serta bekasnya di dadaku. Saya sendiri klimaks sekali lagi, kulepaskan tanganku dari dadaku, maninya mengalir ke leherku, serta mani yang di pipiku mengalir ke mulutku. Saya bahkan juga tidak dapat tutup mulutku, saya sangat lemas. Saya biarlah saja maninya masuk serta saya telan saja sekalian.
    Belum juga habis lemasku, Alf telah tempelkan penisnya ke bibirku. Saya memaksakan menjilati penisnya hingga bersih selalu saya telan sisa maninya. Alf menggendongku kedalam, selalu dia membaringkanku di sofa. Saya lemas sekali maka dari itu saya tidak ingat sekali lagi apa yang berlangsung setelah itu. Yang pasti baru jam 8. 00 saya baru bangun. Demikian saya buka mata, saya sadar saya masih tetap telanjang. Saya memaksakan duduk, serta saya kaget mengapa saya berada di kamar Vivie. Selalu yang buat saya lebih kaget sekali lagi, saya saksikan samping kiriku Alf masih tetap tidur sedang di kananku Ricky juga masih tetap tidur. Mereka berdua juga masih tetap telanjang seperti saya.
    Belum juga habis kagetku, Vivie keluar dari kamar mandi di kamarku, dia sekali lagi mengeringkan rambutnya serta keduanya sama masih tetap telanjang. Baru pada akhirnya saya tahu bila semalam Vivie bangun serta lihat saya sekali lagi nge-sex sama Alf. dia sich tidak geram, soalnya yang perlu untuk dia Alf cinta sama dia, masalah Alf memuaskan nafsu sama siapa, tidak jadi masalah untuk dia. Nyatanya Vivie lihat dari jendela bagaimana saya sama Alf nge-sex serta Ricky yang bangun subuh-subuh kaget lihat saya sekali lagi nge-sex sama Alf. Dia keluar kamar, kelihatannya ingin lihat apa benar saya sekali lagi nge-sex sama Alf, namun dia pernah menengok ke kamar samping serta lihat Vivie yang sekali lagi nonton saya sama Alf nge-sex dari jendela. Ricky segera bisa inspirasi, so dia masuk kedalam serta mengajak Vivie nge-sex juga. Singkat narasi mereka pada akhirnya nge-sex juga di kamar. Serta saat saya sama Alf usai, Alf menggendongku ke atas serta lihat Ricky sama Vivie barusan usai nge-sex. Maka dari itu kami berempat pada akhirnya tidur bareng di kamarnya telanjang bulat.
    Hehehe, tidak jadi masalah, kami berempat jadi semakin dekat. Kelak malam juga kami bakalan nge-sexlagi berempat, tidak jadi masalah untuk aku Ricky atau Alf yang jadi pasanganku, yang perlu saya senang. Tidak jadi masalah siapa yang muasin saya.
    Seperti gagasan kami awal mulanya, malam itu juga kami nge-sex berempat bareng-bareng. Asyik juga sekali-kali nge-sex bareng seperti gitu. Ricky tetap masih oke meskipun dia telah ngocok Vivie duluan. Saya masih tetap kerepotan hadapi penisnya yang memanglah hilang ingatan itu. Alf juga tidak kalah, biarlah dia masih tetap ngos-ngosan saat usai ngocok saya, dia segera sambar Vivie yang baru usai sama Ricky. Selalu kami nge-sex sekali lagi hingga pada akhirnya keduanya sama senang. Saya senang sekali, soalnya baru kesempatan ini saya dipuasi dua cowok sekalian tanpa ada jeda. Barusan usai satu, yang satunya telah menyodok-nyodok penisnya ke vaginaku. Pokoknya betul-betul senang sekali deh saya.
    Masuk ke narasi, malam hari ini kami gagasan akan tidak nge-sex sekali lagi, soalnya telah raih sekali dua hari gituan terus-terusan. Maka dari itu Ricky sama Alf segera menghilang demikian matahari mulai teduh. Mereka sich tentu main bola sekali lagi, tidak bakalan jauh dari itu. Vivie menggunakan saatnya di villa, sepertinya dia raih sekali, nyaris sepanjang hari dia di kamar. Saya jadi jemu sendirian, maka dari itu saya putuskan saya ingin berjalan-jalan. Kebetulan di dekat situ ada air terjun kecil. Akurencana ingin menggunakan hari ini berendam disana, agar tubuhku fresh sekali lagi serta siap tempur sekali lagi. Saya tidak segera ke air terjun, saya berjalan-jalan dahulu melingkari kompleks villa itu. Besar juga, serta villanya bagus-bagus. Ada yang serupa kastil semua. Selama jalan saya ketemu agak banyak orang, rata-rata sich beberapa orang yang memanglah sekali lagi menggunakan saat di villa sekitaran sini. Nyaris kebanyakan orang yang ketemu melihati saya. Mulai dari cowok bagus yang adadi halaman villanya, om-om genit yang repot menggodai cewek yang lewat hingga tukang kebun di villa juga melihati saya. Saya sich hanya nyengir saja membalas mata-mata keranjang mereka.
    Tidak aneh sich bila mereka melihatiku, problemnya saya memanglah gunakan baju pas-pasan, atasanku kaos putih punyanya Si Vivie yang kesempitan soalnya kamarku dikunci serta kuncinya terikut Ricky. Saya malas mencari dia, maka dari itu saya gunakan saja kaos Si Vivie yang berada di meja setrika. Itu juga saya tidak gunakan bra, soalnya bra Vivie itu sempit sekali di saya. memanglah sich dadaku jadi terlihat nonjol sekali serta putingnya terlihat dari balik kaos sempit itu, namun saya cuek saja, siapa yang malu, ini kan lokasi villa buat nge-sex, jadi beberapa sukai saya dong.
    Oh ya saya jadi lupa, bawahan saya lebih hilang ingatan sekali lagi. Saya tidak tega membangunkan Vivie hanya untuk minjam celana atau rok, kebenaran saja ada Samping Bali pengasih Ricky bulan lantas, ya saya gunakan saja. Saya ikat di kananku, namun setiap kali saya mengambil langkah, paha kananku jadi terbuka, ya cuek saja lah. Apa kelirunya sich memarkan apa yang bagus yang saya miliki, benar tidak?
    Singkat narasi, saya hingga ke air terjun kecil itu. Saya berjalan-jalan mencari tempat yang enak buat berendam. Kaosku mulai basah serta dadaku semakin terang terlihat, terlebih Samping yang saya gunakan, telah basah betul-betul terkena cipratan air terjun. Enak juga sich fresh, namun lama-lama semakin sulit jalannya, soalnya Samping saya jadi seringkali keinjak. Saya jadi menginginkan cepat-cepat berendam, soalnya fresh sekali airnya, serta saat saya menjumpai tempat yang enak, saya bersiap berendam, saya terlepas sandalku. Namun saat saya ingin melepas Samping-ku mendadak ada tangan yang memegang bahuku, saya berbalik nyatanya seseorang cowok menodongi pisau lipat ke leherku. Saya kaget camput takut, namun dengan perasaan saya diam saja, salah-salah leherku kelak digoroknya.
    “Mau.. ingin apa lo ke gue? ” saya bertanya ke orang yang sekali lagi nodong pisau ke saya. Saya tidak berani saksikan mukanya, soalnya saya takut sekali. Nyatanya cowok itu tidak sendiri, seseorang rekannyamuncul dari balik batu, rupanya mereka memanglah telah ngincar saya dari barusan. Rekannya itu segera buka baju serta celana jeans-nya. Saya tebak bila mereka ingin memperkosa saya. Nyatanya tebakanku benar, orang yang menodongi pisau bicara, “Sekarang lo buka semuanya baju lo, cepet sebelumnya kesabaran gue habis! ” Saya jadi ingat bagaimana korban-korban perkosaan yang akulihat di TV, saya jadi ngeri. Jangan-jangan demikian mereka usai perkosa saya, saya dibunuh. Maka dari itu saya beranikan diri ngomong bila saya tidak keberatan muasin mereka asal mereka tidak bunuh saya.
    “Oke.. oke, saya buka baju. Kalem saja, saya tidak jadi masalah muasin elu berdua, namun tak perlu gunakan nodong semua dong. ” Saya berupaya ngomong, walau sebenarnya saya sekali lagi takut 1/2 mati. Orang yang nodongin pisau jadi membentak saya, “Goblok, mana ada cewek ingin diperkosa, elu janganlah macem-macem ya! ” Saya semakin takut, namun otakku segera bekerja, “Santai dong, emangnya gue berani gunakan baju ginian bila gue tidak siap diperkosa orang? Lagian apa gue dapat lari gunakan samping seperti ginian? ” Ke-2 orang itu melihati saya, selalu pada akhirnya pisau itu dilipat sekali lagi. Saya lega 1/2 mati, namun ini belum juga usai, saya masih tetap mesti puasin mereka dahulu.
    Saya mulai buka Samping-ku, “Maunya bagaimana, berdua sekalian atau satu-satu? ” Orang yang barusan nodongin pisau lihat ke orang yang satunya, “Eloe dahulu deh. Gue sekali lagi tidak demikian mood. ” Rekannya mengangguk-angguk serta segera mencaplok bibirku. Saya bebrapa saksikan, ganteng juga nih orang. Saya balas ciumannya, dia kelihatannya mulai lebih halus, bebrapa perlahan dia remas dadaku serta tahu-tahu saya telah ditiduri diatas batu yang lumayan besar. Dia tidak segera main sodok, dia lebih suka main-main sama dadaku, maka dari itu saya jadi lebih santai, so saya dapat nikmati permainannya.
    “Ah.. yeah.. ah.. siapa.. siapa nama loe? ” saya bertanya di balik desahan-desahanku menahan nikmat. Dia nyengir, serupa sekali Si Alf, dia selalu buka celana dalam birunya, serta penisnya yang telah tegang sekali segera muncul seperti telah tidak sabar menginginkan menyodokku. Tak perlu diminta, saya segera jongkok, tanganku memegang batangnya serta nyatanya masih tetap menyisa sekitaran 5 – 7 senti. Saya jilat kepala penisnya selalu saya kulum-kulum penisnya. Dia mulai nikmati permainanku, “Oke.. selalu.. selalu.. Yeah.. ” Nyatanya ada pula cowok yang menyukai berdesah-desah seperti gitu bila sekali lagi nge-sex. Saya berhenti sebentar,
    “Belum dijawab? ”
    “Oh, sorry. Nama gue Jeff. ”
    Dia menjawab sembari selalu merem-melek nikmati penisnya yang saya kulum serta kuhisap-hisap. Kulihat-lihat kelihatannya saya kenal suaranya.
    “Elo tinggal disini juga ya, elu yang lusa tempo hari ngentot di halaman villa? ”
    Jeff kaget juga saat saya ngomong gitu.
    “Memang elu tahu dari tempat mana? ”
    Saya nyengir selalu saya lanjutkan sekali lagi mengisap penisnya yang telah basah sekali sama liurku.
    Saya berhenti sekali lagi sebentar, “Gue saksikan elu. Hilang ingatan lu ya! berdua ngentotin cewek, keliatannya masih tetap kecil sekali lagi. ” Jeff nyengir, “Itu adik kelas gue, dia baru 15 th., namun bodinya oke sekali. Gue ajakin kesini, serta gue entot bareng Si Lex. Dia sendiri kelihatannya sukai digituin sama kami berdua. ” Saya tidak melanjutkan sekali lagi, saya berhenti serta segera mencari tempat yang enak buat nungging. Jeff tahu maksudku, dia segera menyodok penisnya ke vaginaku bareng sama nada eranganku. Selalu dia mulai mengocok, awalnya sich bebrapa perlahan selalu lebih cepat. Selalu serta selalu, saya mulai merem-melek dibikinnya. Selalu dia cabut penisnya, saya digendong serta dia masukan penisnya sekali lagi ke vaginaku. Selalu dia mengocok saya sembari bediri, seperti style ngocoknya Tom Cruise di film Jerry Maguire. Vaginaku seperti ditusuk-tusuk keras sekali serta saya semakin merem-melek dibuatnya. Serta pada akhirnya saya tidak tahan sekali lagi, saya kejang-kejang serta saya menjerit panjang. Pandanganku kabur, serta saya pusing. Saya nyaris saja jatuh bila Jeff tidak cepat-cepat memegangi pinggangku.
    Saya sekali lagi nikmati puncak kepuasanku, mendadak seseorang tengah mendekatiku, kelihatannya saat ini dia nafsu sekali dikarenakan dengarkan desahan-desahanku. Dia telah telanjang serta penisnya telah tegang sekali. Saya tahu dari mukanya bila dia sedikit kasar, maka dari itu saya sedikit cing-cong sekali lagi, saya segera maksakan bangun serta jongkok meng-”karaoke”-in penisnya. Penisnya sich tidak besar-besar sekali, namun saya ngeri juga lihat otot-otot di sekitaran paha serta pantatnya. Jangan-jangan dia bila ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-bisa vaginaku jebol.
    Lama juga saya meng-”karaoke”-in penisnya, serta pada akhirnya dia suruh saya berhenti. Saya menurut saja, serta segera ambillah tempat menungging. Saya telah pasrah bila dia akan menyodok-nyodok vaginaku, namun kesempatan ini tebakanku salah. Dia tidak masukan penisnya ke vaginaku, namun segera ke anusku. “Ah.. aduh.. ” anusku sakit soalnya sekalipun tak ada persiapan. Namun rupanya Lex tidak perduli, dia tetaplah maksakan penisnya masuk serta memanglah pada akhirnya masuk juga. Meskipun penisnya kecil namun bila digunakan nyodok anus sich ya sakit juga. Benar sangkaan saya, dia bila nyodok keras sekali selalu tidak gunakan pemanasan-pemanasan dahulu, segera kecepatan tinggi. Saya hanya dapat pasrah sembari menahan perih di anusku. Dadaku goyang-goyang setiap kali dia menyodok anusku, serta kelihatannya itu buat dia semakin nafsu. Dia lebih kecepatan serta mulai meremas dadaku.
    Betul-betul kontras, dia mengocok anusku cepat serta keras, namun dia meremas dadaku halus sekali serta kadang-kadang melintir-melintir putingnya. Mendadak rasa sakit di anusku hilang, saya mulai rasakan enaknya permainan tangannya di dadaku. Belum juga habis saya nikmati dadaku diremas-remas, tangan kirinya turun ke vaginaku serta segera menyambar klitorisku, dari mulai digosok-gosok hingga dipelintir-pelintir. Rasa sakit kocokannya telah betul-betul hilang, saat ini saya hanya rasakan enaknya semua badanku.
    Saya mulai merem-melek kegilaan serta pada akhirnya saya hingga ke puncak yang ke-2 kalinya hari itu, serta berbarengan puncak kenikmatanku, saya rasakan cairan hangat muncrat di anusku, saya tahu Lex juga telah tiba puncak serta saya telah lemas sekali, pada akhirnya saya ambruk. Mungkin saja saya kecapaian soalnya tiga hari ini saya terus menerus mengocok, berbeda satu orang sekali lagi, senantiasa berdua. Saya masih tetap pernah saksikan Jeff menggendong saya sebelumnya pada akhirnya saya pingsan. Saya tidak paham saya di mana, namun saat saya bangun, saya kaget lihat Ricky sekali lagi mengocok cewek. Cewek tersebut repot mengulum-ngulum penisnya Alf. Saya paksakan berdiri, serta saat saya saksikan di sofa samping, ada panorama yang nyaris sama, bedanya Jeff yang sekali lagi repot mengocok cewek serta saya bebrapa saksikan nyatanya cewek itu Vivie. Vivie juga repot mengulum-ngulum penis Lex. Saya jadi bingung, namun saya tetaplah diam hingga mereka usai main.
    Selalu saya dikenali sama cewek mungil yang barusan nge-sex bareng Ricky serta Alf, namanya Angel. Saya baru ingat bila barusan saya pingsan di air terjun habis muasin Jeff sama Lex. Nyatanya Jeff bingung ingin bawa saya ke mana, kebenaran Ricky serta Alf lewat. Mereka pernah ribut sebentar, namun pada akhirnya akur sekali lagi, dengan catatan mereka dapat menyicipi Angel ceweknya Jeff sama Lex. Angel sendiri sepakat saja sama ajakan Ricky sama Alf, serta saat mereka sekali lagi mengocok, Vivie kebetulan lewat. Alf menyebut dia serta dikenali sama Jeff serta Lex, selalu mereka pada akhirnya nge-sex juga. Semakin asyik juga, saat ini lebih sekali lagi satu cewek serta dua cowok di grup kami, dan sebagainya kami jadi seringkali main ke villa itu untuk muasin nafsu kami semasing.
  • Seks Dengan Dua Gadis Dalam Satu Ranjang

    Seks Dengan Dua Gadis Dalam Satu Ranjang


    1863 views

    Duniabola99.org – Tak lama setelah aku makan sebuah restoran Sea food,niatku kembali kerumah tapi kayaknya masih terlalu banyak waktu.Aku tidak mau buang-buang waktu,ku pikir berenang lebih bagus.Ya ini mumpung ada gunanya juga,jaga kesehatan tidak salah saya juga itung-itung menabung untuk sehat di hari esok. Dari pada waktu itu saya gunakan untuk happy yang tidak tentu kapan habisnya.

    berenang di kolam renang milik sebuah Country Club tepatnya sambil menikmati suasana ya begitu,cewek-cewek yang nampang berbikini tak asing karena disini adalah kolam renang jadi sudah sewajarnya. dimana saya tercatat sebagai membernya juga. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5 . matahri sudah mulai tenggelam berganti malam yang segera menjelang, Saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun.

    Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya bolah dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali.

    Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba ?adik kecil? saya bangun, bagaimana tidak,… ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.

    Eh,…ngak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang ?Om, mau main bola sama Grisa gak ??
    ?Eh,… mmh,… boleh,… kamu sama kakakmu ya ?? tanya saya gugup.
    ?Iya,… itu kakak !? katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Revi, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. ?Mmh, Revi cuma berdua sama Grisa ?? tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.
    ?Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!? kata Revi sambil menunjuk atas gedung Country Club. ?Ooo,… sama maminya, toh? kata saya,?Papi kamu ndak ikut Rev ??
    ?Nggak, Papi kan kalo pulang malem banget, yaa,… jam-jam 2-an gitu deh. Berangkatnya pagiii bener? katanya lucu.
    Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, ?Mmh, mami kamu bawa mobil Rev ? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak ? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ??
    ?Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Grisa katanya mau makan McD.?
    ?O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin? Tapi yang menjawab si kecil Grisa, ?Boleh,… Om boleh ikut,….”

    Sekitar ½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Mirna, mirip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,… pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Revi dan Grisa berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya.

    Nama mami mereka Imel, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,… 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Imel dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,… kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Imel tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Cilandak, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.

    Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Grisa yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Imel dan Revi ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.?

    Mel, suamimu sebenarnya kerja dimana??, tanya saya.
    ?Anu mas,… dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu,? jawab Imel ogah-ogahan.
    ?Iya Om, jangan nanya-nanya Papi.Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia,? timpal Revi, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya.Mendengar Revi bicara seperti itu, Imel agak kaget, ?Revi, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditanya soal suamiku itu”.
    ?Iya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,…? kata saya sambil tersenyum.?Eh Iya,… Mas Vito mau minum apa ?? tanya Imel sembari bangkit dari sofa, ?Kopi mau ?
    ?Eh,… iya deh boleh,… ? jawab saya.Tak lama kemudian Imel datang sambil membawa 2 cangkir kopi.?Ini kopinya,…? katanya sambil tersenyum. Revi yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, ?Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ?? Imel yang ditanya, menjawab dengan gugup, ?Eh,… mmh,… boleh-boleh aja,… tapi emangnya Om Vito mau ?? Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, ?Yah,… mau sih,… ?
    Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam ½ 12 malam ketika Imel berdiri dari sofa dan berkata, ?Mas Vito,aku mau ganti baju tidur dulu ya ??
    ?Eh, iya,… ? jawab saya, ?kamu ndak tidur Rev, kan besok sekolah ???Mmh, belom ngantuk,… ? jawabnya lucu.Tak lama kemudian, Imel datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Revi yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu.?Ya ampun,… mami,… bajunya itu lho, gak sopan banget.?
    ?Gak papa Rev?, mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi,? kata Imel sambil tersenyum ke arah saya, ?Om Vito aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih ??

    Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Imel, tidak bisa bicara apa-apa lagi.? Rev? kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,… mami masih mau ngobrol sama Om Vito,… sana tidur!? kata Imel.Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Imel, juga ikut-ikutan ngomong, ?Iya, Rev? besok telat masuk sekolahnya,… kamu tidur duluan sana.?Revi sepertinya kesal sekali di suruh tidur, ?Aaahh,… mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,…? tapi dia masuk juga ke kamarnya.

    Setelah ditinggal Revi, saya mulai melakukan agresi militer.?Mel, kok kamu pake baju kaya gitu sih ? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,… kamu ndak takut apa kalo? aku apa-apain ? ?Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu,? kata Imel dengan mimik muka sedih.?Berarti suami mu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,… wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar,? kata saya bercanda.

    ?Dan lagi kamu punya ?itu? mengkel banget,…?Si Imel menatap saya dengan wajah lugu, ?Itu apa mas ???Mmh, boleh aku jujur tidak ???Boleh,… ngomong aja ??Anu,… payudaramu itu lho,… mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo ?anu?mu pasti seukuran satu sendok makan? kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya.?Ooo,… ini,? kata Imel sambil memegang buah dadanya sendiri, ?Mas Vito mau ? terus apaku yang seukuran…?Belum selesai Imel berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, ?Ini,.. mu,… buka dong bajumu !? kata saya asal.

    Imel yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Imel dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti.?Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya,…? kata Imel tanpa memberi saya kesempatan bicara, Imel langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si ?adik? dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Imel kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya.

    Imel saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, ?Veggy?nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya. Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu.

    Tak lama kemudian, Imel bergetar hebat sekali,… dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Imel, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan. Saya tanya : ?Mel, aku mau keluar,… dimana nih ??Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Imel mendesah sambil berpaling ke arah saya, ?Di dalam aja mas ! biar lengkap ?Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.

    Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati ?Mr. Penny? saya. Hisapan Imel tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala ?Mr. Penny? saya.Sekitar 5 menit, Imel menikmati si ?vladimir?, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun.?Mas, aku ke kamar mandi dulu ya,? katanya, ?Aku mau nyuci ?ini? dulu,? sambil dia mengelus vaginanya sendiri.?Ya,… jangan lama-lama,… ? kata saya.Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Revi keluar kamar,… dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali.?Loh, Rev… kamu belum tidur ?? tanya saya setengah panik.?Belum.? Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi ?Mr. Penny? saya dengan bantal sofa. ?Om, tadi ngapain sama mami ?? tanyanya lagi.?Eh,… anu,… Om sama mami lagi… ? belum selesai saya menjelaskan, Imel masuk ke ruang TV.

    Dia kaget sekali melihat Revi ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih…),Imel berkata, ?Rev kamu ngapain, kok belum tidur ??Revi berpaling menghadap Maminya, ?Aku nggak bisa tidur, Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Vito ??Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Imel duduk di samping saya, dan Revi saya suruh duduk di karpet, menghadap kami.?Revi, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam.

    Om dan istri Om juga sering melakukan ini,? kata saya sambil melirik Imel yang terlihat sudah agak santai. ?Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Vito untuk melakukan hal itu.?Revi terlihat sedikit bingung, ?Hal itu hal apa Om ??Di sini, Imel mencoba menjelaskan, ?Rev, Mami jangan disalahin ya,…Revi sayang Mami kan ??Revi tersenyum, ?Iya lah, mi. Revi saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Revi mau tahu, Mami sama Om Vito ngapain ??Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Revi yang cukup besar, ?Om Vito sama Mami lagi making love.

    Kamu tahu artinya kan ???Mmh,… iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,… Revi mau lihat,? jawab Revi.Wah,… kaget sekali mendengar Revi bicara begitu. Lalu saya melirik Imel, dan Imel mengangguk mengerti. ?Revi beneran mau lihat Mami sama Om Vito making love ?? tanya Imel.Revi menjawab dengan polos, ?Iya mau. Dan kalau Om Vito mau ngajarin, Revi juga mau diajarin,… biar bisa?. Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, ?Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,… Om sih mau aja ngajarin.?Revi merajuk, merayu Maminya, ?Mi, boleh ya ??Imel ragu-ragu menjawab, ?Kamu lihat aja dulu deh ya ?!?Sambil tersenyum Revi menjawab, ?Iya deh,…,? senang sekali ia.

    Setelah itu, Revi saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya ?memamerkan? batangan besar saya. Dan Revi hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Imel saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi.

    Sambil Imel disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Revi untuk duduk mendekat disamping saya.?Lihat Rev, Mami seneng banget kan ?? kata saya. Sementara Imel melirik kami sambil terus menjilati ?Mr. Penny? saya. ?Revi sudah pernah ciuman belom ?? tanya saya.?Belum Om.??Mau Om ajarin ndak ?? tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya.?Mau !? jawabnya singkat.?Ya sudah,… Revi ikutin Om aja ya,… apa yang Om Vito lakukan, diikutin ya ?!?Belum sempat Revi menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Revi. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Revi terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan.

    Imel terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Revi memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Revi bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Imel berlutut di depan saya dan membantu Revi melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda.

    Revi menurut aja ya sama Om Vito ?kata Imel. Sementara saya meremas-remas toketnya, Imel menyuruh Revi untuk menggenggam batang ?Mr. Penny? saya.?Rev, sekarang kamu jongkok disini ya ? kata Imel, ?Kamu hisap ?Mr. Penny?nya Om Vito, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas, ? Imel tersenyum sayang kepada Revi, ?Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ??Revi menjawab singkat, ?Bisa, mam ?Saya mengarahkan si ?adik? ke mulut Revi, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. ?Pelan-pelan Rev, jangan ditelan semuanya ya !? Revi tersenyum.Imel memperhatikan cara Revi menghisap, kadang dia memberikan instruksi.

    Tak lama setelah itu, saya menyuruh Revi berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja ?Veggy? muda itu. Revi benar-benar kegelian. Akhirnya, Imel menyuruh Revi istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Imel.

    Tanpa berbasa-basi, Imel langsung menduduki ?Mr. Penny? saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Imel terus mengerjai ?Mr. Penny? saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Imel masih menduduki si ?adik?, kali ini dia membelakangi saya. Revi yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi ?Veggy?nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke ?Veggy?nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Revi mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan.

    Saya mulai serius menanggapi Imel. Revi saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Imel, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Imel bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Imel tidak tahan juga, begitu juga saya.

    Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si ?vladimir?, Revi saya suruh menjilatinya.?Mmmhhh,….. Om… kok asin sih rasanya ?? protes Revi.Imel sambil terengah-engah menjawab, ?Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?!?Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati ?Mr. Penny? saya. Pada saat itu, saya teringat Vina (anak Mirna) yang selalu senang dan tertawa ketika melihat ibu dan tantenya berebutan ?Mr. Penny? dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Imel dan anaknya, Revi, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.

    Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Revi, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Imel,… wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Grisa, anak bungsu Imel, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Imel sedang ?perang alat kelamin? di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Grisa tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang ?sibuk? ?Mami diapain Om Vito, kok teriak-teriak ?? katanya.

    Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Revi untuk menjilatinya.

    Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang. Untuk yang satu ini, saya tidak mau berbagi rezeki dengan teman kantor saya, tidak seperti sewaktu dengan Mirna dan Rere.

  • Kisah Cinta Irwan Memaksaku Ngentot

    Kisah Cinta Irwan Memaksaku Ngentot


    1604 views

    Duniabola99.org – Aku sebenarnya dulu pernah berkenalan dengan seorang pria lewat sebuah program chatting dan kisah nyata ini adalah awal kejadian aku kehilangan mahkota yang paling berharga. Pertama kali dia berkenalan denganku, dia nampak seperti seorang gentleman yang benar-benar menarik hatiku sehingga aku waktu itu benar-benar jatuh hati padanya. Anggap saja namaku adalah Lina dan nama cowok itu adalah Irwan. Tak lama dari perkenalan kami, aku menjadi akrab dengan Irwan. Irwan sering menjemputku dari tempat kuliahku dan aku sempat menganggap bahwa dia adalah calon suamiku nantinya karena aku benar-benar serius dengannya.

    Aib ini berawal dari kesalahanku yang fatal di mana aku mempercayakan dia untuk memegang kunci kamarku karena saat aku kuliah dulu, aku tinggal di rumah kost bersama dengan anak-anak dari berbagai macam daerah. Suatu ketika, aku sedang tidur nyenyak karena aku merasakan kelelahan yang amat sangat karena aku baru saja menyelesaikan skripsiku yang sudah kupersiapkan selama berminggu-minggu.

    Tiba-tiba, aku berasa kedinginan dan aku terbangun karena perasaan kedinginan tersebut dan ketika aku terbangun, aku kaget sekali karena aku melihat Irwan sedang bermasturbasi di depanku, sementara aku sekarang sudah tanpa busana. Aku mengerti akhirnya mengapa aku terbangun karena perasaan dingin, rupanya Irwan menelanjangiku dan menjadikanku sebagai obyek masturbasinya.

    Aku dengan cepat menutup tubuhku dengan pakaianku, akan tetapi belum selesai aku memakai pakaian, Irwan memelukku dan membuka kembali pakaianku yang sudah berantakan dengan paksa. Irwan memukul pipiku dengan keras sehingga aku menjadi menangis ketakutan. Di saat aku sedang menangis itu, aku menyadari bahwa Irwan yang sekarang berada di depan mataku itu tidak sama seperti Irwan yang kukenal sebelumnya sebagai seorang cowok yang pengertian dan sangat gentleman. Yang nampak di depanku sekarang ini tidak lebih dari seorang laki-laki liar yang haus akan seks karena sekarang Irwan sedang mendekati tubuhku yang sedang gemetar karena ketakutan dan dia mulai menjilati tubuhku sehingga aku merasakan geli yang amat sangat. Lidahnya terus-menerus aktif menjilatiku dari leher, buah dada hingga ke pangkal kemaluan. Ketika dia mulai mencium dan menghisap-hisap klitoris, aku merasakan sesuatu yang sangat aneh karena suatu aliran birahi yang menuntut lebih membuatku menjadi mendesah karena merasakan kenikmatan dan sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

    Secara tidak sadar, aku mendesah dan aku mengibas-ngibaskan rambutku yang hitam panjang ke kiri dan ke kanan karena aku merasakan kenikmatan yang amat sangat ketika Irwan mulai menjilati setiap inci liang kenikmatanku bahkan aku terus merasakan kenikmatan itu sampai akhirnya aku menangis bercampur dengan desahan panjang karena aku merasakan liang kenikmatanku mengeluarkan cairan kenikmatan yang terus dijilat oleh Irwan sampai habis tidak tersisa.

    Aku menutup mataku karena aku masih tidak mengerti apa yang terjadi di dalam diriku karena sekarang ini perasaanku bercampur antara benci pada Irwan dan keinginan untuk berbuat lebih dengannya karena aku ingin merasakan kenikmatan itu kembali. Walaupun aku hanya berdiam diri atas perlakuannya dan tetap menangis, nampaknya dia mengerti apa yang kupikirkan sehingga Irwan mulai membuka pakaian dan celananya dan aku melihat batang kemaluannya yang sudah menegang dan siap untuk dimasukkan ke dalam liang kewanitaanku.

    Aku menelan ludah berkali-kali karena aku ketakutan, aku merasa akan merasakan sakit karena batang kemaluannya yang besar akan memasuki liang kenikmatanku yang masih sempit. Aku menjerit histeris tetapi Irwan dengan sigapnya langsung menutup mulutku dan langsung menancapkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatanku sehingga aku dapat merasakan aliran darah dari liang surgaku. Aku meminta ampun kepada Irwan untuk segera menghentikan aksinya yang menyakitiku, tetapi Irwan tidak peduli dan terus menggenjot tubuhnya sehingga akhirnya aku merasakan sesuatu aliran dari batang kemaluannya yang membasahi liang kewanitaanku. Aku menangis menyadari hal itu karena aku takut jika aku hamil dan aku tidak mau mendapatkan bayi dari laki-laki yang telah merenggut keperawananku secara paksa itu.

    Setelah Irwan melaksanakan aksi bejadnya, dia langsung memakai kembali bajunya dan meninggalkanku seorang diri dan ketika dia meninggalkanku, aku langsung memakai baju dan celanaku. Tidak berapa lama, pintu kamar kost-ku terbuka kembali dan sekarang aku melihat Irwan sedang mendekatiku yang masih menangis sambil menggandeng seorang gadis cantik dan mengenalkan gadis itu kepadaku sebagai tunangannya.

    Hatiku sakit sekali melihat hal tersebut dan aku ingin sekali mengadukan perbuatan yang baru saja kualami kepada tunangannya. Akan tetapi, belum selesai aku berbicara, gadis yang mengaku bernama Lia tersebut menamparku sambil berkata, “Gue baru tau bahwa di dunia ini ada juga cewek yang suka memperkosa cowok”. Kata-kata Lia membuat batinku menjadi semakin sakit karena sekarang aku sedang dituduh memperkosa Irwan dan walaupun aku berkata bahwa itu bohong dan fitnah, Lia tidak mempercayai omonganku dan bahkan setiap kali aku berkata, “Itu Bohong!” atau “Itu Fitnah!”, Lia hanya memberikan respon dengan cibiran bibir dan diiringi oleh pukulan di wajahku yang putih bersih ini sehingga karena pukulan yang kuterima dari Lia, wajahku menjadi biru bercampur merah dan tentu saja aku merasakan sakit yang amat sangat karena baru saja mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Lia.

    Aku terus-menerus memohon kepada Lia bahwa aku tidak pernah memperkosa Irwan bahkan aku bercerita bahwa Irwan lah yang telah memperkosaku barusan sebelum Lia masuk ke dalam kamar kost-ku. Tetapi sekarang gantian Irwan yang memukuliku karena dia merasa difitnah di depan Lia sehingga bagian tubuhku yang masih sakit semakin sakit karena pukulan Irwan yang tentunya lebih keras dari Lia. Aku tidak bisa bicara apa-apa lagi dan pada detik yang bersamaan, rasa sayangku pada Irwan berubah total menjadi kebencian dan perasaan untuk membalas dendam atas perbuatannya.

    Untunglah, tak berapa lama setelah kejadian tersebut, Om kost tempatku tinggal masuk ke kamarku karena dia akan menagih uang sewa kamar. Masuknya Om kost-ku ke kamar menolongku dari pukulan-pukulan mereka karena mereka meninggalkanku di saat Om Bambang (Om Kost-ku) masuk ke dalam kamar. Aku langsung menceritakan kepada Om Bambang semua yang terjadi dan dia menyarankan agar aku lapor ke polisi tetapi aku tidak ingin keluargaku tahu bahwa aku baru saja mengalami kejadian yang membuatku kehilangan harga diri dan keperawanan yang kujaga selama ini.

    Untunglah sekarang ini aku memiliki kekasih yang sangat baik dan tidak memperdulikan masa laluku yang hitam kelam ini. Memang jika dibandingkan, kekasihku yang sekarang ini tidak begitu tampan jika dibandingkan dengan Irwan tetapi pengalaman burukku di masa lalu membuatku benci dengan laki-laki yang berwajah tampan.

    Sekarang ini, aku mengetahui bahwa Irwan telah menikah dengan Lia. Akan tetapi rupanya hukum karma itu selalu berlaku di dalam hidup setiap orang karena dari berita yang kuterima dari teman-temanku yang juga mengenal Irwan dan Lia, Irwan meninggal dalam kerusuhan 12 Mei 1998 yang lalu dan istrinya, Lia juga meninggal pada saat yang bersamaan. Lia meninggal karena dia telah diperkosa oleh puluhan orang yang memakai busana tentara sedangkan Irwan meninggal karena siksaan dari orang-orang yang memperkosa Lia karena dia mencoba menyelamatkan Lia. Di saat aku mendengar berita itu dan mengkonfirmasi berita tersebut lewat koran dan telepon ke keluarganya, aku tersenyum dalam hati dan aku merasa senang karena sworn enemy-ku telah mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang dilakukan padaku pada tanggal 12 Mei 1997.

  • Majalah dewasa – Heo Yun Mi

    Majalah dewasa – Heo Yun Mi


    1454 views

    Duniabola99.org– adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model yang begitu-
    begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai
    dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model
    asli yang sangat mempesona . Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan
    materi baru!

     

  • Cerita Sex Memek Rapat Jablay Gadis Panggilan

    Cerita Sex Memek Rapat Jablay Gadis Panggilan


    1512 views

    Kehidupan di dunia memang berjalan seperti nasehat Sang Budha di atas. Setidaknya itulah romantika kehidupan yang dialami kedua tokoh dalam cerita kita kali ini. Tokoh yang pertama adalah Faried, seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis, romantis, sentimentil, bahkan lucu.

    Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Faried telah banyak menemui kejadian yang menegaskan fenomena itu. Suatu ketika, ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya.Sesungguhnya, ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ, sebab baginya kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa, tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya.

    Kalau pun kemudian, si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga, lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ‘jasa’ nya, dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya, itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya. Komitmen Faried untuk menjunjung tinggi ‘harkat ke-supir taksi-an’ saya, tak lebih. Pada kesempatan lain, ia menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi.

    Ia segera membawanya ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat, dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu. Semua terasa seperti tindakan ‘bawah sadar’ yang telah terbentuk sedemikian rupa selama bertahun-tahun, sejak ayahnya yang telah almarhum menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Faried.

    Hari itu Faried kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa. Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim, karena setiap petang tiba, ia menjemput Ayu (25 tahun), tokoh sentral berikutnya, yang adalah seorang wanita panggilan ‘kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman real estate, untuk kemudian membawanya ke suatu tempat, di mana saja, yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu. Ayu sudah menyewa taksi Faried selama enam bulan.

    Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Faried menjemputnya di rumah tersebut, membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wanita itu, lantas mengantarnya kembali pulang setelah ‘bisnis’-nya usai pada jam-jam tertentu pula. Ayu membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Faried menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ‘ke-supir taksi-an’ nya. Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Ayu. Ini bagian dari tugas, demikian ia mencari alasan pembenarannya. Faried selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya. Baginya, ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi

    dirinya sendiri. Prinsip sederhana memang tapi logis. Sudah empat bulan lamanya Faried melakukan ‘tugas rutin’ itu. Ia sudah berusaha menghilangkan beban psikologis apa pun termasuk perasaan cinta. Terus terang sebagai seorang pria, Faried memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Ayu memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Dengan rambut sebahu, wajah oval proporsional, hidung bangir, kulit putih dan postur tubuh ramping semampai, Ayu tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya, termasuk dirinya. Sebagai lelaki bujangan dan normal, Faried tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Ayu yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya. Tapi ia berusaha menekan perasaan itu sekuat-kuatnya.
    Terlebih, ketika muncul rasa cemburu, saat Ayu terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi ayahnya. Faried seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi. Maka ia mematuhi ‘rambu-rambu’ itu secara konsisten. Terlebih secara fisik dan finansial ia kalah jauh dibanding Ayu, mana mungkin wanita gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Ayu mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya, bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan? Faried cukup tahu diri mengenai hal ini. Percakapan mereka pun, baik ketika pergi maupun pulang, biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa, bahkan nyaris bersifat rutin. Faried berusaha menjaga jarak dengan Ayu agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi. Namun belakangan ini sudah ada sedikit ‘peningkatan kualitas pembicaraan’. Tidak hanya sekedar, ‘Mau ke mana?’ atau ‘Jam berapa mau dijemput?’, dan sebagainya. Ayu mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir langganannya itu hingga menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini. Tentu Faried pun ada rasa gembira pada perkembangan menarik ini. Mulanya sang sopir agak rikuh tapi perlahan ia mulai dapat menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik.

    Seiring berjalannya waktu, hubungan emosional mereka pun berlangsung hangat. Ayu mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir. Ia ternyata produk keluarga broken home. Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul. Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota. Kuliahnya pun tidak selesai. Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri.

    “Saya harus terus hidup dan berjuang”, kata Ayu menetapkan hati.

    Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya, ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki dunia model. Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion, lifestyle hingga majalah pria dewasa. Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal. Namun, tanpa disadarinya, perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista. Kehidupan malam dan hingar bingar pesta, sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana. Sejak itu Ayu pun dikenal sebagai model plus-plus, ia menjadi primadona di kalangan atas. Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya. Belakangan, ia kemudian menjadi ‘simpanan’ seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini, dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya. Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Ayu. Meskipun begitu, profesinya tak juga ditinggalkan, selain menjadi model ia menjadi wanita panggilan kelas atas.

    “Saya menyukai pekerjaan ini,” katanya suatu ketika, suaranya terdengar serak dan terkesan dipaksakan.
    Faried melirik melalui kaca spion, wanita cantik itu duduk santai di belakang, menyelonjorkan kaki dan menyalakan rokok. Faried tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan ke depan. Ayu tak menjelaskan lebih jauh pernyataan yang telah dikeluarkan. Hanya kepalanya terangguk-angguk pelan menikmati lagu melankolis ‘When A Man Loves A Woman’-nya Michael Bolton yang mengalun dari radio di tape mobil Faried.

    “Omong-omong…Abang sudah punya pacar atau udah berkeluarga?” tanyanya tiba-tiba.

    Kontan Faried gelagapan dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi.

    “Saya sih udah cerai Mbak” ia menjawab tersipu, “ya waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah, masih sendiri”

    Sebuah jawaban yang jujur terlontar dari mulut si sopir itu. Ayu terkekeh. Ia menghirup rokoknya dalam-dalam. Rimbun asapnya mengepul-ngepul, memenuhi kabin taksi. Faried menelan ludah.

    “Kalau Mbak Ayu sendiri bagaimana?” ia balik bertanya.

    “Abang tahu sendiri, kan? Banyak. Banyak sekali,” sahut Ayu, suaranya terdengar hambar, kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah lelucon atau apologi? entahlah

    “Banyak memang. Tapi hampa,” Faried menanggapi dengan getir.

    Untuk beberapa saat Ayu terdiam. Ia mematikan rokoknya, lalu merenung…lama. Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar. Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi. Sebagian lampu jalan telah dipadamkan. Faried tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya, maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya.

    “Eh…maaf ya Mba,apa saya….”

    “Nggak apa-apa Bang. Itu emang benar, mereka hampa, cuma punya tubuh dan nafsu, bukan jiwa dan cinta,” Ayu bertutur dengan lirih.

    Faried menghela nafas panjang, ia merasa dadanya sesak, simpati pada nasib wanita secantik Ayu harus bernasib demikian.

    “Hidup menawarkan banyak pilihan, Mbak.”

    “Tapi saya tak punya pilihan!” sangkal Ayu dengan nada suaranya meninggi.

    “Kearifan menyikapi dengan landasan moral, itu kunci untuk memilih. Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat. Tapi setidaknya, kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah,” Faried berkata lembut berusaha menghiburnya.

    Terdengar nafas berat Ayu di belakang. Suasana terkesan kering dan kaku.Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Faried tiba di gerbang depan rumah yang dituju.

    Ayu hanya mengucapkan ‘Selamat malam. Sampai jumpa besok sore’.

    Faried pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa bersalah yang bertumpuk, sepertinya ia telah menyinggung wanita itu dengan omongannya. Ketika selesai tugas malam itu, ia menemukan sebuah lipstick di lantai belakang taksinya.

    Keesokan harinya

    Hari itu adalah hari terakhir kontrak sewa Faried dengan Ayu. Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa, ia menjemput Ayu pada waktu dan tempat yang sama.

    “Maaf, apa ini punya Mbak? Kemarin saya nemuin di belakang” kata Faried sambil menunjukkan lipstick yang dipungutnya kemarin

    “Ohh…iya benar, makasih ya Bang, sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin” Ayu tersenyum berterima kasih seraya mengambil lipstick itu.

    Kekakuan komunikasi akibat ‘insiden’ semalam berangsur-angsur lenyap. Faried pun berusaha untuk lebih hati-hati berkata-kata agar menjaga perasaan Ayu.

    “Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini?” ia membuka percakapan,

    “Apa Abang punya ide yang baik?” wanita cantik itu balas bertanya.

    “Yah… misalnya rutinitas yang baru. Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin–tidak sekedar limpahan materi yang semu belaka, hidup bahagia, punya anak dan menikmati kehidupan,” Faried mengucapkan kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban, ia ingin mendengar pendapat Ayu mengenai hal ini.

    Sejenak Ayu terdiam. Faried kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya, parasnya yang memukau seperti bercahaya, dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit. Ia melepas pandang ke luar melalui kaca jendela taksi yang buram, sepertinya memikirkan sesuatu.

    “Itu angan-angan yang terlalu ideal, Bang,” jawabnya pada akhirnya.

    “Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif, Mbak. Saya rasa pendapat saya cukup realistis. Gak mengada-ada. Setiap orang, baik lelaki maupun wanita, pasti pernah berpikir mengenai hal itu: Kebahagiaan hidup berkeluarga. Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang bersangkutan, sepanjang ia sadar dan yakin hal itu bakal memberikan ketenteraman bagi jiwanya, hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya,” Faried mencoba berargumen.

    “Kita punya takaran penilaian yang berbeda Bang. Tak akan bisa bertemu. Jangan terlalu banyak bermimpi. Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan. Apa yang bakal terjadi kemudian, kita gak bisa menebak. Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan,” ujar Ayu lirih dengan bibir bergetar.

    Faried menarik nafas, putus asa.

    “Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya?”

    “Memang gak sama Bang. Bahkan sangat jauh berbeda. Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini. Tapi, bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga. Saya bukan orang yang munafik lah, terus terang dalam hati saya tetap mendambakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati. Namun, kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini, bagi saya bukanlah suatu pilihan yang keliru. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya.”

    “Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini?”

    “Saya gak bisa menjawabnya Bang. Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa. Begitu pula sebaliknya. Kita punya ‘nilai rasa’ yang berbeda dalam menakar kebahagiaan,” Ayu bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi.

    Faried terdiam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sadar, wanita itu cukup konsisten memegang prinsipnya. Mendadak, kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu. Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Ayu. Besok, Ayu akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi sang direktur selama sebulan. Ia tidak tahu apakah Ayu akan menyewa ‘jasa’ nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak. Baginya itu tidak penting. Kebersamaan dengan wanita penghibur kelas atas itu selama ini, tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya. Wanita itu bukan hanya sekedar langganan, namun telah menjadi teman baginya. Melalui kaca spion mobil, ia melirik Ayu. Ia begitu cantik, sangat cantik, mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor? Faried membatin sekaligus nelangsa. Tak lama kemudian, mereka telah sampai ke tujuan. Faried segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menanti panggilan dari Ayu untuk mengantarnya pulang, tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong. Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wanita itu. Setibanya di rumah Ayu, Faried turun dan mengeluarkan payung sebelum membuka pintu belakang dan memayungi wanita itu hingga ke gerbang.

    “Bang, masuk dulu aja, minum dulu sambil tunggu hujan reda!” tawar Ayu setelah membuka gembok.

    “Tapi Mbak…”

    “Sudahlah Bang, masuk saja, hujannya terlalu deras, mana ada yang numpang saat-saat gini?” Ayu malah menarik lengan Faried memasuki pekarangan rumahnya.

    Faried tidak bisa menolak lagi ajakan wanita itu, malah hati kecilnya merasa girang. Mereka berlari kecil ke pintu. Ayu membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk. Faried langsung merasakan kehangatan begitu memasuki rumah itu. Ayu memang pandai menata interior ruangan sehingga kelihatan menarik dan nyaman. Dekorasi ruangan tamunya bertema oriental, beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut. Faried terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu, entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini.

    “Duduk Bang!” Ayu mempersilakannya duduk di sofa “mau minum apa nih? Teh? Kopi? Juice?” tawarnya sambil ke mini bar dekat situ.

    “Kopi panas aja Mbak, makasih ya!” jawab Faried sambil menjatuhkan diri di sofa.

    Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu. Faried pun membuka-buka sebuah majalah sambil menunggu Ayu membuatkan minum. Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil, Ayu memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa sehingga besok tinggal diangkut ke mobil.

    “Silakan Bang, diminum dulu kopinya” tiba-tiba Ayu sudah berada di depannya dan meletakkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku.

    Badannya agak membungkuk, sehingga sopir taksi itu bisa melihat sekelebatan tonjolan dua bukit dadanya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar. Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit.

    “Makasih ya Mbak!”

    Ayu kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya. Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja, juga saling bertukar lelucon dan mereka tertawa lepas.

    “Ini hari terakhir kita bertemu Bang! Besok saya pergi…makasih ya bantuannya selama ini” kata Ayu berkata sambil menghela nafas.

    Hingga suatu saat, Faried memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wanita itu, ia ingin memberinya penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama. Ayu agak tertegun, tapi tidak menolak.

    “Mbak…jaga diri di sana ya” kata Faried singkat.

    Ayu tersenyum, “Ya…makasih, Abang juga, semoga dapat jodoh yang baik” balasnya.

    Tiba-tiba Ayu melepaskan tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamarnya.

    “Tunggu bentar ya Bang!” katanya sambil tersenyum penuh arti, ia lalu mengambil remote TV di meja ruang tamu dan menyalakan TV di depan mereka, “nonton aja dulu ya sambil nunggu!” lalu ia masuk ke kamarnya.

    Di ruang tamu, Faried mendengar sayup-sayup suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu. Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam. Tak lama kemudian, Ayu keluar dari kamarnya, kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru. Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut, belahan pahanya memperlihatkan pahanya yang indah.

    “Ayo sini Bang!” ajak Ayu sambil menggandeng tangan Faried.

    “Tapi Mbak…mau apa?” Faried gugup dengan ajakan wanita tersebut.

    Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wanita mengajaknya masuk ke kamarnya seperti ini.

    “Eeennggg….kamarnya bagus ya Mbak!” pujinya sambil menutup kegugupan, “kita mau apa Mbak?”

    Ayu hanya menjawab terima kasih, dia terus menuntun Faried hingga memasuki kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, ia melihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub. Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paru pria itu.

    “Bang…makasih ya atas bantuannya selama ini” kata Ayu lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Faried ke belakang sehingga tubuh pria itu terhimpit ke tembok, tangannya lalu meraba sekujur tubuh sopir itu, “abang orang baik, tulus, jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini, apalagi di dunia saya”

    “Eeee…apaan nih Mbak?” Faried mencoba menghindar antara mau dan tidak.

    “Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang…sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu” habis berkata Ayu lalu mencium Faried dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas selangkangan pria itu.

    Iman Faried pun dengan cepat runtuh. Ia pun membalasa mencium dan memagut bibir indah Ayu sambil tangannya meremas lembut pantatnya. Ayu mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Faried. Belaian tangan lembut wanita itu pada dadanya sungguh membangkitkan gairah si sopir taksi, kelelakiannya terasa makin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak. Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut bukit dada Ayu. Wanita itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan “french kiss” nya. Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai. Ayu melanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu. Faried pun mulai melepaskan tali pinggang yang membalut kimono Ayu. Payudaranya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya, terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi.

    Ayu meraba dan meremas lembut batang kemaluan Faried yang masih dibalut celana dalamnya. Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk celana dalam itu, menjemput batang kelelakian si sopir taksi. Dengan sekali tarik, terbukalah kimono Ayu, wanita itu lalu meloloskan tangannya sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai. Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi, kulitnya putih mulus dan begitu terawat. Kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi, tidak terlalu lebat, tapi juga tidak terlalu tipis. Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut. Telanjang sudah wanita cantik itu di depan Faried yang selama ini mengisi fantasinya. Bukit dadanya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya. Perlahan, Faried mulai menyusuri bukit dadanya yang sebelah kiri dengan lidahnya. Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya. Ayu pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya, sementara tangan kiri pria itu meremas lembut dan memainkan bukit dada dan putingnya yang kanan. Ayu mendesah nikmat. Tangannya merenggut celana dalam Faried dan menurunkannya dengan cepat hingga terlepas ke lantai. Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu.

    “Yuk…kita sambil berendam aja!” Ayu “menuntun” penis Faried menuju bathtub.

    Faried hanya bisa pasrah tidak bisa berkata-kata menikmati pelayanan Ayu. Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Ayu dengan perlahan mengocok dan mengurut penisnya di antara busa-busa sabun dan air hangat. Wanita duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok penisku. Faried memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ayu beraksi naik turun.

    “Eeemmmhhh…enak Mbak…!” erang Faried.

    Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Ayu. Lalu ia menarik bahu wanita itu dan membalikkan badannya ke arah badannya. Dipeluknya Ayu dari belakang. Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat wanita itu. Tangannya memainkan payudaranya dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam, memainkan paha, lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Ayu. Ayu mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidah Faried menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Ayu dan sekitar tengkuknya. Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wanita itu.

    “Oohhhhhh….Bang, enak Bang…terushhh…saya milikmu malam ini!” desah Ayu

    Faried sedang menciumi leher Ayu, tangannya meremas lembut payudara montok itu. Ayu yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini, tak mau kalah. Ia mengocok pelan penis Faried. Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang, ia memutar wajah wanita itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu, saling pagut, saling gigit, lidah keduanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur

    Akhirnya setelah seperempat jam, mereka pun menyudahi pemanasan yang penuh gairah itu karena kulit mereka mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath. Ayu menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya keduanya melakukan “french kiss” lagi dengan posisi saling mendekap. Setelah puas melakukan “french kiss”, Ayu berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka. Di bawah derai siraman air shower, keduanya kembali berpelukan dan melakukan “french kiss” lagi. Saling meraba, saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing.

    Rupanya Ayu sudah birahi tinggi. Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun penis Faried ke arah gerbang kewanitaannya.

    “Saya udah kepengen banget Bang, ayo setubuhi saya…buat saya menggelepar keenakan!” pintanya.

    Faried membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting payudara kanannya. Ia menggeser-geserkan ujung kepala kemaluannya pada klitorisnya. Perlahan, ia mendorong masuk penisnya ke dalam liang kemaluan Ayu. Pelan.. lembut.. perlahan.. sambil terus mengulum bibir merahnya. Ayu mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka. Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Faried, dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wanita itu. Ayu memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh. Ia memeluk pria itu semakin kencang. Faried mengayunkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Ayu membantu dengan putaran pinggulnya, membuat batang kemaluan Faried seperti disedot dan diputar oleh liang kemaluannya. Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang mereka alami.
    Faried merasakan lubang kemaluan Ayu semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama. Setelah agak lama melakukan posisi ini, Ayu menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang kemaluannya. Kemudian ia membalikkan badannya dan agak membungkuk, menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi. Rupanya dia ingin merasakan posisi “rear entry” atau yang lebih populer dengan istilah “doggy style”. Kemaluannya yang berwarna merah jambu sudah membuka, menantang, dan terlihat licin basah. Perlahan Faried memasukkan batang kemaluannya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang kemaluan Ayu.

    “Aaaahh….yahhh!” desis Ayu dengan tubuh mengejang.

    Faried mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur, menusuk-nusuk lubang kemaluan Ayu. Ayu merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang kemaluannya. Faried merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan kemaluannya. Tangannya meremas-remas pantat Ayu bergantian dengan remasan-remasan pada payudaranya. Sesekali, ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wanita itu.

    Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie, tiba-tiba Ayu meminta berhenti lalu membalik badannya dari posisi “rear entry” ke posisi berhadapan.

    “Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang, mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita!” katanya dengan nafas tersenggal-senggal.

    Habis berkata Ayu langsung mencium Faried dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu, merapatkan tubuhnya dan meraih penisnya yang masih menegang. Faried mengangkat kaki kiri wanita itu dan mengarahkan penisnya ke liang kemaluannya. Dengan sekali dorong penis itu pun kembali memasuki liang kewanitaan Ayu yang sudah sangat berlendir itu. Setelah penisnya masuk, Faried pun menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Keduanya semakin lepas kontrol, erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa.

    “Aaaarrgghh….entot memekku, Bang…, yah…gituuuuuhh…yang keras, yang keras….oohhhh, kontol Abang enak bangettthhh!” ceracau Ayu tidak karuan

    Faried pun jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat wanita itu keenakan. Maka ia semakin kuat menyodoki batang kemaluannya di dalam vagina Ayu. Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya. Ayu merasakan klimaksnya sudah sangat dekat.

    “Saya keluaarr Bang..! Aaagghh..!” serunya sambil memeluk Faried erat-erat.

    Ayu merasakan liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluan Faried. Pria itu juga merasakan tubuh Ayu yang menjadi lemas setelah mengalami wanita orgasme. Namun ia masih saja memompa kemaluannya sambil menyangga tubuhnya. Mulutnya menghisap-hisap puting payudaranya, kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya. Ayu seperti orang yang sedang tak sadarkan diri. Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Faried. Setelah beberapa saat, mendadak dia mengejang lagi, melenguh dan mengerang,

    “Aaagghh..! Ooohh Bang…saya keluaarr lagii..!”

    Ayu engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm. Ayu menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang diraihnya.

    “Mbak..tahan yah.. saya juga mau keluar sedikit lagi..” kata Faried sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang kemaluan Ayu.

    Ayu hanya bisa pasrah. Akhirnya, Faried pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar. Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin, tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat, maka ia mengatur pernapasan, berkonsentrasi penuh. Tangannya yang kokoh mendekap erat tubuh Ayu.

    “Aaahhh…saya keluar Mbaaakkk!” erangnya melepas orgasme

    Faried merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya. Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku. Kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Ayu. Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup, bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks. Ayu menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa.

    “Fantastis…beneran nih Abang cuma pernah main sama mantan istri Abang dulu?” Ayu setengah tak percaya.

    “Iya sumpah Mbak, emang kenapa?” tanya pria itu keheranan.

    “Jajan juga gak pernah?” tanya Ayu lagi sambil meraih penis Faried yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya

    Faried menggeleng, menatap wajah Ayu yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower.

    “Saya percaya, orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong” Ayu tertawa renyah.

    Faried hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wanita itu. Ketika mencuci batang kelelakiannya di bawah shower. Ayu memeluk Faried dari belakang dan membantu mencuci batang itu. Setelah selesai mandi bareng, mereka saling mengeringkan diri dengan handuk. Ketika Faried hendak mengenakan pakaiannya kembali, Ayu melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ.

    “Abang capek? Malam ini nginep aja di sini…hujannya juga belum berhenti!” tawar Ayu

    “Eerrr…Mbak!” Faried menepuk pundak Ayu yang membelakanginya

    “Iya…eeemmm!”

    Saat Ayu menoleh, Faried mencuri sebuah ciuman dan dibopongnya Ayu ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink. Diletakkannya tubuh telanjang Ayu perlahan di tempat tidurnya. Ia ciumi sekujur tubuhnya. Setelah puas, ia berbaring di sebelahnya, tangannya mendekap tubuh wanita itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil tangannya mengelus-elus punggungnya. Tak lama kemudian Ayu tertidur dengan senyum di bibirnya. Faried mengecup lembut bibirnya, lalu ikut tidur di sampingnya, beredekapan, telanjang di bawah selimut.

    Keesokan pagi

    Faried terbangun saat ia merasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya. Ayu telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkan pria itu. Ayu mengecup bibir tebal itu perlahan dan mereka pun terlibat dalam sebuah “french kiss”. Tangan Faried mengelusi punggung putih mulus Ayu sementara Ayu mengelus-elus rambutnya.

    “Mbak…bukannya hari ini harus ke bandara? Nanti telat” kata Faried.

    “Masih ada waktu…” jawab Ayu “pesawatnya berangkat sore jam lima, kenapa gak kita habiskan bersama saja?”

    “Apa gak akan ada orang lain lagi ke sini? Kalau kita ketauan kan gak enak” Faried agak was-was kalau ketahuan ia sedang meniduri wanita simpanan orang kaya, bisa-bisa digebuki seperti di film-film.

    “Nggak…dia terlalu sibuk jam-jam segini, nanti baru nyusul di bandara” Ayu tersenyum lalu mengecup kembali bibir Faried. “pokoknya Bang…sekarang ini waktu cuma buat kita berdua, santai dan nikmati aja!”

    Ayu mulai menciumi sekujur tubuh sopir taksi itu, menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahnya. Tangannya menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba batang kelelakian Faried, memainkannya, mengelus dan mengurutnya sehingga penis itu pun bangun dari tidurnya. Ayu tersenyum. Perlahan, disusurinya perut, pusar dan pinggangku dengan lidahnya.

    “Eeemmhh…Mbak!” desah Faried yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding. Ia mengusap-usap kepala Ayu dengan penuh kelembutan. Disisirnya rambut wanita itu dengan jari-jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telinganya.

    Perlahan jilatan lidah Ayu semakin turun ke arah selangkangan Faried. Dengan jemari tangan kirinya yang halus, ia menggenggam penis Faried, mendongakkannya, dan dia mulai menjilati daerah pangkalnya. Disusurinya penis itu dengan lidahnya hingga ke ujungnya yang bersunat. Ia memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang penis pria itu. Ia memang profesional dalam membuat Faried merasa seperti melayang.

    Dari ujung penis itu, Ayu kembali menyusurinya hingga ke bawah, menjilat-jilat buah pelirnya, sesekali mengecup dan agak menghisapnya. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak membuat Faried menggeliat-geliat.

    “Enakkhh…Mbak…geli…uuhh” desah Faried sambil meremasi rambut Ayu.

    Ayu memandang pria itu dengan pandangan mata yang menggemaskan

    “Sungguh bidadari sejati.. betapa cantiknya kamu Ayu!” kata Faried dalam hatinya

    Tiba-tiba Ayu berhenti melakukan oral seksnya. Dia mendekati wajah Faried. Menciumnya dengan mesra dan lembut bibir tebal pria itu. Kemudian ia membalikkan badannya dan membelakangiku, seperti posisi “69”. Ia memegangi penis Faried dan mulai menghisap, mengulum dan menjilatinya.

    Kembali rasa geli dan nikmat mendera pria itu. Ia mencium wangi harum yang khas dari gerbang kewanitaan Ayu yang terpampang menantang di depan wajahnya. Gerbangnya sudah mulai terbuka, berwarna merah muda dengan dihiasi bulu-bulu halus dan dicukur rapi. Penisnya berdenyut-denyut di antara hisapan dan geseran lidah wanita itu. Ia memegangi dan mengelus pantat Ayu dengan kedua tangannya. Ia arahkan gerbang kewanitaannya ke arah mulutnya. Dijilatinya bibir vagina itu dan daerah sekitarnya. Ayu mengerang di antara hisapan-hisapannya pada batang kemaluan Faried. Vagina itu mulai licin dan basah, serta terus menebarkan aroma yang khas harum karena rajin dirawat.

    Faried mendapati sebuah tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya, dijilatinya benda itu. Ayu pun mengerang dan mendesis, sejenak melepaskan batang kelelakian itu dari mulutnya. Faried menjilat dengan lembut dan sesekali lidahnya menggeser-geser tonjolan kecil yang ada di belahan gerbang kewanitaan Ayu. Ayu mendongakkan kepalanya dan mendesis-desis kenikmatan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.

    “Oooh Bang… kok jilatannya enak bangethhh!” kata Ayu di antara erangannya.

    Ayu mengurut dan mengocok penis itu makin cepat sambil mulutnya menghisap ujungnya. Kedua tangan Faried tidak tinggal diam saat lidahnya beraktivitas. Terkadang jari-jari tangannya menggaruk mesra punggung Ayu dengan lembut, atau meraba, mengusap dan memainkan payudaranya yang menggantung menantang di atas perutnya.

    Setelah beberapa lama saling menjilat, menghisap dan menikmati permainan ini, Ayu beranjak dari posisinya.

    “Bang…sekarang yah!” katanya sambil memegang penis yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit.

    Ayu mengangkangi Faried sambil memunggunginya. Ia mengarahkan batang kelelakian itu ke gerbang kewanitaannya. Faried menggeser-geserkan ujung penisnya pada tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya untuk membantu penisnya masuk. Ayu memejamkan matanya sambil mendesah saat penis pria itu memasuki liang kemaluannya yang sudah licin basah. Pelan.. lembut.. Ayu perlahan menurunkan pantatnya, membuat penis itu masuk semakin dalam. Terus turun hingga akhirnya mentok dan menyisakan kira-kira seperempat dari panjang penis pria itu. Ayu agak terpekik saat ujung penis itu menyentuh dinding rahimnya. Kemudian Ayu mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun-naik-turun. Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan, akhirnya Ayu semakin cepat. Mereka menikmati sensasi yang luar biasa saat kedua alat kelamin keduanya menyatu dan saling bergesekan. Ayu berulang kali mendesah, melenguh, mendesis, meracaukan kata-kata yang tak jelas. Faried juga menikmatinya dengan pikiran yang melayang meresapi rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.

    Beberapa menit kemudian, Faried mengangkat badannya sekitar 45 derajat dan bersandar pada kepala tempat tidur Ayu. Ayu sambil membelakangi bertumpu pada perut pria itu dan terus mengayuh tubuhnya naik-turun pada selangkangan pria itu divariasikan dengan memutar-mutar pinggulnya.

    “Aaaghh.. Mmmbbakkk..” teriak Faried sambil memegangi pinggangnya yang ramping dan putih mulus karena penisnya serasa dipelintir ketika Ayu meliuk-liukkan tubuhnya.

    Ia meraih tubuh Ayu dari belakang. Ia remas-remas lembut kedua payudaranya yang terasa keras tapi kenyal. Putingnya ia pilin-pilin dengan mesra. Ayu menghentikan sejenak ayunan pantatnya. Dia mendesah, mendesis. Faried merasakan batang kemaluannya dan liang kemaluan Ayu sama-sama berdenyut-denyut. Diciuminya tengkuk wanita itu, sesekali digigit-gigit ringan tengkuk, bahu kanannya, dan belakang telinganya.

    “Putar sini Mbak!” pinta Faried pada Ayu untuk membalikkan posisinya.

    Wanita itu berbalik tanpa melepaskan batang kemaluan Faried dari liang kemaluannya. Batang kemaluan itu pun serasa ada yang memuntirnya. Sekarang keduanya berhadapan. Mereka saling memeluk, saling meraba. Faried mereasakan penisnya masih berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Ayu yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluan itu. Mereka berpagutan, saling menggigit, menghisap dan mengulum. Tangan dan jemari Faried dengan lincahnya bergerak di sekujur badan Ayu, membuat wanita itu kegelian dan merinding. Sekitar setengah jam dalam posisi demikian, akhirnya Faried merasakan ada sensasi luar biasa yang membuat tubuhnya serasa mau meledak. Ia mengerang dan mengatur napasnya. Rasanya ada gelombang besar dari pinggangnya yang hendak mencari jalan keluar melalui batang kemaluannya.

    “Mbak Ayu sayang…saya hampir keluar sedikit lagi..” kata Faried terengah-engah.

    “Barengan ya Bang!” jawab Ayu lalu memagut bibir tebal pria itu

    Faried pun balas menciumnya. Mereka sama-sama diam dalam posisi berciuman sambil terus memacu tubuh. Faried merasakan seperti ada aliran listrik mulai merayapi sekujur tubuhnya. Sekujur tubuhnya terasa hangat, begitu juga dengan tubuh Ayu. Sambil terus bermain lidah, mereka menikmati sensasi yang luar biasa itu.

    “Aaaaahhhhh….!!” erang Faried melepas ciuman

    “Iyaahhhh….teruusss…..teruussshhh!!”Ayu juga merasakan hal yang sama

    Faried merasa seperti melayang ke langit. Senyap, pandangan matanya berkunang-kunang walaupun memejamkan matanya. Rasa nikmat yang aneh disertai oleh rambatan sensasi menjalari setiap bagian tubuh mereka. Mereka mengejang hingga akhirnya merasakan suatu yang sangat melegakan. Nikmat…cahaya terang yang membuat berkunang-kunang itu berubah menjadi kegelapan. Ia rubuh menindih tubuh Ayu, mereka terdiam dengan nafas naik turun. Ayu menatap wajah ndeso si sopir taksi, dia tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningnya. Faried balas memagut kecil dagu Ayu. Tak lama, Ayu mendorong tubuh pria itu hingga berbaring saling bersebelahan.

    “Istirahat dulu yuk, abis ini kita makan!” kata Ayu lalu mengajak Faried kembali ke balik selimut. Mereka berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat.

    Sore harinya

    Satu hal yang mengganjal di hati Faried sejak peristiwa semalam dan tadi pagi, ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Ayu namun belum ada keberanian untuk itu. Faried memang pria yang tulus, namun pengetahuannya tentang wanita terbilang minim. Kepada mantan istrinya dulu saja ia tidak pernah mengatakan ‘saya cinta kamu’ karena memang mereka dijodohkan. Pasangan yang ketika itu masih sangat hijautidak pernah merasakan saat-saat romantis hingga akhirnya perceraian mereka. Sepanjang perjalanan ke bandara ia tidak ada kesempatan untuk itu karena Ayu sibuk bicara melalui ponselnya, yang pertama dengan seorang teman, yang kedua dengan si direktur, yang membakar api cemburu dalam hati Faried. Ketika taksi yang dikemudikannya akhirnya tiba di bandara, Faried turun duluan dan menurunkan barang bawaan Ayu dari bagasi, saat itu Ayu masih berbicara di ponselnya. Ini adalah saat terakhir, juga mumpung antrian kendaraan di gerbang keberangkatan tidak terlalu padat, maka Faried pun membulatkan tekadnya, ia masuk ke jok kemudi. Ayu baru saja hendak membuka handle pintu belakang ketika sopir taksi itu akhirnya berseru.

    “Ayu, tunggu!” pertama kali ia memanggil wanita itu dengan namanya.

    Ia mengurungkan niatnya dan memandang nya. Matanya bertanya. Dada pria itu berdegup kencang.

    “Saya mencintai kamu, Ayu,” Faried mengungkapkan perasaan itu dengan tenggorokan tercekat.

    Ayu menatap tak percaya. Faried segera meraih tangannya, meraba jemarinya yang halus, mengalirkan keyakinan. Mata mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata, hening selama beberapa saat

    “Hentikan semua ini, Ayu. Kamu seharusnya hidup lebih layak, terhormat dan bernilai. Apa yang kamu lakukan selama ini hanya akan membuat hidupmu didera kesalahan dan dosa. Hiduplah dengan saya. Kita kawin. Saya berjanji akan membahagiakan kamu.”

    Ayu menggigit bibir. Ia tampaknya memikirkan sesuatu. Faried berharap-harap cemas dalam hatinya, ia menggigit bibir bawahnya dan jantungnya berdebar kencang sekali, inilah pertama kalinya dalam hidup ia terus terang mengungkapkan cinta pada seorang wanita. Ia sudah menabah-nabahkan hati untuk siap menerima kemungkinan terburuk. Matanya memandang Ayu dengan tajam dan penuh harap.

    Ayu akhirnya tersenyum, ia mempererat genggaman tangan si sopir taksi. Tatapan matanya seperti menyiratkan sesuatu. Sesuatu yang sangat misterius sebelum akhirnya berkata,

    “Baiklah Bang….” ia berhenti sesaat, “saya memang harus menentukan pilihan, pada akhirnya. tapi kita hidup dalam dunia yang berbeda. Bang, Abang tak akan bisa memahami saya, seperti saya pun tak bisa memahami Abang. Terima kasih atas ketulusan tawaran Abang. Saya menghargainya. Biarkan saya memilih dan melewati jalan yang menurut saya terbaik. Abang orang baik, terus terang, saya suka Abang, seandainya takdir mempertemukan kita lebih awal atau di tempat yang lain dari sekarang, kita mungkin bisa bersatu. Saya doakan Abang kelak mendapat jodoh yang baik…jauh lebih baik dan suci, tidak seperti wanita di depanmu ini. Maafkan saya…selamat tinggal!” Ayu mengucapkannya dengan bibir bergetar, pelupuk matanya basah, namun ia menyekanya cepat-cepat, lalu membuka handle pintu tergesa-gesa dan pergi. Faried tak bisa mencegahnya lagi. Ia hanya sempat memandangi punggungnya serta gaunnya yang berkibar ditiup angin berjalan memasuki bandara ke gerbang keberangkatan, untuk terakhir kali tanpa menoleh ke belakang, dengan pandangan kosong. Terasa ada yang hilang dalam dirinya, bak istana pasir yang diterpa ombak dan lenyap seketika, sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan bagaimana adanya. Dua puluh menit Faried termenung di taksinya di luar bandara, matanya kosong menatap langit biru. Sebagian dirinya serasa hilang bersama wanita itu. Tiga batang rokok telah dihabiskannya sejak Ayu meninggalkannya tadi.

    “Faried…ayo kamu bisa! Dunia belumlah kiamat, kehidupan terus berjalan! Bangkit!! Bangkit!! Jangan harap Bapak akan menemui kamu di akhirat nanti kalau kamu sampai bunuh diri gara-gara patah hati! Bangkit…bangkit…bangg…bangg” Faried sekonyong-konyong mendapat seruan itu dalam lamunannya, almarhum ayahnya seperti sedang menyemangatinya

    “Bang….bang…narik ga nih?” tiba-tiba saja sebuah suara dari sebelah menyadarkannya, rupanya ia setengah tertidur di tengah lamunannya.

    “Ooohh….iya…iya Pak, narik lah…ayo silakan masuk!” ia membukakan pintu belakang untuk pria berumur empat puluhan itu, “kemana nih Pak?”

    “Sudirman, cuma lagi ada demo deket situ…bisa ga Bang? Saya buru-buru nih, daritadi udah dua sopir nolak!” jawab pria yang menenteng tas laptop itu.

    “Beres Pak…saya coba lewat jalan tikus, moga-moga keburu!” sahut Faried lalu segera tancap gas dari situ,

    “Ayo Faried, kamu bisa, semangat!!” ia kembali menyemangati dirinya, ia harus tegar seperti apa yang selalu ayahnya ajarkan sejak kecil.

    Delapan tahun kemudian
    Foodcourt sebuah mall

    “Oke..oke…, kamu urus saja, yang ginian gak usah pakai lapor, belajar lah memutuskan sendiri!” Faried berbicara lewat ponsel dengan seseorang, “pokoknya pastikan jangan sampai terlambat, ketepatan waktu yang bikin perusahaan kita dipercaya orang, ngerti?!”

    “Baik Pak…saya usahakan sebaik mungkin, Bapak tenang aja, nanti saya kabari lagi” jawab suara di seberang sana.

    “Gitu dong….oke ditunggu kabar baiknya, sampai nanti ya!” ia menuntup pembicaraan lalu melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi.

    Faried yang sekarang sudah berbeda dari Faried yang dulu, rambutnya kini telah dicukur cepak dan rapi, sebagian kecil nampak telah beruban, di atas bibirnya yang tebal itu telah tumbuh kumis tipis. Soal level kegantengan yang di bawah rata-rata sih memang tidak terlalu mengalami kemajuan, tapi kini ia terlihat lebih dewasa. Pakaian yang melekat di tubuhnya bukan lagi seragam sopir taksi seperti dulu, melainkan sebuah kaos berkerah merek ternama dan ponsel yang dipakainya bukan lagi barang seken atau murahan lagi, melainkan keluaran terbaru yang masih mulus. Hasil kerja keras, pengalaman dan tabungannya selama ini telah mengubah nasibnya, kini ia telah memiliki sebuah perusahaan travel yang sangat berkembang, bahkan telah membuka cabang di kota lain. Ia baru saja menyeruput minumannya ketika sesuatu tiba-tiba membentur sepatunya. Ia melongok ke bawah meja dan menemukan sebuah mobil-mobilan. Seorang bocah laki-laki mengejar dari belakang dan hendak mengambil mobil itu.

    “Michael…Mom said don’t play it here…now you see!” sahut seorang wanita

    Faried memungut mainan itu dan memberikannya kembali pada si bocah berparas blasteran bule itu.

    “Thank you sir!” kata si anak.

    “Maaf ya Pak…come say sorry to uncle!” kata wanita itu, “Hah….kamu!”

    Faried juga tertegun begitu melihat ibu dari anak itu, mereka saling tatap selama beberapa saat seperti tidak percaya pengelihatan masing-masing.

    “Faried? Bang Faried?” wanita itu membuka suara duluan.

    “Iya…Ayu kan?” yang dijawab wanita itu dengan anggukan kepala.

    Tidak banyak yang berubah pada wanita itu, ia tetap cantik dan tubuhnya masih langsing walau telah memiliki anak. Rambutnya kini agak bergelombang dan disepuh kecoklatan. Pakaian yang dikenakannya serta wajahnya dengan make up tipis membuat penampilannya jadi keibuan.

    “Eeemmm…sudah lama ga jumpa ya…gimana kabarnya sekarang?” sapa Faried yang merasa senang kembali bertemu dengan wanita itu, ia sangat penasaran dengan kabarnya selama tujuh tahun ini yang tidak pernah kedengaran lagi, “ayo duduk dulu!”

    Ayu duduk di depan Faried dan keduanya saling berpandangan dengan gembira.

    “Kelihatannya banyak yang sudah berubah” kata Ayu melihat penampilan pria yang dulu menjadi sopir langganannya itu yang juga pernah menghabiskan semalam penuh gairah bersamanya.

    “Ya…banyak, sangat banyak, kehidupan ini memang dramatis” jawab Faried “kamu di mana saja selama ini? Pulang kampung?”

    “Bukan…jauh…jauh sekali, benar kata Abang kehidupan itu dramatis, selain itu juga penuh misteri”

    Ayu kini telah menikah dengan seorang bule Inggris. Setahun setelah perpisahan mereka di bandara, ia berhenti menjadi wanita simpanan si direktur yang mulai berpindah ke lain hati. Di tengah kesepiannya, ia berkenalan dengan ekspatriat asal Inggris, hubungan mereka makin serius. Pria itu ternyata tulus mencintai Ayu tanpa memandang masa lalunya yang kelam, ia sendiri seorang duda tanpa anak. Hubungan mereka pun berlanjut ke pernikahan dan pria itu memboyong Ayu ke negaranya. Demikian pula Faried yang kini telah sukses, ia sudah menikah empat tahun yang lalu dan memiliki seorang putri berusia tiga tahun. Mereka berbagi cerita sambil tertawa-tawa, sesekali Ayu memperingatkan anaknya yang asyik dengan mainannya agar tidak jauh-jauh darinya.

    “Akhirnya, hari ini saya benar-benar lega” kata Faried,

    “rasa penasaran selama ini selesai sudah dan kamu menemukan kebahagiaan kamu, seperti yang dulu kita obrolin di taksi, ingat?”

    “Ya…doa saya agar Abang mendapat jodoh yang baik pun sudah terjawab. Tuhan memang kadang terlalu baik pada umatnya Bang, saya tidak pernah bermimpi wanita seperti saya akhirnya bisa menjadi ibu dan istri seperti sekarang ini, bagi wanita seperti saya, ini lebih dari yang saya harapkan” mata Ayu nampak berkaca-kaca, nampaknya ia antara sedih dan gembira membandingkan dirinya dulu dan sekarang.

    “Satu misteri kehidupan yang saya akhirnya singkap hari ini, kadang memang ada dua orang saling mencintai tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu, seperti ada jurang yang dalam yang memisahkan mereka, namun pada akhirnya mereka akan menemukan kebahagiaannya di jalannya masing-masing dan bersama pasangannya yang lain yang berada di satu tebing dengan mereka” Faried berfilsafat.

    “…..dan kebahagiaan mereka pun bertambah ketika melihat cinta lamanya di seberang jurang itu akhirnya berbahagia walau bersama orang lain” Ayu menyambung lalu mereka hening, saling tatap selama kira-kira sepuluh detik sementara Michael asyik membuka tutup pintu mobil-mobilannya.

    “Ahahha…abang ambil kuliah filsafat ya setelah saya pergi?” Ayu tiba-tiba tertawa renyah sambil menangkap mobil-mobilan yang diluncurkan anaknya padanya di meja.

    “Hehe…sopir taksi kaya saya umur waktu itu udah kepala tiga mana sempat kuliah lagi, filsafat itu kadang keluar dari pengalaman hidup kita kok Lin, kan para filsuf sama nabi juga mendapatkannya dari pengalaman hidup dan lingkungan mereka dulu, cuma mereka lebih pandai merenungkan dan mengutarakan pada orang banyak”

    “Tuh…kan berfilsafat lagi…hihihi….!” mereka saling tertawa lepas, lega setelah beban di hati masing-masing akhirnya terangkat.

    Tiba-tiba BB Ayu berbunyi dan ia permisi untuk mengangkatnya.

    “Ok baby…we’ll meet you soon!” kata Ayu lalu menuntup pembicaraan

    “Papanya…udah nunggu di depan ngejemput!” kata Ayu, “Oke Bang…kita sudah harus berpisah lagi, tapi kali ini perpisahan yang melegakan, ya kan?” wanita itu lalu bangkit dan berpamitan pada Faried, “Michael, say goodbye to uncle!” katanya pada buah hatinya.

    “Eeeii…Ma…udah selesai salonnya?” Faried tiba-tiba melambai ke arah belakang Ayu pada seorang wanita lain yang menghampiri mereka, “ini istri saya, Anita!” ia memperkenalkan wanita itu pada Ayu, “Ini Ayu…langganan taksi dulu waktu narik hehehe….”

    “Ya udahlah, rapiin rambut aja ngapain pake lama?” jawab wanita itu lalu beralih menyapa Ayu dan anaknya, “Hai….”

    Anita dengan senyum ramah menjabat tangan Ayu dan juga membelai anak itu, gemas akan wajah indo-nya yang imut-imut. Secara fisik memang Anita kalah dibanding Ayu, kulitnya tidak terlalu putih dan agak gemuk, apalagi kini sedang hamil empat bulan. Namun, wanita inilah yang banyak membantu Faried mencapai sukses, ia adalah pedagang kecil di pasar yang adalah tetangga di dekat kontrakan Faried. Seorang wanita yang rajin dan ulet, sudah terbiasa kerja keras membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kue di rumahnya dan secara online, belakangan ia mulai membuat kuenya sendiri. Anita dan keluarganya juga cocok dengan Faried yang jujur dan pekerja keras, hubungan mereka semakin dalam terutama setelah Faried berpisah dari Ayu dulu hingga akhirnya mereka menikah dan mempunyai anak. Dari seluruh keuntungan usaha jualan kue keringnya lah Anita membantu Faried mendirikan usahanya sendiri hingga akhirnya sukses setelah melalui jalan yang cukup terjal dan berliku. Mereka pun akhirnya berpisah setelah ngobrol basa-basi sebentar.

    “Ayo Pa, kalau telat, nanti kasian Lina nunggu sendirian di sekolah, udah mau jamnya nih!” kata Anita mengajak suaminya untuk segera meninggalkan mall itu.

    “Oke Ma, yukk!!” Faried menggandeng tangan istrinya dan mempercepat langkah.

    “Omong-omong Papa punya langganan cantik juga ya…pantes Papa betah lama-lama jadi sopir taksi dulu hehehe” canda Anita sambil tetap berjalan.

    Faried hanya tertawa nyengir, hatinya tenang kini, ia dan Ayu telah menemukan kebahagiaannya masing-masing. Segala sesuatu memang ada waktunya masing-masing, manusia hanya perlu berusaha sebaik-baiknya, kelak karma dan darma akan datang pada saatnya kelak.

  • MELISSA MASTURBATINGIN

    MELISSA MASTURBATINGIN


    1765 views

  • Hot blonde Sugar Babe Sex

    Hot blonde Sugar Babe Sex


    1913 views

  • Tiara Wanita Pelampiasan Sex Ku

    Tiara Wanita Pelampiasan Sex Ku


    1631 views

    Kehidupan rumah tanggaku bisa dikatakan harmonis meski aku dan istriku belum dikaruniai seorang anak. Ekonomi kami juga gak kurang, karena istriku juga bekerja sebagai manajer sebuah perusahaan, sehingga menjadikannya kadang sibuk dengan urusan kantornya. Dan bahkan skarang kalau sedang sibuk-sibuknya, aku jarang mendapat jatah Sex dari istriku sehingga kadang aku berpikir untuk jajan ditempat lokalisasi hanya untuk meluapkan birahi Sex ku yang terpendam, namun itu hanya lewat saja dipikiranku karena aku tak sampai melakukannya. Namun semakin bertambah hari kesibukan istriku semakin menjadi dan membuatku semakin tak kuasa dan aku berniat untuk mencari pelarian untuk melampiaskan nafsu Sex ku saja.

    Setelah aku berpikir-pikir, aku mempunyai satu tetangga yang sangat menyita perhatianku. Namanya Tiara, dia adalah istri seorang pelayar, jadi setiap harinya dia selalu sendirian karena ditinggal suaminya berlayar sampai beberapa bulan. Tubuh Tiara ini sangat montok sekali meskipun Tiara beberapa bulan yang lalu habis melahirkan anak pertamanya. sempat aku melihat Tiara berpakaian sangat ketat sekali sedang menggendong anaknya, meski sudah punya anak, pantat Tiara masih terlihat sangat padat sekali seperti belum melahirkan. Buah dadanya juga masih kencang meski tertutup oleh BH yang dia kenakan. Teringat dengan tetanggaku yang sangat bahenol itu, aku pun melaksanakan niatku untuk menjadikan Tiara sebagai pelarian nafsu Sex ku, karena aku berpikir karena Tiara juga pasti kesepian dan juga membutuhkan belaian dari seorang laki-laki, jadi kemungkinan kujadikan Tiara pelarianku pasti akan berhasil.

    Istriku yang sudah disibukkan dengan urusan kerjanya semakin tak mengurus aku dengan benar, setiap pagi-pagi dia selalu sudah berangkat kerja, dan pulang selalu mlaam dan langsung tidur, sehingga sekarang aku seperti laki-laki bebas yang belum beristri walaupun statusku masih beristri. Setiap pagi aku selalu menanti Tiara lewat depan rumahku, karena setiap pagi Tiara selalu jalan-jalan dengan anaknya. Dan benar, setelah beberapa saat aku menantikan, Tiara lewat dengan menggendong anaknya sendirian. Pagi itu Tiara masih mengenakan baju tidur, sehingga tidak terlihat tubuhnya yang bahenol itu, namun aku melihat suatu garis terlihat dipantat Tiara, seperti garis celana dalam Tiara. Setelah aku amati dengan cermat ternyata baju tidur yang Tiara kenakan itu cukup menerawang yang membuat garis dan bahkan warna celana dalamnya kelihatan, pagi-pagi Penisku sudah dibuat tegang oleh pantat Tiara. Gak salah jika aku memilih Tiara sebagai pelarianku, meski dikomplek banyak juga yang seksi-seksi, namun lebih aman dengan Tiara karena hanya Tiara yang ditinggal suaminya.

    Dengan memberanikan diri kemudian aku menyapa Tiara “Pagiii mbak Tiara, Sendiran Ya”. “Iyha nih pak, biasa pak suami sedang berlayar” jawab Tiara. “Ooowwh..Emang kapan pulangnya mbak??” tanyaku. “Aaaahhh masih lama pak, orang berangkatnya aja baru minggu kemaren kok pak, mungkin sekitar 3 bulan lagi pak” jawab Tiara yang membuatku lega, karena selama 3 bulan aku aman mendekati Tiara. “Ooowwhh begitu ya mbak, apa mbak Tiara gak kesepian ditinggal lama begitu???” tanyaku. “Yaaah aslinya kesepian pak, tapi mau gimana lagi pak, itu udah resikonya menjadi istri pelaut pak” jawab Tiara. “Aaaahhh saya juga kesepian mbak walau istri saya dirumah, tapi dia selalu sibuk dengan urusan kantornya mbak” ucapku sambil memancing jawaban dari Tiara. “Aaaahh…Masak siiih pak??”. Akirnya kami terus ngobrol berkelanjutan sampai tak terasa siang sudah datang, dan kami pun sekarang menjadi semakin dekat.

    Cantik, seksi dan bergairah adalah Tiga hal yang membuat aku selalu menyempatkan untuk curi-curi pandang pada Tiara dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk melihat koleksi pakaian dalamnya yang jalang itu. Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Tiara dengan menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika kulihat pakaian Tiara yang body-fit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik. “Hai…Mbak, belanja juga” sapaku. “Eh. . Mas Dani, biasa belanja susu” jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya. “Memang sudah enggak ASI ya” tanyaku. “Wah. . Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah tidak lagi” jawabnya. “Hmm…Mungkin habis sama Bapaknya kali ya. . Ha-ha-ha. .” candaku. Tiara jg tertawa kecil sambil menjawab “Tapi enggak jg, sudah dua bulan bapaknya enggak pulang”. “Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh” tanyaku. “Wah…Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan” jawabnya.

    Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Tiara menangis. Ia kemudian sibuk menenangkan bayinya. “Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas” katanya. “Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya” aku mengambil keranjang belanja Tiara. “Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus pulang” jawabnya. “Ohh….Ayo kita sama-sama” kataku. Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Tiara. “Ha…Sudah bayar Berapa Nanti saya ganti” kata Tiara kaget. “Ah..Sedikit kok, enggak apa sekali-kali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dpt susu ibunya, ha-ha-ha” aku mulai bercanda yang sedikit menjurus. “Iiiihh. . Mas Dani” jerit Tiara malu-malu. Namun aku melihat tatapan mata liarnya yang seakan menyambut canda nakalku. Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Tiara mengiyakan ajakanku.

    Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan Tiara jg mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk ngelaba . Mulai dari posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku kesempatan. Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Tiara semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat kencang melihat pemandangan indah di dalam rok Tiara. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Tiara yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan! Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dpt dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak bangkit. Hi-hi-hi. . Hati-hati Mas. . , celoteh Tiara dengan nada menggoda.

    Aku memandang wajah Tiara yang tersenyum nakal padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Tiara menyambutnya. Hmm. . Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Tiara. . Seksi sekali , dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar jg dari mulutku. Terima kasih, Mas Dani jg. . Hmm. . Gagah, lucu dan terutama, Mas Dani pria yang paling baik yang pernah saya kenal . O ya , aku tersanjung jg dengan rayuannya, Gara-gara saya traktir Mbak Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan dari cerita Mbak Lia, Mas Dani sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan di rumah, wah. . Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengepel rumah . Hahaha.. aku tertawa gembira, Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi jg sebaliknya . Jadi Mas Dani jg sering memperhatikan saya Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan waktu menjemur pakaian . Eh.. Kenapa kok senang. Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Tiara, jg selera pakaian dalam Mbak , aku berterus terang.

    Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan pulang, bayi Mbak Tiara tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya. Mbak Tiara masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu Tiara muncul. Sekitar lima menit, Tiara muncul dari dalam kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku. Sinar lampu ruangan cukup menerangi pandanganku untuk menjelajahi keindahan tubuh Tiara di balik gaun malamnya yang transparan itu. Buah dadanya terlihat bagaikan buah melon yang memenuhi bra seksi yang berwarna orange transparan. Di balik bra itu kulihat samar-samar puting susunya yang jg besar dan coklat kemerahan. Perutnya memang agak sedikit berlemak dan turun, namun sama sekali tak mengurangi nilai keindahan tubuhnya. Apalagi jika memandang bagian bawahnya yang montok.

    Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dpt melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Tiara. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah. Hmm. . Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur , tanya Tiara memancing. Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Lia dan menikmati malam bersama tetanggaku yang bahenol ini. Tiara duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Tiara, namun kini wanita itu justru yang menantangku. Mas Dani mau mandi dulu Nanti saya siapkan air hangat , tanya Tiara sambil menggenggam tanganku erat. Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.

    Hmm. . Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak , kataku agak serius. Apa itu Mas Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Tiara, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak , kataku. Terima kasih, saya jg begitu pada Mas Dani , Tiara merebahkan kepalanya di pundakku. Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita . Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya teman waktu saya kesepian, kalau Mas Dani mau kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Dani, dan sebaliknya saya jg ingin Mas Dani demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan . Hmm. . Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan . Kalau begitu, Mas Dani pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau Mas Dani bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di depan rumah saya . Oh. . Iya, hampir saya lupa.

    Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah tidur. Aku segera datang kembali ke rumah Tiara. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas sofa. Wah. . Ternyata mandi di rumah ya Padahal saya sudah siapkan air hangat . Terima kasih, Mbak Tiara baik sekali . Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Tiara, lalu dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya. Uhh… Tiara agak kaget dan menggelinjang. Maaf , kataku. Tidak apa-apa Mas, justru.. Enak , kata Tiara seraya tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya. Crup. . ! , aku segera menciumnya, Tiara membalasnya dengan liar.

    Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan ciuman perempuan, yang jelas ciuman Tiara sangat panas dan liar. Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi. Ohh. . Ergh. . , lenguh Tiara di sela-sela ciuman panasnya. Dengan beberapa gerakan, Tiara meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan celana dalam yang berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Tiara. Wowww. . Kamu. . Benar-benar seksi Mbak , pujiku , Buah dada Mbak besar sekali Hi-hi-hi. Nah coba tebak ukuran saya , tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya itu. 36B , jawabku. Salah 36C. Masih salah, sudah lihat aja nih , Tiara membuka pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku. Gila. . 36D! , kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu. Boleh saya pegang Mbak , tanyaku basa-basi. Jangan cuma dipegang dong Mas, remas. . Dan kulum nih. . Putingnya , kata Tiara dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.

    Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku. Tiara menggelinjang-gelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah, berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin bernafsu. Ngentot, enak banget Mas. . jeritnya, Ayo Mas. . Saya sudah kepingin penetrasi nih! . Aku yang jg sudah sangat bernafsu segera menjawab keinginan Tiara. Dengan bantuan Tiara aku menelanjangi diriku sehingga tak tersisa satupun busana di tubuhku. Tiara sangat gembira melihat ukuran penisku yang lumayan panjang dan besar itu.

    Ohh. . Besar jg ya. . jeritnya. Ia benar-benar bertingkah bagaikan perek murahan, namun justru itu yang kusuka. Wanita itu segera membuka celana dalam sebagai kain terakhir di tubuhnya. Kulihat daerah bukit kemaluannya yang ditumbuhi rambut-rambut liar, dengan segaris bibir membelah ditengah-tengahnya. Bibir yang merah dan basah, sangat basah. Ingin rasanya aku menikmati keindahan bibir kenikmatan Tiara, namun ketika aku ingin melaksanakannya ia menampikku. Sudah, nanti saja, masih ada babak selanjutnya, sekarang ayo kita selesaikan babak pertama . Tiara duduk mengangkang di atas sofa. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar mempersilakan kepadaku untuk melakukan penetrasi kenikmatan sesungguhnya. Aku pun segera menyiapkan senjataku, mengarahkan ujung penisku tepat di depan liang vagina Tiara dan perlahan tapi pasti menekannya masuk.

    Sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Tiara yang basah dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang penisku yang berukuran dua cm itu memasuki vagina, aku mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya perlahan. Enghh. . Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya puas , jerit Tiara keenakan. Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak selanjutnya , tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin puting susunya yang besar. Ohh. . Ohh. . Benar-benar enak Mas , Tiara memejamkan matanya. Pada penetrasi kelima, Tiara menjerit, Sudah Mas, jangan tarik lagi, saya mau. . Mau. . Oh. . !

    Dinding vagina Tiara melejat-lejat seakan memijit batang penisku dalam kenikmatan birahi yang sedang direguknya. Oh. . Saya sudah sekali Mas , katanya sambil menarik nafas. Mas mau puas dulu atau mau lanjut babak kedua , tanya Tiara. Terserah Mbak , kataku. Aku sih pasrah saja. Sini, saya emut saja dulu . Hmm. . Boleh jg, Lia belum pernah oral dengan saya , aku mencabut penisku dari dalam vagina Tiara yang basah dan menyodorkannya ke Tiara. Wanita itu menjilati ujung penisku dengan lidahnya seakan membersihkannya dari cairan vaginanya sendiri, kemudian dengan sangat bernafsu ia memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Bibir seksi Tiara terlihat menyedot-nyedot penisku seakan menyedot spermaku untuk keluar. Ia kemudian mengocok penisku dalam mulutnya hingga birahiku mencapai puncaknya. Oh. . Saya mau keluar nih, gimana , aku bingung apakah aku harus mengeluarkan spermaku ke dalam mulutnya atau mencabutnya. Namun Tiara hanya mengangguk dan terus mengocoknya pertanda ia tak keberatan jika aku memuntahkan spermaku ke dalam mulutnya. Akhirnya aku mencapai orgasme dan memuntahkan semua spermaku ke dalam mulut Tiara. Wanita itu tanpa segan-segan menelan seluruh spermaku. Sungguh lihai wanita ini memuaskan birahi laki-laki!Kami duduk sebentar dan minum air dingin, kemudian Tiara mengangkangkan kakinya kembali.

    Nah. . Sekarang babak kedua Mas, kalau mau jilat dulu silahkan, tapi utamakan yang ini ya , Tiara menunjuk ke arah klitorisnya yang agak besar. Oke Mbak, saya jg sudah biasa kok , seruku. Sejurus kemudian aku sudah berada di hadapan bibir kemaluan Tiara yang baru saja aku nikmati. Sebelum kujilat terlebih dahulu kubelai bibir itu dari ujung bawah hingga klitoris. Kusingkap rambut-rambut kemaluannya yang menjalari bibir itu. Sudah gondrong nih Mbak , seruku. Oh iya, habis mau dicukur percuma jg, enggak ada yang lihat dan jilat , jawabnya nakal, Besok pagi saya cukur deh, tapi janji malamnya Mas Dani datang lagi ya. . . Oke. . Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemani Mbak Tiara . Aku kemudian asyik menjilati dan menciumi labium mayora dan minora Tiara. Cairan vagina Tiara sudah mulai mengalir kembali pertanda ia sudah terangsang kembali. Desahan Tiara jg memperkuat tanda bahwa Tiara menikmati permainan oralku. Dengan nakal aku memasukkan jari telunjuk dan tengahku ke dalam vaginanya dan kemudian mengobok-obok liang becek itu. Yes. . Asyik banget. . Say sudah siap babak kedua Mas , seru Tiara. Aku sendiri sudah terangsang sejak melihat keindahan selangkangan Tiara, jadi penisku sudah siap menunaikan tugas keduanya. Tiara menungging di atas sofa. Sekarang doggy-style ya Mas. . Aku sih iya saja, maklum. . Sama enaknya. .
    Sejurus kemudian kami sudah terlibat permainan babak kedua yang tak kalah seru dan panas dengan babak pertama, hanya kali ini aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya. Malam masih begitu panjang. Kami masih menikmati dua permainan lagi sebelum kelelahan dan mengantuk. Tiara begitu bahagia, dan aku sendiri merasa puas dan lega. Mimpiku untuk menikmati tubuh montok tetanggaku terlaksana sudah. Bahkan kini setiap waktu jika Lia dinas ke luar kota maka Tiara secara resmi menggantikan posisi Lia sebagai isteriku. Asyik jg. Namun sebagai imbalannya aku mencarikan dan menggaji pembantu rumah tangga di rumah Tiara. Betapa bahagianya Tiara dengan bantuanku itu, ia semakin sayang padaku dan berjanji akan melayaniku jauh lebih memuaskan dibanding pelayanan kepada suaminya. Dari kejadian tersebut aku semakin menyadari kebenaran pepatah: Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau , atau bisa diganti dengan: Vagina isteri tetangga selalu terasa lebih nikmat.

  • Busty college girl Layla London undresses and plays with her wet pussy

    Busty college girl Layla London undresses and plays with her wet pussy


    1376 views

    Duniabola99.org adalah situs web yang didedikasikan untuk orang-orang yang lelah dengan model porno yang begitu-begitu saja. Jadi situs ini menawarkan koleksi yang bagus yang terdiri dari episode video Dan Foto HD disertai dengan set gambar hi-res. Hal utama tentang situs ini adalah Anda hanya akan melihat gadis dan wanita dari model asli dalam aksi hardcore lurus yang berakhir hanya dengan creampies. Konten baru ditambahkan setiap harinya, jadi tidak ada kemungkinan kehabisan materi baru!